Chelsea merasa sangat kesal dengan Ferdy yang masih tidak ingin bercerai. Jadi, dia langsung mengusir Ferdy dari kediaman Keluarga Soraya. Sebelum semua orang yang menunggu di bawah memahami situasi ini, Chelsea langsung membanting pintu.Chelsea sangat marah sampai berkacak pinggang. Dia baru menyadari seberapa sulitnya untuk berurusan dengan Ferdy! Dia sudah mengatakannya dengan begitu jelas, tetapi Ferdy masih tidak bisa memahaminya! Sungguh sulit untuk berbicara dengan pria ini!Sebelum orang-orang di lantai bawah bertanya, Chelsea sudah naik ke lantai atas tanpa melihat ke belakang. Olivia pun menarik Mandy dan bertanya, "Pembicaraan mereka berakhir dengan buruk, ya?"Mandy merasa tidak berdaya dan menimpali, "Kondisinya sudah jelas, 'kan?"Olivia merenung sambil berkata, "Aku benar-benar nggak paham dengan perbuatan Pak Ferdy. Biarpun sedang sakit, dia tetap datang untuk mencari Chels. Dari hal ini, dia terlihat sangat penyayang, tapi ...." Olivia benar-benar tidak mengerti apa y
Diana berbaring di pelukan Ferdy. Dia memegang piyama Ferdy dengan kedua tangannya dan tidak berani bergerak. Suhu tubuh Ferdy tidak normal sehingga dadanya terasa sangat hangat. Jantung Diana berdebar kencang. Tanpa sadar, dia menekukkan jari-jarinya dan menyentuh otot dada Ferdy. Sensasi panas dan kasar itu memicu gejolak di dalam hati Diana.Detik berikutnya, gumaman Ferdy menarik Diana kembali ke kenyataan. "Chelsea, aku nggak akan setuju ...."Sekujur tubuh Diana menjadi kaku. Ternyata, Ferdy yang sedang demam salah mengira dirinya adalah Chelsea. Diana memandang Ferdy dan berkata, "Erdy, aku Diana. Tolong bangun dan berhenti memikirkan wanita itu, oke?"Ferdy sepertinya tidak mendengar ucapan Diana. Dia masih terus mengulangi kata "Chelsea". Diana merasa sangat sedih sehingga dia mengerucutkan bibirnya dan melepaskan diri dari pelukan Ferdy.Anissa berjalan ke belakang Diana, lalu meraih bahu Diana dan berkata, "Jaga dia baik-baik. Waktu bangun, dia akan tahu siapa yang benar-ben
Setelah mendapat persetujuan Anissa, Brian pun membawa Sharren ke halaman."Barusan, kamu juga sudah tahu maksud Mama, 'kan? Kali ini, kamu harus berperilaku baik dan usahakan agar Mama melihat perubahanmu." Usai berkata demikian, Brian membujuk istrinya dengan serius, "Sharren, aku tahu kamu mengalami banyak kesulitan akhir-akhir ini. Nurutlah padaku, kamu ...."Tiba-tiba, Sharren menyela dengan suara rendah, "Aku paham. Aku akan merawat Ferdy dengan baik. Kalaupun bukan demi diriku sendiri, aku tetap akan melakukannya demi Theo."Brian memeluk Sharren sambil berkata, "Baguslah kalau kamu paham. Aku akan selalu berada di sisimu."Adegan ini dilihat oleh Anissa yang berdiri di balkon lantai dua. Pandangan wanita itu terlihat meremehkan. Dia mengalihkan tatapannya ke arah Kasih, lalu berpesan, "Sharren akan tinggal di sini. Kamu harus lebih waspada dan awasi dia baik-baik."Kasih mengangguk sambil menjawab, "Jangan khawatir, Bu." Kemudian, Kasih mengungkapkan keraguan di hatinya dengan
Malam hari itu, Kasih tidur di sofa dengan tidak tenang. Dia sesekali akan membuka mata untuk melihat ke arah Sharren. Malam pun berlalu dan tidak terjadi apa pun.Begitu Kasih bangun di pagi hari, dia terlihat sangat mengantuk. Sementara itu, Sharren sengaja bertanya, "Bi Kasih, kemarin malam, tidurmu nggak nyenyak, ya?""Nggak." Setelah membantah secara refleks, Kasih menjelaskan dengan ragu-ragu, "Aku sulit tidur karena ini bukan ranjangku, tapi aku akan terbiasa setelah dua malam."Sharren tidak berkomentar lebih lanjut. Dia hanya sekalian berpesan, "Oh, begitu. Diana akan datang nanti. Di sini, juga nggak butuh banyak orang, jadi aku ingin pulang untuk melihat Theo dulu.""Oke," jawab Kasih. Kemudian, dia melihat punggung Sharren yang menjauh dari kamar dan merasa heran. Mungkinkah wanita ini sungguh telah berubah? Sepertinya dia benar-benar ingin merawat Ferdy dengan tulus.....Setelah meninggalkan Harbourside Villa, Sharren memerintahkan sopirnya untuk pergi ke toko kue. Dia he
Ardi langsung memberi tahu Chelsea tentang niat Sharren untuk mencelakai Ferdy. Saat menerima telepon, Chelsea sedang menghadiri rapat. Tanpa berbasa-basi, dia langsung membubarkan rapat dan bangkit. Ketika keluar dari ruang rapat, Chelsea bahkan secara khusus meminta Ardi untuk menahan Sharren.Semua ini terjadi begitu mendadak sehingga Chelsea tidak punya waktu untuk ragu-ragu. Di dalam hatinya, Ferdy memang bukan orang baik, tetapi ... dia tidak ingin pria itu mati. Bahkan, hanya memikirkan bahwa Ferdy dalam bahaya, hatinya langsung menjadi gelisah. Perasaan ini membuatnya sangat tidak nyaman.Saat ini, Chelsea tampak mengernyit dan memukul setir untuk melampiaskan emosinya. Mereka masih belum bercerai, jadi dia tidak ingin menjadi janda pada usia muda.Setelah mobilnya melaju di sepanjang jalan, Chelsea akhirnya tiba di sekolah. Ardi tengah menunggunya di gerbang. Ketika melihat Chelsea berjalan masuk dengan emosi, Ardi segera menahannya dan mengingatkan dengan suara dalam, "Kalau
"Kamu nggak paham?" tanya Chelsea yang tidak sabaran.Sharren menggeleng dengan panik, lalu menjawab, "Bukan. Aku hanya ....""Baguslah kalau kamu paham. Nggak usah banyak tanya." Usai berkata demikian, Chelsea langsung bangkit dan meninggalkan ruang pertemuan.Begitu Ardi yang berdiri di depan pintu melihatnya keluar, dia langsung membuang rokok dan mengikutinya. Mereka berdua berjalan keluar dari gerbang sekolah. Setelah itu, Ardi baru bertanya, "Kamu mengungkapkan identitasmu hanya demi melindungi Ferdy. Apa dia benaran selayak itu?""Ini bukan masalah layak atau nggak," jawab Chelsea. Dalam hal ini, dia tidak ingin mengambil risiko apa pun. Dibandingkan dengan metode lain, mengungkapkan identitasnya secara langsung untuk mengancam Sharren adalah yang paling aman. Sementara itu, Sharren pasti tidak akan membocorkan identitasnya demi pengobatan Theo.Saat ini, Chelsea membuka pintu mobil, lalu menoleh ke arah Ardi sambil berkata, "Terima kasih sudah menghubungiku tepat waktu."Ardi m
Saat Brian dan istrinya baru pergi, Harris tampak memasuki kamar Ferdy. Dia duduk di samping ranjang dan menatap langit biru di luar jendela. Pria itu sepenuhnya mengabaikan keberadaan Diana yang duduk di sampingnya.Melihat Ferdy yang bersikap begitu dingin, Diana yang membawa segelas air tampak ragu-ragu dan kebingungan. Dia tidak tahu bagaimana cara mencairkan suasana canggung ini.Saat mendengar langkah kaki mendekat, Diana pun berbalik. Dia tersenyum lembut ketika melihat Harris. Pria itu mengangguk untuk menyapanya, lalu mengambil gelas dari tangan Diana dan duduk di kursi samping.Kemudian, Harris menyerahkan gelas itu kepada Ferdy sambil berkata, "Minumlah sedikit air. Kalaupun kamu terus melihat ke luar seperti ini, orangnya juga nggak akan jatuh dari langit."Mendengar kata-kata itu, Ferdy pun menatap kosong ke arahnya. Tatapannya terlihat hampa, seolah-olah jiwanya telah melayang.Selama beberapa hari ini, Harris juga berkunjung ke Harbourside Villa. Namun, setiap kalinya di
Olivia menghampiri Chelsea dengan kesal, lalu menarik Chelsea ke belakang. Kalau bukan karena kebetulan mengantar teh susu untuk Chelsea, Olivia tidak tahu ternyata Harris punya pemikiran yang tidak bermoral.Harris yang panik berusaha menjelaskan, "Olivia, tadi aku ...."Olivia memelototi Harris sambil membentak, "Nggak usah jelaskan! Kalau kamu membela Ferdy, berarti kita punya pemikiran yang berbeda! Kelak, kita nggak perlu berhubungan lagi!"Selesai bicara, Olivia menarik Chelsea seraya berujar, "Chelsea, kita nggak usah menghabiskan waktu untuk orang-orang seperti ini."Harris berucap, "Olivia, aku bukan ...." Sebelum Harris menyelesaikan ucapannya, Olivia sudah menutup pagar.Setelah masuk, Olivia yang kesal mengeluarkan ponsel. Sambil memarahi Harris, Olivia memblokir nomor telepon Harris, "Dulu, aku pikir Harris itu orang baik. Ternyata, dia juga sama saja. Dasar pria berengsek!"Chelsea menimpali, "Sebenarnya, Harris hanya mengkhawatirkan temannya. Dia bukan ...." Chelsea masi
Ketika mendengar ada yang ingin Herbert obrolkan dengan Calvin, Firman dan Rangga pun memahami maksud Herbert.Firman memaksa Calvin untuk duduk di sofa, lalu membawa Rangga untuk meninggalkan ruangan.Saat hendak keluar pintu, Firman tidak lupa untuk menambahkan, “Pak Calvin, kami berdua ada di depan. Kalau kamu butuh apa-apa, kamu bisa panggil kami.”Calvin tersenyum dingin. Dia dapat mengerti makna tersirat dari ucapan Firman. Maksudnya tak lain adalah mereka berdua ada di luar sana, lebih baik Calvin tidak berulah.Berhubung Calvin sudah di sini, dia juga ingin tahu apa yang ingin diobrolkan Herbert!“Pak Guru, minum teh.” Herbert menghidangkan segelas teh ke hadapan Calvin. “Teh kesukaanmu.”Calvin bahkan tidak melirik sama sekali. Dia langsung bertanya dengan raut datar, “Jangan omong kosong! Sebenarnya apa yang ingin kamu katakan?”“Sejak kapan temperamenmu jadi seburuk ini? Seingatku, dulu kamu memperlakukanku ….”“Tutup mulutmu!” Calvin langsung menggebrak meja, lalu berkata d
Malam harinya.Terdengar suara tawa di dalam acara perayaan. Baru saja Chelsea selesai bersulang dengan tamu, dia pun mencari tempat yang tenang untuk makan.Chelsea sudah sibuk seharian. Dia masih belum sempat makan dengan tenang. Dua gelas champagne yang diminumnya tadi terasa membara di perut.Pada saat ini, Ferdy berjalan ke sisi Chelsea untuk mengantarkan makanan kepadanya. “Makan mie dulu.”Chelsea mengambil piring, lalu bertanya, “Kenapa kamu bisa tahu aku lagi lapar?”“Tadi saat berdiri di sampingmu, aku bisa mendengar suara perutmu.”“Hah?” Kening Chelsea berkerut. “Apa benar seperti itu?”Ferdy pun tertawa. “Tentu saja nggak. Aku menebak seharusnya hari ini kamu nggak punya waktu buat makan.”Chelsea segera menjulingkan matanya. Dia tidak meladeni Ferdy, lalu menunduk untuk memakan mie.Ferdy berdiri di sisi Chelsea, lalu mengingatkan, “Setelah acara konferensi pers berakhir, berita pun viral di internet.”“Emm, aku bisa menebaknya.”Chelsea saja tidak punya waktu untuk makan
Pada akhirnya, Herbert memilih untuk mundur secara diam-diam.Ferdy menatap bayangan punggung Herbert yang semakin menjauh. Hatinya terasa lebih nyaman saat ini.Chelsea melirik Ferdy sekilas. “Jangan beri tahu aku, kamu datang ke sini hanya untuk memancing emosi Herbert saja?”“Tebakanmu benar.” Ferdy melihat ke sisi Chelsea. Dia tidak bisa menyembunyikan rasa bangga di wajahnya. “Tadi aku melihat dia hadiri acara konferensi pers di internet.”“Pak Ferdy, apa kamu itu anak kecil? Kenapa ….”“Kalau kamu merasa perbuatanku ini kekanak-kanakan ….” Tiba-tiba Ferdy semakin mendekat, lalu berbicara dengan perlahan, “Itu berarti aku memang kekanak-kanakan.”Chelsea merasa kaget. Kedua mata berkilauannya bagai telah kehilangan arwahnya saja. Dia mengalihkan tatapannya, lalu tak lupa untuk menyindir, “Dasar kekanak-kanakan!”Akhirnya kali ini Anita menemukan kesempatan untuk berbicara. “Malam ini perusahaan mengadakan acara makan bersama. Kebetulan Pak Ferdy ada di sini, bagaimana kalau Pak Fe
Chelsea dan Anita menandatangani kontrak di bawah kesaksian para awak media. Disusul, terdengar suara gemuruh tepuk tangan di dalam ruangan dan juga terlihat kilat cahaya kamera.Ketika melihat gambaran di depan mata, Anita merasa sangat gembira hingga tidak bisa berkata-kata. Dia hanya menggenggam tangan Chelsea untuk menyatakan rasa terima kasihnya.Sudah terlalu lama Perusahaan Farmasi Norman tidak memiliki pencapaian setinggi ini! Sekarang, semuanya dicapai berkat bantuan Hope!Sepertinya Chelsea bisa merasakannya. Dia memiringkan kepalanya untuk mendekati samping telinga Anita, lalu berbisik, “Semua ini pantas diterima Perusahaan Farmasi Norman.”Anita merasa kaget. Dia melihat tatapan berkilauan Chelsea, lalu mengangguk. “Bu Chelsea, kamu tenang saja. Aku pasti nggak akan mengecewakanmu.”Chelsea pun tersenyum.Mereka berdua juga tersenyum sembari bertukar pandang. Gambaran itu pun berhasil disorot oleh kamera. Tak sedikit wartawan memutuskan untuk menaruh foto ini menjadi foto u
Firman melihat ke arah yang ditunjuk oleh Rangga. Dia pun menemukan sosok Herbert yang baru memasuki ruangan sedang dikerumuni oleh awak media.Herbert tergolong tokoh legendaris di dunia medis. Ditambah lagi, dia sudah lama menetap di luar negeri. Jadi, selama ini semua wartawan hanya pernah mendengar namanya, tetapi tidak memiliki kesempatan untuk mewawancarainya.Hari ini ketika Herbert datang, para awak media juga tidak ingin melewatkan kesempatan bagus ini.“Pak Herbert, kenapa kamu tiba-tiba pulang dari luar negeri? Apa ada yang ingin kamu lakukan? Apa Perusahaan Farmasi Hermera ingin berkembang di dalam negeri?”“Pak Herbert, hari ini kamu menghadiri acara konferensi pers. Apa kamu tertarik dengan kedua perusahaan ini?”Pertanyaan tidak berhenti dilontarkan.Dari tadi Herbert hanya membalas dengan tersenyum saja. Kemudian, dia melontarkan informasi besar dengan santai.“Aku bisa pulang kali ini karena ingin bekerja sama dengan Hope. Perusahaan Farmasi Hermera telah lama berkemba
“Herbert mengambil hasil penelitian kami untuk bekerja sama dengan perusahaan medis luar negeri. Kemudian, dia berhasil menjadi orang penting dalam grup barunya.”Herbert tersenyum getir. “Hal yang paling lucu adalah sebelum dia ke luar negeri, dia sempat mencariku. Dia mengatakan ilmu pengobatan tradisional nggak ada masa depan. Cepat atau lambat ilmu pengobatan tradisional akan dieliminasi. Dia suruh aku untuk pergi bersamanya.”“Apa kamu tahu? Perusahaan medis itu suka mencuri hasil penelitian perusahaan lain, lalu memproduksi obat-obatan dengan harga rendah. Kemudian, demi menekan modal, mereka juga membeli bahan obat bermutu rendah yang menyebabkan perubahan khasiat obat.”“Perbuatan mereka sama saja dengan mempertaruhkan nyawa manusia! Sepuluh tahun lalu, akhirnya perusahaan itu dilaporkan oleh banyak perusahaan farmasi lainnya, lalu gulung tikar!” Calvin merasa geram. Tatapannya tertuju pada sisi pintu mobil. “Dia itu pencuri! Dia itu pencuri yang nggak punya hati!”Saat melihat
Ketika melihat Calvin sedang marah, Chelsea juga tidak berani memicu emosinya lagi.Chelsea memalingkan kepalanya menatap Anita. Dia merasa bersalah. “Bu Anita, aku sudah merusak jamuan malam ini.”Anita tersenyum. “Nggak masalah, kok. Kita bisa cari kesempatan lain.”“Oke,” balas Chelsea, kemudian menarik-narik lengan pakaian Calvin. “Kakek, ayo kita pergi. Nanti aku jelaskan masalah ini sama kamu.”Calvin berdiri tanpa bersuara sama sekali. Dia langsung berjalan keluar kamar. Chelsea juga segera mengambil tasnya, mengikuti langkah Calvin.Setelah memasuki mobil, Chelsea memberi tahu masalah Malcolm mengutus Daisy untuk membantu Herbert kepada Calvin. Saat ini, amarah Calvin semakin membara. Dia berkata dengan menggertakkan giginya, “Si Berengsek itu masih nggak tahu malu seperti dulu!”Chelsea menghela napas ringan. “Kamu juga tahu bahwa Kak Daisy sangat penting bagiku. Aku nggak bisa nggak memedulikannya.”Calvin meliriknya sekilas. “Jadi, demi Daisy, kamu baru terus mencari tahu k
Calvin merasa gusar. “Keluar! Hubungan kita bukan guru dan murid! Kamu nggak berhak untuk mengungkit masalah itu di hadapanku!”Ketika menyadari sekujur tubuh Calvin gemetar akibat marah, Chelsea segera mengulurkan tangannya untuk mengelus punggung Calvin. “Kakek, kamu tenangkan dirimu. Jangan sampai merusak kesehatanmu.”Namun, Calvin seolah-olah tidak bisa mendengar apa-apa. Tatapannya masih terus tertuju pada diri Herbert. Tatapan itu terasa asing bagi Chelsea.Di dalam memori Chelsea, Calvin selalu tersenyum. Meskipun marah, Calvin juga tidak pernah bersikap seperti hendak membunuh orang saja!Chelsea menatap Herbert dengan raut muram. “Pak Herbert, berhubung Kakek nggak menyambut kedatanganmu, lebih baik kamu tinggalkan ruangan ini sekarang.”Herbert mengeluarkan saputangan dengan perlahan. Dia menyeka sisa air di pakaiannya sembari berkata, “Pak Guru, kenapa temperamenmu malah lebih buruk daripada dulu? Apa kamu bisa dengarkan penjelasanku dulu?”“Nggak ada yang perlu aku bicarak
Di pabrik produksi obat.Di bawah dampingan Anita dan beberapa karyawan lainnya, Calvin dan yang lain pergi mengunjungi pabrik.Calvin sangat gemar dalam mempelajari ilmu pengobatan tradisional. Tentu saja dia tertarik dengan pabrik produksi obat-obatan. Dia bahkan merasa takjub.“Aku sungguh nggak menyangka, padahal sekarang orang-orang sudah mulai beralih dalam mengembangkan obat barat, Perusahaan Farmasi Norman masih saja mempertahankan produksi obat tradisional. Semua itu pasti nggak gampang bagi kalian!”Usai mendengar, Anita tersenyum. “Terima kasih atas pujian Pak Calvin. Jujur saja, Keluarga Norman sudah menggeluti dunia pengobatan tradisional dalam beberapa generasi. Jadi, kami nggak ingin mengakhirinya.”Calvin semakin puas lagi. “Ternyata kalian itu keluarga yang ahli dalam pengobatan tradisional!”Sambil berbicara, Calvin memalingkan kepalanya melihat ke sisi Chelsea dengan tersenyum. “Aku sangat puas dengan kerja sama kali ini. Nanti aku akan mengadakan rapat lagi untuk me