Perjalanan berlanjut dengan suasana yang canggung. Ini pertama kalinya aku melihat pria di hadapanku ini kehabisan kata-kata. Padahal ini hanya perjalanan dekat tapi terasa sangat panjang."Aku lupa menanyakannya, kenapa kau tiba-tiba datang? Memangnya Eva memberikan sinyal apa?" tanyaku saat dia membantuku turun dari kereta.Sekarang setelah turun perasaan canggung tadi sudah hilang entah kemana dan justru rasa curiga yang muncul karena pria ini selalu membantuku bahkan tanpa aku memintanya."Sudah kubilang karena kau calon istriku, maka aku akan menjagamu sebelum kau mati dan membuat perjanjian ini semakin lama dan merepotkan," jawabnya dengan acuh tak acuh.Ha, apa yang sebenarnya aku harapkan dari pria sepertinya. Sekarang kami memasuki kediaman Marquis bersama dan membuat kami terlihat seperti pasangan asli.Orang-orang di kediaman ini menjadi semakin dekat denganku setelah kematian Danis, meskipun Marquis mengatakan bahwa apa yang di lakukan Danis tidak ada hubungannya dengan or
Kupikir jika di biarkan kedua pria ini akan berhenti dengan sendirinya, tapi ternyata aku salah. Mereka malah makin gencar mengejek satu sama lain sampai aku harus menarik Revanov keluar dengan paksa."Apa yang sebenarnya kalian lakukan?!" tanyaku begitu berhasil membawa Revanov keluar.Pria itu masih nampak menggebu-gebu dengan rasa kesalnya. "Darimana kau mendapatkan teman seperti itu?" "Ha? Tentu saja dari kecil karena kami selalu bersama.""Benarkah? Tapi kenapa aku tidak-""Ya?"Kenapa dia tiba-tiba berhenti dan malah menatapku dengan mata merah yang menyelidik itu? "Haah sudahlah lupakan," ujar Revanov setelah menghela nafas panjang."Memangnya kau ingin mengatakan apa?"Ini membuatku tidak tenang karena dia langsung memotong perkataannya sendiri dan mengalihkan pandangan matanya dariku dengan sangat cepat. Saat kucoba melihat matanya dia langsung menutup mataku dengan tangan besarnya."Kubilang lupakan jika kau tidak ingin kehilangan matamu," ujarnya seketika membuat tubuhku
Pada akhirnya Revanov benar-benar pergi dari rumahku setelah memberikan larangan untuk dekat dengan siapapun. Padahal tanpa dia larang pun aku sudah tidak ada minat untuk menjadi dekat dengan siapapun."Nona, anda sedang memikirkan apa?" tanya Silia.Sekarang aku sudah berada di ruang baca bersama Silia, tentu saja pertemuan ini tidak ada yang mengetahuinya apalagi Silia membawa semua berkas yang sudah kuminta bersamanya."Tidak, aku hanya sedang memikirkan caranya meyakinkan Ayah untuk tidak membawa keluargamu ke pengadilan," jawabku yang membuatnya membelalakkan mata."Bu-bukankah waktu itu Anda bilang. Kalau kejadian itu tidak akan di bawa ke pengadilan?" "Iya, tapi tiba-tiba saja Ayah kembali membahasnya. Dia bilang dirinya terus di hantui rasa bersalah padaku.""Nona, tolong jangan biarkan Marquis melakukan itu. Saya akan terus memberikan informasi yang Anda inginkan sebaik mungkin."Sudah tidak ada informasi yang bisa kau berikan padaku Silia, dengan berkas yang kau bawa saja s
"Jawab aku Cecil, kenapa kau hanya diam saja?" tanyanya sekali lagi karena aku tidak kunjung menjawab.Dengan perasaan berat aku menjawab, "Lalu aku harus bagaimana? Berlari padanya dan memintanya menikah denganmu? Apa kau pikir Marquis akan mengizinkan begitu saja?""....""Jika itu yang Marquis inginkan aku tidak akan ada disini sejak awal, jadi mari hentikan pembicaraan yang tidak berguna ini."Karena sejujurnya aku juga sudah muak setiap mengingat semua keburukan yang di lakukan Marquis padaku. Pria di hadapanku kini hanya diam menatap ke arahku dengan mata merahnya, dia termenung dengan pikiran yang sepertinya sedang berada di tempat lain. Aku jadi malas bertemu dengan pria ini tapi, saat aku melangkah menjauh darinya. Dia memegang pergelangan tanganku dan menarikku hingga jatuh dalam pelukannya."Apalagi ini Revanov? Aku tidak butuh simpatimu, akan lebih baik jika kau bersikap seperti biasanya.""Diam saja, apa kau tahu aku membawa belati di balik lenganku? Kau bisa mati kapan
Saat membalas surat-surat itu tanpa sadar matahari mulai terbenam dan menampakkan cahaya senja yang menyusup di balik jendelaku. Dan ternyata Marquis datang lebih awal dari yang di jadwalkan. Dari balik jendela aku bisa melihat kereta kudanya memasuki kediaman Magrita."Tapi kenapa dia terlihat terburu-buru?" gumamku.Aku mengernyit melihat Marquis yang sedang kesulitan membawa barang bawaannya bahkan dia tidak membiarkan orang lain membantu kecuali Mario yang memang lebih dulu menyambutnya."Nona, apa Anda tidak akan turun menyambut Tuan?" tanya Hilda yang sedang mengelap kaca di pintu teras."Aku merasa tidak enak badan dan Ayah terlihat sedang terburu-buru. Aku tidak ingin mengganggunya dengan keberadaanku," jawabku acuh.Lagipula dia pasti akan merasa terganggu dengan sambutan dariku, meskipun dia akan tersenyum jika aku menyambutnya. Tapi berbeda dengan apa yang kupikirkan ternyata Marquis justru langsung menuju kamarku dengan banyak barang yang tadi dia bawa.Dia tersenyum lal
Segalanya terjadi dalam sekejap, sekarang Hilda sedang mendapatkan perawatan sedangkan aku ... kurasa tidak ada tempat lain yang bisa kutempati sekarang. Segala tempat di kediaman ini terasa selalu mengancamku.Beberapa saat yang lalu Marquis datang untuk melihat keadaanku, wajahnya yang pucat menandakan bahwa dia sepertinya juga tidak tahu tentang apa yang sedang terjadi.Semua hadiah termasuk kalung yang terkena darah Hilda akhirnya di simpan untuk di selidiki. Namun tidak ada kejanggalan yang di temukan dalam hadiah-hadiah itu."Ini aneh," gumamku setelah menjelaskan semuanya pada pria dihadapanku."Aneh kenapa?" tanya Revanov yang sekarang sedang menemaniku di ruang baca. Dia sedang mengupas buah untukku dan menyimak dengan seksama penjelasan yang sedari tadi kukatakan padanya."Jika memang di kalung atau hadiah itu tidak ada hal mencurigakan, lalu bagaimana bisa keadaan Hilda menjadi seperti itu tidak mungkin karena dia salah makan 'kan," jelasku.Tidak mungkin juga dia salah mak
Seperti yang kuduga Marquis tidak melanjutkan penyelidikan tentang racun yang mengenai Hilda dan membuang kalung tersebut dengan alasan bahwa itu bisa saja terkontaminasi racun yang ada dalam darah Hilda. Hampir saja aku kembali tertipu dengan sikap manisnya. Tapi beruntungnya aku karena dia ternyata masih mencari tahu tentang siapa penyusup yang dia temui di malam sebelum dirinya pergi ke Istana. "Ayah, sebenarnya buku apa yang sedang anda cari? Siapa tahu saya bisa membantu," ucapku. Saat ini aku sedang ada di ruang kerja Marquis untuk menerima tambang batu bara dan hak mengelola tambang itu. Seperti yang pernah Marquis janjikan. Dia pasti menyesalinya karena sekarang ekspresi wajahnya bahkan lebih buruk dari sebelumnya. Marquis yang baru saja membaca berkas laporan kini mengalihkan pandangannya padaku yang masih duduk di sofa ruang kerjanya. "Kau tidak perlu khawatir Putriku, aku akan mencarinya sendiri." "Tapi, Ayah sampai tidak tidur selama dua hari ini hanya karena mencari
Keheningan menyelimuti kami, Revanov tidak lagi bertanya dan masih terus menatapku begitupun aku sebaliknya. Angin berhembus kencang hingga menerbangkan banyak bunga dandelion yang membuat mereka menempel di rambut kami dan saat itulah aku kembali tersadar."Cukup. Sudah kukatakan padamu, apapun yang kulakukan itu bukan urusanmu."Kudorong tubuhnya sekuat mungkin tapi dia tidak bergeser se-inci pun. Tubuhku terlalu kecil untuk mendorongnya hingga aku harus menginjak kaki pria ini baru dia menjauh dan melepaskanku."Kaki kecilmu itu ada durinya ya?" desisnya."Sudah kukatakan jangan ikut campur dalam urusanku. Kita ini tidak ada hubungan apapun.""Siapa yang mengatakan kita tidak punya hubungan? Apa orang itu ingin ku potong lidahnya?""Aku yang mengatakan itu, apa kau akan memotong lidahku sekarang?!"Kelakuannya itu benar-benar membuatku kesal. Tanganku bergetar setelah berbicara keras padanya, walaupun aku mencoba terlihat baik-baik saja sebenarnya aku juga takut kalau dia akan meng
Sehari sebelumnya."Apa kau yakin Kinsey bekerja sama dengan Gabriel? Bukankah tidak ada alasan untuk Kinsey bekerjasama dengan orang seperti itu?" Tanya Bian sembari menandai beberapa ttitik di peta yang dia temukan.Kemungkinana untuk keluarga Kinsey bekerjasama dengan Gabriel sangatlah kecil terlebih mereka adalah keluarga yang selalu mencoba menghindari sekandal. Itulah sebabnya Amelia tidak terlalu memperlihatkan kedekatan dirinya dengan mereka karena resikonya begitu besar."Tidak ada satupun kemungkinan untuk mereka bekerjasama dengan Gabriel, Rev." Tambah Bian.Sedangkan pria itu memilih tidak menjawab pertanyaan temannya dan mempelajari peta untuk mengingat beberapa titik yang mungkin bisa mereka gunakan untuk menyelamatkan Cecilia. Dia bersandar pada meja dan mulai menjelaskan sedikit kemungkinan yang tengah dia pikirkan."Bukankah kita tahu bahwa Amelia bekerja sama dengan Kinsey, adikmu itu juga bekerja sama dengan Gabriel," jelas Revanov."Lalu apa hubungannya? kau pikir
Sudah berapa lama aku ada disini, semua yang kulihat hanyalah kegelapan dan secercah cahaya dari lilin yang di bawa oleh Marquis. Apa aku benar-benar sudah di campakan oleh Revanov. Kenapa berisik sekali di luar? "Kau sudah bangun rupanya," ujar seseorang yang suaranya terdengar tidak asing, dia berdiri di hadapanku dengan jubah yang menutupi wajahnya namun tidak bisa menyembunyikan betapa kuatnya aura keberadaan manusia satu ini."Gabri ... el?""Oh, kau mengenaliku." Dia menyingkap tudung yang menyembunyikan wajahnya. "Sudah kuduga Revanov memilih wanita yang tepat untuk kujadikan umpan. Lihatlah dia dengan bodohnya melawan para monster itu. Heh, dia tidak pernah berubah karena itulah dia akan tetap kalah," jelas Gabriel dengan senyum sinis di wajahnya."Monster?" "Kau baru bertanya sekarang?" Ujarnya dengan tawa yang menggema.Apa itu berarti selama ini aku sedang ada di hutan selatan? Tapi bagaimana bisa itu terjadi?! Sial, pikiranku menjadi semakin sulit mencerna apa yang terja
Pandangan yang buram, suara tetesan air yang jatuh adalah satu-satunya hal yang menemaniku disini dan membuatku tetap tersadar bahwa aku masih hidup. Sudah berapa hari aku ada disini aku tidak tahu, yang pasti adalah orang-orang itu sesekali datang menemui untuk melampiaskan amarah mereka seperti saat ini."Kau sudah gila? Bagaimana jika Tuan Gabriel tahu tentang hal ini?" tanya seorang pria dengan suara seraknya pada Marques."Gabriel? Ha! Apa maksudmu? Dia anakku jadi aku bebas melakukan apapun," jawab Marquis dengan nada mengejek.Akupun tidak tahu pasti apa yang sedang mereka bicarakan ataupun rencanakan, tapi Gabriel? Bukankah dia kakak Revanov, kenapa mereka tiba-tiba membawa nama itu. "Ack!" rintihku saat Marquis lagi-lagi menendangku dan menjambak rambutku."Lihatlah! Anak pembawa petaka ini! Dia yang membuat bisnis kita bangkrut!" ujar Marquis dengan nada geram sebelum kembali menjatuhkan tubuhku.Sudah berapa lama aku seperti ini, semuanya membuatku kembali mengingat kenang
Tidak ada satupun yang berhasil kuingat saat tak sadarkan diri setelah acara minum teh bersama Putri Amelia dan sekarang aku sudah berada di sebuah tempat yang sangat asing. Tanpa ada seorang pun di sampingku, kedua tanganku terikat termasuk kakiku dan saat itu aku baru sadar bahwa semua ini mungkin adalah rencana dari Amelia. Bagaimana bisa dia menculikku bahkan saat aku ada di kediamanku sendiri. "Revanov? Apa itu kau?" Sialnya suaraku juga seolah hilang, tak butuh waktu lama karena setelah aku terbangun sebuah bayangan menghampiriku di dalam ruangan yang gelap ini, dia membawa sebuah lentera di tangannya. "Kau sudah bangun? Putriku?" Deg! Jantungku berhenti berdetak untuk beberapa saat mendengar suara yang begitu familiar. Dan apa yang kulihat sekarang benar-benar di luar perkiraanku, aku lengah ketika berfikir sudah berhasil menghancurkannya. Pria tua itu sudah berdiri di hdapanku dengan sebuah benda pisau di tangan yang satunya. "Marquis?" "Apa kau merindukan Ayahmu ini?" t
Entah Seperti yang di katakan melalui surat bahwa Putri Amelia akan datang berkunjung. Ternyata dia langsung datang hari ini dengan membawa beberapa pengawal dan pelayannya."Salam untuk matahari Avalon," sapaku bersamaan dengan Revanov yang juga menyambutnya."Terima kasih atas sambutan hangat kalian, tapi kudengar Duches sedang sakit. Apa tidak masalah jika anda pergi keluar seperti ini?" tanya Amelia.Dia memberikan isyarat pada salah satu pelayannya untuk memberikan sebuah mantel padaku."Anda harus menjaga suhu tubuh saat berada di Arcelio, tempat ini lebih dingin dari daerah-daerah lainnya," jelas Amelia begitu menempatkan mantel tadi padaku."Terima kasih Yang mulia," ucapku.Apa ini perasaanku saja atau memang ada sesuatu yang salah disini? Dia berkata seolah dirinya yang paling tahu tempat ini bahkan dia juga memberikan beberapa mantel kepada pelayan yang ikut menyambutnya."Kuharap kalian juga bisa bekerja lebih nyaman disini," ucap Amelia begitu memberikan mantel-mantel tad
Pada akhirnya aku tidak bisa menemui Alfonso sampai aku tiba di Arcelio. Orang-orang di kediaman itu membuat keributan setelah melihat luka yang ada pada tubuhku.Padahal aku sudah mencoba menyembunyikannya sebisa mungkin tapi ternyata bekasnya lebih parah dari yang kukira."Fred, aku menunggu penjelasanmu nanti," ujar Revanov pada Frederick begitu melihatku kembali dengan badan penuh lebam.Frederick hanya mengangguk hormat dan dengan cepat memanggil tabib untuk mengobatiku. Sedangkan Revanov kini menatap tajam padaku, lebih tepatnya pada luka lebam yang ada di pipiku."Kenapa?" tanyaku karena dia tak kunjung bicara namun malah mengepalkan tangannya."Tidak apa-apa, masuklah kau harus segera di obati," ucapnya."Iya, tapi kau mau kemana?"Kupikir dia akan mengantarku masuk untuk diobati tapi ternyata malah meminta seorang pelayan untuk menyiapkan kudanya. Dia nampak terburu-buru, apa mungkin urusan dengan orang yang mengaku sebagai kakaknya itu belum selesai?"Aku akan segera kembali
Setelah tubuhku di pontang pantingkan oleh Marquis sebagian baju yang kupakai akhirnya robek dan ada banyak bekas goresan di sekujur tubuhku. Meskipun aku tahu bahwa dia sangat marah tapi apa memang harus sampai seperti ini? Tidak ada yang bisa kulakukan selain menerima semua serangannya."Kau hanya anak bodoh yang tak berguna!" serunya tiap kali menjambak rambutku."Tapi kenapa kau menggunakan aku sebagai jaminan perjanjian itu?"Plak!!Bekas tangannya pasti sangat kentara di wajahku. "Harusnya kubiarkan saja kau di jalanan saat itu. Dasar putri tidak tahu diri. Kau sudah kubiarkan hidup harusnya kau berterima kasih bukannya malah mengkhianati ayahmu seperti ini!""Lihat siapa yang berbicara sekarang, anda mengatakan saya berkhianat? Lalu anda sebut apa perlakuan yang anda lakukan pada ibu saya?!""Berhentilah mengelak! Itu karena ibumu saja yang tak mau mengerti keinginan suaminya. Harusnya dia tahu bahwa menuruti perkataan suami itu hal yang harus dilakukan.""Haha..."Tanganku y
Malam telah larut ketika aku dan Revanov kembali ke kediaman Arcelio. Kami membahas tentang pengembangan wilayah sebentar sebelum tidur.Kali ini sudah kupikirkan dengan matang bahwa besok aku akan memenuhi panggilan Marquis, apalagi pria tua itu sudah mulai mengancamku melalui surat-suratnya. "Kurasa kau menyukai hadiahku ya, Ayah," gumamku pada langit-langit kamar.Kamar ini sengaja di buat sedikit redup karena aku yang memintanya, kupikir cahaya bukanlah hal yang cocok untukku. Dan kegelapan akan membuatku terus tersadar tentang apa tujuanku sebenarnya.Tidak ada cahaya yang benar-benar hadis di hidup ini, sekarang yang bisa kulakukan hanyalah berfokus pada pembalasan dendam.******Suara telapak kaki kuda mengiringi perjalananku menuju Magrita, tak kusangka akan secepat ini kembali ke tempat itu.Revanov tidak membiarkanku pergi sendirian karena dia mengirimkan Frederick untuk pergi bersamaku."Dia pasti sangat mempercayaimu sampai memberikan tugas seperti ini," ujarku pada Frede
Ke esokan harinya aku keluar bersama dengan Revanov untuk melihat kondisi para penduduk, Meskipun tempat ini sangat dingin ta[i aku senang melihat banyak orang yang maih mau tinggal disini. Kulihat perdagangan disini berjalan dengan lancar lalu penyupaian bahan pangan juga berjalan dengan baik. "Selain tambang, sumber penghasilan di Arcelio ada apa saja?" tanyaku pada Revanov yang setia berjalan berdampingan denganku. "Tidak ada sumber penghasilan lain, sejauh ini Arcelio terus bertahan dengan mengandalkan pertambangan," jawab Revanov. Selama kami mengunjungi wilayah, para penduduk menyambut dengan baik bahkan mereka memberikan beberapa buah untukku dan Revanov sebagai tanda terima kasih sudah merawat wilayah ini. Saat menghadapi para penduduk sifat revanov sangat berbeda, dia menjadi orang yang lebih lembut dan terlihat seperti pemimpin yang sangat mengayomi. Pasti berat baginya setelah memberikan tambang berlian pada Marquis dan hanya mendapatkan aku sebagai gantinya. Apa tidak