Mendengar ucapan Chelsea, Radi baru duduk. Dia membuka dokumen itu dengan enggan. Setelah membaca dokumennya, ekspresi Radi berubah drastis. Radi mengeluarkan semua dokumen itu dengan panik hingga ada yang terjatuh. Semuanya adalah nota retur. Ternyata, barang-barang yang dipesan sebelumnya diretur!Radi yang emosi menggebrak meja dan membentak, "Chelsea! Apa yang kamu lakukan?""Kamu tanya saja kepada dirimu sendiri," ujar Chelsea dengan tenang. Dia bertatapan dengan Radi seraya melanjutkan, "Semua agen penerima barang di sini sangat lihai. Beraninya kamu memberi mereka perlakuan yang berbeda! Kamu bahkan memakai minyak untuk memoles batunya."Chelsea berdecak, lalu menambahkan, "Kamu memang bernyali besar! Apa kamu nggak takut suatu saat nanti kawasan pertambanganmu dihancurkan?""Kamu ...," ucap Radi sambil memelototi Chelsea. Sejak kawasan pertambangan jatuh ke tangan Radi, dia mendapatkan banyak keuntungan. Awalnya, Radi masih kebingungan. Lama-kelamaan, dia mulai bertindak sesuka
Malam harinya, Chelsea terbangun karena menghirup asap tebal. Dia terbatuk-batuk. Chelsea membuka mata, dia samar-samar melihat kobaran api di tengah-tengah asap. Chelsea mulai gugup. Dia tidak tinggal di hotel supaya lebih dekat dengan kawasan pertambangan. Jadi, dia tinggal di asrama buruh tambang untuk sementara waktu.Di bangunan tua tingkat 4 ini ada sekitar ratusan buruh. Kamarnya sangat sempit dan dipenuhi banyak barang. Jika terjadi kebakaran, apinya pasti sulit dipadamkan. Tiba-tiba, Chelsea mendengar suara gedoran pintu. Seseorang memanggil, "Bu Yola! Bu Yola!"Chelsea menyahut, "Aku di sini ... uhuk uhuk ...."Begitu membuka mulut, asap langsung masuk ke tenggorokan Chelsea sehingga dia merasa sesak. Orang di luar terus berteriak, "Bu Yola, pintumu dikunci dengan rantai! Kami akan segera mencari alat untuk membukanya! Kamu harus bertahan!"Ekspresi Chelsea menjadi muram saat mendengar suara langkah kaki yang menjauh. Saat ini terjadi kebakaran dan pintu kamarnya dikunci. Buk
Api baru berhasil dipadamkan saat pagi hari. Bangunan asrama itu pun ludes dilahap api. Chelsea yang kelelahan duduk di tanah sambil melihat ambulans yang membawa korban terakhir.Ferdy datang membawa handuk dan sebotol air untuk Chelsea. Dia langsung duduk di samping Chelsea. Kala ini, Ferdy dan Chelsea tidak memedulikan status mereka lagi."Aksimu semalam lumayan hebat," puji Chelsea. Dia meminum air, lalu melihat Ferdy dengan penuh kekaguman.Chelsea melihat luka di lengan Ferdy. Dia langsung meraih pergelangan tangan Ferdy dan bertanya, "Kapan kamu terluka?""Seharusnya saat aku membuka pintu kamarmu. Tanganku dihantam pintu yang jatuh," jawab Ferdy. Dia hendak menarik tangannya, tetapi Chelsea malah menggenggam tangan Ferdy dengan erat.Chelsea memelototi Ferdy seraya menegur, "Kenapa kamu nggak bilang tanganmu terluka? Semalam kamu menggendong banyak korban."Ferdy juga membantu untuk menyelamatkan orang. Dia menerjang kobaran api berkali-kali untuk menggendong korban keluar. Awa
Malcolm membentak, "Apa aku menyuruhmu membunuh Chelsea? Kalau terjadi sesuatu kepada Chelsea, kamu harus menebusnya dengan nyawamu!"Selesai bicara, Malcolm meninju wajah Radi. Sementara itu, Radi yang dihajar merasa pusing. Dia menyanggah, "Kak Malcolm, aku nggak sengaja. Ini salah Chelsea yang keterlaluan. Dia yang mengancamku dan mendesakku ...."Radi tidak sempat menyelesaikan perkataannya, dia malah berteriak. Malcolm melayangkan tinjunya ke tubuh Radi secara bertubi-tubi sampai tangannya sendiri berlumuran darah. Setelah itu, Malcolm baru menarik napas dan berhenti.Radi yang tergeletak di lantai sudah sekarat. Wajah para bawahan pucat pasi sesudah melihat kondisi Radi. Mereka semua menciut dan tidak berani bersuara. Malcolm benar-benar mengerikan!"Kudengar, lengan Niko terluka," kata Malcolm. Dia menginjak lengan kiri Radi seraya melanjutkan, "Kalau begitu, kamu pakai lenganmu ini untuk menebusnya. Anggap saja utangmu dengan Chelsea sudah lunas."Radi sudah pingsan, jadi dia t
Sewaktu Ferdy kembali ke ruangan setelah menutup telepon, Chelsea sudah meminta bawahannya untuk mengurus kiriman lengan Radi. Ardi melempar tatapan penuh prasangka pada Ferdy. Intuisinya sebagai lelaki memberitahunya bahwa lawan bicara Ferdy di telepon tadi adalah seorang wanita.Ferdy mengabaikan tatapan curiga Ardi padanya. Dia melangkah lurus ke hadapan Chelsea dan berkata, "Aku pulang ke Negara Helvetia hari ini. Kamu kapan?""Minggu depan, setelah Niko keluar dari rumah sakit," sahut Chelsea."Oke," ujar Ferdy. Kemudian, dia melirik Ardi sekilas dan bertanya sambil lalu, "Apa kamu pulang bersama Chelsea?"Ardi menepuk dadanya dan menjawab, "Tentu saja! Tujuanku datang ke sini memang untuk melindungi Chelsea hingga pulang dengan selamat!""Oke," ujar Ferdy lagi.Ardi kelihatan seperti pria yang hanya besar di otot dan kurang di otak, tetapi Ferdy tidak sedikit pun meragukan kesetiaan Ardi pada Chelsea. Berhubung ada Ardi yang melindungi Chelsea, dia bisa pulang dengan tenang.Seb
Tangan Chelsea yang memegang gelas anggur terhenti sejenak di udara. Kemudian, dia mengulum senyum kecil dan berkata, "Masa?""Beritanya sudah ditutupi sebelum tersebar luas, tetapi tetap ada jejak fotonya. Kamu mau lihat?" balas Kendrian.Dari penuturan sederhana Kendrian, Chelsea sedikit termangu ketika menangkap informasi kuncinya. Ferdy tampaknya sangat menyayangi wanita yang dirumorkan sebagai kekasih barunya itu. Jika tidak, Ferdy yang biasanya acuh tak acuh terhadap rumor tidak mungkin bergerak cepat demi menangani skandal. Dia pasti ingin melindungi wanita itu.Chelsea tanpa sadar teringat ucapan Ardi soal panggilan telepon yang diterima Ferdy waktu itu. Mau tidak mau, dia harus memuji intuisi lelaki yang ada kalanya lumayan akurat. Ferdy buru-buru ingin kembali ke Negara Helvetia sepertinya juga demi wanita itu.Saat tengah larut dalam pikirannya, Chelsea mendadak mendengar pekikan seorang wanita."Apa-apaan kamu!"Seruan itu disusul dengan suara tamparan keras. Chelsea dan ya
Yunita-lah yang pertama bereaksi. Pandangannya tertuju pada tangan wanita yang sedang merangkul Chelsea, lalu dia bertanya dengan nada terkejut, "Linda, kalian saling kenal?"Lindsey membawa Chelsea duduk sebelum menjawab, "Ya, kami pernah bertemu di luar negeri. Aku barusan ketemu preman pemabuk di luar. Untungnya kakak ini menolongku. Kalau nggak, entah bagaimana nasibku nanti.""Apa? Ada preman di tempat seperti ini?" kata Yunita sambil mengernyit."Pria itu kelihatannya cukup berada. Sudahlah, nggak usah dibahas lagi. Aku nggak mau nafsu makanku hilang karena orang itu. Aku belum makan apa pun nih," balas Lindsey, sedikit bergidik saat mengingat kejadian tadi.Diana dan Sonia duduk tepat di depan mereka. Untuk sesaat, atmosfer di ruangan ini terasa sedikit kaku. Hanya Lindsey yang tetap makan dengan lahap. Demi menghargai Yunita, Chelsea bertahan di kursinya. Mereka pun mengobrol sejenak tentang situasi operasional Dana Angel.Setelah beberapa lama, Chelsea bangkit dan membuat alas
Langit malam perlahan bertambah pekat. Theo sudah dijemput oleh Brian, meninggalkan Chelsea dan Kendrian yang masih menunggu sopir mereka.Di tengah semilir angin malam, Kendrian bertanya ringan, "Dari mana kamu mengenal wanita tadi?""Aku pernah kebetulan menolongnya di luar negeri," sahut Chelsea.Kendrian mengangkat pelan alisnya dan berkata, "Kebetulan sekali."Chelsea menyunggingkan senyum, lalu menimpali, "Aku juga merasa begitu. Aku ketemu banyak wajah familier di ruangan privat tadi. Sepertinya wanita itu akrab dengan Yunita."Ucapan Chelsea seketika menarik minat Kendrian. Dia berucap, "Sepertinya latar belakang wanita itu nggak sederhana."Chelsea mengangguk setuju, tetapi dia merasakan sedikit keganjilan. Pada pertemuan pertama mereka, Chelsea mendapat kesan bahwa wanita itu hanya orang biasa. Dia tidak tampak seperti orang yang bisa panjat sosial hingga mencapai kalangan puncak.Di dunia dengan kelas sosial yang begitu kokoh, kerja keras sebesar apa pun mustahil membuat ora
Ketika mendengar ada yang ingin Herbert obrolkan dengan Calvin, Firman dan Rangga pun memahami maksud Herbert.Firman memaksa Calvin untuk duduk di sofa, lalu membawa Rangga untuk meninggalkan ruangan.Saat hendak keluar pintu, Firman tidak lupa untuk menambahkan, “Pak Calvin, kami berdua ada di depan. Kalau kamu butuh apa-apa, kamu bisa panggil kami.”Calvin tersenyum dingin. Dia dapat mengerti makna tersirat dari ucapan Firman. Maksudnya tak lain adalah mereka berdua ada di luar sana, lebih baik Calvin tidak berulah.Berhubung Calvin sudah di sini, dia juga ingin tahu apa yang ingin diobrolkan Herbert!“Pak Guru, minum teh.” Herbert menghidangkan segelas teh ke hadapan Calvin. “Teh kesukaanmu.”Calvin bahkan tidak melirik sama sekali. Dia langsung bertanya dengan raut datar, “Jangan omong kosong! Sebenarnya apa yang ingin kamu katakan?”“Sejak kapan temperamenmu jadi seburuk ini? Seingatku, dulu kamu memperlakukanku ….”“Tutup mulutmu!” Calvin langsung menggebrak meja, lalu berkata d
Malam harinya.Terdengar suara tawa di dalam acara perayaan. Baru saja Chelsea selesai bersulang dengan tamu, dia pun mencari tempat yang tenang untuk makan.Chelsea sudah sibuk seharian. Dia masih belum sempat makan dengan tenang. Dua gelas champagne yang diminumnya tadi terasa membara di perut.Pada saat ini, Ferdy berjalan ke sisi Chelsea untuk mengantarkan makanan kepadanya. “Makan mie dulu.”Chelsea mengambil piring, lalu bertanya, “Kenapa kamu bisa tahu aku lagi lapar?”“Tadi saat berdiri di sampingmu, aku bisa mendengar suara perutmu.”“Hah?” Kening Chelsea berkerut. “Apa benar seperti itu?”Ferdy pun tertawa. “Tentu saja nggak. Aku menebak seharusnya hari ini kamu nggak punya waktu buat makan.”Chelsea segera menjulingkan matanya. Dia tidak meladeni Ferdy, lalu menunduk untuk memakan mie.Ferdy berdiri di sisi Chelsea, lalu mengingatkan, “Setelah acara konferensi pers berakhir, berita pun viral di internet.”“Emm, aku bisa menebaknya.”Chelsea saja tidak punya waktu untuk makan
Pada akhirnya, Herbert memilih untuk mundur secara diam-diam.Ferdy menatap bayangan punggung Herbert yang semakin menjauh. Hatinya terasa lebih nyaman saat ini.Chelsea melirik Ferdy sekilas. “Jangan beri tahu aku, kamu datang ke sini hanya untuk memancing emosi Herbert saja?”“Tebakanmu benar.” Ferdy melihat ke sisi Chelsea. Dia tidak bisa menyembunyikan rasa bangga di wajahnya. “Tadi aku melihat dia hadiri acara konferensi pers di internet.”“Pak Ferdy, apa kamu itu anak kecil? Kenapa ….”“Kalau kamu merasa perbuatanku ini kekanak-kanakan ….” Tiba-tiba Ferdy semakin mendekat, lalu berbicara dengan perlahan, “Itu berarti aku memang kekanak-kanakan.”Chelsea merasa kaget. Kedua mata berkilauannya bagai telah kehilangan arwahnya saja. Dia mengalihkan tatapannya, lalu tak lupa untuk menyindir, “Dasar kekanak-kanakan!”Akhirnya kali ini Anita menemukan kesempatan untuk berbicara. “Malam ini perusahaan mengadakan acara makan bersama. Kebetulan Pak Ferdy ada di sini, bagaimana kalau Pak Fe
Chelsea dan Anita menandatangani kontrak di bawah kesaksian para awak media. Disusul, terdengar suara gemuruh tepuk tangan di dalam ruangan dan juga terlihat kilat cahaya kamera.Ketika melihat gambaran di depan mata, Anita merasa sangat gembira hingga tidak bisa berkata-kata. Dia hanya menggenggam tangan Chelsea untuk menyatakan rasa terima kasihnya.Sudah terlalu lama Perusahaan Farmasi Norman tidak memiliki pencapaian setinggi ini! Sekarang, semuanya dicapai berkat bantuan Hope!Sepertinya Chelsea bisa merasakannya. Dia memiringkan kepalanya untuk mendekati samping telinga Anita, lalu berbisik, “Semua ini pantas diterima Perusahaan Farmasi Norman.”Anita merasa kaget. Dia melihat tatapan berkilauan Chelsea, lalu mengangguk. “Bu Chelsea, kamu tenang saja. Aku pasti nggak akan mengecewakanmu.”Chelsea pun tersenyum.Mereka berdua juga tersenyum sembari bertukar pandang. Gambaran itu pun berhasil disorot oleh kamera. Tak sedikit wartawan memutuskan untuk menaruh foto ini menjadi foto u
Firman melihat ke arah yang ditunjuk oleh Rangga. Dia pun menemukan sosok Herbert yang baru memasuki ruangan sedang dikerumuni oleh awak media.Herbert tergolong tokoh legendaris di dunia medis. Ditambah lagi, dia sudah lama menetap di luar negeri. Jadi, selama ini semua wartawan hanya pernah mendengar namanya, tetapi tidak memiliki kesempatan untuk mewawancarainya.Hari ini ketika Herbert datang, para awak media juga tidak ingin melewatkan kesempatan bagus ini.“Pak Herbert, kenapa kamu tiba-tiba pulang dari luar negeri? Apa ada yang ingin kamu lakukan? Apa Perusahaan Farmasi Hermera ingin berkembang di dalam negeri?”“Pak Herbert, hari ini kamu menghadiri acara konferensi pers. Apa kamu tertarik dengan kedua perusahaan ini?”Pertanyaan tidak berhenti dilontarkan.Dari tadi Herbert hanya membalas dengan tersenyum saja. Kemudian, dia melontarkan informasi besar dengan santai.“Aku bisa pulang kali ini karena ingin bekerja sama dengan Hope. Perusahaan Farmasi Hermera telah lama berkemba
“Herbert mengambil hasil penelitian kami untuk bekerja sama dengan perusahaan medis luar negeri. Kemudian, dia berhasil menjadi orang penting dalam grup barunya.”Herbert tersenyum getir. “Hal yang paling lucu adalah sebelum dia ke luar negeri, dia sempat mencariku. Dia mengatakan ilmu pengobatan tradisional nggak ada masa depan. Cepat atau lambat ilmu pengobatan tradisional akan dieliminasi. Dia suruh aku untuk pergi bersamanya.”“Apa kamu tahu? Perusahaan medis itu suka mencuri hasil penelitian perusahaan lain, lalu memproduksi obat-obatan dengan harga rendah. Kemudian, demi menekan modal, mereka juga membeli bahan obat bermutu rendah yang menyebabkan perubahan khasiat obat.”“Perbuatan mereka sama saja dengan mempertaruhkan nyawa manusia! Sepuluh tahun lalu, akhirnya perusahaan itu dilaporkan oleh banyak perusahaan farmasi lainnya, lalu gulung tikar!” Calvin merasa geram. Tatapannya tertuju pada sisi pintu mobil. “Dia itu pencuri! Dia itu pencuri yang nggak punya hati!”Saat melihat
Ketika melihat Calvin sedang marah, Chelsea juga tidak berani memicu emosinya lagi.Chelsea memalingkan kepalanya menatap Anita. Dia merasa bersalah. “Bu Anita, aku sudah merusak jamuan malam ini.”Anita tersenyum. “Nggak masalah, kok. Kita bisa cari kesempatan lain.”“Oke,” balas Chelsea, kemudian menarik-narik lengan pakaian Calvin. “Kakek, ayo kita pergi. Nanti aku jelaskan masalah ini sama kamu.”Calvin berdiri tanpa bersuara sama sekali. Dia langsung berjalan keluar kamar. Chelsea juga segera mengambil tasnya, mengikuti langkah Calvin.Setelah memasuki mobil, Chelsea memberi tahu masalah Malcolm mengutus Daisy untuk membantu Herbert kepada Calvin. Saat ini, amarah Calvin semakin membara. Dia berkata dengan menggertakkan giginya, “Si Berengsek itu masih nggak tahu malu seperti dulu!”Chelsea menghela napas ringan. “Kamu juga tahu bahwa Kak Daisy sangat penting bagiku. Aku nggak bisa nggak memedulikannya.”Calvin meliriknya sekilas. “Jadi, demi Daisy, kamu baru terus mencari tahu k
Calvin merasa gusar. “Keluar! Hubungan kita bukan guru dan murid! Kamu nggak berhak untuk mengungkit masalah itu di hadapanku!”Ketika menyadari sekujur tubuh Calvin gemetar akibat marah, Chelsea segera mengulurkan tangannya untuk mengelus punggung Calvin. “Kakek, kamu tenangkan dirimu. Jangan sampai merusak kesehatanmu.”Namun, Calvin seolah-olah tidak bisa mendengar apa-apa. Tatapannya masih terus tertuju pada diri Herbert. Tatapan itu terasa asing bagi Chelsea.Di dalam memori Chelsea, Calvin selalu tersenyum. Meskipun marah, Calvin juga tidak pernah bersikap seperti hendak membunuh orang saja!Chelsea menatap Herbert dengan raut muram. “Pak Herbert, berhubung Kakek nggak menyambut kedatanganmu, lebih baik kamu tinggalkan ruangan ini sekarang.”Herbert mengeluarkan saputangan dengan perlahan. Dia menyeka sisa air di pakaiannya sembari berkata, “Pak Guru, kenapa temperamenmu malah lebih buruk daripada dulu? Apa kamu bisa dengarkan penjelasanku dulu?”“Nggak ada yang perlu aku bicarak
Di pabrik produksi obat.Di bawah dampingan Anita dan beberapa karyawan lainnya, Calvin dan yang lain pergi mengunjungi pabrik.Calvin sangat gemar dalam mempelajari ilmu pengobatan tradisional. Tentu saja dia tertarik dengan pabrik produksi obat-obatan. Dia bahkan merasa takjub.“Aku sungguh nggak menyangka, padahal sekarang orang-orang sudah mulai beralih dalam mengembangkan obat barat, Perusahaan Farmasi Norman masih saja mempertahankan produksi obat tradisional. Semua itu pasti nggak gampang bagi kalian!”Usai mendengar, Anita tersenyum. “Terima kasih atas pujian Pak Calvin. Jujur saja, Keluarga Norman sudah menggeluti dunia pengobatan tradisional dalam beberapa generasi. Jadi, kami nggak ingin mengakhirinya.”Calvin semakin puas lagi. “Ternyata kalian itu keluarga yang ahli dalam pengobatan tradisional!”Sambil berbicara, Calvin memalingkan kepalanya melihat ke sisi Chelsea dengan tersenyum. “Aku sangat puas dengan kerja sama kali ini. Nanti aku akan mengadakan rapat lagi untuk me