Malam itu, Lindsey hadir tepat waktu ke tempat yang dijanjikan. Begitu membuka pintu dan melihat Diana dan Gino yang sedang tersenyum manis, Lindsey langsung cemberut. "Kenapa preman ini juga di sini?" tanya Lindsey dengan sinis."Maafkan aku, Nona. Semalam aku minum terlalu banyak dan tanpa sadar bertindak nggak sopan padamu," ujar Gino.Gino segera bangkit dari kursinya. Sambil mengangkat gelas anggur, dia berkata lagi, "Begini saja, aku akan minta maaf dengan minum tiga gelas. Kuharap kamu bisa berbesar hati dan bersedia melupakan kejadian kemarin malam."Lindsey tidak bisa berkata-kata saat melihat Gino menenggak tiga gelas anggur dengan cepat. Dia curiga ada yang tidak beres dengan kepala pria itu."Apa ini yang mau kamu bicarakan denganku?" tanya Lindsey sambil menatap Diana.Diana menyunggingkan senyum menyesal dan menjawab, "Ya. Gino tahu dari resepsionis kalau kamu datang bersama kami. Dia ingin meminta maaf secara langsung padamu, jadi ...."Gino buru-buru menimpali, "Betul,
Mendengar ini, Ferdy mengangkat alisnya sembari membalas, "Jangan terlalu banyak tanya. Ke depannya, kamu jangan sering berhubungan dengan mereka.""Kalau aku dengar dari ucapanmu ... sepertinya kamu benar-benar memancingku memikirkan sesuatu yang bukan-bukan," goda Lindsey sambil tersenyum."Lindsey," tegur Ferdy dengan kesal.Lindsey tertawa puas, lalu berucap, "Oke, aku nggak menggodamu lagi. Sekarang, aku mau tanya hal yang serius. Sebenarnya seberapa besar kesalahan yang kamu buat hingga kamu melewatkan wanita sebaik Kak Chelsea?"Bukannya mendapatkan jawaban, Ferdy malah berpesan, "Kalau urusanmu sudah selesai, pulanglah lebih awal." Setelah itu, dia langsung mengakhiri panggilan.Lindsey memandang ponselnya seraya menggeleng dengan pasrah. Kakaknya sama sekali tidak bersedia curhat kepadanya. Lantas, bagaimana dia bisa membantunya? Tidak lama kemudian, ada sebuah pesan dari Ferdy yang muncul di layar ponselnya.[ Besok akhir pekan. Sudah waktunya kamu untuk bertemu Maura. Aku ak
Lindsey menarik napas dalam-dalam, lalu berjalan ke arah Ferdy dan Maura.Begitu melihat Lindsey duduk, Maura perlahan mendekat ke Ferdy dan bertanya dengan berbisik, "Papa, siapa dia?""Maura, ini ...," sahut Ferdy."Aku tantemu," sela Lindsey.Ferdy menatap Lindsey sambil mengernyit. Matanya tampak sedang bertanya-tanya. Sementara itu, Lindsey malah berpura-pura bodoh. Dia tersenyum pada Maura seraya berkata, "Hari ini, bagaimana kalau Tante mengajakmu jalan-jalan? Kalau Maura ingin makan sesuatu, bilang saja pada Tante."Kehadiran Lindsey yang tiba-tiba mengaku sebagai tantenya membuat Maura menjadi berwaspada. Dia tidak mengindahkan Lindsey, melainkan menengadah menatap Ferdy untuk mendapatkan kepastian.Setelah terdiam beberapa saat, Ferdy bisa menebak isi pikiran Lindsey. Dia mengalihkan pandangannya menatap kedua mata Maura, lalu menjelaskan, "Dia adiknya Papa. Mulai sekarang, dia adalah tantemu."Maura bertepuk tangan dengan senang seraya berseru, "Hore! Maura punya Tante!"Kal
Ferdy menatap Chelsea cukup lama. Cahaya senja menyinari sepasang netra yang tenang dan membuat matanya terlihat seperti sedang menyala.Chelsea sedikit canggung saat ditatap seperti itu. Dia bertanya, "Kamu bisu?""Aku cuma ingin melihatmu." Setelah mengatakan ini, Ferdy mengalihkan pandangannya sembari berpamitan, "Aku pulang dulu."Mobil Mercedes Maybach pun melaju pergi. Chelsea benar-benar tidak mengerti, sebenarnya apa trik yang sedang dimainkan Ferdy? Membingungkan sekali.Di dalam mobil, Ferdy menoleh ke belakang menatap Chelsea lekat-lekat. Wanita itu berdiri di bawah cahaya senja. Sosoknya yang kurus seolah-olah memancarkan kekuatan dan ketangguhan dari dalam dirinya.Sejak mendengar ucapan Lindsey, Ferdy terus memikirkan apakah keputusannya meminta Lindsey melahirkan Maura itu benar atau salah. Sampai saat bertemu dengan Chelsea, sepertinya dia sudah menemukan jawabannya.Setelah lama mengenal Chelsea, Ferdy seharusnya paham bahwa Chelsea tahu apa yang dirinya inginkan. Wani
Saat melihat Darwin secara langsung, Lindsey merasa Darwin lebih tua daripada di foto. Lindsey melihat tangan Darwin yang memegang teko teh bergetar. Dia langsung mengambil teko dan berucap, "Biar aku tuang sendiri saja."Darwin mengangguk dan menyahut, "Oke."Melihat Lindsey menuang teh ke cangkir sampai penuh, Darwin berkata, "Setelah Ferdy menemukanmu, aku tahu dia pasti nggak akan membiarkanmu berhubungan denganku lagi. Aku pikir aku nggak punya kesempatan untuk bertemu denganmu ...."Lindsey menyela, "Kalau bukan karena kamu yang menyokongku waktu itu, aku juga nggak mungkin bisa hidup sampai bertemu dengan kakakku. Aku tetap mengingat kebaikanmu."Mendengar ucapan Lindsey, Darwin melambaikan tangan dan menimpali, "Sebagai kakekmu, sudah seharusnya aku berbuat seperti itu. Kamu nggak usah begitu sungkan."Lindsey tiba-tiba merasa tidak nyaman saat melihat Darwin bersikap seperti kakek yang baik. Dia mengernyit, lalu berujar, "Hari ini aku mencari kamu untuk menanyakan sesuatu. Ken
Malam itu, Diana tidak mendapatkan balasan dari Ferdy. Dia mengira petunjuk darinya belum cukup jelas. Jadi, keesokan paginya dia pergi ke Harbourside Villa. Saat Ferdy turun ke lantai bawah, Diana sudah duduk di depan meja makan sambil menyiapkan sarapan Maura."Kamu sudah bangun?" tanya Diana sembari tersenyum.Ferdy menghampiri meja makan, lalu melirik Maura yang sedang memainkan roti panggangnya. Dia menegur, "Kalau sudah kenyang, main di lantai atas. Jangan memainkan makanan."Maura meletakkan roti panggang di piringnya dengan patuh. Kemudian, dia menarik ujung baju Diana dan berucap, "Tante temani aku main.""Kamu naik sendiri dulu," perintah Ferdy.Diana tahu maksud Ferdy. Dia membujuk Maura, "Tante mau bicara dengan papamu. Sebentar lagi Tante akan temani kamu."Melihat Maura mengangguk, Diana langsung menggendong Maura turun dari kursi dan melihatnya naik ke lantai atas. Diana terkejut setelah menoleh dan bertatapan dengan Ferdy.Ferdy memperingatkan, "Kelak jangan memakai tri
Pada festival musim gugur, cahaya rembulan menghiasi langit malam. Sebelum keluar, Chelsea berjanji kepada Timothy bahwa dia akan pulang lebih awal untuk merayakan hari yang spesial ini. Chelsea yang sudah membuat janji dengan Yunita sampai di klub tepat waktu. Begitu masuk, pelayan mengatakan bahwa malam ini satu klub sudah disewa oleh Keluarga Milano.Chelsea merasa dirinya ditipu oleh Yunita. Dia hendak pergi. Tiba-tiba terdengar suara seseorang. "Kenapa kamu buru-buru pergi?"Chelsea mendongak dan melihat Yunita yang bersandar di pagar balkon sambil memegang gelas anggur. Dia sedang menatap Chelsea seraya tersenyum. Sementara itu, Antoni berdiri di samping Yunita. Antoni tampak berwibawa. Chelsea merasa frustrasi, kenapa dia lupa bahwa dulu Yunita adalah orang kepercayaan Antoni?"Bu Chelsea, aku antar kamu ke lantai atas," ucap pelayan dengan sopan. Dia mempersilakan Chelsea untuk masuk ke klub.Chelsea tahu dirinya sudah terjebak sehingga tidak bisa mundur lagi. Dia terpaksa meng
Yunita membawa Chelsea ke ruang teh. Setelah duduk, Yunita bertanya, "Apa kamu menyalahkanku karena membohongimu datang ke acara Keluarga Milano?""Um," sahut Chelsea.Yunita tertawa dan menimpali, "Bu Chelsea memang orang yang blak-blakan. Aku suka sekali dengan kepribadianmu."Yunita berkecimpung di dunia bisnis sewaktu muda. Dia sering melihat orang-orang yang munafik. Jadi, dia sangat menyukai sifat Chelsea yang selalu bicara terus terang.Yunita memasak air, lalu menjelaskan, "Sejujurnya, Pak Antoni bukan ingin merebut Timothy. Dia hanya ingin mengujimu. Kamu juga tahu Ferdy dan Diana akan menikah. Pak Antoni hanya mengakui Diana sebagai cucu menantunya. Tapi, kamu punya anak sehingga bisa menjadi ancaman untuk pernikahan mereka."Yunita melanjutkan, "Pak Antoni memang menyukai Timothy. Tapi, dia akan melepaskan Timothy demi Diana. Aku dengar, Pak Antoni sudah memberi Ferdy perintah yang nggak boleh diganggu gugat. Ferdy nggak boleh mengakui Timothy."Yunita memandang Chelsea sera
Ketika mendengar ada yang ingin Herbert obrolkan dengan Calvin, Firman dan Rangga pun memahami maksud Herbert.Firman memaksa Calvin untuk duduk di sofa, lalu membawa Rangga untuk meninggalkan ruangan.Saat hendak keluar pintu, Firman tidak lupa untuk menambahkan, “Pak Calvin, kami berdua ada di depan. Kalau kamu butuh apa-apa, kamu bisa panggil kami.”Calvin tersenyum dingin. Dia dapat mengerti makna tersirat dari ucapan Firman. Maksudnya tak lain adalah mereka berdua ada di luar sana, lebih baik Calvin tidak berulah.Berhubung Calvin sudah di sini, dia juga ingin tahu apa yang ingin diobrolkan Herbert!“Pak Guru, minum teh.” Herbert menghidangkan segelas teh ke hadapan Calvin. “Teh kesukaanmu.”Calvin bahkan tidak melirik sama sekali. Dia langsung bertanya dengan raut datar, “Jangan omong kosong! Sebenarnya apa yang ingin kamu katakan?”“Sejak kapan temperamenmu jadi seburuk ini? Seingatku, dulu kamu memperlakukanku ….”“Tutup mulutmu!” Calvin langsung menggebrak meja, lalu berkata d
Malam harinya.Terdengar suara tawa di dalam acara perayaan. Baru saja Chelsea selesai bersulang dengan tamu, dia pun mencari tempat yang tenang untuk makan.Chelsea sudah sibuk seharian. Dia masih belum sempat makan dengan tenang. Dua gelas champagne yang diminumnya tadi terasa membara di perut.Pada saat ini, Ferdy berjalan ke sisi Chelsea untuk mengantarkan makanan kepadanya. “Makan mie dulu.”Chelsea mengambil piring, lalu bertanya, “Kenapa kamu bisa tahu aku lagi lapar?”“Tadi saat berdiri di sampingmu, aku bisa mendengar suara perutmu.”“Hah?” Kening Chelsea berkerut. “Apa benar seperti itu?”Ferdy pun tertawa. “Tentu saja nggak. Aku menebak seharusnya hari ini kamu nggak punya waktu buat makan.”Chelsea segera menjulingkan matanya. Dia tidak meladeni Ferdy, lalu menunduk untuk memakan mie.Ferdy berdiri di sisi Chelsea, lalu mengingatkan, “Setelah acara konferensi pers berakhir, berita pun viral di internet.”“Emm, aku bisa menebaknya.”Chelsea saja tidak punya waktu untuk makan
Pada akhirnya, Herbert memilih untuk mundur secara diam-diam.Ferdy menatap bayangan punggung Herbert yang semakin menjauh. Hatinya terasa lebih nyaman saat ini.Chelsea melirik Ferdy sekilas. “Jangan beri tahu aku, kamu datang ke sini hanya untuk memancing emosi Herbert saja?”“Tebakanmu benar.” Ferdy melihat ke sisi Chelsea. Dia tidak bisa menyembunyikan rasa bangga di wajahnya. “Tadi aku melihat dia hadiri acara konferensi pers di internet.”“Pak Ferdy, apa kamu itu anak kecil? Kenapa ….”“Kalau kamu merasa perbuatanku ini kekanak-kanakan ….” Tiba-tiba Ferdy semakin mendekat, lalu berbicara dengan perlahan, “Itu berarti aku memang kekanak-kanakan.”Chelsea merasa kaget. Kedua mata berkilauannya bagai telah kehilangan arwahnya saja. Dia mengalihkan tatapannya, lalu tak lupa untuk menyindir, “Dasar kekanak-kanakan!”Akhirnya kali ini Anita menemukan kesempatan untuk berbicara. “Malam ini perusahaan mengadakan acara makan bersama. Kebetulan Pak Ferdy ada di sini, bagaimana kalau Pak Fe
Chelsea dan Anita menandatangani kontrak di bawah kesaksian para awak media. Disusul, terdengar suara gemuruh tepuk tangan di dalam ruangan dan juga terlihat kilat cahaya kamera.Ketika melihat gambaran di depan mata, Anita merasa sangat gembira hingga tidak bisa berkata-kata. Dia hanya menggenggam tangan Chelsea untuk menyatakan rasa terima kasihnya.Sudah terlalu lama Perusahaan Farmasi Norman tidak memiliki pencapaian setinggi ini! Sekarang, semuanya dicapai berkat bantuan Hope!Sepertinya Chelsea bisa merasakannya. Dia memiringkan kepalanya untuk mendekati samping telinga Anita, lalu berbisik, “Semua ini pantas diterima Perusahaan Farmasi Norman.”Anita merasa kaget. Dia melihat tatapan berkilauan Chelsea, lalu mengangguk. “Bu Chelsea, kamu tenang saja. Aku pasti nggak akan mengecewakanmu.”Chelsea pun tersenyum.Mereka berdua juga tersenyum sembari bertukar pandang. Gambaran itu pun berhasil disorot oleh kamera. Tak sedikit wartawan memutuskan untuk menaruh foto ini menjadi foto u
Firman melihat ke arah yang ditunjuk oleh Rangga. Dia pun menemukan sosok Herbert yang baru memasuki ruangan sedang dikerumuni oleh awak media.Herbert tergolong tokoh legendaris di dunia medis. Ditambah lagi, dia sudah lama menetap di luar negeri. Jadi, selama ini semua wartawan hanya pernah mendengar namanya, tetapi tidak memiliki kesempatan untuk mewawancarainya.Hari ini ketika Herbert datang, para awak media juga tidak ingin melewatkan kesempatan bagus ini.“Pak Herbert, kenapa kamu tiba-tiba pulang dari luar negeri? Apa ada yang ingin kamu lakukan? Apa Perusahaan Farmasi Hermera ingin berkembang di dalam negeri?”“Pak Herbert, hari ini kamu menghadiri acara konferensi pers. Apa kamu tertarik dengan kedua perusahaan ini?”Pertanyaan tidak berhenti dilontarkan.Dari tadi Herbert hanya membalas dengan tersenyum saja. Kemudian, dia melontarkan informasi besar dengan santai.“Aku bisa pulang kali ini karena ingin bekerja sama dengan Hope. Perusahaan Farmasi Hermera telah lama berkemba
“Herbert mengambil hasil penelitian kami untuk bekerja sama dengan perusahaan medis luar negeri. Kemudian, dia berhasil menjadi orang penting dalam grup barunya.”Herbert tersenyum getir. “Hal yang paling lucu adalah sebelum dia ke luar negeri, dia sempat mencariku. Dia mengatakan ilmu pengobatan tradisional nggak ada masa depan. Cepat atau lambat ilmu pengobatan tradisional akan dieliminasi. Dia suruh aku untuk pergi bersamanya.”“Apa kamu tahu? Perusahaan medis itu suka mencuri hasil penelitian perusahaan lain, lalu memproduksi obat-obatan dengan harga rendah. Kemudian, demi menekan modal, mereka juga membeli bahan obat bermutu rendah yang menyebabkan perubahan khasiat obat.”“Perbuatan mereka sama saja dengan mempertaruhkan nyawa manusia! Sepuluh tahun lalu, akhirnya perusahaan itu dilaporkan oleh banyak perusahaan farmasi lainnya, lalu gulung tikar!” Calvin merasa geram. Tatapannya tertuju pada sisi pintu mobil. “Dia itu pencuri! Dia itu pencuri yang nggak punya hati!”Saat melihat
Ketika melihat Calvin sedang marah, Chelsea juga tidak berani memicu emosinya lagi.Chelsea memalingkan kepalanya menatap Anita. Dia merasa bersalah. “Bu Anita, aku sudah merusak jamuan malam ini.”Anita tersenyum. “Nggak masalah, kok. Kita bisa cari kesempatan lain.”“Oke,” balas Chelsea, kemudian menarik-narik lengan pakaian Calvin. “Kakek, ayo kita pergi. Nanti aku jelaskan masalah ini sama kamu.”Calvin berdiri tanpa bersuara sama sekali. Dia langsung berjalan keluar kamar. Chelsea juga segera mengambil tasnya, mengikuti langkah Calvin.Setelah memasuki mobil, Chelsea memberi tahu masalah Malcolm mengutus Daisy untuk membantu Herbert kepada Calvin. Saat ini, amarah Calvin semakin membara. Dia berkata dengan menggertakkan giginya, “Si Berengsek itu masih nggak tahu malu seperti dulu!”Chelsea menghela napas ringan. “Kamu juga tahu bahwa Kak Daisy sangat penting bagiku. Aku nggak bisa nggak memedulikannya.”Calvin meliriknya sekilas. “Jadi, demi Daisy, kamu baru terus mencari tahu k
Calvin merasa gusar. “Keluar! Hubungan kita bukan guru dan murid! Kamu nggak berhak untuk mengungkit masalah itu di hadapanku!”Ketika menyadari sekujur tubuh Calvin gemetar akibat marah, Chelsea segera mengulurkan tangannya untuk mengelus punggung Calvin. “Kakek, kamu tenangkan dirimu. Jangan sampai merusak kesehatanmu.”Namun, Calvin seolah-olah tidak bisa mendengar apa-apa. Tatapannya masih terus tertuju pada diri Herbert. Tatapan itu terasa asing bagi Chelsea.Di dalam memori Chelsea, Calvin selalu tersenyum. Meskipun marah, Calvin juga tidak pernah bersikap seperti hendak membunuh orang saja!Chelsea menatap Herbert dengan raut muram. “Pak Herbert, berhubung Kakek nggak menyambut kedatanganmu, lebih baik kamu tinggalkan ruangan ini sekarang.”Herbert mengeluarkan saputangan dengan perlahan. Dia menyeka sisa air di pakaiannya sembari berkata, “Pak Guru, kenapa temperamenmu malah lebih buruk daripada dulu? Apa kamu bisa dengarkan penjelasanku dulu?”“Nggak ada yang perlu aku bicarak
Di pabrik produksi obat.Di bawah dampingan Anita dan beberapa karyawan lainnya, Calvin dan yang lain pergi mengunjungi pabrik.Calvin sangat gemar dalam mempelajari ilmu pengobatan tradisional. Tentu saja dia tertarik dengan pabrik produksi obat-obatan. Dia bahkan merasa takjub.“Aku sungguh nggak menyangka, padahal sekarang orang-orang sudah mulai beralih dalam mengembangkan obat barat, Perusahaan Farmasi Norman masih saja mempertahankan produksi obat tradisional. Semua itu pasti nggak gampang bagi kalian!”Usai mendengar, Anita tersenyum. “Terima kasih atas pujian Pak Calvin. Jujur saja, Keluarga Norman sudah menggeluti dunia pengobatan tradisional dalam beberapa generasi. Jadi, kami nggak ingin mengakhirinya.”Calvin semakin puas lagi. “Ternyata kalian itu keluarga yang ahli dalam pengobatan tradisional!”Sambil berbicara, Calvin memalingkan kepalanya melihat ke sisi Chelsea dengan tersenyum. “Aku sangat puas dengan kerja sama kali ini. Nanti aku akan mengadakan rapat lagi untuk me