Dua bulan berlalu selepas pernikahan sederhana itu, Luna lebih sering menghabiskan waktu di Rumah saja, fokus dengan kehidupan nya yang baru, mengurus suaminya, Rama. dan juga mulai belajar menjadi istri yang baik.
Pagi ini seperti biasa dia mengantarkan suaminya sampai teras utama, karena Rama sudah siap untuk berangkat ke kantor. " Sayang, kamu sakit?"" Nggak kok mas." Rama mengerutkan keningnya melihat wajah sang istri yang terlihat pucat lesu dan tidak bergairah seperti biasanya."Luna, sayang apa kamu sakit ?" ulang Rama memastikan kembali.Bahkan seandainya Rama, langsung meletakkan punggung tangannya di kening sang istri, namun suhu tubuh Luna biasa saja."Mas, aku nggak apa-apa kok, nggak usah cemas karena dirumah ada pelayan dan juga mama yang akan menjaga aku." Luna tersenyum sambil mencium tangan Rama yang akan berangkat."Ya sudah, kalau apa apa segera hubungi mas ya." ucap ramWaktu terus berjalan, kehidupan Mayang dan Reno sangat bahagia, begitu juga dengan pasangan Siska dan juga Erik. bahkan sekarang Mayang kembali hamil untuk yang dua kakinya.Semula, Reno tercekat sambil terdiam, dia masih tidak percaya membaca hasil pemeriksaan kesehatan sang istri tercinta, Mayang, tanpa sadar kertas putih itu jatuh kelantai. sementara Mayang tersenyum melihat ekspresi yang ditujukan oleh sang suami tampan nya itu."Sayang, jadi kamu Benaran hamil lagi?""Iya mas, calon anak kita yang ke tiga, dikemukakan kedua." Mayang memegangi pipi suaminya, meyakinkan jika ucapannya benar."Alhamdulillah....ini benar-benar anugerah terindah dalam hidupku, semoga anakku kelak menjadi anak yang Sholeh dan Soleha. dan aku harap mereka terlahir kembar lagi." Reno langsung menarik tubuh istrinya kedalam pelukannya, dia sangat bahagia. tanpa sadar air mata haru dan bahagia menitik membasahi pipi Reno." Apa mas kamu pengen anak kita kembar lagi?"
Dari kejauhan orang tua Luna menangkap sosok menantunya yang mondar-mandir di depan ruang UGD. setelah mendekat mereka berjalan ke arah Rama yang menunduk sedih."Yang sabar ya nak, kami juga sama sedihnya seperti kamu, putri kami satu-satunya terbaring tidak berdaya, tanpa kami bisa menolong rasa sakit yang dia rasakan sekarang." ucap mama."Sebaiknya kita bantu Luna dengan doa, semoga dia bisa melewati masa kritis nya." ucap mama lagi, mengusap air mata yang lolos di kedua pipinyaRama hanya mengangguk pelan membalas ucapan mereka, tatapannya Kosong kedepan. pikiran nya masih teringat saat sebelum Luna dipindahkan ke ruangan UGD. Luna saat itu sempat kejang-kejang dan kembali pendarahan.Rama berdiri dan berjalan seperti orang linglung, sang mama mengikuti langkah kakinya dari belakang. nampak Rama memasuki musholla Rumah Sakit setelah berwudhu dia sholat dengan khusyuk.Rama mengangkat kedua tangannya yang bergetar menahan tangis."Ya All
Tidak ada yang mengetahui, termasuk Siska. jika jauh hari. Erik sudah menyiapkan sebuah villa mewah untuk sang istri tercinta, setelah melihat tumbuh kembang anak kesayangannya Kasandra yang sehat.Erik berencana akan menempati sebuah villa yang dibangun megah diatasi perbukitan tersebut. yang dikelilingi perkebunan teh yang menghijau.Siska tidak kuasa menahan haru, saat Erik mengatakan ingin mengadakan syukuran disana, atas hubungan mereka yang diterpa banyak masalah, akhirnya bisa bersama kembali, dan juga akan memperkenalkan Luna pada keluarga besarnya disana."Bagaimana sayang, apa kamu setuju dengan ideku itu" ucap Erik antusias dan menatap istrinya lekat. menunggu jawaban dari bibir mungil Siska yang terlihat bergetar. dan tiba-tiba air matanya lolos sempurna."Sangat setuju sekali Pi." memeluk tubuh Erik erat."Besok kita sekeluarga akan pulang, naik kereta api, sekarang kamu bersiaplah sayang""Baiklah, mas."
Erik membawa keluarga besarnya tinggal beramai-ramai dan berkumpul di villa yang mewah dan besar ini, tidak ada seorang pun yang membahas jika Luna juga sudah pulang.Keluarga Erik seakan-akan menutup mata, mereka menang tidak pernah menyukai Luna, ditambah lagi hubungan masa lalu Erik dan Luna, dulu berakhir karena Erik orang yang tidak memiliki apa-apa, sehingga Luna dijodohkan dengan anak orang kaya dikampung itu.Erik sebenarnya sudah menyelidiki kehidupan Luna, dan sengaja membiarkan Luna, karena Erik melihat Luna dan Rama sudah benar-benar bertaubat, dan Erik juga menunggu dan yakin jika mantan istrinya itu akan menemuinya untuk meminta maaf.Erik yang dermawan, juga akan menyalurkan bantuan berupa sekolah, beasiswa dan pengobatan gratis, ini juga permintaan Bu Berliana sebelum meninggal. agar Erik bisa menyalurkan kejayaan nya kenyataan sosial yang sangat membutuhkan.Keluarga Luna yang semula sombong dan angkuh, mersa malu melihat kehidupan Erik yang seka
Dalam koma Luna, dia masih berusaha untuk kembali tersadar. namun usahanya percuma karena dia mersa tubuh nya yang semakin dingin dan ringan layaknya kapas yang bisa terbang."Ya Allah....aku tidak kuat lagi, aku kedinginan...dingin sekali, bahkan tubuhku terasa kaku untuk digerakkan, aku hanya bisa mendengar suara mas Rama, lelaki tampan yang sering aku panggil suamiku, sekarang dia terus menangis, sambil sesekali membisikkan kalimat mu ditelinga ku.Dan yang paling membuat ku merasa bahagia sekali, aku mendengar suara mas Erik yang selama ini aku rindukan, dia juga datang membesuk ku kerumah sakit ini, apa dia sudah memaafkan aku, atau malah sebaliknya mas Erik ingin memperkarakan perbuatan ku dulu, maafkan aku mas ...apakah kamu saat ini berada dikdekatku. aku malu mas hu.... hu..., Tuhan beri aku kesempatan untuk menebus kesalahanku, mas Erik, Siska semoga kalian bisa memaafkan kesalahanku."Meskip
Rama terus memukul dinding tembok itu, melupakan rasa sakit tangannya yang mengeluarkan darah."Ini salahku, ini hasil yang harus aku terima dan bayar atas kejahatanku. sehingga anak dan istriku yang menanggung semua kesalahanku itu."" Tidak ada yang salah nak, ini semua sudah takdir dan jalan hidup yang membawa juta seperti ini. sabar dan ikhlas lah nak." bujuk mama." Siska, sekarang aku juga merasakan apa yang kamu rasakan dulu, sewaktu berpisah dengan Erik. sekarang aku juga mengalami dan mengerti bagaimana rasa sakitnya kehilangan orang yang kita cintai. hal ini sangat menyakitkan... rasa sakit ditinggalkan orang yang kita cintai. " teriak Rama terus menangis.Begitupun dengan Erik, dia tidak sanggup menerima kenyataan ini, kehilangan Luna wanita yang merupakan Cinta pertama dan sahabat kecilnya itu sudah tiada, Erik menitikan air matanya, sebelum keluar dari ruangan rumah sakit tempat Rama sejarang ikut dirawat setelah kepergian Lun
Seiring berjalannya waktu, Rama juga kembali menyibukkan diri diperusahaan. sehingga dengan begitu sedikit banyak kesedihan nya bisa sedikit berkurang.Keluarga Rama ikut senang melihat perubahan nya itu, bahkan sekarang dia juga sudah mulai tersenyum lagi, sesuatu yang sudah lama dia lupakan semenjak kepergian Luna dari hidup nya.Melihat potensi dan perkembangan perusahaan Rama, Reno tertarik untuk bekerjasama dengan perusahaan tersebut. termasuk juga Erik yang sekarang juga fokus dengan perusahaan yang dipimpinnya.Mereka berniat membangun sebuah resort kelas dunia disebuah kepulauan Bintan. Rama menyambut baik niat Reno dan Erik. selain dua orang itu memiliki hati dan niat yang tulus, Rama juga sudah mengenal dekat keduanya, sehingga dia tanpa ragu langsung tertarik untuk bekerjasama.Selepas mereka meeting bertiga , didampingi asisten masing-masing. mereka pun melanjutkan dengan makan siang bareng di restoran mewah yang terdapat dipusat per
" Wanita itu benar-benar mirip dengan Luna ku, tidak salah jika aku kembali pindah ke induk perusahaan ku dipusat kota ini, sehingga aku bisa bertemu bidadari ku yang telah hilang, aku merasa Luna ku telah kembali." gumam Rama tersenyum senang, dia seperti laki-laki yang baru mulai jatuh cinta lagi." Sebisa mungkin, aku akan berjuang untuk mendapatkan mu lagi Naira....ya Naira, nama yang sangat cantik, persis orang nya."***Dirumah nya, Naira dibuat dilema dengan permintaan Rama untuk bertemu siang i i, sehingga gadis itu terus mondar-mandir seperti setrikaan panas.“ Aku dibuat dilema sekarang, menerima tawaran tuan Rama, atau melanjutkan hidup sebagai penggangguran.” Gumam Naira sambil menatap kartu nama yang Rama." Lagian untuk apa coba dia bersikukuh memintaku untuk menikah dengan nya, bukankah dia bisa mendapatkan apapun yang diinginkannya dengan ketampanannya dan kejayaan ya g dimilikinya, benar-benar laki-l