Chelsea langsung mengerutkan kening dan membalas, "Omong kosong.""Ya, aku juga merasa itu hanya fitnah. Bagaimanapun, dilihat dari sikapmu terhadapku ini, aku merasa kamu nggak mungkin diam-diam mencari orang lain untuk melakukan promosi," ujar William sambil mengangkat bahu. "Hanya saja, netizen nggak tahu mengenai semua itu. Kalau bukan karena tim acara membayar orang untuk meredam berita ini karena takut masalah ini semakin membesar, entah sudah bagaimana opini publik sekarang."Chelsea meliriknya sekilas. Entah mengapa, dia merasa bahwa William terkesan seperti sedang mentertawakan penderitaannya. William melanjutkan, "Aku hanya sedang menganalisis masalah ini denganmu. Pikirkan saja, kalau bukan kamu yang melakukannya, berarti ada seseorang yang berusaha mengarahkan opini publik padamu. Lalu, siapa orang itu?"Chelsea menangkap maksud ucapan William, "Maksudmu, aku sudah menyinggung seseorang di tim acara, bahkan sebelum rekaman ini dimulai?"William menjentikkan jarinya, "Pintar
"Nggak apa-apa." Chelsea mengalihkan pandangannya pada William, lalu berkata, "Bukannya kamu bilang mau makan sama-sama? Panggil manajermu juga, semakin ramai semakin bagus."William keheranan. Bukannya tadi Chelsea mengatakan dia suka makan sendirian? Kenapa sekarang jadi suka keramaian?Chelsea mendorong William, lalu berkata, "Ayo cepat panggil yang lainnya. Kalau nggak, aku nggak mau makan denganmu."William pergi dengan ekspresi kebingungan. Chelsea berdiri di tempat, sudut matanya kembali melirik ke arah pohon besar di kejauhan. Sekali lagi, dia melihat kilatan cahaya. Ternyata bukan ilusi, itu benar-benar pantulan dari lensa kamera. Chelsea tertawa sinis. Dia belum jadi artis, tapi paparazi sudah datang mencarinya? Ini pasti ulah Diana. Lantas, mengapa dia tidak ikuti saja permainan ini?....Chelsea memilih sebuah restoran hotpot untuk makan malam. Begitu mereka masuk, seorang karyawan langsung mengenali William dan dengan cepat memberi mereka sebuah ruangan pribadi. Chelsea, s
Keesokan harinya di Harbourside Villa.Ferdy mendapat kabar dari Irfan bahwa dua hari belakangan ini Chelsea sibuk syuting dengan aktor yang sedang naik daun. Ferdy langsung menutup telepon itu dan membantingkan ponselnya di meja.Dalam hatinya langsung memaki, 'Chelsea ini benar-benar hebat! Setelah membuatku kesal waktu itu, sekarang dia malah berlagak seolah-olah nggak ada apa pun yang terjadi! Memangnya wanita itu benar-benar nggak peduli apakah aku marah padanya atau nggak?'Beberapa hari ini, Ferdy terus menunggu kabar dari Chelsea. Bahkan jika hanya sekadar sapaan sekalipun, Ferdy tidak merasa keberatan. Namun, berita yang didapatkannya malah Chelsea makan hotpot dengan William!Pada saat ini, Pak Retno mengetuk pintu kamarnya dan melapor dari luar, "Tuan Ferdi, Tuan Antoni sudah datang. Dia menunggumu di ruang tamu."Ferdy mengerutkan alisnya kebingungan. Kenapa kakeknya mencarinya di saat-saat seperti ini?Di ruang tamu, Antoni duduk dengan gelisah sambil memegang tongkatnya.
Chelsea mendorong kerumunan, lalu melihat seorang gadis yang tidak sadarkan diri. Dia adalah gadis yang membujuk Chelsea saat rapat hari itu.Chelsea segera berjongkok dan memeriksa denyut nadinya. Pada saat yang sama, dia menyuruh kerumunan untuk mundur agar gadis ini tidak merasa sesak napas.Seseorang tiba-tiba berkata, "Bu Chelsea adalah dokter. Kita dengarkan saja instruksinya."Setelah mendengarnya, semua orang baru mundur. Chelsea tidak membawa jarum, jadi meminta jarum dari penata rias dan menyuruhnya mendisinfeksinya terlebih dahulu. Kemudian, dia baru menancapkannya ke beberapa titik akupunktur gadis itu.Dalam waktu kurang dari 5 menit, gadis itu perlahan-lahan membuka mata dan memandang ke sekeliling. Semua orang pun bertepuk tangan melihat situasi ini. "Bu Chelsea hebat sekali!"Chelsea memapah gadis itu, lalu mendekati telinganya untuk bertanya, "Kamu datang bulan? Kamu kesakitan karena kram perut? Kenapa masih datang bekerja?""Gimana kamu bisa tahu?" tanya gadis itu den
"Kenapa bicara begitu? Aku cuma bilang aku teringat manajermu masuk ke ruang rapat, kenapa kalian begitu sensitif?" sindir Chelsea yang tersenyum tipis.Begitu mendengarnya, para staf mulai bergosip."Ya, dia memang datang ke ruang rapat waktu itu.""Aku sampai melupakan masalah ini."Ekspresi Diana dan manajernya mulai berubah. Diana memaksakan diri untuk berujar, "Soalnya nada bicaramu terdengar aneh, makanya kami berpikir ke mana-mana. Lagi pula, siapa yang nggak takut dirinya difitnah?"Chelsea menatap Diana sesaat, lalu menyunggingkan senyuman dan membalas, "Hm, ada benarnya juga."Seketika, telapak tangan Diana dipenuhi keringat. Kemudian, dia mencari alasan untuk membawa manajernya pergi. Sesudah keduanya menjauh, William menghampiri sambil bertanya dengan nada misterius, "Kamu sudah punya jawaban?""Ya." Chelsea mengiakan.Saat ini, Diana dan manajernya memasuki ruang istirahat. Si manajer buru-buru bertanya, "Diana, jangan-jangan Chelsea sudah tahu sesuatu?""Jangan panik." Di
Hari kedua, Chelsea masih menjadi trending topic urutan pertama. Namun, dia tidak sempat memedulikan semua ini karena sibuk mengurus Orchida Perfume.Begitu bertemu dengan Chelsea, Sharon langsung berkata dengan mata memerah, "Guru, aku ini memang nggak berguna. Baru menjabat setengah tahun, tapi sudah membuat masalah untukmu ...."Chelsea menahan Sharon yang hendak memeluknya, lalu berujar, "Ini bukan saatnya menghiburmu. Ambilkan daftar produk dan barang palsunya untukku."Sharon menunjuk meja kerja dan berkata, "Aku sudah menyuruh orang menyiapkan semuanya. Teh juga sudah diseduh."Chelsea merasa lucu melihat tingkah Sharon. Dia bertanya, "Sebenarnya kamu presdir cabang atau aku?""Tentu saja aku, tapi aku sedang dalam masalah." Sharon menarik Chelsea ke kursi sambil berucap, "Guru, aku lebih tenang kalau ada kamu."Selesai berbicara, Sharon menarik kursi lain dan duduk di samping Chelsea. Dia bertanggung jawab atas beberapa dokumen. Isi dokumen ini sungguh membosankan. Hanya membac
Sonia membuka pintu. Ketika melihat kedua orang itu, dia bertanya dengan heran, "Kalian nggak melihat surat pengunduran diriku?""Sudah. Kenapa kamu melakukan itu?" tanya Sharon dengan ekspresi suram."Aku nggak ingin bekerja di sana lagi. Memangnya masih ada alasan lain?" Sonia melipat lengan di depan dada, lalu melirik Chelsea dan meneruskan, "Kamu bukan siapa-siapa, ngapain ikut campur urusan internal Orchida Perfume? Kepo sekali."Chelsea sama sekali tidak marah. Dia mengangkat dokumen di tangannya, lalu membalas, "Apa kita harus membahas urusan internal perusahaan di luar pintu begini?"Setelah ragu-ragu sejenak, Sonia bergeser dan mengizinkan keduanya masuk. Chelsea tidak sungkan sedikit pun. Dia langsung duduk di sofa dan melemparkan dokumen itu ke atas meja, lalu berucap, "Kinerjamu sangat bagus. Nggak ada catatan kalau kamu terlibat dalam kasus barang palsu itu."Ekspresi Sonia agak berubah. Dia berpura-pura bodoh saat menyahut, "Aku nggak mengerti apa yang kamu bicarakan."Ch
Chelsea tidak banyak bicara lagi dengan Sharon. Dia hanya menyuruh Sharon untuk mengurus pekerjaan dan menghubunginya jika ada masalah. Chelsea dan Sharon berpisah di lantai bawah. Di perjalanan, Chelsea menerima panggilan telepon Melvin, "Kak Chelsea, hari ini Kak Ardi keluar dari rumah sakit. Kenapa aku nggak melihatmu di rumah?"Chelsea melihat kalender sekilas, lalu bertanya, "Kenapa Kak Ardi sudah keluar dari rumah sakit?"Melvin tersenyum canggung dan menjawab, "Aku nggak bisa menghentikannya."Pagi ini, Ardi sangat marah hingga menolak untuk makan setelah membaca berita di internet. Ardi ingin keluar dari rumah sakit untuk melihat kondisi Chelsea. Melvin tidak berhasil membujuk Ardi sehingga dia memanggil dokter. Sesudah menjalani serangkaian pemeriksaan ulang dan memastikan bahwa kondisinya sudah memenuhi syarat untuk keluar dari rumah sakit, Ardi baru diperbolehkan pulang.Namun, sesampainya di rumah, Ardi dan Melvin tidak melihat Chelsea. Mereka malah bertemu dengan Ferdy yan
Ketika mendengar ada yang ingin Herbert obrolkan dengan Calvin, Firman dan Rangga pun memahami maksud Herbert.Firman memaksa Calvin untuk duduk di sofa, lalu membawa Rangga untuk meninggalkan ruangan.Saat hendak keluar pintu, Firman tidak lupa untuk menambahkan, “Pak Calvin, kami berdua ada di depan. Kalau kamu butuh apa-apa, kamu bisa panggil kami.”Calvin tersenyum dingin. Dia dapat mengerti makna tersirat dari ucapan Firman. Maksudnya tak lain adalah mereka berdua ada di luar sana, lebih baik Calvin tidak berulah.Berhubung Calvin sudah di sini, dia juga ingin tahu apa yang ingin diobrolkan Herbert!“Pak Guru, minum teh.” Herbert menghidangkan segelas teh ke hadapan Calvin. “Teh kesukaanmu.”Calvin bahkan tidak melirik sama sekali. Dia langsung bertanya dengan raut datar, “Jangan omong kosong! Sebenarnya apa yang ingin kamu katakan?”“Sejak kapan temperamenmu jadi seburuk ini? Seingatku, dulu kamu memperlakukanku ….”“Tutup mulutmu!” Calvin langsung menggebrak meja, lalu berkata d
Malam harinya.Terdengar suara tawa di dalam acara perayaan. Baru saja Chelsea selesai bersulang dengan tamu, dia pun mencari tempat yang tenang untuk makan.Chelsea sudah sibuk seharian. Dia masih belum sempat makan dengan tenang. Dua gelas champagne yang diminumnya tadi terasa membara di perut.Pada saat ini, Ferdy berjalan ke sisi Chelsea untuk mengantarkan makanan kepadanya. “Makan mie dulu.”Chelsea mengambil piring, lalu bertanya, “Kenapa kamu bisa tahu aku lagi lapar?”“Tadi saat berdiri di sampingmu, aku bisa mendengar suara perutmu.”“Hah?” Kening Chelsea berkerut. “Apa benar seperti itu?”Ferdy pun tertawa. “Tentu saja nggak. Aku menebak seharusnya hari ini kamu nggak punya waktu buat makan.”Chelsea segera menjulingkan matanya. Dia tidak meladeni Ferdy, lalu menunduk untuk memakan mie.Ferdy berdiri di sisi Chelsea, lalu mengingatkan, “Setelah acara konferensi pers berakhir, berita pun viral di internet.”“Emm, aku bisa menebaknya.”Chelsea saja tidak punya waktu untuk makan
Pada akhirnya, Herbert memilih untuk mundur secara diam-diam.Ferdy menatap bayangan punggung Herbert yang semakin menjauh. Hatinya terasa lebih nyaman saat ini.Chelsea melirik Ferdy sekilas. “Jangan beri tahu aku, kamu datang ke sini hanya untuk memancing emosi Herbert saja?”“Tebakanmu benar.” Ferdy melihat ke sisi Chelsea. Dia tidak bisa menyembunyikan rasa bangga di wajahnya. “Tadi aku melihat dia hadiri acara konferensi pers di internet.”“Pak Ferdy, apa kamu itu anak kecil? Kenapa ….”“Kalau kamu merasa perbuatanku ini kekanak-kanakan ….” Tiba-tiba Ferdy semakin mendekat, lalu berbicara dengan perlahan, “Itu berarti aku memang kekanak-kanakan.”Chelsea merasa kaget. Kedua mata berkilauannya bagai telah kehilangan arwahnya saja. Dia mengalihkan tatapannya, lalu tak lupa untuk menyindir, “Dasar kekanak-kanakan!”Akhirnya kali ini Anita menemukan kesempatan untuk berbicara. “Malam ini perusahaan mengadakan acara makan bersama. Kebetulan Pak Ferdy ada di sini, bagaimana kalau Pak Fe
Chelsea dan Anita menandatangani kontrak di bawah kesaksian para awak media. Disusul, terdengar suara gemuruh tepuk tangan di dalam ruangan dan juga terlihat kilat cahaya kamera.Ketika melihat gambaran di depan mata, Anita merasa sangat gembira hingga tidak bisa berkata-kata. Dia hanya menggenggam tangan Chelsea untuk menyatakan rasa terima kasihnya.Sudah terlalu lama Perusahaan Farmasi Norman tidak memiliki pencapaian setinggi ini! Sekarang, semuanya dicapai berkat bantuan Hope!Sepertinya Chelsea bisa merasakannya. Dia memiringkan kepalanya untuk mendekati samping telinga Anita, lalu berbisik, “Semua ini pantas diterima Perusahaan Farmasi Norman.”Anita merasa kaget. Dia melihat tatapan berkilauan Chelsea, lalu mengangguk. “Bu Chelsea, kamu tenang saja. Aku pasti nggak akan mengecewakanmu.”Chelsea pun tersenyum.Mereka berdua juga tersenyum sembari bertukar pandang. Gambaran itu pun berhasil disorot oleh kamera. Tak sedikit wartawan memutuskan untuk menaruh foto ini menjadi foto u
Firman melihat ke arah yang ditunjuk oleh Rangga. Dia pun menemukan sosok Herbert yang baru memasuki ruangan sedang dikerumuni oleh awak media.Herbert tergolong tokoh legendaris di dunia medis. Ditambah lagi, dia sudah lama menetap di luar negeri. Jadi, selama ini semua wartawan hanya pernah mendengar namanya, tetapi tidak memiliki kesempatan untuk mewawancarainya.Hari ini ketika Herbert datang, para awak media juga tidak ingin melewatkan kesempatan bagus ini.“Pak Herbert, kenapa kamu tiba-tiba pulang dari luar negeri? Apa ada yang ingin kamu lakukan? Apa Perusahaan Farmasi Hermera ingin berkembang di dalam negeri?”“Pak Herbert, hari ini kamu menghadiri acara konferensi pers. Apa kamu tertarik dengan kedua perusahaan ini?”Pertanyaan tidak berhenti dilontarkan.Dari tadi Herbert hanya membalas dengan tersenyum saja. Kemudian, dia melontarkan informasi besar dengan santai.“Aku bisa pulang kali ini karena ingin bekerja sama dengan Hope. Perusahaan Farmasi Hermera telah lama berkemba
“Herbert mengambil hasil penelitian kami untuk bekerja sama dengan perusahaan medis luar negeri. Kemudian, dia berhasil menjadi orang penting dalam grup barunya.”Herbert tersenyum getir. “Hal yang paling lucu adalah sebelum dia ke luar negeri, dia sempat mencariku. Dia mengatakan ilmu pengobatan tradisional nggak ada masa depan. Cepat atau lambat ilmu pengobatan tradisional akan dieliminasi. Dia suruh aku untuk pergi bersamanya.”“Apa kamu tahu? Perusahaan medis itu suka mencuri hasil penelitian perusahaan lain, lalu memproduksi obat-obatan dengan harga rendah. Kemudian, demi menekan modal, mereka juga membeli bahan obat bermutu rendah yang menyebabkan perubahan khasiat obat.”“Perbuatan mereka sama saja dengan mempertaruhkan nyawa manusia! Sepuluh tahun lalu, akhirnya perusahaan itu dilaporkan oleh banyak perusahaan farmasi lainnya, lalu gulung tikar!” Calvin merasa geram. Tatapannya tertuju pada sisi pintu mobil. “Dia itu pencuri! Dia itu pencuri yang nggak punya hati!”Saat melihat
Ketika melihat Calvin sedang marah, Chelsea juga tidak berani memicu emosinya lagi.Chelsea memalingkan kepalanya menatap Anita. Dia merasa bersalah. “Bu Anita, aku sudah merusak jamuan malam ini.”Anita tersenyum. “Nggak masalah, kok. Kita bisa cari kesempatan lain.”“Oke,” balas Chelsea, kemudian menarik-narik lengan pakaian Calvin. “Kakek, ayo kita pergi. Nanti aku jelaskan masalah ini sama kamu.”Calvin berdiri tanpa bersuara sama sekali. Dia langsung berjalan keluar kamar. Chelsea juga segera mengambil tasnya, mengikuti langkah Calvin.Setelah memasuki mobil, Chelsea memberi tahu masalah Malcolm mengutus Daisy untuk membantu Herbert kepada Calvin. Saat ini, amarah Calvin semakin membara. Dia berkata dengan menggertakkan giginya, “Si Berengsek itu masih nggak tahu malu seperti dulu!”Chelsea menghela napas ringan. “Kamu juga tahu bahwa Kak Daisy sangat penting bagiku. Aku nggak bisa nggak memedulikannya.”Calvin meliriknya sekilas. “Jadi, demi Daisy, kamu baru terus mencari tahu k
Calvin merasa gusar. “Keluar! Hubungan kita bukan guru dan murid! Kamu nggak berhak untuk mengungkit masalah itu di hadapanku!”Ketika menyadari sekujur tubuh Calvin gemetar akibat marah, Chelsea segera mengulurkan tangannya untuk mengelus punggung Calvin. “Kakek, kamu tenangkan dirimu. Jangan sampai merusak kesehatanmu.”Namun, Calvin seolah-olah tidak bisa mendengar apa-apa. Tatapannya masih terus tertuju pada diri Herbert. Tatapan itu terasa asing bagi Chelsea.Di dalam memori Chelsea, Calvin selalu tersenyum. Meskipun marah, Calvin juga tidak pernah bersikap seperti hendak membunuh orang saja!Chelsea menatap Herbert dengan raut muram. “Pak Herbert, berhubung Kakek nggak menyambut kedatanganmu, lebih baik kamu tinggalkan ruangan ini sekarang.”Herbert mengeluarkan saputangan dengan perlahan. Dia menyeka sisa air di pakaiannya sembari berkata, “Pak Guru, kenapa temperamenmu malah lebih buruk daripada dulu? Apa kamu bisa dengarkan penjelasanku dulu?”“Nggak ada yang perlu aku bicarak
Di pabrik produksi obat.Di bawah dampingan Anita dan beberapa karyawan lainnya, Calvin dan yang lain pergi mengunjungi pabrik.Calvin sangat gemar dalam mempelajari ilmu pengobatan tradisional. Tentu saja dia tertarik dengan pabrik produksi obat-obatan. Dia bahkan merasa takjub.“Aku sungguh nggak menyangka, padahal sekarang orang-orang sudah mulai beralih dalam mengembangkan obat barat, Perusahaan Farmasi Norman masih saja mempertahankan produksi obat tradisional. Semua itu pasti nggak gampang bagi kalian!”Usai mendengar, Anita tersenyum. “Terima kasih atas pujian Pak Calvin. Jujur saja, Keluarga Norman sudah menggeluti dunia pengobatan tradisional dalam beberapa generasi. Jadi, kami nggak ingin mengakhirinya.”Calvin semakin puas lagi. “Ternyata kalian itu keluarga yang ahli dalam pengobatan tradisional!”Sambil berbicara, Calvin memalingkan kepalanya melihat ke sisi Chelsea dengan tersenyum. “Aku sangat puas dengan kerja sama kali ini. Nanti aku akan mengadakan rapat lagi untuk me