“Tolong telepon ambulans! Anak itu berdarah!” “Dimitri! anakku!” tangis Iris histeris menerobos kerumunan, mencoba melihat keadaan putranya.“Tolong minggir, aku ibunya!” Iris menangis tidak bisa menerobos kerumunan orang di sekitar lokasi.Orang-orang mendengar tangisan Iris dan memberinya jalan.“Dimi! Anakku!” Iris jatuh berlutut menutup mulutnya dan menangis melihat putranya berdarah di pelukan seorang pria. “Dimi, sayangku ....” Dia tidak memperhatikan Aiden dan menangis ingin mengambil Dimitri ke pelukannya.Tangisan Iris menarik perhatian Aiden. Aiden menoleh menatapnya dengan tatapan heran dan terkejut. “Dia anakmu?”Iris mendongak menatap Aiden. Matanya melebar terkejut dan tergagap.“A-Aiden ....”Mata Aiden menyipit menatapnya curiga. Namun, seorang pria memberitahu mereka dan memutuskan tatapan Aiden dan Iris.“Tuan, kami sudah menelepon ambulans. Tolong jangan gerakan anak itu. Takut anak itu mengalami luka parah.”Aiden mengalihkan pandangannya pada anak di p
Iris paling takut Aiden dan Dimitri akan saling mengenali satu sama lain sebagai ayah dan anak. Bagaimanapun darah lebih kental daripada air.Bunyi alat monitor medis menarik Iris dari pikiran gelisahnya. Dia mengalihkan pandangannya dengan cemas pada petugas ambulans.“Apa putraku akan baik-baik saja?”“Pasien kehilangan banyak darah dan lengan kanannya patah. Anak ini harus segera dioperasi. Tolong sebutkan identitas dan golongan darah anak ini.”Mata Iris memerah dan air matanya mengalir menatap wajah berdarah putranya. Bagaimana putra kecilnya bisa menahan luka separah ini? Dia bahkan tidak pernah terjatuh.Iris mengabaikan keberadaan Aiden dan memberitahu identitas Dimitri beserta golongan darahnya.Setelah petugas selesai mencatat, Iris meraih tangan mungil Dimitri. Dia mencium tangannya dengan penuh sayang dan penyesalan. Seandainya dia tidak melepaskan tangan Dimitri, putranya tidak akan lepas dari pengawasannya dan mengalami kecelakaan.“Maafkan mommy, Sayang ... mommy
Aiden menyipit menatap Iris selama beberapa saat. Dia bersandar lemah, namun menatap Iris curiga. “Sejak tadi kamu gelisah dan bahkan tidak tulus berterima kasih, sekarang kamu ingin mengusirku. Apa sebenarnya yang kamu sembunyikan?”Iris berkedip dan memelototi Aiden. “Memangnya apa yang harus aku sembunyikan darimu?”Aiden tidak menjawab selama beberapa saat sebelum mengalihkan pandangannya ke pintu ruang operasi yang tertutup rapat. “Mungkin tentang putramu. Aneh karena kamu tiba-tiba punya anak. Dilihat dari sosok Dimitri, seharusnya dia berumur lima tahun, ‘kan?” Dia menoleh menatap Iris tajam. “Aku juga tidak pernah mendengar bahwa kamu sudah menikah. Dari mana munculnya Dimitri? Apa dia anak angkatmu?”Iris gelisah dan marah membentak Aiden. “Apa urusannya denganmu aku menikah atau tidak dan siapa Dimitri?! Apa kamu memata-mataiku?!”“Aku hanya penasaran bagaimana kamu bisa menjadi Direktur Utama WLT Group,” balas Aiden mengangkat bahu.Iris mendengus dingin dan tidak mena
Hugo ingat Iris sangat terpuruk saat kematian Zein. Kehadiran Dimitri saat itu menyelamatkan Iris dari keterpurukannya.Iris masih sesenggukan dan Hugo terus menenangkannya. Mereka seolah tak memedulikan Aiden yang masih berada di antara mereka dengan ekspresi gelap.Aiden sekarang mengingat siapa pria itu dan mengapa wajahnya begitu familier. Dia adalah pria yang sama enam tahun yang lalu berselingkuh dengan Iris dan membawanya pergi. Sekarang mereka masih berhubungan dan bahkan mesra di depannya?Pria itu bahkan tahu Dimitri adalah anak Iris. Apa dia ayah kandung Dimitri? Lalu mengapa mereka tidak coba menikah? Aiden merasa sinis dan jengah di dalam hatinya.Mungkinkah Dimitri adalah anak hasil perselingkuhan mereka? Memikirkannya saja membuat Aiden merasa iritasi di hatinya.Pintu ruang operasi terbuka menarik perhatian mereka. Iris melepas pelukannya dari Hugo dan buru-buru menghampiri pria yang keluar dari ruang operasi.“Bagaimana keadaan anakku, Dokter?” Iris bertanya cem
Aiden kembali ke ruang operasi Dimitri. Dia tiba-tiba berhenti tak jauh dari ruang tunggu operasi Dimitri. Di sana Iris duduk di kursi tunggu mengusap wajahnya dan terlihat putus asa memandang berkali-kali ke arah ruang operasi yang tertutup rapat. Aiden mengalihkan pandangannya pada pria di sebelahnya yang merangkul pundak Iris dan menenangkan wanita itu.Mata Aiden menyipit. Apa sebenarnya hubungan mereka?Aiden mendengus muram tidak jadi menunggu operasi Dimitri selesai dan berbalik pergi.“Tuan Ridley!”Asistennya, Peter, dari kejauhan mendekati Aiden dengan napas terengah-engah. “Tuan Ridley, Anda baik-baik saja?”Aiden mengangguk. “Bagaimana pertemuan dengan investor dari negara C?”Hari ini seharusnya Aiden ada pertemuan dengan para investor dari negara C pada pukul 10 pagi. Namun, karena kecelakaan Dimitri, Aiden terlambat dan menunda pertemuan dengan investor negara C.“Saya sudah menjadwalkan ulang pertemuan besok siang. Beruntung pihak investor negara C sangat pen
Selama beberapa hari, Aiden telah menahan diri agar tidak ke rumah sakit untuk melihat kondisi Dimitri setelah operasi. Dia gelisah menunggu hasil tes DNA dan mengatur kerja sama dengan investor asing yang tertunda. Meski masih mengenakan penyanggah lengan, Aiden sibuk dengan kerja sama dan menghibur investor asing. Dia mencoba tidak memikirkan anak laki-laki Iris yang membuatnya gelisah. Sampai pada hari ketiga hasil tes DNA seharusnya keluar.Setelah mengantar investor asing di bandara, Aiden tergesa-gesa kembali ke mobilnya. Dia ingin segera ke rumah sakit dan melihat Dimitri. Dia merindukan anak itu. Fakta bahwa Dimitri kemungkinan adalah putranya membuat bersemangat dan juga gelisah di saat yang bersamaan.“Batalkan semua jadwalku sore ini,” perintah Aiden sambil melonggarkan dasinya dengan tangan satunya yang sehat begitu masuk ke dalam mobil.“Aiden, sore ini ada pertemuan rapat pemegang saham. Kamu harus hadir.” Felicia yang mendampingi Aiden sebagai sekretaris duduk di seb
Para pemegang saham lain menatap Aiden dengan tatapan kritis.“Ibu, Tuan Garry sudah membuat banyak kerugian pada perusahaan dan banyak dana perusahaan dikorupsi. Tidak hanya itu, dia melakukan pelecehan pada karyawan wanita yang membuat masyarakat akan kehilangan kepercayaan pada perusahaan kita. Sudah seharusnya kita menyingkirkannya dan mendapatkan kembali kepercayaan masyarakat pada perusahaan,” balas Aiden dengan ekspresi tegas memandang para pemegang saham lain.“Ini tidak akan terjadi jika kamu tidak melaporkan Garry dan membuat perusahaan kita menjadi sorotan publik!” balas seorang pria tua setengah baya, Edward Cole, salah satu kerabat Aiden yang tidak memiliki nama keluarga Ridley. Aiden mengenalinya sebagai salah satu orang yang menjilat Esme. “Paman, jika aku tidak menangani lebih cepat, para karyawan akan mengajukan petisi dan itu akan menjadi skandal bagi perusahaan. Ini akan menjadi buruk bagi citra perusahaan di mata masyarakat. Aku sudah berusaha menangani kasus T
“Seseorang yang seharusnya tidak memiliki hak suara di sini, tidak berhak mempertanyakan Presdir Ridley yang berusaha keras untuk perusahaan ini. Paman, siapa yang mengizinkanmu hadir di pertemuan ini?”Wajah Edward memerah marah karena merasa dipermalukan dan ingin memarahi keponakannya karena kurang ajar.“Baiklah, mari kita hentikan diskusi ini.” Esme memotong sebelum Edward mengatakan sesuatu yang membuat keributan dalam rapat. Dia menatap semua pemegang saham sebelum melanjutkan kalimatnya. “Semua orang sudah mendengar penjelasan Aiden. Kami akan berhenti membahas kasus Tuan Garry dan membiarkan pihak berwenang menangani kasus ini. Untuk saat ini kita harus berhati-hati agar tidak ada kasus lagi yang serupa terjadi di perusahaan.”Dia mengalihkan pandangannya dengan tegas pada Aiden. “Aiden, ini akan menjadi tugasmu untuk peringatkan para direktur setiap departemen agar berhati-hati pada pekerjaan mereka dan jangan membuat masalah seperti Tuan Garry.”Bibir Aiden berkedut menatap