Malam pun tiba. Di pinggiran Kota Brases, terdapat sebuah tanah kosong yang telantar dan dipenuhi tumpukan kontainer. Lokasi ini sangat terpencil sehingga tidak ada orang yang mendatanginya.Seorang pria dan wanita yang mengenakan jaket hitam memasuki daerah ini. Ardi yang familier dengan tempat ini langsung menemukan kontainer yang dikunci. Dia masih ragu-ragu saat hendak membuka kuncinya. Ini baru 3 hari, mana bisa dibandingkan dengan penderitaan yang dirasakan Chelsea ketika bayinya digugurkan?Namun, Chelsea berdiri di belakang Ardi. Jadi, Ardi yang tidak punya pilihan lain pun memutuskan untuk membuka kuncinya. Begitu pintu dibuka, Ferdy tiba-tiba menyerang Ardi. Hanya saja, Chelsea yang sigap langsung memukul leher Ferdy.Ferdy pingsan, pecahan kaca di tangannya jatuh ke tanah. Ardi menelan ludah. Jika bukan karena respons Chelsea yang cepat, takutnya pecahan kaca itu akan melukai aorta Ardi.Ardi tidak menyangka Ferdy yang tidak makan dan minum selama 3 hari masih sanggup menyer
Untung saja, Anissa berhasil diselamatkan. Namun, kondisinya tetap kritis. Kemudian, Anissa diantar ke ruang ICU. Sementara itu, Antoni langsung menjenguk Anissa bersama Eddy setelah sampai di rumah sakit.Sebenarnya, Antoni sudah mengetahui kejadiannya secara garis besar saat menelepon. Antoni marah-marah, "Apa pun caranya, kalian harus menemukan pelaku itu! Beraninya mereka mencelakai anggota Keluarga Milano! Jangan biarkan mereka kabur begitu saja!"Vera yang berdiri di samping menimpali, "Biasanya, Ferdy terlalu kejam saat bertindak. Dia pasti menyinggung banyak orang .... Akibatnya, Mama jadi khawatir karena masalah Ferdy ...."Damian segera menarik Vera dan mengisyaratkannya untuk tidak banyak bicara. Antoni berpura-pura tidak mendengar ucapan Vera, dia memandang Ferdy sembari berkata dengan serius, "Tadi, aku sudah mendiskusikan penyakit nenekmu dengan Eddy. Teman baiknya itu ahli bedah saraf. Bagaimana kalau kita mengundang ahli itu?"Ferdy mengangguk dan menyahut, "Boleh.""Ok
Chelsea menggandeng lengan Calvin dan berujar, "Kakek, kamu akan mendapatkan pahala besar kalau menyelamatkan nyawa seseorang. Selama ini, kamu selalu rajin berbuat kebaikan. Jangan sampai kamu mengubah prinsipmu hanya demi aku."Calvin mengernyit dan menimpali, "Wanita tua itu menindasmu, kenapa kamu malah memintaku menyelamatkannya? Bukannya nanti dia akan menganggap kita berdua itu lemah?"Chelsea membujuk, "Kakek jangan berpikiran seperti itu. Kalau Kakek menyelamatkan neneknya Ferdy, berarti Kakek itu penyelamatnya. Kelak, neneknya Ferdy pasti nggak berani membentak Kakek lagi."Calvin mengelus jenggotnya, lalu berkata setelah merenung sejenak, "Ucapanmu memang masuk akal. Nantinya, wanita tua itu pasti merasa kesal!"Chelsea bertepuk tangan dan berkomentar, "Benar!"Calvin diam-diam merasa senang saat membayangkannya. Dia berucap, "Oke. Aku akan mendengar saranmu.""Tapi ...," kata Calvin. Dia melirik Chelsea dengan tatapan licik dan mengusulkan, "Bukannya wanita tua itu akan leb
Chelsea pergi ke rumah sakit pada malam hari. Seperti yang dikatakan oleh Calvin, hanya ada Anissa di dalam ruang pasien. Kondisi wanita tua ini masih tidak sadarkan diri. Chelsea pun mempraktikkan teknik akupunktur yang diajarkan Calvin hari ini. Dia menancapkan jarum emas ke beberapa titik akupunktur dengan luwes.Setelah jarum terakhir ditancapkan, Anissa menunjukkan tanda-tanda siuman. Chelsea sama sekali tidak panik. Dia menyimpan kembali semua jarumnya, lalu meninggalkan resep obat dan berjalan keluar. Ketika melihat sebuah sosok di koridor, Chelsea sontak menghentikan langkah kakinya.Ferdy berdiri di sudut yang minim cahaya. Dia berkata dengan dingin, "Ternyata gurumu yang dari desa itu seorang dokter hebat."Chelsea malas berbicara dengan Ferdy. Dia mengabaikannya dan langsung menuju ke arah lift.Ferdy berjalan mendahuluinya untuk menahan pintu lift. Dia bertanya, "Chelsea, apa kamu nggak sudi berbicara denganku lagi?"Ketika disorot cahaya lampu di dalam lift, Chelsea baru m
Anissa sengaja memilih sebuah restoran di private club house. Di luar ruang VIP, terdapat jembatan dan kolam kecil. Angin sepoi-sepoi bertiup dan terdengar gemeresik dedaunan bambu. Suasana seperti ini benar-benar nyaman.Hari ini, Anissa bukan hanya mengundang Keluarga Kamran, tetapi juga mengundang penyelamatnya. Keduanya adalah orang-orang yang sangat penting, jadi dia secara khusus memilih tempat sebagus ini.Tidak disangka, hari ini Ferdy tiba lebih awal dan langsung duduk di sana. Melihat ini, Anissa sangat senang dan bertambah semangat. Dia terus menatap Ferdy sambil tersenyum.Antoni yang tidak tahu apa-apa pun bertanya dengan heran, "Kenapa kamu tersenyum? Hari ini, tokoh utamanya bukan Ferdy.""Nanti kamu juga tahu," sahut Anissa.Melihat istrinya yang sengaja membuatnya penasaran, Antoni pun bertanya lagi, "Sejak aku kembali, kenapa aku belum melihat Brian dan Sharren?""Katanya mereka membawa Theo ke luar negeri untuk berobat. Dua hari yang lalu, Brian menghubungiku. Dia bi
Melihat ini, Antoni sontak berkata dengan marah, "Kamu bilang apa? Calvin penyelamatmu!"Perkataan ini seolah-olah palu yang menghantam kepala Anissa. Dia bertanya dengan tidak percaya, "Kamu ... bilang apa?"Antoni tidak menggubris istrinya. Dia segera berdiri dan menyambut mereka. Dia berjabat tangan dengan Calvin untuk meminta maaf, "Aku benar-benar minta maaf. Istriku pasti salah paham denganmu ...."Ketika berbicara, Antoni baru menyadari bahwa Chelsea ada di belakang Calvin. Dia bertanya dengan kaget, "Chelsea, kamu kenal dengan Calvin?"Chelsea mengangguk sembari menjelaskan, "Ya, dia guruku saat di desa. Biasa aku memanggilnya Kakek."Antoni seketika teringat sesuatu. Chelsea pernah mengatakan bahwa dia pernah mempelajari sedikit keterampilan medis dari gurunya di desa. Antoni terkekeh-kekeh, lalu menimpali, "Chelsea, kamu benar-benar rendah hati. Ternyata kamu belajar dengan Calvin dan sudah mempelajari keterampilan medis yang luar biasa. Kenapa kamu malah menyembunyikan hal i
"Cinta? Biar kupertegas, kamu meninggalkan Ferdy saat dia buta. Setelah penglihatan Ferdy sudah kembali, kamu bersikeras nggak mau melepaskannya. Apa tindakanmu itu bisa disebut sebagai cinta?" Chelsea tersenyum sinis sembari menambahkan, "Kenapa aku merasa kamu sangat perhitungan?""Kamu ... kamu nggak tahu apa-apa!" Diana membalas dengan panik, "Saat itu, aku meninggalkan Ferdy karena terpaksa ....""Apa itu berarti kamu meninggalkannya setelah tahu kekurangannya?" timpal Chelsea. Dia sama sekali tidak tertarik dengan masa lalu mereka, juga tidak ingin mendengar penjelasan Diana. Saat ini, dia merasa sangat kesal."Diana, jangan mencari alasan lagi. Ucapanmu sama sekali nggak meyakinkan. Kalau nggak, apa kamu berani bersumpah di hadapan semua orang?" Chelsea seketika bertanya, "Apa kamu berani bersumpah bahwa kepergianmu saat itu nggak ada hubungannya dengan kebutaan Ferdy?""Aku ...." Diana merasa ketakutan. Setelah ragu-ragu untuk waktu yang lama, dia tidak memberikan penjelasan ap
Anissa pulang dengan hati yang dipenuhi amarah dan penyesalan. Jika tahu sejak awal semuanya akan menjadi seperti ini, dia tidak akan repot-repot memesan hidangan yang begitu mewah!Melihat raut wajah Anissa yang muram, Vera merasa bingung. Dia hendak bertanya, tetapi Anissa langsung naik ke lantai atas dengan kesal. Dia pun bertanya kepada Antoni, "Ada apa?"Hari ini, suasana hati Anissa terlihat baik saat keluar rumah. Dia bahkan mengatakan bahwa kali ini akan menunjukkan ketulusan kepada Keluarga Kamran. Jangan-jangan Keluarga Kamran tidak menghargai Anissa?Antoni menghela napas, lalu menjawab, "Ternyata murid Calvin itu Chelsea.""Apa?" Vera memekik dengan tidak percaya, "Bukannya ... Chelsea itu nggak berpendidikan, ya? Mana mungkin dia bisa mengobati orang? Apa Pak Calvin sengaja membuat Mama jengkel?"Mendengar ini, kerutan di dahi Antoni makin jelas. Sepertinya, satu per satu keluarganya sudah buta."Papa, jangan pergi dulu. Ayo ceritakan padaku. Ini ...." Perkataan Vera terhe
Ketika mendengar ada yang ingin Herbert obrolkan dengan Calvin, Firman dan Rangga pun memahami maksud Herbert.Firman memaksa Calvin untuk duduk di sofa, lalu membawa Rangga untuk meninggalkan ruangan.Saat hendak keluar pintu, Firman tidak lupa untuk menambahkan, “Pak Calvin, kami berdua ada di depan. Kalau kamu butuh apa-apa, kamu bisa panggil kami.”Calvin tersenyum dingin. Dia dapat mengerti makna tersirat dari ucapan Firman. Maksudnya tak lain adalah mereka berdua ada di luar sana, lebih baik Calvin tidak berulah.Berhubung Calvin sudah di sini, dia juga ingin tahu apa yang ingin diobrolkan Herbert!“Pak Guru, minum teh.” Herbert menghidangkan segelas teh ke hadapan Calvin. “Teh kesukaanmu.”Calvin bahkan tidak melirik sama sekali. Dia langsung bertanya dengan raut datar, “Jangan omong kosong! Sebenarnya apa yang ingin kamu katakan?”“Sejak kapan temperamenmu jadi seburuk ini? Seingatku, dulu kamu memperlakukanku ….”“Tutup mulutmu!” Calvin langsung menggebrak meja, lalu berkata d
Malam harinya.Terdengar suara tawa di dalam acara perayaan. Baru saja Chelsea selesai bersulang dengan tamu, dia pun mencari tempat yang tenang untuk makan.Chelsea sudah sibuk seharian. Dia masih belum sempat makan dengan tenang. Dua gelas champagne yang diminumnya tadi terasa membara di perut.Pada saat ini, Ferdy berjalan ke sisi Chelsea untuk mengantarkan makanan kepadanya. “Makan mie dulu.”Chelsea mengambil piring, lalu bertanya, “Kenapa kamu bisa tahu aku lagi lapar?”“Tadi saat berdiri di sampingmu, aku bisa mendengar suara perutmu.”“Hah?” Kening Chelsea berkerut. “Apa benar seperti itu?”Ferdy pun tertawa. “Tentu saja nggak. Aku menebak seharusnya hari ini kamu nggak punya waktu buat makan.”Chelsea segera menjulingkan matanya. Dia tidak meladeni Ferdy, lalu menunduk untuk memakan mie.Ferdy berdiri di sisi Chelsea, lalu mengingatkan, “Setelah acara konferensi pers berakhir, berita pun viral di internet.”“Emm, aku bisa menebaknya.”Chelsea saja tidak punya waktu untuk makan
Pada akhirnya, Herbert memilih untuk mundur secara diam-diam.Ferdy menatap bayangan punggung Herbert yang semakin menjauh. Hatinya terasa lebih nyaman saat ini.Chelsea melirik Ferdy sekilas. “Jangan beri tahu aku, kamu datang ke sini hanya untuk memancing emosi Herbert saja?”“Tebakanmu benar.” Ferdy melihat ke sisi Chelsea. Dia tidak bisa menyembunyikan rasa bangga di wajahnya. “Tadi aku melihat dia hadiri acara konferensi pers di internet.”“Pak Ferdy, apa kamu itu anak kecil? Kenapa ….”“Kalau kamu merasa perbuatanku ini kekanak-kanakan ….” Tiba-tiba Ferdy semakin mendekat, lalu berbicara dengan perlahan, “Itu berarti aku memang kekanak-kanakan.”Chelsea merasa kaget. Kedua mata berkilauannya bagai telah kehilangan arwahnya saja. Dia mengalihkan tatapannya, lalu tak lupa untuk menyindir, “Dasar kekanak-kanakan!”Akhirnya kali ini Anita menemukan kesempatan untuk berbicara. “Malam ini perusahaan mengadakan acara makan bersama. Kebetulan Pak Ferdy ada di sini, bagaimana kalau Pak Fe
Chelsea dan Anita menandatangani kontrak di bawah kesaksian para awak media. Disusul, terdengar suara gemuruh tepuk tangan di dalam ruangan dan juga terlihat kilat cahaya kamera.Ketika melihat gambaran di depan mata, Anita merasa sangat gembira hingga tidak bisa berkata-kata. Dia hanya menggenggam tangan Chelsea untuk menyatakan rasa terima kasihnya.Sudah terlalu lama Perusahaan Farmasi Norman tidak memiliki pencapaian setinggi ini! Sekarang, semuanya dicapai berkat bantuan Hope!Sepertinya Chelsea bisa merasakannya. Dia memiringkan kepalanya untuk mendekati samping telinga Anita, lalu berbisik, “Semua ini pantas diterima Perusahaan Farmasi Norman.”Anita merasa kaget. Dia melihat tatapan berkilauan Chelsea, lalu mengangguk. “Bu Chelsea, kamu tenang saja. Aku pasti nggak akan mengecewakanmu.”Chelsea pun tersenyum.Mereka berdua juga tersenyum sembari bertukar pandang. Gambaran itu pun berhasil disorot oleh kamera. Tak sedikit wartawan memutuskan untuk menaruh foto ini menjadi foto u
Firman melihat ke arah yang ditunjuk oleh Rangga. Dia pun menemukan sosok Herbert yang baru memasuki ruangan sedang dikerumuni oleh awak media.Herbert tergolong tokoh legendaris di dunia medis. Ditambah lagi, dia sudah lama menetap di luar negeri. Jadi, selama ini semua wartawan hanya pernah mendengar namanya, tetapi tidak memiliki kesempatan untuk mewawancarainya.Hari ini ketika Herbert datang, para awak media juga tidak ingin melewatkan kesempatan bagus ini.“Pak Herbert, kenapa kamu tiba-tiba pulang dari luar negeri? Apa ada yang ingin kamu lakukan? Apa Perusahaan Farmasi Hermera ingin berkembang di dalam negeri?”“Pak Herbert, hari ini kamu menghadiri acara konferensi pers. Apa kamu tertarik dengan kedua perusahaan ini?”Pertanyaan tidak berhenti dilontarkan.Dari tadi Herbert hanya membalas dengan tersenyum saja. Kemudian, dia melontarkan informasi besar dengan santai.“Aku bisa pulang kali ini karena ingin bekerja sama dengan Hope. Perusahaan Farmasi Hermera telah lama berkemba
“Herbert mengambil hasil penelitian kami untuk bekerja sama dengan perusahaan medis luar negeri. Kemudian, dia berhasil menjadi orang penting dalam grup barunya.”Herbert tersenyum getir. “Hal yang paling lucu adalah sebelum dia ke luar negeri, dia sempat mencariku. Dia mengatakan ilmu pengobatan tradisional nggak ada masa depan. Cepat atau lambat ilmu pengobatan tradisional akan dieliminasi. Dia suruh aku untuk pergi bersamanya.”“Apa kamu tahu? Perusahaan medis itu suka mencuri hasil penelitian perusahaan lain, lalu memproduksi obat-obatan dengan harga rendah. Kemudian, demi menekan modal, mereka juga membeli bahan obat bermutu rendah yang menyebabkan perubahan khasiat obat.”“Perbuatan mereka sama saja dengan mempertaruhkan nyawa manusia! Sepuluh tahun lalu, akhirnya perusahaan itu dilaporkan oleh banyak perusahaan farmasi lainnya, lalu gulung tikar!” Calvin merasa geram. Tatapannya tertuju pada sisi pintu mobil. “Dia itu pencuri! Dia itu pencuri yang nggak punya hati!”Saat melihat
Ketika melihat Calvin sedang marah, Chelsea juga tidak berani memicu emosinya lagi.Chelsea memalingkan kepalanya menatap Anita. Dia merasa bersalah. “Bu Anita, aku sudah merusak jamuan malam ini.”Anita tersenyum. “Nggak masalah, kok. Kita bisa cari kesempatan lain.”“Oke,” balas Chelsea, kemudian menarik-narik lengan pakaian Calvin. “Kakek, ayo kita pergi. Nanti aku jelaskan masalah ini sama kamu.”Calvin berdiri tanpa bersuara sama sekali. Dia langsung berjalan keluar kamar. Chelsea juga segera mengambil tasnya, mengikuti langkah Calvin.Setelah memasuki mobil, Chelsea memberi tahu masalah Malcolm mengutus Daisy untuk membantu Herbert kepada Calvin. Saat ini, amarah Calvin semakin membara. Dia berkata dengan menggertakkan giginya, “Si Berengsek itu masih nggak tahu malu seperti dulu!”Chelsea menghela napas ringan. “Kamu juga tahu bahwa Kak Daisy sangat penting bagiku. Aku nggak bisa nggak memedulikannya.”Calvin meliriknya sekilas. “Jadi, demi Daisy, kamu baru terus mencari tahu k
Calvin merasa gusar. “Keluar! Hubungan kita bukan guru dan murid! Kamu nggak berhak untuk mengungkit masalah itu di hadapanku!”Ketika menyadari sekujur tubuh Calvin gemetar akibat marah, Chelsea segera mengulurkan tangannya untuk mengelus punggung Calvin. “Kakek, kamu tenangkan dirimu. Jangan sampai merusak kesehatanmu.”Namun, Calvin seolah-olah tidak bisa mendengar apa-apa. Tatapannya masih terus tertuju pada diri Herbert. Tatapan itu terasa asing bagi Chelsea.Di dalam memori Chelsea, Calvin selalu tersenyum. Meskipun marah, Calvin juga tidak pernah bersikap seperti hendak membunuh orang saja!Chelsea menatap Herbert dengan raut muram. “Pak Herbert, berhubung Kakek nggak menyambut kedatanganmu, lebih baik kamu tinggalkan ruangan ini sekarang.”Herbert mengeluarkan saputangan dengan perlahan. Dia menyeka sisa air di pakaiannya sembari berkata, “Pak Guru, kenapa temperamenmu malah lebih buruk daripada dulu? Apa kamu bisa dengarkan penjelasanku dulu?”“Nggak ada yang perlu aku bicarak
Di pabrik produksi obat.Di bawah dampingan Anita dan beberapa karyawan lainnya, Calvin dan yang lain pergi mengunjungi pabrik.Calvin sangat gemar dalam mempelajari ilmu pengobatan tradisional. Tentu saja dia tertarik dengan pabrik produksi obat-obatan. Dia bahkan merasa takjub.“Aku sungguh nggak menyangka, padahal sekarang orang-orang sudah mulai beralih dalam mengembangkan obat barat, Perusahaan Farmasi Norman masih saja mempertahankan produksi obat tradisional. Semua itu pasti nggak gampang bagi kalian!”Usai mendengar, Anita tersenyum. “Terima kasih atas pujian Pak Calvin. Jujur saja, Keluarga Norman sudah menggeluti dunia pengobatan tradisional dalam beberapa generasi. Jadi, kami nggak ingin mengakhirinya.”Calvin semakin puas lagi. “Ternyata kalian itu keluarga yang ahli dalam pengobatan tradisional!”Sambil berbicara, Calvin memalingkan kepalanya melihat ke sisi Chelsea dengan tersenyum. “Aku sangat puas dengan kerja sama kali ini. Nanti aku akan mengadakan rapat lagi untuk me