Home / Romansa / Istri Pura-Pura Direktur Kejam / Bab 92 - Keputusan dalam Bimbang

Share

Bab 92 - Keputusan dalam Bimbang

Author: Kharamiza
last update Last Updated: 2023-08-27 22:00:29

Pertanyaan Rey yang menyinggung persoalan bunga membuat Kirana terperangah. Ludahnya yang kian kelu justru ditelan berulang kali. Ia tak habis pikir dengan Rey yang nekat mengirimkan bunga untuknya ke kantor.

Entahlah, Kirana tak tahu apa motifnya? Tapi, Kirana menganggap Rey sudah sangat kelewatan.

“Kiranaku,” ucap Rey. Dia mulai terbiasa dengan wajahnya yang terasa kaku.

“Seketika, rasa sakit tubuhku menghilang ... melihat dirimu,” lirih Rey. Bibirnya tersungging tipis mencipta seutas senyum. Meski sesekali ia terlihat meringis menahan sakit akibat luka-luka di sekujur tubuhnya.

“Jangan terlalu banyak bicara dulu, Kak. Lukamu masih basah.” Raya memperingati.

“Raya, Rey, aku sebaiknya pulang aja, deh. Biar Rey istirahat juga. Soalnya, suamiku juga masih nunggu di luar. Kasian nanti kelamaan nunggu,” tutur Kirana. Sejatinya, dia tak ingin berlama-lama berada di sana.

Ia takut emosinya tak stabil menghadapi sikap Rey yang men
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Istri Pura-Pura Direktur Kejam   Bab 93 - Ketahuan?

    “Mas, jalan-jalan dulu, yuk. Belum terlalu larut juga. Mumpung kita lagi di luar,” ajak Kirana.“Boleh. Mau ke mana?” tanya Dzaka. Ia menoleh sebentar ke arah istrinya, lalu kembali fokus pada kemudi mobil. “Hmm.” Jari telunjuk Kirana mengetuk-ngetuk dagu sambil berpikir. “Ke mana aja, deh. Kalau bareng Mas Dzaka, mau di mana pun aku gak akan takut diculik.”“Kalau diculik ke hotel, gimana?” Dzaka menaikkan alisnya. Dia bak orang menahan senyum. Bola mata Kirana berputar, malas. Risiko punya suami yang rada-rada otaknya geser ke mana-mana. Pembahasan suka belok kanan hadap kiri. “Bukan jalan-jalan jadinya,” gerutu Kirana. Dzaka tertawa. Tangan kirinya meraih pipi wanitanya dan mencubit gemes. Terlebih melihat wanitanya sedang manyun.“Tau. Kamu sebenarnya pengen jajan, kan? Bukan jalan-jalan?” “Kok Mas Dzaka tau?” Kirana memicing.“Dih, kita hidup bersama udah berbulan-bulan lamanya, Sayang. Apa yang gak aku tau dari kamu? Bahkan, dari hal paling semut sekalipun,” ujar Dzaka denga

    Last Updated : 2023-08-29
  • Istri Pura-Pura Direktur Kejam   Bab 94 - Takdir Tak Melulu Toleran

    “Na, aku mohon jangan katakan apa pun pada Ibu tentang aku.” Jihan menggenggam erat tangan Kirana. Wajahnya memelas penuh permohonan. Sirat kecemasan pada bola matanya pun terpatri sangat jelas. “Aku takut Ibu marah besar jika tau semuanya. Aku mohon, kalian merahasiakan ini dulu dari Ibu. Ya, Na ... Dzaka. Pliss.” Jihan menangkupkan kedua tangan di depan dada. Matanya yang sangat cenderung kecemasan itu menatap Kirana dan Dzaka bergantian.Sementara itu, Kirana hanya bergeming. Dia seakan enggan untuk melihat sang kakak yang saat ini duduk di sebelahnya. Dzaka pun demikian tak terlalu mencampuri obrolan mereka yang tampaknya terdapat kecenderungan emosi. Pria itu hanya diam tak merespons meski sebenarnya seseorang sangat butuh kerja samanya. Walaupun demikian, dari spion tengah mobil, Dzaka sesekali melihat sang istri yang jelas sekali dari wajahnya raut kekecewaan itu.“Na. Aku terpaksa melakukan ini. Aku dijebak,” ucap Jihan dengan

    Last Updated : 2023-09-01
  • Istri Pura-Pura Direktur Kejam   Bab 95 - Romansa Cinta yang Menggebu

    “Semalam Fikri chat,” ujar Dzaka membuka pembicaraan di pagi buta itu. Tangannya bergerak naik turun mengusap lembut rambut sang istri yang berbaring di dadanya seolah sengaja ingin mendengarkan detak jantungnya.“Bilang apa?” tanya Kirana. Suaranya pelan dan sedikit serak.Dzaka menghela napas panjang, sembari memejamkan mata.“Beberapa hari yang lalu, Fikri ketemu Kak Jihan di bar. Dia melihat Kak Jihan nyaris dilecehkan di sana,” ungkap Dzaka. Dia melirik istrinya yang tengah mendengarkan sembari sesekali memejamkan mata. “Saat itu, Fikri sudah menduga Kak Jihan kerja, tapi dia tetap menolong karena kasihan Kak Jihan bekerja seperti orang tertekan. Sama seperti tadi malam, dia mengaku dijebak. Dia harus membayar penalti jika ingin keluar dari pekerjaan itu,” jelas Dzaka. Kirana sontak menatap suaminya yang juga melihat ke arahnya. Jujur, ia masih tak mengerti. Meskipun, kini ia mengingat bahwa kadang perempuan yang bekerja di bar kad

    Last Updated : 2023-09-02
  • Istri Pura-Pura Direktur Kejam   Bab 96 - Obrolan Hangat Dua Sahabat

    “Loh, Suamimu sudah rapi aja, Na. Mau ke mana, bukannya hari Minggu ya?” Wulan mengangkat alis penasaran tatkala tak sengaja melihat menantunya menuruni anak tangga. Kirana menoleh ke arah Dzaka sebentar. Lantas, mengalihkan pandangan ke arah Jihan yang sedang menyiapkan piring di meja makan.“Ada urusan di luar, Bu,” jawabnya tetap cekatan menuang sayur sup ke mangkok. Risiko datang terakhir, pekerjaan dapur sudah nyaris selesai. Tinggal setor muka doang. “Kamu gak ikut?”“Gak, Bu. Mas Dzaka pergi dengan Mas Fikri. Lagian ini urusan luar kantor, kok,” jawabnya. Sudut matanya sempat melihat Jihan yang tampak gelagapan salah tingkah. Kirana tahu, Jihan pasti khawatir kalau ia mengatakan persoalan tadi malam pada sang ibu.“Kau kerja hari ini, Jihan?” tanya Wulan sembari mendekati Jihan.Sambil menyelesaikan pekerjaannya, Kirana tak berhenti menatap Jihan. Di sudut meja, gadis itu bak orang panik, terlihat jelas dari ra

    Last Updated : 2023-09-03
  • Istri Pura-Pura Direktur Kejam   Bab 97 - Anak Angkat?

    Tawa Fikri meledak mendengar pertanyaan sahabatnya itu. Ia tak habis thinking dengan pikiran Dzaka kali ini. Niatnya baik, tapi Fikri justru takut malah jadi beban. “Bagaimana bisa seorang direktur perusahaan furniture ternama akan buang-buang waktu untuk hal yang tidak penting?” Fikri mengernyit. “Kurasa, tawaran Anda tak terlalu penting, Tuan. Lagian, wanita mana yang berminat pada pria sepertiku? Bukankah sekarang hanya persoalan materi?”“Tidak semua perempuan seperti itu, Fik. Kau hanya kurang percaya diri,” ujar Dzaka. “Ayolah, kamu juga harus memikirkan masa depanmu. Apa kau tidak ingin hari tuamu ditemani oleh orang yang kamu cintai?” Fikri bergeming. Sungguh, pada yang demikian itu ia juga pernah memikirkannya. Sangat indah jika membayangkannya memang. Tapi, apakah kenyataannya akan seindah dalam bayangan?Setelah menjatuhkan hati pada orang yang sama dengan sahabatnya, Fikri tak lagi pernah berpikir untuk jatuh cinta. Ia tak ingin saki

    Last Updated : 2023-09-03
  • Istri Pura-Pura Direktur Kejam   Bab 98 - Cerita di Balik Seorang Fikri

    Dzaka melebarkan mata, dia beralih menghempaskan bokong di dekat istrinya. Menatap tajam seolah meminta penjelasan Kirana yang berlagak biasa saja, seolah tak ada apa-apa.Ya, Dzaka memang tak pernah tahu jika Jihan sebenarnya bukanlah saudara kandung Kirana. Mereka dirawat oleh Ibu yang sama, tetapi tak berasal dari rahim yang sama. “Kamu gak pernah memberitahuku soal itu, Na.” Dzaka menatap lekat dan terperinci wajah istrinya dari samping.Kirana menoleh dan pandangan mereka bertemu sebentar. Berakhir, karena Kirana memilih melihat ke arah lain. “Kau tak pernah bertanya tentang itu,” ujar Kirana santai. “Aku pikir kakak kandung, melihat kamu terlalu peduli padanya. Aku tak pernah melihat ada orang lain dalam keluarga kalian.” Dzaka mengembuskan napas pelan. “Kami sudah menganggapnya keluarga, bukan orang lain. Meskipun gak lahir dari Ibu yang sama, aku sangat menghargainya sebagai seorang kakak.”“Udahlah, Mas. Ga

    Last Updated : 2023-09-04
  • Istri Pura-Pura Direktur Kejam   Bab 99 - Masalah Selesai

    “Fikri, Ibumu ....” Wanita paruh baya itu seakan tak mampu untuk melanjutkan ucapannya. Dia menangis memeluk tubuh mungil yang menatap sayu dirinya. Fikri yang baru datang bermain seolah mencari tahu apa yang sedang terjadi lewat sorot mata wanita di hadapannya.“Ibu kenapa, Bibi?” tanya Fikri. Wajah polosnya kian penasaran dan seperti ada pancaran ketakutan di sana. “Ibumu meninggal bunuh diri, Nak.”Bola mata Fikri kecil itu membola. Ia menggeleng tak percaya. Matanya kian basah. Detik setelahnya, dia berlari cepat memasuki rumah.Tubuh kecilnya seketika beku tatkala melihat jasad yang terlentang kaku. Sesaat, ia mengedarkan pandangan ke arah lain. Melihat wajah sang ayah yang menunduk, sesekali mengusap air mata. Kejadian itu terus menari di benak Fikri. Air matanya kian lolos membasahi pipi, tetapi dihapus dengan sigap. Diganti dengan senyuman miris. Semenjak kematian ibunya, Fikri tak lagi pernah melihat bagaima

    Last Updated : 2023-09-04
  • Istri Pura-Pura Direktur Kejam   Bab 100 - Apa Masih Ada?

    Gadis berhijab biru navy itu berlari menaiki anak tangga, sesekali melihat jam di pergelangan tangannya. Ia tak habis thinking dengan dirinya yang bisa-bisanya terlambat bangun pagi. Alhasil, dia harus berpacu dengan kecepatan di luar batas agar bisa datang ke tempat tepat waktu. Dalam pikirannya, terbayang wajah atasan yang marah karena keterlambatannya. Walaupun, sebenarnya dia tahu kalau Bu Hafizah tak akan memarahinya dengan perkara terlambat lima belas menit. Tapi, aturan perusahaan yang sangat-sangat di luar nurul mesti dihindarinya. Karyawan yang terlambat, diwajibkan untuk lembur. Sudah semacam aturan yang berdosa ketika dilanggar. Ia tentu malas berada di ruangan besar itu sendirian. Bagaimana kalau ada kuyang?Terlalu buru-buru, hingga Dina tak menyadari seorang pria berjas hitam baru saja keluar dari lift pimpinan. Brak!Dia menabraknya dan merasakan bahunya berdenyut karena bertubrukan keras dengan bahu pria itu.

    Last Updated : 2023-09-05

Latest chapter

  • Istri Pura-Pura Direktur Kejam   END

    Pelan, Kirana membuka mata sembari menggeliat meregangkan otot-otot tubuhnya. Walau matanya masih berat terbuka, ia meraih ponsel untuk melihat jam. Sudah menunjukkan pukul setengah lima pagi.Sekilas ia menoleh ke samping. Memandangi wajah suaminya yang masih tidur nyenyak dengan dengkuran halus di dekat telinganya. Tangan kekarnya pun berada di atas perut Kirana.“Sayang, bangun. Sudah subuh,” bisik Kirana. Ia menyentuh pipi suaminya. Lantas, menarik menarik pelan hidung mancung Dzaka. Tak butuh waktu lama, Dzaka bergerak karena merasa terganggu, tapi masih enggan membuka mata. Dia tetap betah pada posisinya. Justru meringkuk seolah mencari kehangatan di sisi istrinya dengan mengeratkan pelukan. “Hei ... sudah subuh, Mas. Bangun, yuk.” Lagi, Kirana menyentuh lengan suaminya. Sesekali, mencubit daging yang terasa keras itu. “Biar seperti ini dulu sebentar, Sayang. Aku masih mau menikmati waktu sama kamu. Kalau Baby Dzakir bangun, yang

  • Istri Pura-Pura Direktur Kejam   Bab 122 - Baby Dzakir

    Baru saja, sepasang kaki Dzaka menjejaki teras, tetapi langkahnya seketika terhenti. Tubuhnya seolah beku di tempat manakala memikirkan Kirana yang tengah hamil. Perasaan bersalah pun menyeruak di hatinya. Mengingat, tadi ia tak sengaja membentak sang istri karena tengah dikuasi amarah yang hendak membalas dendam atas kematian papanya. Padahal, sejatinya balas dendam tak pernah ada dalam kamus kehidupan seorang Dzaka Hakeem.Rasa takut seolah sengaja mencekiknya. Isi kepalanya pun kian berkelana ke masa lampau, saat-saat di mana ia harus kehilangan calon buah hati karena keteledorannya sendiri.Dia tak mau, kehilangan kembali. Sungguh, ia tidak rela. Sebuah helaan napas berat terdengar darinya sembari mengingat kembali pesan-pesan Danial tadi malam. Dzaka menggeleng pelan, menyadari diri telah sangat berlebihan menyingkapi kehilangan yang mencekam batinnya. Detik kemudian, ia kembali melangkah. Bukan untuk melanjutkan misi, melainkan k

  • Istri Pura-Pura Direktur Kejam   Bab 121 - Kehilangan yang Mencekam

    Tatapan tajam itu berubah jadi sayu. Seakan di dalam sana terdapat sebuah penyesalan yang tak berujung. Terlebih, butiran bening juga tampak menghiasai pipi yang berisi kini tinggal sedikit daging terlapisi kulit. Tenaga yang kuat juga seolah sudah terkikis. Pria itu berbaring sangat lemah laksana tiada lagi ada daya untuk bergerak lebih banyak. “Maafkan atas semua kesalahan Papa pada kalian,” ucapnya lagi disertai dengan isak pilu mencekam. “Papa sangat jahat,” imbuhnya sembari menghapus air mata. Sesekali tersenyum masam. “Kami teh sudah memaafkan kamu, Danial.” Bunda Andari angkat bicara. Ekspresinya cukup tenang bak terpancar ketulusan yang tak pernah pupus.Dzaka dan Sekar pun ikut mengangguk sekadar memberi keyakinan pada sang papa. Sesaat, Dzaka membungkuk dan menyangga badan dengan kedua tangan di ranjang Danial.“Apa perlu aku mengambil tindakan untuk pelaku penganiayaan Papa?” tanya Dzaka. Terlihat jelas d

  • Istri Pura-Pura Direktur Kejam   Bab 120 - Maafkan Papa, Nak!

    Tangan Dzaka dan Kirana saling bertaut menyusuri koridor bangunan berdinding mayoritas putih itu. Cemas dan panik menghiasi wajah keduanya, bersama derap langkah memburu. Sampai di depan sebuah ruangan, sudah ada dua orang berkostum penjaga lapas baru saja selesai mengobrol dengan dokter. “Apa yang sebenarnya terjadi dengan Papa saya, Pak?” tanya Dzaka setelah sang dokter berlalu.Dua pria itu saling berpandangan sebentar.“Mohon maaf, Pak Dzaka. Sebenarnya Pak Danial sering mendapatkan tindak kekerasan dari penghuni lapas lain,” ungkap Pria bertopi hitam itu. “Beberapa penghuni lapas tau kasus Pak Danial sehingga dipenjara. Mereka tak terima dengan Pak Danial yang terlibat dalam kasus pelecehan dan perselingkuhan. Menurut mereka, tindakan itu sama sekali tak bermoral.”Dari ekspresinya, Dzaka terlihat kaget dengan pernyataan pria itu. Selama ini, tak ada tanda-tanda kekerasan ketika dia menjenguk Danial. Papanya pun seakan-akan terliha

  • Istri Pura-Pura Direktur Kejam   Bab 119 - Papa?

    Kirana menarik napas panjang barang tiga kali. Dalam genggamannya terdapat sebuah testpack yang sengaja belum dilihat hasilnya setelah melakukan pengecekan beberapa saat lalu.Jantungnya pun berpacu dalam kecepatan tinggi, bersama perasaan was-was yang ikut serta menyeruak membuatnya bimbang akan hasil tes kehamilannya yang pertama kali pasca keguguran.Sepulang dari puncak, Kirana kerap merasa cepat lelah dan sedikit mual. Jadwal tamu bulanannya pun bahkan sudah lewat sepekan. Hal itu membuatnya penasaran sehingga memutuskan untuk membeli testpack tanpa sepengetahuan Dzaka. Ia juga tak pernah mengatakan pada suaminya tentang keadaannya akhir-akhir ini. Kirana tak mau Dzaka terlalu berharap dan akhirnya kecewa jika hasilnya tak sesuai harapan. Pelan, Kirana membuka genggaman. Ia langsung bisa melihat testpack itu sudah memiliki garis dua. Artinya, dia positif?Kirana menutup mulut, lantas tersenyum senang dalam diam. Detik kemudian, ia

  • Istri Pura-Pura Direktur Kejam   Bab 118 - Perkara Merelakan

    “Sayang, aku dengar di Villa sekitar sini, ada acara pertunangan owner-nya 2R Cafe.”Kirana yang menyandarkan dagu di bahu suaminya, lantas menoleh memandang wajah Dzaka sekilas. Ah, lebih tepatnya ia memperhatikan cambang sang suami yang tampak semakin panjang. “Oh, ya? Rey atau Raya?” tanya Kirana penasaran. “Gak tau. Mau liat?” Mata Kirana terpejam sebentar, merasakan sejuknya udara perkebunan teh yang menyapu wajahnya. “Kita gak diundang. Datang tanpa diundang, namanya tamu tak diundang.” “Ngintip aja, kamu kan doyan ngintip.” Dzaka terkekeh, bersama dengan Kirana yang mencubit perutnya. Mereka diam beberapa saat. Sama-sama merasakan angin pagi Puncak menyapa. Pandangan Dzaka pun menyapu ke segala arah. Pemandangan yang cukup indah, tetapi seseorang yang tengah memeluk pinggangnya sembari bersandar di bahu tak kala indah, baginya. “Kenapa liatin terus? Baru tau suamimu punya kegantengan spek

  • Istri Pura-Pura Direktur Kejam   Bab 117 - Sirna Ditelan Kenyataan

    “Din, tunggu!” Fikri menarik paksa lengan Dina yang hendak berlari menghindarinya. Mereka sekarang berada di samping Villa, jalan menuju perkebunan teh. “Apa lagi? Bukankah kemarin sudah cukup jelas jawabanku atas lamaran Mas Fikri?” tanya Dina. Bola matanya yang semula menatap Fikri langsung, seolah dialihkan ke arah lain. Jujur, ia tak sanggup melihat mata Fikri lebih lama lagi. Dia takut, hatinya goyah dan terus menerus berharap tanpa kepastian. Di sudut lain, seseorang tengah mengintip dari balik tembok. Tadinya, ia ingin jalan-jalan. Merasakan udara pagi di perkebunan teh, tetapi drama cinta yang tak sengaja dilihat membuatnya menghentikan langkah. Lantas, memilih diam di pojokan. “Ngapain di situ, Sayang?” Sang suami yang tiba-tiba datang menoel pinggangnya. Membuatnya terlonjak, hampir berteriak. Tetapi, ia justru mendorong tubuh suaminya ke tembok agar tak menyelonong begitu saja. Kirana meletakkan jari telunjuk di

  • Istri Pura-Pura Direktur Kejam   Bab 116 - Bunga - Bunga Cinta yang Gugur

    Detik demi detik, Dzaka memutar tubuh dan menarik sang istri ke dalam pelukannya. Ia mengusap punggung Kirana sambil membisikkan kata-kata cinta.“Tiup lilinnya ... tiup lilinnya sekarang juga, sekarang juga ... sekarang juga!”Perlahan, Kirana melepaskan diri dari rengkuhan Dzaka. Sekilas, ia menghapus air mata yang membuat wajahnya basah. Sepersekian detik kemudian, dia meniup lilin disertai dengan tepukan gemuruh.“Ada yang mau disampaikan, Nona?” tanya Fikri. “Untuk suaminya, mungkin.”Fikri menyodorkan mic yang kemudian disambut Kirana.Helaan napas pelan terdengar dari mic saat Kirana hendak berbicara. Ia tersenyum, lantas memejamkan mata sebentar. “Eum ... masyaAllah terima kasih banyak teman-teman semuanya. Sungguh, aku terharu banget karena bertambahnya usia tahun ini diberi kesempatan berada di lingkaran orang-orang hebat.” Kirana meneguk ludah, sembari mengusap pipi yang masih terasa basah.Saat jiwa dan pera

  • Istri Pura-Pura Direktur Kejam   Bab 115 - Kejutan Birthday

    Pukul 10 pagi. Acara dibuka langsung oleh sang direktur, sekaligus memberi sedikit wejangan atau mengingatkan agar selalu menjaga citra perusahaan selama beraktivitas di puncak. Dia juga mengutarakan harapannya agar Family Gathering ini bisa berdampak dengan terjalinnya tali persaudaraan yang baik dalam perusahaan. Terlebih, Fam-Gath ini bisa menjadi wadah bagi karyawan lebih dekat pada pimpinannya.Beberapa rangkaian lomba yang dikhususkan antardivisi juga dilaksanakan untuk mengisi waktu dengan keseruan bersama. Masing-masing divisi mengirimkan peserta terbaiknya untuk unjuk kebolehan di depan petinggi sampai pemilik perusahaan. Keseruan dan kehebohan terus tercipta di tiap menit hingga jam berganti, bersama dengan matahari yang mulai condong ke Barat. Kegiatan yang dilombakan pun beragam. Ada lomba dance yang wajib menggunakan lagu dari daerah di Indonesia, lomba yel-yel menggunakan kostum seunik mungkin, lomba memasukkan pulpen dalam botol,

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status