Chelsea menggeleng sambil menjawab, "Bukan begitu. Di rapat tadi, aku memang berhasil menekan orang-orang itu, tapi pasti masih ada yang bergosip di belakang. Kamu juga pasti nggak akan merasa nyaman kalau terus bekerja. Jadi, lebih baik kamu ambil cuti dulu.""Aku nggak akan pulang. Aku juga bertanggung jawab atas bocornya draf desain. Pokoknya, aku harus tinggal untuk membantu dalam penyelidikan." Usai berkata demikian, Bella membungkuk dalam-dalam dan berkata dengan mata memerah, "Maaf, Bu Chelsea, ini salahku karena nggak bisa mengawasi dengan baik. Aku sudah menyebabkan kerugian besar bagi perusahaan.""Pengkhianat memang sulit diwaspadai. Kalau memang ada yang berkhianat, mana mungkin kamu bisa awasi?" hibur Chelsea. Dia menatap Bella dan merasa bahwa kondisinya tidak sesederhana yang terlihat. Dia memiliki firasat buruk.Tak lama kemudian, Chelsea membujuk dengan nada lembut, "Jangan berpikir terlalu banyak. Kamu ambil cuti dulu. Percayalah bahwa kebenaran akan terungkap. Aku ng
Chelsea menemukan rumah sewa Bella dan menekan bel pintunya. Namun, tidak ada yang membuka pintu setelah dia menunggu cukup lama. Chelsea yang panik pun menoleh untuk meminta bantuan Melvin. Pria itu segera mendekat. Setelah mendobrak beberapa kali, dia akhirnya berhasil membuka pintu tersebut.Di dalam apartemen, lampunya tidak dinyalakan sehingga semuanya gelap gulita. Chelsea hanya bisa melihat bayangan seseorang yang tergeletak di dekat pintu balkon. Dia bergegas ke sana. Ketika mendekat, dia mencium bau darah yang samar-samar. Hatinya pun langsung berdegup kencang.Di belakangnya, Melvin segera menemukan saklar dan menekannya. Ruangan seketika menjadi terang benderang. Mungkin karena tiba-tiba ada cahaya, Bella secara refleks mengangkat tangannya untuk melindungi matanya sendiri.Chelsea sontak mendapati lengan Bella yang penuh dengan noda darah. Tanpa berbasa-basi, dia langsung memerintahkan Melvin, "Bawa dia ke rumah sakit.""Baik!" jawab Melvin seraya menggendong Bella. Lantar
Awalnya, Bella tidak terlalu ingin membuka hatinya. Dia hanya membicarakan hal-hal yang sudah pernah Chelsea dengar sebelumnya. Lambat laun, dengan arahan dari Chelsea, Bella baru mulai berbicara tentang beberapa hal yang selalu tersimpan dalam hatinya.Bella bercerita, "Orang tuaku selalu bilang aku hanya membuang-buang uang. Mereka bilang, anak gadis pasti akan menikah cepat atau lambat, jadi nggak perlu sekolah tinggi-tinggi. Apa kamu tahu? Begitu aku lulus SMA, mereka langsung menjodohkanku dengan seseorang. Mereka bilang, setelah aku nikah, uang maharnya bisa dipakai kakakku untuk nikah.""Karena nggak mau, aku kabur dari rumah di tengah malam dan pergi bekerja di kota untuk menghasilkan uang kuliahku sendiri. Bukan hanya nggak minta uang dari mereka, aku juga memberikan bantuan sesekali," jelas Bella.Sambil bercerita, suasana hati Bella malah menjadi lebih tenang. Dia menatap Chelsea dan berkata sambil tersenyum lembut, "Hari di mana aku bergabung dengan Soraya Jewelry adalah ha
Rumah Bella berlokasi di sebuah desa pegunungan kecil, sekitar tiga jam perjalanan dari Kota Mahara. Ketika mobil Porsche Panamera memasuki desa, hal ini sontak menarik perhatian banyak warga. Ini adalah kali pertama mereka melihat mobil seindah itu memasuki desa. Para warga yang penasaran pun mengikuti mobil tersebut karena ingin tahu ke mana mobil itu akan pergi.Saat ini, rumah Keluarga Tanoto penuh dengan suasana yang gembira. Mereka tengah mengadakan pesta besar. Mobil Chelsea melewati pintu gerbang yang dihias dengan petasan dan kertas merah, lalu berhenti dengan mantap.Seorang warga desa berseru dengan suara keras, "Wilson! Ada tamu istimewa datang ke rumahmu! Hebat sekali kalian!"Orang tua Bella segera keluar setelah mendengar seruan tersebut. Kemudian, kakaknya Bella, Richard Tanoto, juga bergegas keluar. Richard berpengetahuan cukup luas. Dia segera mengenali mobil mewah tersebut, lalu berucap, "Wah, ini Porsche Panamera!"Bella membuka pintu mobil dan turun sembari ditatap
Chelsea tetap tenang. Sosoknya berkelebat dan berhasil menghindari serangan tongkat Richard. Segera setelah itu, seseorang langsung menendang perut pria itu dengan keras.Richard yang kesakitan pun makin emosi. Dia mengangkat tongkatnya dan mengayunkannya ke arah Chelsea lagi. Saat berikutnya, sosoknya langsung terhempas. Richard terlempar bersamaan dengan tongkatnya. Dia jatuh ke jalan dengan keras, bahkan kesulitan untuk bangkit lagi.Wilson dan Pamela sontak panik. Mereka bergegas menghalangi di depan Richard. Wilson segera berkata, "Memukul orang itu melanggar hukum. Jangan sampai aku laporkan kalian ke polisi!"Sementara itu, istrinya menambahkan, "Kalian sudah pukul Richard. Jangan harap bisa pergi dari desa ini!"Mendengar kata-kata itu, Chelsea pun mencemooh, "Ada banyak saksi di sini. Jelas-jelas putramu yang serang duluan. Tindakan kami ini paling hanya bisa dianggap sebagai pembelaan diri yang wajar."Melvin sontak emosi. Dia terlalu malas berbasa-basi dengan mereka sehingga
"Kamu kira kamu siapa? Apa hakmu untuk ikut campur dalam urusan keluarga kami?" tanya Wilson kepada Chelsea. Kemudian, dia menatap putrinya dengan tajam sambil berkata, "Bella, aku dan mamamu sudah membesarkanmu dengan susah payah. Sekarang, kamu malah nurut pada wanita jelek ini ....""Tolong perhatikan kata-katamu!" sela Bella. Dia melanjutkan tanpa ragu-ragu, "Apa yang dikatakan Bu Chelsea adalah maksudku. Kalau hari ini kalian nggak bisa kembalikan uang itu, aku akan memutuskan hubungan kita."Kemudian, Bella menambahkan sambil tersenyum dingin, "Lagi pula, rumah ini nggak ada apa-apanya bagiku. Selama bertahun-tahun, kalian nggak pernah memperlakukanku sebagai putri kalian. Selain meminta uang dan menyuruhku bekerja, apa yang pernah kalian berikan padaku? Hanya nyawaku. Kalau kalian nggak terima, ambil saja nyawa ini kembali."Wilson segera memarahi, "Kamu .... Omong kosong apa yang kamu katakan! Kami ....""Dari kata-katamu, sepertinya masih menginginkanku." Bella sama sekali tid
Sayangnya, ketika Melvin baru mengangkat tinjunya, Pamela sudah menyerah. Dia langsung berseru, "Dari seorang wanita bernama Winny. Aku pinjam uang darinya. Jangan pukuli putraku lagi!"Setelah mendapatkan jawaban yang diinginkan, Chelsea pun menghentikan Melvin dengan berkata, "Ayo."Namun, Melvin ingin melampiaskan kekesalannya. Dia menarik kembali tinjunya, lalu menendang Richard sambil berkata, "Jangan sampai aku lihat kalian ganggu Bella lagi. Bakal kuhajar habis-habisan!"Anggota Keluarga Tanoto tidak berani berkata apa pun. Mereka hanya menyaksikan kepergian mobil mewah Chelsea.Wilson adalah orang pertama yang sadar. Setelah membubarkan warga desa yang menonton, dia langsung menampar istrinya sambil memarahi, "Kamu ini pintar cari masalah! Bukannya kamu bilang uang itu dikasih Bella?"Pamela yang sedih pun memegang wajahnya, lalu meratap, "Kalau nggak, aku harus bilang apa? Mana kutahu kalau uang itu ternyata kotor? Itu ...."Wilson sontak meludah sebelum menyela, "Kamu tahu ap
"Kalau masalah ini terekspos, kamu kira Radi masih mau menerimamu? Kita bisa buktikan sekarang juga," ujar Chelsea sambil tersenyum setengah hati pada Winny. Sambil berkata begitu, dia meraih ponsel dan menghubungi Radi.Tak lama kemudian, suara Radi terdengar lewat pengeras suara, "Ada apa kamu mencariku?" Dari nada bicaranya, sepertinya suasana hati Radi sedang bagus. Pria itu mungkin mengira Chelsea berada di ujung tanduk dan ingin meminta tolong padanya.Chelsea mengulum senyum sinis dan berujar, "Ada hal kecil yang ingin kutanyakan padamu. Apa kamu kenal seseorang bernama Winny dari perusahaan kami? Dia bilang ingin mengundurkan diri dan bekerja sebagai kepala departemen di Celestial Jewelry."Setelah terdiam sejenak, Radi segera menyahut dari ujung telepon, "Aku nggak kenal."Chelsea diam-diam tersenyum saat melihat wajah Winny perlahan memucat. Lagi-lagi ada orang bodoh yang termakan tipuan Radi. "Iya juga, kalau kamu mempekerjakan Winny, itu sama saja dengan mengakui kalau kamu
Ketika mendengar ada yang ingin Herbert obrolkan dengan Calvin, Firman dan Rangga pun memahami maksud Herbert.Firman memaksa Calvin untuk duduk di sofa, lalu membawa Rangga untuk meninggalkan ruangan.Saat hendak keluar pintu, Firman tidak lupa untuk menambahkan, “Pak Calvin, kami berdua ada di depan. Kalau kamu butuh apa-apa, kamu bisa panggil kami.”Calvin tersenyum dingin. Dia dapat mengerti makna tersirat dari ucapan Firman. Maksudnya tak lain adalah mereka berdua ada di luar sana, lebih baik Calvin tidak berulah.Berhubung Calvin sudah di sini, dia juga ingin tahu apa yang ingin diobrolkan Herbert!“Pak Guru, minum teh.” Herbert menghidangkan segelas teh ke hadapan Calvin. “Teh kesukaanmu.”Calvin bahkan tidak melirik sama sekali. Dia langsung bertanya dengan raut datar, “Jangan omong kosong! Sebenarnya apa yang ingin kamu katakan?”“Sejak kapan temperamenmu jadi seburuk ini? Seingatku, dulu kamu memperlakukanku ….”“Tutup mulutmu!” Calvin langsung menggebrak meja, lalu berkata d
Malam harinya.Terdengar suara tawa di dalam acara perayaan. Baru saja Chelsea selesai bersulang dengan tamu, dia pun mencari tempat yang tenang untuk makan.Chelsea sudah sibuk seharian. Dia masih belum sempat makan dengan tenang. Dua gelas champagne yang diminumnya tadi terasa membara di perut.Pada saat ini, Ferdy berjalan ke sisi Chelsea untuk mengantarkan makanan kepadanya. “Makan mie dulu.”Chelsea mengambil piring, lalu bertanya, “Kenapa kamu bisa tahu aku lagi lapar?”“Tadi saat berdiri di sampingmu, aku bisa mendengar suara perutmu.”“Hah?” Kening Chelsea berkerut. “Apa benar seperti itu?”Ferdy pun tertawa. “Tentu saja nggak. Aku menebak seharusnya hari ini kamu nggak punya waktu buat makan.”Chelsea segera menjulingkan matanya. Dia tidak meladeni Ferdy, lalu menunduk untuk memakan mie.Ferdy berdiri di sisi Chelsea, lalu mengingatkan, “Setelah acara konferensi pers berakhir, berita pun viral di internet.”“Emm, aku bisa menebaknya.”Chelsea saja tidak punya waktu untuk makan
Pada akhirnya, Herbert memilih untuk mundur secara diam-diam.Ferdy menatap bayangan punggung Herbert yang semakin menjauh. Hatinya terasa lebih nyaman saat ini.Chelsea melirik Ferdy sekilas. “Jangan beri tahu aku, kamu datang ke sini hanya untuk memancing emosi Herbert saja?”“Tebakanmu benar.” Ferdy melihat ke sisi Chelsea. Dia tidak bisa menyembunyikan rasa bangga di wajahnya. “Tadi aku melihat dia hadiri acara konferensi pers di internet.”“Pak Ferdy, apa kamu itu anak kecil? Kenapa ….”“Kalau kamu merasa perbuatanku ini kekanak-kanakan ….” Tiba-tiba Ferdy semakin mendekat, lalu berbicara dengan perlahan, “Itu berarti aku memang kekanak-kanakan.”Chelsea merasa kaget. Kedua mata berkilauannya bagai telah kehilangan arwahnya saja. Dia mengalihkan tatapannya, lalu tak lupa untuk menyindir, “Dasar kekanak-kanakan!”Akhirnya kali ini Anita menemukan kesempatan untuk berbicara. “Malam ini perusahaan mengadakan acara makan bersama. Kebetulan Pak Ferdy ada di sini, bagaimana kalau Pak Fe
Chelsea dan Anita menandatangani kontrak di bawah kesaksian para awak media. Disusul, terdengar suara gemuruh tepuk tangan di dalam ruangan dan juga terlihat kilat cahaya kamera.Ketika melihat gambaran di depan mata, Anita merasa sangat gembira hingga tidak bisa berkata-kata. Dia hanya menggenggam tangan Chelsea untuk menyatakan rasa terima kasihnya.Sudah terlalu lama Perusahaan Farmasi Norman tidak memiliki pencapaian setinggi ini! Sekarang, semuanya dicapai berkat bantuan Hope!Sepertinya Chelsea bisa merasakannya. Dia memiringkan kepalanya untuk mendekati samping telinga Anita, lalu berbisik, “Semua ini pantas diterima Perusahaan Farmasi Norman.”Anita merasa kaget. Dia melihat tatapan berkilauan Chelsea, lalu mengangguk. “Bu Chelsea, kamu tenang saja. Aku pasti nggak akan mengecewakanmu.”Chelsea pun tersenyum.Mereka berdua juga tersenyum sembari bertukar pandang. Gambaran itu pun berhasil disorot oleh kamera. Tak sedikit wartawan memutuskan untuk menaruh foto ini menjadi foto u
Firman melihat ke arah yang ditunjuk oleh Rangga. Dia pun menemukan sosok Herbert yang baru memasuki ruangan sedang dikerumuni oleh awak media.Herbert tergolong tokoh legendaris di dunia medis. Ditambah lagi, dia sudah lama menetap di luar negeri. Jadi, selama ini semua wartawan hanya pernah mendengar namanya, tetapi tidak memiliki kesempatan untuk mewawancarainya.Hari ini ketika Herbert datang, para awak media juga tidak ingin melewatkan kesempatan bagus ini.“Pak Herbert, kenapa kamu tiba-tiba pulang dari luar negeri? Apa ada yang ingin kamu lakukan? Apa Perusahaan Farmasi Hermera ingin berkembang di dalam negeri?”“Pak Herbert, hari ini kamu menghadiri acara konferensi pers. Apa kamu tertarik dengan kedua perusahaan ini?”Pertanyaan tidak berhenti dilontarkan.Dari tadi Herbert hanya membalas dengan tersenyum saja. Kemudian, dia melontarkan informasi besar dengan santai.“Aku bisa pulang kali ini karena ingin bekerja sama dengan Hope. Perusahaan Farmasi Hermera telah lama berkemba
“Herbert mengambil hasil penelitian kami untuk bekerja sama dengan perusahaan medis luar negeri. Kemudian, dia berhasil menjadi orang penting dalam grup barunya.”Herbert tersenyum getir. “Hal yang paling lucu adalah sebelum dia ke luar negeri, dia sempat mencariku. Dia mengatakan ilmu pengobatan tradisional nggak ada masa depan. Cepat atau lambat ilmu pengobatan tradisional akan dieliminasi. Dia suruh aku untuk pergi bersamanya.”“Apa kamu tahu? Perusahaan medis itu suka mencuri hasil penelitian perusahaan lain, lalu memproduksi obat-obatan dengan harga rendah. Kemudian, demi menekan modal, mereka juga membeli bahan obat bermutu rendah yang menyebabkan perubahan khasiat obat.”“Perbuatan mereka sama saja dengan mempertaruhkan nyawa manusia! Sepuluh tahun lalu, akhirnya perusahaan itu dilaporkan oleh banyak perusahaan farmasi lainnya, lalu gulung tikar!” Calvin merasa geram. Tatapannya tertuju pada sisi pintu mobil. “Dia itu pencuri! Dia itu pencuri yang nggak punya hati!”Saat melihat
Ketika melihat Calvin sedang marah, Chelsea juga tidak berani memicu emosinya lagi.Chelsea memalingkan kepalanya menatap Anita. Dia merasa bersalah. “Bu Anita, aku sudah merusak jamuan malam ini.”Anita tersenyum. “Nggak masalah, kok. Kita bisa cari kesempatan lain.”“Oke,” balas Chelsea, kemudian menarik-narik lengan pakaian Calvin. “Kakek, ayo kita pergi. Nanti aku jelaskan masalah ini sama kamu.”Calvin berdiri tanpa bersuara sama sekali. Dia langsung berjalan keluar kamar. Chelsea juga segera mengambil tasnya, mengikuti langkah Calvin.Setelah memasuki mobil, Chelsea memberi tahu masalah Malcolm mengutus Daisy untuk membantu Herbert kepada Calvin. Saat ini, amarah Calvin semakin membara. Dia berkata dengan menggertakkan giginya, “Si Berengsek itu masih nggak tahu malu seperti dulu!”Chelsea menghela napas ringan. “Kamu juga tahu bahwa Kak Daisy sangat penting bagiku. Aku nggak bisa nggak memedulikannya.”Calvin meliriknya sekilas. “Jadi, demi Daisy, kamu baru terus mencari tahu k
Calvin merasa gusar. “Keluar! Hubungan kita bukan guru dan murid! Kamu nggak berhak untuk mengungkit masalah itu di hadapanku!”Ketika menyadari sekujur tubuh Calvin gemetar akibat marah, Chelsea segera mengulurkan tangannya untuk mengelus punggung Calvin. “Kakek, kamu tenangkan dirimu. Jangan sampai merusak kesehatanmu.”Namun, Calvin seolah-olah tidak bisa mendengar apa-apa. Tatapannya masih terus tertuju pada diri Herbert. Tatapan itu terasa asing bagi Chelsea.Di dalam memori Chelsea, Calvin selalu tersenyum. Meskipun marah, Calvin juga tidak pernah bersikap seperti hendak membunuh orang saja!Chelsea menatap Herbert dengan raut muram. “Pak Herbert, berhubung Kakek nggak menyambut kedatanganmu, lebih baik kamu tinggalkan ruangan ini sekarang.”Herbert mengeluarkan saputangan dengan perlahan. Dia menyeka sisa air di pakaiannya sembari berkata, “Pak Guru, kenapa temperamenmu malah lebih buruk daripada dulu? Apa kamu bisa dengarkan penjelasanku dulu?”“Nggak ada yang perlu aku bicarak
Di pabrik produksi obat.Di bawah dampingan Anita dan beberapa karyawan lainnya, Calvin dan yang lain pergi mengunjungi pabrik.Calvin sangat gemar dalam mempelajari ilmu pengobatan tradisional. Tentu saja dia tertarik dengan pabrik produksi obat-obatan. Dia bahkan merasa takjub.“Aku sungguh nggak menyangka, padahal sekarang orang-orang sudah mulai beralih dalam mengembangkan obat barat, Perusahaan Farmasi Norman masih saja mempertahankan produksi obat tradisional. Semua itu pasti nggak gampang bagi kalian!”Usai mendengar, Anita tersenyum. “Terima kasih atas pujian Pak Calvin. Jujur saja, Keluarga Norman sudah menggeluti dunia pengobatan tradisional dalam beberapa generasi. Jadi, kami nggak ingin mengakhirinya.”Calvin semakin puas lagi. “Ternyata kalian itu keluarga yang ahli dalam pengobatan tradisional!”Sambil berbicara, Calvin memalingkan kepalanya melihat ke sisi Chelsea dengan tersenyum. “Aku sangat puas dengan kerja sama kali ini. Nanti aku akan mengadakan rapat lagi untuk me