Hal itu membuat Sera menjadi sedih. Kondisi tubuh Sera menjadi drop. Dia bahkan terlihat mimisan beberapa kali, wajahnya juga terlihat sangat pucat, tapi Sera mengakali semua itu agar tak ada satu pun yang mengetahuinya.
Hampir 3 hari, Lucas membiarkan Sera. Sera yang diperlakukan seperti itu menjadi gusar, malam ini, setelah Lucas pulang dari bekerja. Sera menghadangnya dan menyuruh Lucas untuk duduk.
"Kenapa kau mengabaikanku? Apa kau sudah tak sayang padaku?“ tanya Sera dengan
Sera terbangun dari tidurnya dengan perasaan senang. Semalam, Lucas telah menyetujui permintaannya. Dia akan melakukan kemoterapi, setelah Lucas menikah nantinya.Sera menoleh ketika pintu kamar mandi itu terbuka. Sosok suaminya keluar dengan pakaian yang telah lengkap, di tangannya ada sebuah handuk kecil yang dia gunakan untuk mengeringkan rambutnya.Lucas tersenyum melihat Sera yang sudah bangun. Lelaki itu mendekati istrinya dan mengecup keningnya. Dia tak banyak bicara, sebenarnya dia masih marah pada dirinya sendiri yang menyetujui permintaan konyol isterinya."Aku ingin kau bertemu dengannya hari ini," ucap Sera tersenyum menggenggam tangan Lucas."Kau masih sakit, dan tidak bisa keluar dari sini. Kau harus tetap dirawat sampai bisa sembuh. Aku tak mengizinkanmu untuk menolak," ucap Lucas tegas menatap isterinya."Siapa bilang aku yang akan keluar. Mana handphoneku, biar aku menyuruh wanita itu ke sini. Kebetulan ibunya juga dirawat di rumah
Hari-hari berlalu dengan sendirinya. Sera nampak memenuhi janjinya untuk melakukan kemoterapi. Setelah keadaannya membaik, dia sudah dijadwalkan melakukannya selama sebulan sekali. Sedangkan Elena masih sibuk menunggu ibunya yang kini sudah selesai dioperasi.Ternyata, kemoterapi lebih menyakitkan daripada saat dia menahan rasa sakit dalam dirinya. Pengobatan itu bahkan membuat badan Sera lemas seharian. Padahal dia sudah tak tahan dengan bau obat rumah sakit dan ingin segera pulang ke rumah. Dia harus mulai memikirkan cara agar pernikahan Lucas dan Elena mempunyai kemajuan.Hari ini Lucas berpamitan pada Sera karena mempunyai jadwal yang tak bisa ditinggalkan. Tetapi Lucas menyuruh Adam, seorang kepercayaannya untuk menjaga Sera.Sera yang terlihat bosan akhirnya menelfon Elena agar wanita itu datang ke sini. Tapi belum sampai Elena yang datang, suara nyaring Maria dan Illene memenuhi ruangan itu."Bagaimana kabarmu sayang? Apa yang dilakukan Lucas
Elena langsung menunduk, dia berniat ingin kembali ke kamarnya. Tapi hal itu tak terjadi, suara Lucas menghentikan langkahnya."Ya, Tuan?" Elena mendongak, menatap ke arah Lucas."Ikut aku, ada yang ingin aku bicarakan padamu," ucap Lucas, tanpa menunggu jawaban Elena dia langsung pergi begitu saja.Elena tak membantah, dia mengikuti Lucas di belakangnya. Mereka menaiki tangga, lalu berjalan sampai di ruangan paling ujung. Lucas masuk dan segera menyuruh Elena untuk duduk."Kau tahu aku tidak pernah menginginkan pernikahan ini, jadi nanti setelah Sera sembuh. Aku ingin kita bercerai, kau pergi dari kehidupan kami dan anggap saja tak pernah terjadi apa-apa. Aku akan memberikanmu kompensasi yang besar setelah itu." ucap Lucas." Baik Tuan, saya menerimanya." balas Elena. Dia memang tak ada niatan untuk menikah, tapi keadaan dia harus mengobati ibunya memaksanya melakukan hal ini. Dia juga tak ingin berbuat jahat pada Sera dan Lucas, orang yang telah
Tok.. Tok.. Tok..Elena mengetuk pintu tersebut sebelum masuk ke dalam. Dia menunduk dan berjalan mendekat ke arah Lucas."Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Lucas begitu melihat siapa yang masuk."Saya mengantarkan makan siang bersama nyonya untuk anda, Tuan.“ ucap Elena." Lalu di mana Sera?""Nyonya ada di kamar mandi." jawab Elena.Lucas menyerngit, kenapa Sera tak masuk ke kamar mandi yang ada di dalam ruangannya saja? Kenapa malah memilih yang ada di luar. Apa wanita itu sengaja agar dirinya bisa berdua dengan Elena? Tiba-tiba pikiran itu terlintas di benak Lucas, membuat dia menggeram dengan marah. Bisa-bisanya istrinya itu berpikiran untuk melakukan hal konyol pada suaminya. Awas saja nanti, Lucas pasti akan memberikan hukuman pada wanita itu."Tuan," panggil Elena yang melihat Lucas hanya terdiam.Lucas tersadar dan langsung menatap tak suka pada Elena. "Letakkan saja di meja!" perintah Lucas.Elena meng
Tubuh Elena meringkuk di pojokan. Bibirnya menjadi kering, tak ada lagi tangisan yang keluar dari matanya. Hanya tubuhnya saja yang bergetar menahan betapa sakit punggungnya setelah terkena 3 kali cambukan.Elena tak menduga jika Lucas akan menyiksanya seperti ini. Lelaki itu benar-benar seperti monster yang kalap hanya karena Sera. Jika dari awal Elena tahu, dia tidak akan pernah mau menikahi Lucas.Lama-lama mata Elena terpejam. Entah tidur atau pingsan, yang jelas nafas Elena terdengar pendek-pendek kali ini.~Lucas memeluk tubuh istrinya dari samping. Dia menahan kepalanya dengan satu tangannya. Matanya tak lepas memandangi wajah Sera, menatapnya dengan sendu."Sayang, bangunlah. Aku berjanji akan melakukan apa pun untukmu jika kau bisa sembuh nanti." Tangan Lucas yang satunya mengusap lembut pipi Sera.Setelah mengamati istrinya dengan waktu yang lama, akhirnya dia bangun dan menuju kamar mandi. Hari sudah pagi, dan dia harus bek
Setelah berbincang beberapa saat dengan Sera, Maria memutuskan untuk pulang. Daritadi handphonenya sudah berdering, dan Jake sudah menyuruhnya untuk segera pulang ke rumah.Ketika dia keluar dari kamar, Maria terkejut mendapati Lucas berdiri di sana menatapnya dengan tajam."Apa yang kau lakukan di kamar sampai mengunci pintu?""Tak ada, aku hanya berbincang sebentar dengan Sera." jawab Maria.Lucas masih tak percaya, dia menatap Maria dengan curiga. Tapi wanita itu tak peduli dan berlalu pergi begitu saja. Akhirnya Lucas masuk ke dalam kamarnya, dia mendapati Sera tidur memunggunginya.Sebenarnya, Lucas tidak tahan jika harus berdiam-diaman terlalu lama. Tapi entahlah, egonya menahannya lebih kuat agar dia tak mendekati sang istri.Lucas menuju kamar mandi, dia membersihkan dirinya dengan segera. Setelah selesai, dia langsung keluar lagi dari kamar.~"Apa kau bilang?" tanya Jaccob tampak kaget dengan ucapan Maria.
Sera tersenyum menyambut suaminya, meskipun saat ini jantungnya berdebar karena gugup akan kemarahan Lucas, Sera tetap menanggapinya dengan tenang. Sera beranjak dari ranjang dan mendekati suaminya."Kau sudah pulang? Tumben sekali pulang sore," ucap Sera sambil memegang dasi milik Lucas. Matanya memandang ke dalam mata Lucas yang hitam legam itu.Lucas tak menjawab, dia masih memandang tajam Sera, menunggunya untuk memberikan penjelasan tentang Elena.Sera akhirnya menghela nafas pelan, senyuman yang sejak tadi menghiasi bibirnya telah luntur berganti dengan mata sendunya."Kemarilah, kita bicara di kamar saja. Biarkan Elena beristirahat." Sera mengajak Lucas untuk keluar, lelaki itu bahkan hanya diam tanpa menjawab perkataan Sera.Setelah Lucas sampai di kamarnya, dia tampak menyisir rambutnya dengan kasar. Tangannya yang satu bertolak pinggang membelakangi Sera. Sera yang baru masuk itu langsung duduk di sofa, menatap gerak-gerik suaminya yang m
"Di mana Elena?" tanya Sera begitu melihat Lucas ada di ruang makan.Lucas tak menjawab, dia hanya mengangkat bahunya acuh."Lucas, kan aku meminta kau untuk membangunkan Elena," keluh Sera bermuka kesal."Ayolah Sera, dia bisa bangun sendiri!"Tepat setelah Lucas berkata seperti itu, Sera melihat Elena yang baru saja masuk. Wanita itu menunduk, berjalan melangkah ke dapur."Elena."Panggilan itu membuat Elena membalikkan badan, dirinya masih menunduk di hadapan Sera. "Ya, Nyonya.""Kau sudah merasa baikan? Duduklah, kita bisa sarapan bersama.""Tapi, Nyonya, saya mau membantu Renee terlebih dulu.""Duduk, ini perintah bukan permintaan!" seru Sera.Akhirnya Elena duduk di sebelah Sera. Lucas yang melihat hanya memutar bola matanya dengan malas. Lelaki itu mengambil sarapan yang sudah disiapkan oleh Sera, m
"Di mana Elena?" tanya Sera begitu melihat Lucas ada di ruang makan.Lucas tak menjawab, dia hanya mengangkat bahunya acuh."Lucas, kan aku meminta kau untuk membangunkan Elena," keluh Sera bermuka kesal."Ayolah Sera, dia bisa bangun sendiri!"Tepat setelah Lucas berkata seperti itu, Sera melihat Elena yang baru saja masuk. Wanita itu menunduk, berjalan melangkah ke dapur."Elena."Panggilan itu membuat Elena membalikkan badan, dirinya masih menunduk di hadapan Sera. "Ya, Nyonya.""Kau sudah merasa baikan? Duduklah, kita bisa sarapan bersama.""Tapi, Nyonya, saya mau membantu Renee terlebih dulu.""Duduk, ini perintah bukan permintaan!" seru Sera.Akhirnya Elena duduk di sebelah Sera. Lucas yang melihat hanya memutar bola matanya dengan malas. Lelaki itu mengambil sarapan yang sudah disiapkan oleh Sera, m
Sera tersenyum menyambut suaminya, meskipun saat ini jantungnya berdebar karena gugup akan kemarahan Lucas, Sera tetap menanggapinya dengan tenang. Sera beranjak dari ranjang dan mendekati suaminya."Kau sudah pulang? Tumben sekali pulang sore," ucap Sera sambil memegang dasi milik Lucas. Matanya memandang ke dalam mata Lucas yang hitam legam itu.Lucas tak menjawab, dia masih memandang tajam Sera, menunggunya untuk memberikan penjelasan tentang Elena.Sera akhirnya menghela nafas pelan, senyuman yang sejak tadi menghiasi bibirnya telah luntur berganti dengan mata sendunya."Kemarilah, kita bicara di kamar saja. Biarkan Elena beristirahat." Sera mengajak Lucas untuk keluar, lelaki itu bahkan hanya diam tanpa menjawab perkataan Sera.Setelah Lucas sampai di kamarnya, dia tampak menyisir rambutnya dengan kasar. Tangannya yang satu bertolak pinggang membelakangi Sera. Sera yang baru masuk itu langsung duduk di sofa, menatap gerak-gerik suaminya yang m
Setelah berbincang beberapa saat dengan Sera, Maria memutuskan untuk pulang. Daritadi handphonenya sudah berdering, dan Jake sudah menyuruhnya untuk segera pulang ke rumah.Ketika dia keluar dari kamar, Maria terkejut mendapati Lucas berdiri di sana menatapnya dengan tajam."Apa yang kau lakukan di kamar sampai mengunci pintu?""Tak ada, aku hanya berbincang sebentar dengan Sera." jawab Maria.Lucas masih tak percaya, dia menatap Maria dengan curiga. Tapi wanita itu tak peduli dan berlalu pergi begitu saja. Akhirnya Lucas masuk ke dalam kamarnya, dia mendapati Sera tidur memunggunginya.Sebenarnya, Lucas tidak tahan jika harus berdiam-diaman terlalu lama. Tapi entahlah, egonya menahannya lebih kuat agar dia tak mendekati sang istri.Lucas menuju kamar mandi, dia membersihkan dirinya dengan segera. Setelah selesai, dia langsung keluar lagi dari kamar.~"Apa kau bilang?" tanya Jaccob tampak kaget dengan ucapan Maria.
Tubuh Elena meringkuk di pojokan. Bibirnya menjadi kering, tak ada lagi tangisan yang keluar dari matanya. Hanya tubuhnya saja yang bergetar menahan betapa sakit punggungnya setelah terkena 3 kali cambukan.Elena tak menduga jika Lucas akan menyiksanya seperti ini. Lelaki itu benar-benar seperti monster yang kalap hanya karena Sera. Jika dari awal Elena tahu, dia tidak akan pernah mau menikahi Lucas.Lama-lama mata Elena terpejam. Entah tidur atau pingsan, yang jelas nafas Elena terdengar pendek-pendek kali ini.~Lucas memeluk tubuh istrinya dari samping. Dia menahan kepalanya dengan satu tangannya. Matanya tak lepas memandangi wajah Sera, menatapnya dengan sendu."Sayang, bangunlah. Aku berjanji akan melakukan apa pun untukmu jika kau bisa sembuh nanti." Tangan Lucas yang satunya mengusap lembut pipi Sera.Setelah mengamati istrinya dengan waktu yang lama, akhirnya dia bangun dan menuju kamar mandi. Hari sudah pagi, dan dia harus bek
Tok.. Tok.. Tok..Elena mengetuk pintu tersebut sebelum masuk ke dalam. Dia menunduk dan berjalan mendekat ke arah Lucas."Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Lucas begitu melihat siapa yang masuk."Saya mengantarkan makan siang bersama nyonya untuk anda, Tuan.“ ucap Elena." Lalu di mana Sera?""Nyonya ada di kamar mandi." jawab Elena.Lucas menyerngit, kenapa Sera tak masuk ke kamar mandi yang ada di dalam ruangannya saja? Kenapa malah memilih yang ada di luar. Apa wanita itu sengaja agar dirinya bisa berdua dengan Elena? Tiba-tiba pikiran itu terlintas di benak Lucas, membuat dia menggeram dengan marah. Bisa-bisanya istrinya itu berpikiran untuk melakukan hal konyol pada suaminya. Awas saja nanti, Lucas pasti akan memberikan hukuman pada wanita itu."Tuan," panggil Elena yang melihat Lucas hanya terdiam.Lucas tersadar dan langsung menatap tak suka pada Elena. "Letakkan saja di meja!" perintah Lucas.Elena meng
Elena langsung menunduk, dia berniat ingin kembali ke kamarnya. Tapi hal itu tak terjadi, suara Lucas menghentikan langkahnya."Ya, Tuan?" Elena mendongak, menatap ke arah Lucas."Ikut aku, ada yang ingin aku bicarakan padamu," ucap Lucas, tanpa menunggu jawaban Elena dia langsung pergi begitu saja.Elena tak membantah, dia mengikuti Lucas di belakangnya. Mereka menaiki tangga, lalu berjalan sampai di ruangan paling ujung. Lucas masuk dan segera menyuruh Elena untuk duduk."Kau tahu aku tidak pernah menginginkan pernikahan ini, jadi nanti setelah Sera sembuh. Aku ingin kita bercerai, kau pergi dari kehidupan kami dan anggap saja tak pernah terjadi apa-apa. Aku akan memberikanmu kompensasi yang besar setelah itu." ucap Lucas." Baik Tuan, saya menerimanya." balas Elena. Dia memang tak ada niatan untuk menikah, tapi keadaan dia harus mengobati ibunya memaksanya melakukan hal ini. Dia juga tak ingin berbuat jahat pada Sera dan Lucas, orang yang telah
Hari-hari berlalu dengan sendirinya. Sera nampak memenuhi janjinya untuk melakukan kemoterapi. Setelah keadaannya membaik, dia sudah dijadwalkan melakukannya selama sebulan sekali. Sedangkan Elena masih sibuk menunggu ibunya yang kini sudah selesai dioperasi.Ternyata, kemoterapi lebih menyakitkan daripada saat dia menahan rasa sakit dalam dirinya. Pengobatan itu bahkan membuat badan Sera lemas seharian. Padahal dia sudah tak tahan dengan bau obat rumah sakit dan ingin segera pulang ke rumah. Dia harus mulai memikirkan cara agar pernikahan Lucas dan Elena mempunyai kemajuan.Hari ini Lucas berpamitan pada Sera karena mempunyai jadwal yang tak bisa ditinggalkan. Tetapi Lucas menyuruh Adam, seorang kepercayaannya untuk menjaga Sera.Sera yang terlihat bosan akhirnya menelfon Elena agar wanita itu datang ke sini. Tapi belum sampai Elena yang datang, suara nyaring Maria dan Illene memenuhi ruangan itu."Bagaimana kabarmu sayang? Apa yang dilakukan Lucas
Sera terbangun dari tidurnya dengan perasaan senang. Semalam, Lucas telah menyetujui permintaannya. Dia akan melakukan kemoterapi, setelah Lucas menikah nantinya.Sera menoleh ketika pintu kamar mandi itu terbuka. Sosok suaminya keluar dengan pakaian yang telah lengkap, di tangannya ada sebuah handuk kecil yang dia gunakan untuk mengeringkan rambutnya.Lucas tersenyum melihat Sera yang sudah bangun. Lelaki itu mendekati istrinya dan mengecup keningnya. Dia tak banyak bicara, sebenarnya dia masih marah pada dirinya sendiri yang menyetujui permintaan konyol isterinya."Aku ingin kau bertemu dengannya hari ini," ucap Sera tersenyum menggenggam tangan Lucas."Kau masih sakit, dan tidak bisa keluar dari sini. Kau harus tetap dirawat sampai bisa sembuh. Aku tak mengizinkanmu untuk menolak," ucap Lucas tegas menatap isterinya."Siapa bilang aku yang akan keluar. Mana handphoneku, biar aku menyuruh wanita itu ke sini. Kebetulan ibunya juga dirawat di rumah
Sejak pembicaraan tadi malam, Lucas benar-benar tak berbicara dengan Sera. Lelaki itu bahkan terlihat menjauhi isterinya. Bukannya dia tak sayang, dia hanya kecewa dengan keputusan isterinya. Lucas benar-benar mencintai Sera dengan sangat dalam, tapi apa yang dilakukan wanita itu? Wanita itu menyuruh dirinya untuk menikah lagi. Pikiran gila apa yang hinggap di benak Sera, selama ini, tak ada satu pun wanita yang bisa menggeser Sera di dalam kehidupan Lucas.Hal itu membuat Sera menjadi sedih. Kondisi tubuh Sera menjadi drop. Dia bahkan terlihat mimisan beberapa kali, wajahnya juga terlihat sangat pucat, tapi Sera mengakali semua itu agar tak ada satu pun yang mengetahuinya.Hampir 3 hari, Lucas membiarkan Sera. Sera yang diperlakukan seperti itu menjadi gusar, malam ini, setelah Lucas pulang dari bekerja. Sera menghadangnya dan menyuruh Lucas untuk duduk."Kenapa kau mengabaikanku? Apa kau sudah tak sayang padaku?“ tanya Sera dengan