Pria yang berada di sudut ruangan berkata demikian dan mengambil alih situasi dengan mudahnya. Chelsea melirik ke arahnya dengan sikap tidak acuh. Itu hanyalah sebotol bir, dia masih sanggup membayarnya."Apakah kalau aku ganti rugi, kalian akan minta maaf kepada Olivia?" tanya Chelsea.Pria itu lumayan lugas sehingga berkata, "Oke, tapi bayar dulu 500 juta."Chelsea amat terkejut. Harganya 500 juta? Dia pun menatap botol brendi tersebut dengan tidak percaya. Apakah brendi ini punya kelebihan lain?Mendengar perkataannya, Olivia segera berseru, "Kalian jangan coba memeras! Jangan sampai kami lapor polisi!"Namun, pria itu membalas dengan santai, "Silakan lapor saja. Kita biarkan polisi yang menilai apakah ini adalah konyak kelas atas atau bukan? Apakah harganya memang segitu? Ketika melempar botolnya tadi, kamu begitu lugas. Sekarang baru tahu salahmu ketika harus ganti rugi? Kalau nggak sanggup ganti rugi, bilang saja! Nggak usah berlagak!"Beberapa tuan muda itu mulai mendukung perka
Shania bertanya dengan bingung, "Kenapa kamu ada di sini?"Chelsea masih merasa pusing dan tenggorokannya terasa sesak. Dia hanya memandang Shania dengan dingin, lalu menarik Olivia untuk berjalan melewatinya."Hei, aku sedang bertanya padamu," seru Shania.Wanita itu ingin menahan Chelsea, tetapi sia-sia. Begitu melihat kedua orang itu menjauh, Shania sangat kesal hingga mengentakkan sepatu hak tingginya. Kenapa wanita jelek itu begitu berlagak?"Wanita itu terlalu jelek. Aku sepertinya bakal mimpi buruk malam ini.""Kalau tahu dia sejelek itu, kita seharusnya mengusir dia dari tadi. Mataku jadi sakit!"Mendengar komentar orang-orang, Shania pun tersenyum dan berjalan menuju mereka dengan gerakan memikat. Segera setelah itu, dia bertanya, "Apa yang kalian bicarakan? Sepertinya aku melewatkan pertunjukan yang bagus.""Nona Shania, kamu memang telat. Kalau nggak, kamu bisa melihat wanita jelek tadi minum anggur putih!""Pak Peter memang jago. Dia memang paling bisa membuat kita semua te
"Nggak, nggak usah ... aku bisa pulang sendiri!" tolak Chelsea.Ferdy malah mengangkat alis sambil bertanya, "Hmm? Benaran nggak usah atau situasinya nggak memungkinkan?"Chelsea merasa linglung sekarang. Dia sama sekali tidak menyadari ada maksud tersirat dalam kata-kata Ferdy."Aku sudah dalam perjalanan pulang." Sembari berkata demikian, Chelsea menoleh ke arah Olivia dan mendapati tatapan tajamnya. Kepalanya pun terasa makin sakit."Sudahlah, aku hampir sampai. Terima kasih atas tawaranmu," ujar Chelsea yang langsung mematikan teleponnya. Kemudian, dia memandang Olivia dan berkata sambil terkekeh-kekeh, "Kalau aku bilang papaku yang mencariku, apa kamu akan percaya?"Namun, Olivia langsung meraih lengan Chelsea sembari bertanya, "Menurutmu? Siapa pria itu?"Chelsea tidak tahu bagaimana cara menjelaskannya. Saat ini, sudut matanya melihat sebuah taksi yang berhenti di pinggir jalan. Dia buru-buru menepis tangan Olivia, lalu berlari menjauh sambil berkata, "Aku pulang dulu. Lain kali
Ferdy tiba-tiba berdiri. Saat menoleh, kepala seseorang yang berambut hitam panjang dan berantakan muncul dari balik selimut. Ferdy pun bertanya, "Siapa itu?""Mana bonekaku ...," gumam Chelsea. Sepasang tangannya tampak meraba-raba di pinggir ranjang.Ferdy yang kebingungan langsung bertanya, "Kenapa kamu ada di kamarku?"Padahal, Chelsea baru menegaskan hubungan mereka, tetapi sekarang malah tidur di ranjangnya. Apa yang terjadi dengan wanita ini? Namun, Chelsea yang seolah-olah tidak mendengarnya tetap bersikeras untuk mencari bonekanya. Suaranya terdengar sangat panik, seakan-akan hampir menangis. "Boneka ... bonekaku mana ...."Saat ini, Ferdy baru menyadari bahwa dia sedang bermimpi. Pria itu pun mengernyit dengan ekspresi meremehkan. Chelsea yang sudah berumur segini, bisa-bisanya masih mencari boneka dalam mimpinya.Tunggu, mungkinkah dia menganggap Ferdy sebagai boneka? Untuk membuktikan dugaannya, Ferdy pun duduk kembali. Benar saja, Chelsea lagi-lagi memeluknya. Kali ini, wa
Setelah sarapan, Chelsea mengantar Ferdy kembali ke kamar, sekaligus memeriksa denyut nadinya. Dibandingkan dengan denyut nadi sebelumnya, kini sudah ada kemajuan yang cukup signifikan. Ferdy pulih lebih cepat dari yang dibayangkan olehnya. Selain pengaruh obat dan akupunktur, itu juga karena kondisi fisik Ferdy yang kuat.Saat ini, Chelsea tanpa sadar menatap ke arah Ferdy. Sinar matahari menerangi ruangan dan menyinari pria itu dari samping. Di antara perbedaan kontras cahaya, fitur wajah Ferdy yang sudah tampan menjadi makin jelas. Pandangan Ferdy memang kosong, tetapi seolah-olah mampu menarik segalanya dengan mudah.Chelsea agak terpesona dan tak kuasa merasa khawatir. Setelah Ferdy pulih nantinya, mungkinkah pria itu tidak akan membutuhkannya lagi? Apabila Ferdy berubah pikiran, Chelsea yang kehilangan pendukung ini sungguh dirugikan. Dia bahkan belum sempat memanfaatkan pria itu.Lantaran Chelsea terdiam cukup lama, Ferdy pun bertanya, "Kenapa?"Chelsea berdeham, lalu mengulurka
Di Soraya Jewelry, Chelsea memasuki kantornya dengan diikuti oleh asisten di belakang. Saat ini, asistennya melaporkan, "Bu Chelsea, ini adalah daftar yang kamu minta. Aku sudah mengurutkan nama bos-bos besar dalam industri yang memiliki reputasi baik di dalamnya.""Oke," jawab Chelsea. Dia mengambil daftar tersebut dan melihat nama yang menduduki peringkat pertama dengan sekejap ... Peter Amelia.Keluarga Amelia adalah salah satu dari empat keluarga besar di Kota Mahara. Awalnya, mereka berbisnis batu giok dan perhiasan di perbatasan. Setelah itu, Keluarga Amelia berkembang menjadi pengolah perhiasan terbesar di dalam negeri. Mereka menempati posisi paling tinggi dalam industri perhiasan.Pria bermarga Amelia, lalu Shania bahkan pergi ke perjamuannya …. Chelsea sontak mengernyit. Mungkinkah pria misterius kemarin malam adalah Peter Amelia?"Bu Chelsea, apa kamu mengenal Pak Peter?" tanya asistennya secara tiba-tiba.Chelsea tertegun sejenak sebelum bertanya, "Kenapa?""Hari ini, Pak P
Segera, Peter pun tersadar kembali, lalu bertanya, "Dari nada bicara Bu Chelsea, sepertinya kamu masih marah karena kejadian kemarin malam, ya?"Kemudian, Peter mengangkat gelas anggur dan berkata sambil tersenyum, "Kalau aku tahu itu kamu, aku nggak akan mungkin mempersulitmu. Begini saja, aku akan menghukum diri sendiri dengan minum 3 gelas dulu, sebagai permintaan maaf atas sikapku kemarin malam."Sebelum Chelsea sempat merespons, Peter sudah meminum satu gelas anggur."Bagus! Pak Peter kuat minum!"Dalam sorak-sorai ruang VIP, Peter meminum tiga gelas secara berturut-turut. Setelah itu, dia mengangkat gelas anggur kosong, lalu menatap Chelsea dan bertanya sambil tersenyum, "Bu Chelsea, apa kamu sudah puas?"Di dalam ruang VIP Sunny Resto, Chelsea tidak dapat melihat paras Peter dengan jelas. Namun, di bawah cahaya lampu saat ini, pria itu terlihat sangat tampan. Pandangannya terlihat sangat memikat. Ini berbahaya. Chelsea sontak menyadari bahwa pria seperti Peter sangat jago merayu
Semua orang di tempat tahu bahwa Irfan adalah asisten Ferdy. Semua orang tercengang, ternyata wanita jelek ini kenal dengan Ferdy?Ferdy tersenyum dan berkata, "Bu Chelsea, aku mencarimu untuk membicarakan sesuatu. Tapi, aku nggak bisa menghubungimu. Siapa sangka, aku bisa bertemu denganmu di sini."Akting Ferdy yang sempurna membuat Chelsea agak malu. Chelsea menyahut, "Iya, belakangan ini aku memang agak sibuk." Kemudian, Chelsea menoleh dan berpamitan dengan Peter, "Pak Peter, aku ada keperluan mendadak. Nanti kita ketemu lagi."Saat memikirkan kekuasaan dan kedudukan Peter, Chelsea pun menghormatinya. Dia mengeluarkan sebuah kartu nama dan meletakkannya di atas meja, lalu berucap, "Pak Peter, hubungi aku lagi kalau ada urusan penting."Selesai bicara, Chelsea dan Irfan hendak pergi. Sebelum keluar, Irfan yang tiba-tiba teringat sesuatu sengaja meninggikan suaranya saat berujar, "Bu Chelsea, apa kamu sudah mempertimbangkan investasi yang dibicarakan Pak Ferdy terakhir kali?"Chelsea
Ketika mendengar ada yang ingin Herbert obrolkan dengan Calvin, Firman dan Rangga pun memahami maksud Herbert.Firman memaksa Calvin untuk duduk di sofa, lalu membawa Rangga untuk meninggalkan ruangan.Saat hendak keluar pintu, Firman tidak lupa untuk menambahkan, “Pak Calvin, kami berdua ada di depan. Kalau kamu butuh apa-apa, kamu bisa panggil kami.”Calvin tersenyum dingin. Dia dapat mengerti makna tersirat dari ucapan Firman. Maksudnya tak lain adalah mereka berdua ada di luar sana, lebih baik Calvin tidak berulah.Berhubung Calvin sudah di sini, dia juga ingin tahu apa yang ingin diobrolkan Herbert!“Pak Guru, minum teh.” Herbert menghidangkan segelas teh ke hadapan Calvin. “Teh kesukaanmu.”Calvin bahkan tidak melirik sama sekali. Dia langsung bertanya dengan raut datar, “Jangan omong kosong! Sebenarnya apa yang ingin kamu katakan?”“Sejak kapan temperamenmu jadi seburuk ini? Seingatku, dulu kamu memperlakukanku ….”“Tutup mulutmu!” Calvin langsung menggebrak meja, lalu berkata d
Malam harinya.Terdengar suara tawa di dalam acara perayaan. Baru saja Chelsea selesai bersulang dengan tamu, dia pun mencari tempat yang tenang untuk makan.Chelsea sudah sibuk seharian. Dia masih belum sempat makan dengan tenang. Dua gelas champagne yang diminumnya tadi terasa membara di perut.Pada saat ini, Ferdy berjalan ke sisi Chelsea untuk mengantarkan makanan kepadanya. “Makan mie dulu.”Chelsea mengambil piring, lalu bertanya, “Kenapa kamu bisa tahu aku lagi lapar?”“Tadi saat berdiri di sampingmu, aku bisa mendengar suara perutmu.”“Hah?” Kening Chelsea berkerut. “Apa benar seperti itu?”Ferdy pun tertawa. “Tentu saja nggak. Aku menebak seharusnya hari ini kamu nggak punya waktu buat makan.”Chelsea segera menjulingkan matanya. Dia tidak meladeni Ferdy, lalu menunduk untuk memakan mie.Ferdy berdiri di sisi Chelsea, lalu mengingatkan, “Setelah acara konferensi pers berakhir, berita pun viral di internet.”“Emm, aku bisa menebaknya.”Chelsea saja tidak punya waktu untuk makan
Pada akhirnya, Herbert memilih untuk mundur secara diam-diam.Ferdy menatap bayangan punggung Herbert yang semakin menjauh. Hatinya terasa lebih nyaman saat ini.Chelsea melirik Ferdy sekilas. “Jangan beri tahu aku, kamu datang ke sini hanya untuk memancing emosi Herbert saja?”“Tebakanmu benar.” Ferdy melihat ke sisi Chelsea. Dia tidak bisa menyembunyikan rasa bangga di wajahnya. “Tadi aku melihat dia hadiri acara konferensi pers di internet.”“Pak Ferdy, apa kamu itu anak kecil? Kenapa ….”“Kalau kamu merasa perbuatanku ini kekanak-kanakan ….” Tiba-tiba Ferdy semakin mendekat, lalu berbicara dengan perlahan, “Itu berarti aku memang kekanak-kanakan.”Chelsea merasa kaget. Kedua mata berkilauannya bagai telah kehilangan arwahnya saja. Dia mengalihkan tatapannya, lalu tak lupa untuk menyindir, “Dasar kekanak-kanakan!”Akhirnya kali ini Anita menemukan kesempatan untuk berbicara. “Malam ini perusahaan mengadakan acara makan bersama. Kebetulan Pak Ferdy ada di sini, bagaimana kalau Pak Fe
Chelsea dan Anita menandatangani kontrak di bawah kesaksian para awak media. Disusul, terdengar suara gemuruh tepuk tangan di dalam ruangan dan juga terlihat kilat cahaya kamera.Ketika melihat gambaran di depan mata, Anita merasa sangat gembira hingga tidak bisa berkata-kata. Dia hanya menggenggam tangan Chelsea untuk menyatakan rasa terima kasihnya.Sudah terlalu lama Perusahaan Farmasi Norman tidak memiliki pencapaian setinggi ini! Sekarang, semuanya dicapai berkat bantuan Hope!Sepertinya Chelsea bisa merasakannya. Dia memiringkan kepalanya untuk mendekati samping telinga Anita, lalu berbisik, “Semua ini pantas diterima Perusahaan Farmasi Norman.”Anita merasa kaget. Dia melihat tatapan berkilauan Chelsea, lalu mengangguk. “Bu Chelsea, kamu tenang saja. Aku pasti nggak akan mengecewakanmu.”Chelsea pun tersenyum.Mereka berdua juga tersenyum sembari bertukar pandang. Gambaran itu pun berhasil disorot oleh kamera. Tak sedikit wartawan memutuskan untuk menaruh foto ini menjadi foto u
Firman melihat ke arah yang ditunjuk oleh Rangga. Dia pun menemukan sosok Herbert yang baru memasuki ruangan sedang dikerumuni oleh awak media.Herbert tergolong tokoh legendaris di dunia medis. Ditambah lagi, dia sudah lama menetap di luar negeri. Jadi, selama ini semua wartawan hanya pernah mendengar namanya, tetapi tidak memiliki kesempatan untuk mewawancarainya.Hari ini ketika Herbert datang, para awak media juga tidak ingin melewatkan kesempatan bagus ini.“Pak Herbert, kenapa kamu tiba-tiba pulang dari luar negeri? Apa ada yang ingin kamu lakukan? Apa Perusahaan Farmasi Hermera ingin berkembang di dalam negeri?”“Pak Herbert, hari ini kamu menghadiri acara konferensi pers. Apa kamu tertarik dengan kedua perusahaan ini?”Pertanyaan tidak berhenti dilontarkan.Dari tadi Herbert hanya membalas dengan tersenyum saja. Kemudian, dia melontarkan informasi besar dengan santai.“Aku bisa pulang kali ini karena ingin bekerja sama dengan Hope. Perusahaan Farmasi Hermera telah lama berkemba
“Herbert mengambil hasil penelitian kami untuk bekerja sama dengan perusahaan medis luar negeri. Kemudian, dia berhasil menjadi orang penting dalam grup barunya.”Herbert tersenyum getir. “Hal yang paling lucu adalah sebelum dia ke luar negeri, dia sempat mencariku. Dia mengatakan ilmu pengobatan tradisional nggak ada masa depan. Cepat atau lambat ilmu pengobatan tradisional akan dieliminasi. Dia suruh aku untuk pergi bersamanya.”“Apa kamu tahu? Perusahaan medis itu suka mencuri hasil penelitian perusahaan lain, lalu memproduksi obat-obatan dengan harga rendah. Kemudian, demi menekan modal, mereka juga membeli bahan obat bermutu rendah yang menyebabkan perubahan khasiat obat.”“Perbuatan mereka sama saja dengan mempertaruhkan nyawa manusia! Sepuluh tahun lalu, akhirnya perusahaan itu dilaporkan oleh banyak perusahaan farmasi lainnya, lalu gulung tikar!” Calvin merasa geram. Tatapannya tertuju pada sisi pintu mobil. “Dia itu pencuri! Dia itu pencuri yang nggak punya hati!”Saat melihat
Ketika melihat Calvin sedang marah, Chelsea juga tidak berani memicu emosinya lagi.Chelsea memalingkan kepalanya menatap Anita. Dia merasa bersalah. “Bu Anita, aku sudah merusak jamuan malam ini.”Anita tersenyum. “Nggak masalah, kok. Kita bisa cari kesempatan lain.”“Oke,” balas Chelsea, kemudian menarik-narik lengan pakaian Calvin. “Kakek, ayo kita pergi. Nanti aku jelaskan masalah ini sama kamu.”Calvin berdiri tanpa bersuara sama sekali. Dia langsung berjalan keluar kamar. Chelsea juga segera mengambil tasnya, mengikuti langkah Calvin.Setelah memasuki mobil, Chelsea memberi tahu masalah Malcolm mengutus Daisy untuk membantu Herbert kepada Calvin. Saat ini, amarah Calvin semakin membara. Dia berkata dengan menggertakkan giginya, “Si Berengsek itu masih nggak tahu malu seperti dulu!”Chelsea menghela napas ringan. “Kamu juga tahu bahwa Kak Daisy sangat penting bagiku. Aku nggak bisa nggak memedulikannya.”Calvin meliriknya sekilas. “Jadi, demi Daisy, kamu baru terus mencari tahu k
Calvin merasa gusar. “Keluar! Hubungan kita bukan guru dan murid! Kamu nggak berhak untuk mengungkit masalah itu di hadapanku!”Ketika menyadari sekujur tubuh Calvin gemetar akibat marah, Chelsea segera mengulurkan tangannya untuk mengelus punggung Calvin. “Kakek, kamu tenangkan dirimu. Jangan sampai merusak kesehatanmu.”Namun, Calvin seolah-olah tidak bisa mendengar apa-apa. Tatapannya masih terus tertuju pada diri Herbert. Tatapan itu terasa asing bagi Chelsea.Di dalam memori Chelsea, Calvin selalu tersenyum. Meskipun marah, Calvin juga tidak pernah bersikap seperti hendak membunuh orang saja!Chelsea menatap Herbert dengan raut muram. “Pak Herbert, berhubung Kakek nggak menyambut kedatanganmu, lebih baik kamu tinggalkan ruangan ini sekarang.”Herbert mengeluarkan saputangan dengan perlahan. Dia menyeka sisa air di pakaiannya sembari berkata, “Pak Guru, kenapa temperamenmu malah lebih buruk daripada dulu? Apa kamu bisa dengarkan penjelasanku dulu?”“Nggak ada yang perlu aku bicarak
Di pabrik produksi obat.Di bawah dampingan Anita dan beberapa karyawan lainnya, Calvin dan yang lain pergi mengunjungi pabrik.Calvin sangat gemar dalam mempelajari ilmu pengobatan tradisional. Tentu saja dia tertarik dengan pabrik produksi obat-obatan. Dia bahkan merasa takjub.“Aku sungguh nggak menyangka, padahal sekarang orang-orang sudah mulai beralih dalam mengembangkan obat barat, Perusahaan Farmasi Norman masih saja mempertahankan produksi obat tradisional. Semua itu pasti nggak gampang bagi kalian!”Usai mendengar, Anita tersenyum. “Terima kasih atas pujian Pak Calvin. Jujur saja, Keluarga Norman sudah menggeluti dunia pengobatan tradisional dalam beberapa generasi. Jadi, kami nggak ingin mengakhirinya.”Calvin semakin puas lagi. “Ternyata kalian itu keluarga yang ahli dalam pengobatan tradisional!”Sambil berbicara, Calvin memalingkan kepalanya melihat ke sisi Chelsea dengan tersenyum. “Aku sangat puas dengan kerja sama kali ini. Nanti aku akan mengadakan rapat lagi untuk me