Di luar ruang rawat yang hanya ditutupi tirai di IGD rumah sakit itu, Hamish hanya bisa menunggu dengan tak sabar kondisi Aisyah yang sedang ditangani oleh beberapa tenaga medis di dalam sana. Ida tak kalah cemas dengan kondisi sang menantu yang baru saja melahirkan dan belum pulih benar itu sedang berada di ruang perawatan."Kenapa Najwa harus berbuat seperti itu pada Aisyah, Bu?! Dia baru saja melahirkan secara Caesar dan belum pulih sepenuhnya, bagaimana kalau terjadi sesuatu padanya?" tanya Hamish cemas pada sang ibu. Ia kesal dan marah sekali pada Najwa.Ida tak bisa menjawab pertanyaan dan kecemasan dari sang putra, meski sebenarnya ia masih ingin membela Najwa. Ida menyaksikan sendiri pertikaian antara dua menantunya tadi. Ia berdiri di bawah dan hanya mendongak ke atas dengan menatap cemas, ia bahkan tahu kalau Aisyah yang menendang ponsel Najwa sampai jatuh berkeping-keping di lantai bawah yang membuat Najwa murka dan menamparnya, tapi tak menyangka kalau tamparannya itu kuat
Hamish sedang berada di ruang perawatan Aisyah. Meski kondisi Aisyah dinyatakan membaik oleh dokter paska operasi yang dijalankannya beberapa jam lalu, tapi Aisyah belum sadar juga. Hamish cemas dan makin kalut, ia teringat akan putranya Mufti yang ada di rumah, mendadak ia takut kehilangan Aisyah, sosok yang pasti masih sangat dibutuhkan oleh Mufti.Hamish semakin kalut, perasaannya campur aduk sekarang ini. Rasa amarah dan kecewanya kepada Najwa belum hilang, sekarang ditambah rasa cemas ketika nanti ia membawa pulang Aisyah ke rumah Najwa, ia takut Najwa akan kembali melukainya.Bagaimana bisa Najwa berubah sikap seperti itu?Hamish tak habis pikir sama sekali dengan apa yang dilakukan oleh Najwa kepada Aisyah hingga membuat Aisyah jatuh dari lantai. Sekesal itukah Najwa pada Aisyah sampai ia berani menyerangnya? Ia jadi ingat video viral istri-istri yang melabrak pelakor belakangan ini, sungguh brutal dan mengerikan, ia makiin bertambah was-was.“Mas ….” Suara lirih Aisyah membuya
“Kamu masih mau bertahan dengan pernikahan konyolmu itu, Najwa?” tanya Sarah dengan geram ketika pagi itu Sarah memutuskan kembali menyambangi Najwa di rumahnya dan mengajaknya keluar. Ia melihat kalau sahabatnya dalam keadaan kacau sekali dan ia tak tega melihat Najwa seperti itu.“Aku harus bagaimana, Sin?” tanya Najwa.“Ajukan gugatan perceraian, Najwa! Biar Hamish sadar kalau yang dilakukannya padamu adalah sebuah kesalahan!” kata Sarah.“Tapi bagaimana dengan ibu?” tanya Najwa.“Kamu masih memikirkan mertuamu sedangkan ia tak memikirkan bagaimana perasaanmu? Memintamu membawa serta madumu ke rumahmu? Itu hal paling gila, Najwa!” kata Sarah.“Karena mas Hamish dan ibu tak memiliki rumah,”“Tapi bukan berarti rumahmu adalah tempat penampungan, ingat Najwa, rumahmu itu hasil jerih payahmu sendiri,” kata Sarah mengingatkan.“Tapi setelah menikah dengan mas Hamish, ia merenovasinya,” kata Najwa.“Merenovasi? Maksudmu membuat kamar tambahan di belakang? Oh ayolah, kamu tidak duduk mani
Sampai di rumah, Najwa menggunakan ponsel barunya, ia telah menyimpan nomer-nomer penting yang dihapalnya diluar nalar. Ponselnya yang terjatuh dari lantai dua sudah rusak parah, saat ia hendak membenarkannya, tukang service ponsel mengatakan kalau biayanya setara dengan harga sebuah ponsel baru. Najwa urung membenarkan ponselnya dan membeli ponsel baru, ponselnya yang rusak ia simpan di laci kamarnya yang ada di paling bawah. Ia sudah tak berminat juga menunjukkan rekaman video cctv soal kejahatan Aisyah pada Hamish, ia memilih diam. Rasa bersalah akibat Aisyah jatuh lah yang membuatnya mengambil keputusan demikian.Setelah mengaktifkan kartu SIM ponsel miliknya, tak berselang lama ponsenya berdering dan berpendar beberapa kali. Nama Hamish tertera di ponselnya, Najwa mengangkat panggilan itu segera, ia berharap tak ada hal yang serius yang terjadi pada Aisyah.“Assalammualaikum, mas,” sapa Najwa.“Waalaikumsalam, Najwa. Najwa, tolong kirimi mas uang, uang mas gak cukup untuk biaya r
Najwa bisa merasa kalau sang mertua merasa sungkan padanya karena Hamish meminta uang pada Najwa untuk biaya pengobatan Aisyah selama di rumah sakit tadi, bahkan untuk biaya pengobatan Mufti, Najwa tak segan-segan mengeluarkan uangnya sendiri.“Terima kasih, nak,” kata Ida dengan suara pelan pada Najwa.“Hanya itu yang bisa Najwa lakukan, bu. Lagi pula setiap manusia harus bertanggung jawabkan? Apalagi sebab Aisyah jatuh itu karena Najwa,” kata Najwa, Ida diam, tak menanggapi sama sekali ucapan menantunya, ia tahu kalau ada maksud tersembunyi dari ucapan Najwa tersebut.Najwa mengendarai mobilnya menuju perusahaan di mana lelaki itu memberinya kartu nama. Tapi sebelum sampai di perusahaan itu, Najwa menyempatkan diri membeli susu kotak sesuai saran dokter dan susu kaleng di apotek tertentu. Sengaja dia beli dua sekaligus, karena jika Mufti masih belum bisa menerima susu yang ia beli di supermarket, ia akan memberinya susu yang satunya, yang tentunya harganya lebih mahal. Setelah seles
Setelah Jacob pergi dari hadapannya, Najwa langsung menyusul mertua ke kamar mandi untuk mengajaknya pulang ke rumah. Ida memerhatikan paper bag yang dibawa kembali oleh Najwa, ia makin bertanya-tanya apa yang akan Najwa lakukan pada paper bag tersebut.“Kenapa dibawa kembali paper bagnya?” tanya Ida pada Najwa yang masih kesal dengan sikap Jacob yang menurutnya mau menang sendiri.“Orangnya sedang ada meeting dadakan,” jawab Najwa berbohong.“Berapa harga kemeja itu? Pasti mahal ya, perusahaan itu yang sering order kue ke kamu?” tanya Ida.“Iya, sering sekali,” kata Najwa berbohong. Najwa tak berniat menjelaskan yang sebenarnya kepada Ida tentang siapa Jacob dan apa hubungannya dengannya, baginya itu tak penting sama sekali. Bagi Najwa, setelah Jacob mengembalikan KTP miliknya, segala urusannya dengan Jacob akan selesai.Setelah memarkir mobilnya, Najwa turun, bersamaan itu pula Mufti menangis karena merasa lapar. Gegas, Najwa ke dapur dan meminta bi Surti membuatkan satu botol susu
Najwa memilih gamis berwarna biru langit dengan kerudung warna putih yang sangat cantik saat ia menatap dirinya lekat-lekat di cermin. Sebenarnya ia ingin ijin terlebih dahulu kepada suaminya untuk bertemu dengan seorang pria yang bukan mahramnya, hanya saja hatinya kembali berontak dan merasa kesal kala ia ingat perselingkuhan Hamish dan Aisyah.'Kamu masih waras saja sudah alhamdulillah, Najwa.'Kalimat itu yang pernah dilontarkan oleh Sarah padanya saat ia menangis dan mengadu. Iya, saat dia masih waras untuk diduakan oleh suami adalah hal yang luat biasa. Najwa menyambar tas dan paper bagnya lalu keluar kamar dan menuruni anak tangga. Sampai di anak tangga terakhir, Ida, sang mertua, yang sedang menggendong Mufti menoleh ke arahnya dan menyaksikan penampilan sang menantu yang luar biasa cantik. Hatinya jadi bertanya-tanya ke mana Najwa pergi dengan penampilan seperti itu?Diperhatikannya baik-baik Najwa dengan seksama sampai matanya menangkap paper bag yang berisi kemeja pria dan
Najwa masih mengerjap beberapa kali, bahkan ketika Sarah sudah mulai makan dengan lahap."Aku pesenin kamu menu kesukaan kamu loh, Wa. Tuh, cobain," kata Sarah dengan enteng, Najwa masih mencerna dengan seksama suasana dan kejadian apa yang sedang ia alami sekarang ini. Jacob tak peduli, wajahnya masih datar meski ia mengamati wajah Najwa dengan seksama. Lewat Sarah tadi ia sudah tahu siapa Najwa, kehidupannya, usaha yang dia jalani, serta masalah rumah tangganya. Jacob sempat kecewa tadi saat melihat Najwa menggendong bayi di kedua tangannya, ia merasa tak ada harapan sama sekali untuk mendekati perempuan yang diam-diam menarik perhatiannya itu, tapi setelah Sarah menceritakan semuanya sebelum Najwa datang, Jacob merasa lega. Meski ia tahu harapannya juga setipis tisu untuk mendapatkan Sarah, perempuan itu masih mempunyai suami."Kalian saling kenal?" tanya Najwa akhirnya."Tadi pagi pas kita di restaurant, yang nyapa aku pak Jacob ini, kamu sih gak lihat," kata Sarah. Najwa mencoba
Najwa sedang memilih-milih bahan yang bagus untuk kue yang akan ia buat nanti sore. Ia ingin memakan cake yang cantik dan enak. Membayangkannya saja membuat Najwa menelan ludah.“Najwa,” panggil seseorang yang langsung membuat Najwa menoleh dan kaget begitupun dengan pria yang ada di hadapannya ketika ia baru menyadari perut Najwa sedikit membuncit. Tubuh Najwa yang kurus selama kehamilan membuat kandungan Najwa yang sudah dua puluh empat minggu itu terlihat lebih jelas, padahal ini adalah kehamilan pertamanya.Hamish yang mengenali Najwa dari belakang dan ingin menyapanya saat ia memasuki supermarket tak pernah menyangka sebelumnya kalau Najwa akan hamil secepat ini di pernikahan keduanya.“Mas Hamish,” panggil Najwa kikuk seraya menoleh ke kanan dan kiri untuk menemukan suaminya yang entah kemana.“Kamu hamil, Najwa?” tanya Hamish dengan suara berat, rasanya seperti ada yang mengganjal di kerongkongannya saat ia mengucapkan hal itu pada Najwa.“Alhamdulillah, iya, mas. Gak nyangka b
Aisyah menangis di dalam tahanan karena tak menyangka ada orang yang tega memfitnahnya dengan menaruh obat terlarang dalam tasnya.Berulang kali ia berteriak tak menggunakan obat terlarang tersebut, tapi pihak kepolisian mengabaikannya."Pak,tolong pak, saya punya anak balita di rumah, bebaskan saya, saya mohon ..." rengek Aisyah pada petugas kepolisian yang lewat di depan tahanan sementaranya."Ibu macam apa yang dandanannya seperti wanita malam dan keluyuran tengah malam?" sahut polisi tersebut kepada Aisyah."Setidaknya biarkan saya telepon suami saya dulu," pinta Aisyah."Bukankah ponselmu sedang di cas? Tunggu dulu sekalian tunggu giliran kamu diperiksa," kata petugas itu geram."Percaya sama saya pak, saya bukan pemakai atau pengedar obat terlarang," kata Aisyah pada petugas tersebut."Semua orang juga bilang begitu kalau sudah ketahuan. Kamu akan menjalani rangkaian test, kalau terbukti bukan pemakai mungkin memang beberapa pil itu bukan milikmu," kata pak polisi itu pada Aisya
Aisyah dan Hans akhirnya terpaksa keluar rumah keesokan harinya bersama dengan barang-barang perabotan yang baru saja dibeli oleh Hans. Saat memasuki kost rumah tangga yang sangat sederhana, Aisyah menggerutu kesal dan marah-marah tak jelas.“Kenapa kita tinggal di sini, sih, mas?” tanya Aisyah kesal sekali, “panas sekali,”“Nyalakan saja kipasnya,” kata Hans.“Kenapa kita gak cari apartemen sih, mas?” tanya Aisyah kembali,“Uangku gak cukup dan aku belum dapat pekerjaan baru,”“Seharusnya kamu itu gak dipecat dari perusahaan, mas. Masalah kita kan masalah pribadi, seharusnya mbak Mirna tahu kalau masalah pribadi gak bisa dicampur dengan masalah perusahaan,” kata Aisyah mengomel. Hans lelah, Aisyah sama sekali tak mau membantunya dalam hal beres-beres tempat kost yang baru, jadi ia sungguh lelah karena harus mengerjakannya sendirian.Setelah menata semua perabot di dalam kostnya, Hans mencoba mencari pekerjaan lewat rekan bisnis dan teman-teman kerjanya. Tapi sayang sekali, ia tak men
“Bayinya sehat, sebentar saya dengarkan detak jantungnya, ya,” ujar dokter kandungan yang bernama Amalia itu kala ia memeriksa kandungan Najwa secara USG. Dada Najwa berdebar-debar sejak tadi diperiksa saking terharunya ia mengetahui kehamilannya lewat test pack dan Jacob langsung membawanya ke dokter kandungan.“Nah, dengar, kan? usianya delapan minggu,” kata dokter Amalia lagi saat mendengarkan detak jantung sang calon bayi di rahim Najwa. Najwa tak kuasa menahannya hingga air mata haru dan bahagia meleleh begitu saja di pipinya.Jacob bergerak membantu Najwa yang bangun setelah selesai diperiksa, sedangkan dokter memberikan resep vitamin yang harus dikonsumsi oleh Najwa dan mengingatkannya untuk kontrol ulang tiga minggu lagi.“Terima kasih banyak, dok,” kata Najwa dan Jacob bersamaan. Mereka keluar ruang periksa dan berjalan dengan beriringan. Jacob merangkul Najwa dengan perasaan bahagia luar biasa.“Kita ke rumah mama, ya,” ajak Jacob dan Najwa mengangguk. Najwa terus memandangi
Aisyah dan Hans tak mengijinkan perempuan gemuk itu masuk ke dalam rumah karena Hans merasa tak pernah menjual rumahnya pada siapapun. "Kamu yakin gak pernah jual rumah ini, mas?" tanya Aisyah cemas."Nggak,""Kalau gitu kamu simpan surat-suratnya?" tanya Aisyah lagi. Hans menoleh ke Aisyah dan ia baru ingat kalau surat rumah ini dibawa salah seorang saudaranya. Gegas Hans menuju kamarnya dan mengambil ponsel yang ada di sebelah kasur di atas nakas. Hans mencoba menghubungi saudaranya yang memegang sertifikat rumah tapi ia tak bisa menghubunginya.Kecemasan melanda Hans, ia panik karena perempuan gemuk yang ia pikir sudah pergi dari rumahnya, kini marah-marah dan berteriak di luar sana lalu akan mengancam melaporkan Hans ke polisi."Mas, aku takut," kata Aisyah yang muncul di ambang pintu kamar. "Aku bukain pintu saja mas, biar dia gak teriak-teriak!" kata Aisyah pada Hans yang diam saja. Pikiran Hans penuh, ia takut kalau saudaranya memang menjual rumah peninggalan orang tuanya.Ais
“Mirna! Tunggu! Maafkan aku!” seru Hans seraya mengejar Mirna yang akhirnya bisa ia temui di pusat perbelanjaan setelah mengikutinya keluar rumah. Surat sidang perceraian pertama telah ia terima, baju-bajunya juga sudah dikeluarkan semuanya oleh Mirna saat ia berusaha pulang ke rumah malam itu dan ternyata mendapatkan pengusiran yang menyedihkan. Hans sangat sulit menemui Mirna, karena Mirna terus menghindarinya dan tak mau bicara dengannya. Selain Mirna tak mau bertemu dengannya, Hans juga dilarang menemui anak-anak mereka sampai sidang putusan perceraian itu keluar dan hakim memutuskan kepada siapa hak asuh anak mereka akan jatuh.“Apa lagi sih, mas?” tanya Mirna kesal seraya melepaskan cekalan Hans dari tangannya, tatapan Mirna penuh amarah dan kebencian yang luar biasa pada Hans.“Aku tahu aku salah, maafkan aku. Aku ingin jika kita berpisah, kita bisa pisah secara damai,” kata Hans pada Mirna. Mirna tak menyangka kalau Hans juga akan menyerah dengan hubungan mereka dan menerima p
Jacob memeluk Najwa dari arah belakang ketika Najwa sedang asyik menikmati panorama keindahan alam dari balkon kamar hotelnya. Najwa menoleh dan tersenyum manis ke arah Jacob yang langsung mengecup bibirnya singkat. Lalu keduanya kini kembali menikmati pemandangan luar yang indah sekali. “Kita sarapan?” tanya Jacob dan Najwa mengangguk. Jacob menggandeng tangan Najwa keluar kamar dan langsung mengajaknya turun untuk makan sarapan di lobi hotel. Kemesraan keduanya terlihat jelas dari wajah mereka masing-masing. Sembari menikmati roti bakar serta buah-buahan segar, mereka berbicara tentang rencana bulan madu mereka di kota itu. Sesekali mereka mengambil foto berdua lalu mempostingnya di media sosial mereka masing-masing.Malam hari setelah lelah berkeliling kota dan menikmati destinasi wisata dimana-mana, mereka akan kembali saling menjamah berkali-kali sampai kelelahan dan tertidur hingga keesokan paginya.***Setelah melihat story Najwa yang bahagia di luar negeri saat menikmati bul
Hamish pulang bersama Mirna ke rumah Mirna lebih dulu baru ia pulang ke rumahnya dengan naik motor.“Kamu gak mau masuk buat obatin luka di tanganmu?” tawar Mirna dan Hamish menggeleng ke arahnya. Sepanjang perjalanan tadi ia terus melamun, membayangkan adegan dimana ia harus melihat istrinya sendiri bercumbu dengan pria lain, itu sangat memalukan buatnya.Mirna menatap kepergian Hamish dengan hati yang juga hancur, pasalnya setelah hari ini, ia tahu bahwa ia akan menjadi single mom untuk anak-anaknya. Mirna masuk rumah dan sebelum masuk ia berpesan pada satpam rumah.“Jangan biarkan bapak masuk rumah malam ini, apapun yang terjadi. Kunci semua pintu rumah,” kata Mirna yang membuat satpam rumahnya kaget dan bingung. “Kamu dengar perintah saya, kan?” tanya Mirna dan satpam rumahnya mengangguk ke arahnya meski bingung. Selepas kepergian sang tuan rumah, barulah satpam rumah bertanya kepada pak sopri, apa yang sudah terjadi sehelumnya.“Bapak selingkuh, ibu dapatin bapak lagi di kamar b
"Mas ...." Aisyah merasa risih karena sikap Hans yang menginginkannya, sedangkan dirinya merasa tak tenang dan nyaman sama sekali hari ini. Aisyah kepikiran Hamish, bertanya-tanya dimana ia sekarang dan apa yang terjadi padanya saat Hamish tahu bahwa Hans sudah tak ada di hotel tempat mereka janjian bertemu. Hans tak peduli dengan penolakan halus dari Aisyah, hasratnya sudah tinggi dan ia tak bisa membendungnya lagi. Anehnya, kepada Mirna yang cantik dan masih memiliki tubuh indah, Hans tak seperti ini, apakah ini namanya menikmati hubungan haram, membuat manusia terlena hingga mengulanginya lagi dan lagi?"Mas, tunggu, bagaimana ..." Aisyah hendak menolak Hans kala Hans berusaha melucuti pakaiannya tapi Hans tak peduli, ia terus melancarkan aksinya dan mulai melepaskan pakaian Aisyah satu persatu sembari terus mencumbunya dan membuat Aisyah akhirnya tak berkutik dengan permintaan Hans tersebut.Mata Hans makin berkilat penuh nafsu kala ia melihat tubuh polos Aisyah di hadapannya. Ia