Tak lama kemudian, tukang kebun itu dibawa untuk bertemu dengan Ferdy. Saat tukang kebun itu mendekat, Ferdy langsung mengenalinya, dia adalah pria yang membantu Chelsea menangkap pencuri waktu itu. Bekas luka di ujung alis pria itu meninggalkan kesan yang mendalam bagi Ferdy. Meskipun hanya bertemu sekali, Ferdy langsung mengenalinya.Ferdy mengernyit, kenapa begitu kebetulan? Ardi berdiri di depan Ferdy sambil membawa gunting besar. Ditambah dengan wajah Ardi yang garang, auranya sangat mengintimidasi.Sementara itu, Irfan diam-diam mundur dan berdiri di belakang Ferdy. Pria ini terlihat seperti baru keluar dari penjara. Ferdy berucap dengan datar, "Kita bertemu lagi."Ardi yang berpura-pura bodoh bertanya, "Memangnya kita pernah bertemu?""Um, di kantor polisi. Waktu itu, kamu melakukan aksi heroik," jawab Ferdy.Ardi menguap dan menimpali, "Oh, itu hanya masalah sepele. Aku hampir lupa.""Oh, ya?" ucap Ferdy dengan nada ambigu. Dia menatap Ardi dengan garang.Ardi juga tidak takut.
Hari ini, Mandy datang ke rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan ulang. Setelah bertemu dokter, dia pun mengambil obat. Dari kejauhan, Mandy melihat Chelsea yang sedang mengantre, lalu dia diam-diam berdiri di belakang Chelsea. Alhasil, Chelsea malah menabrak Mandy.Melihat sikap Chelsea yang panik, Mandy sudah bisa menebaknya. Mandy menarik tangan Chelsea dan meninggalkan rumah sakit. Mereka berdua terlalu terburu-buru sehingga tidak menyadari bahwa Shania berdiri di sekitar sambil mengamati mereka."Shania, apa yang kamu lihat?" tanya teman Shania. Dia memegang dahi yang baru selesai diobati sambil mengikuti arah pandang Shania."Itu Chelsea. Menurutmu, untuk apa dia datang ke rumah sakit?" ucap Shania yang penasaran."Chelsea?" ujar teman Shania. Dia langsung gemetaran begitu mendengar nama Chelsea, luka di dahinya disebabkan oleh Olivia. Dengar-dengar, Chelsea lebih kejam daripada Olivia. Dia tidak ingin mencari masalah lagi.Teman Shania menarik Shania pergi, tetapi Shania tidak
Johanna menghampiri Shania, lalu menarik tangannya dan bertanya, "Apa kamu bilang?""Chelsea hamil! Tadi, aku menemani temanku ke rumah sakit dan aku melihat Chelsea!" jawab Shania. Dia tampak ragu-ragu saat melanjutkan ucapannya, "Tapi, sepertinya Chelsea mengambil obat penggugur kandungan. Apa jangan-jangan Pak Ferdy yang memaksanya?"Johanna merenung sejenak dan menimpali, "Mungkin memang seperti itu. Waktu itu, Diana juga dipaksa Ferdy untuk melakukan aborsi, apalagi Chelsea."Kemudian, Johanna mencibir dan meneruskan perkataannya, "Chelsea itu tahu diri juga. Dia tahu dirinya nggak pantas mengandung keturunan Keluarga Milano."Awalnya, Shania mengira dia bisa menemukan kelemahan Chelsea. Ternyata, hal ini tidak bisa dijadikan alat untuk mengancam Chelsea. Shania pun menjadi tidak bersemangat.Johanna tahu apa yang dipikirkan Shania, dia tersenyum dan berujar, "Kamu itu memang bodoh. Ferdy memang nggak menginginkan anak itu, tapi Bu Anissa menginginkannya. Waktu itu, bukannya Bu An
Harris menjawab jujur sambil mengacungkan ponselnya, "Olivia. Gaya bicaranya sangat menarik, emotikonnya juga imut." Perilaku Harris yang sekarang sama seperti saat Evan berpacaran di masa lalu. Ferdy mengangkat alisnya sembari bertanya, "Kamu pacaran dengan Olivia?""Belum, tapi aku benaran menyukainya," jawab Harris. Melalui interaksi belakangan ini, Harris menyadari dia sangat peduli pada wanita aktif itu. Mereka hampir mengirim pesan pada satu sama lain setiap hari. Kalau tiba-tiba tidak ada pesan, dia malah merasa hidupnya membosankan dan menjadi tidak bisa fokus. Setelah menanyai Evan, Harris tahu ini adalah perasaan suka. Namun, dia tidak tahu apakah Olivia menyukainya atau tidak Oleh karena itu, dia tidak berpikiran untuk mengungkapkan rasa cintanya. Jika Olivia hanya menganggapnya sebagai teman, itu akan sangat memalukan. Mereka bahkan mungkin tidak bisa berteman lagi.Saat Harris melamun, Ferdy menghampirinya, lalu membungkuk sembari bertanya, "Bagaimana rasa suka itu?"Me
Dalam perjalanan menuju Harbourside Villa, Ferdy baru tahu Anissa sudah membawa Chelsea ke rumah sakit. Dia langsung cemas. Apakah Anissa ingin mengusir Chelsea lagi dengan alasan tidak bisa hamil? Tanpa berpikir panjang, Ferdy putar balik di persimpangan jalan di depan, lalu mengebut. Dia tidak akan membiarkan Anissa mengusir Chelsea.Namun, sesampainya di rumah sakit, Ferdy bertemu dengan Anissa yang tampak girang. Anissa menghampirinya sembari memperlihatkan hasil USG, lalu berseru, "Lihat! Chelsea hamil! Ini cicitku!"Ferdy diam saja dan tatapannya menjadi suram. Saat menatap Chelsea, tatapannya tajam seperti bilah. Chelsea memandang ke bawah untuk menghindari tatapan Ferdy. Saat ini, dia berada dalam situasi terjepit dan tidak tahu harus berbuat apa.Melihat tatapan Ferdy, Anissa berkata dengan jengkel, "Kenapa kamu? Mau bunuh anakmu lagi? Kuberi tahu, ya, aku akan melindungi anak ini! Mulai hari ini, Chelsea pulang denganku ke kediaman Keluarga Milano. Jangan harap kamu bisa meng
Setelah menjalani kehidupan santai di kediaman Keluarga Milano selama beberapa hari, Chelsea benar-benar merasakan bagaimana kehidupan seorang nyonya kaya. Dibandingkan saat pertama kali datang ke kediaman, kehidupannya sekarang jauh lebih makmur. Terkadang, dia bahkan merasa inilah keuntungan dari kehamilan.Hari ini, Chelsea mendengar suara ketukan pintu setelah baru menghabiskan semangkuk bubur sarang walet. Dia menyahut, "Masuk."Begitu melihat Diana, Chelsea langsung mengernyit. Mengapa Diana datang kemari? Diana menghampirinya dan berkata, "Nenek bilang kamu hamil?""Ya," jawab Chelsea seraya menunjuk ke arah sofa dan mempersilakan Diana untuk duduk.Diana duduk, lalu memandang sekeliling. Dia berujar, "Nenek sangat baik padamu. Nenek juga sangat baik padaku saat aku hamil dulu."Kebetulan, Anissa juga menjadi orang pertama yang mengetahui tentang kehamilan Diana. Saat itu, dia sering mual karena hamil. Saat bertemu dengan Anissa, dia merasa mual dan buru-buru pergi ke kamar man
Sesampainya di rumah sakit, Chelsea langsung dibawa ke ruang operasi. Ferdy menunggu di depan pintu dengan aura dingin.Anissa buru-buru datang. Melihat ruang operasi yang menyala dengan lampu merah, emosinya tak tertahan lagi. Dia memukul Ferdy sembari memarahinya, "Bajingan! Bagaimana bisa kamu bunuh anakmu lagi? Kamu berbuat dosa! Kamu nggak mau punya anak?"Ferdy tidak memberi respons apa pun, hanya membiarkan Anissa melampiaskan emosinya. Saat menatap pintu ruang operasi yang tertutup rapat, tatapannya seakan-akan diselimuti kabut tebal sehingga ekspresinya tidak terbaca.Setengah jam kemudian, Chelsea duduk di atas kursi roda dengan wajah pucat, lalu didorong ke luar ruang operasi. Matanya yang merah menatap lurus pada Ferdy dengan penuh kebencian dan kemarahan."Ferdy, apa kamu puas sekarang?" tanya Chelsea dengan suara serak. Nadanya dingin dan cuek.Di bawah pantulan cahaya lampu, udara seakan-akan membeku. Tiba-tiba, Ferdy merasa seolah-olah ada jurang dalam yang membentang l
Kabar tentang Chelsea yang kembali ke vila lama Keluarga Soraya sudah tersebar. Begitu mengetahui kabar ini, Johanna bersenandung dengan senang di ruang tamu.Saat ini, Shania sudah pulang. Ketika melihat ekspresinya ibunya, dia bertanya, "Ma, apa yang membuatmu begitu senang?""Mama beri tahu kamu, Chelsea diusir dari kediaman Keluarga Milano! Sekarang, dia tinggal di vila Keluarga Soraya!""Benaran?" tanya Shania dengan gembira. Sebelumnya, suasana hatinya buruk selama beberapa hari saat Johanna mengomel tentang gaun pengantin Chelsea. Begitu pulang, dia sangat senang usai mendengar kabar sebagus ini!Shania buru-buru menghampiri Johanna sembari berkata, "Coba ceritakan padaku apa yang sudah terjadi."Johanna menceritakan kejadian beberapa hari ini pada putrinya. Di akhir cerita, mereka berdua tertawa terbahak-bahak."Chelsea mengira dirinya sudah bisa menjalani kehidupan yang baik dengan mendekati Anissa. Anissa mana mungkin bisa melindunginya? Aku rasa dia terlalu licik, makanya Fe
Ketika mendengar ada yang ingin Herbert obrolkan dengan Calvin, Firman dan Rangga pun memahami maksud Herbert.Firman memaksa Calvin untuk duduk di sofa, lalu membawa Rangga untuk meninggalkan ruangan.Saat hendak keluar pintu, Firman tidak lupa untuk menambahkan, “Pak Calvin, kami berdua ada di depan. Kalau kamu butuh apa-apa, kamu bisa panggil kami.”Calvin tersenyum dingin. Dia dapat mengerti makna tersirat dari ucapan Firman. Maksudnya tak lain adalah mereka berdua ada di luar sana, lebih baik Calvin tidak berulah.Berhubung Calvin sudah di sini, dia juga ingin tahu apa yang ingin diobrolkan Herbert!“Pak Guru, minum teh.” Herbert menghidangkan segelas teh ke hadapan Calvin. “Teh kesukaanmu.”Calvin bahkan tidak melirik sama sekali. Dia langsung bertanya dengan raut datar, “Jangan omong kosong! Sebenarnya apa yang ingin kamu katakan?”“Sejak kapan temperamenmu jadi seburuk ini? Seingatku, dulu kamu memperlakukanku ….”“Tutup mulutmu!” Calvin langsung menggebrak meja, lalu berkata d
Malam harinya.Terdengar suara tawa di dalam acara perayaan. Baru saja Chelsea selesai bersulang dengan tamu, dia pun mencari tempat yang tenang untuk makan.Chelsea sudah sibuk seharian. Dia masih belum sempat makan dengan tenang. Dua gelas champagne yang diminumnya tadi terasa membara di perut.Pada saat ini, Ferdy berjalan ke sisi Chelsea untuk mengantarkan makanan kepadanya. “Makan mie dulu.”Chelsea mengambil piring, lalu bertanya, “Kenapa kamu bisa tahu aku lagi lapar?”“Tadi saat berdiri di sampingmu, aku bisa mendengar suara perutmu.”“Hah?” Kening Chelsea berkerut. “Apa benar seperti itu?”Ferdy pun tertawa. “Tentu saja nggak. Aku menebak seharusnya hari ini kamu nggak punya waktu buat makan.”Chelsea segera menjulingkan matanya. Dia tidak meladeni Ferdy, lalu menunduk untuk memakan mie.Ferdy berdiri di sisi Chelsea, lalu mengingatkan, “Setelah acara konferensi pers berakhir, berita pun viral di internet.”“Emm, aku bisa menebaknya.”Chelsea saja tidak punya waktu untuk makan
Pada akhirnya, Herbert memilih untuk mundur secara diam-diam.Ferdy menatap bayangan punggung Herbert yang semakin menjauh. Hatinya terasa lebih nyaman saat ini.Chelsea melirik Ferdy sekilas. “Jangan beri tahu aku, kamu datang ke sini hanya untuk memancing emosi Herbert saja?”“Tebakanmu benar.” Ferdy melihat ke sisi Chelsea. Dia tidak bisa menyembunyikan rasa bangga di wajahnya. “Tadi aku melihat dia hadiri acara konferensi pers di internet.”“Pak Ferdy, apa kamu itu anak kecil? Kenapa ….”“Kalau kamu merasa perbuatanku ini kekanak-kanakan ….” Tiba-tiba Ferdy semakin mendekat, lalu berbicara dengan perlahan, “Itu berarti aku memang kekanak-kanakan.”Chelsea merasa kaget. Kedua mata berkilauannya bagai telah kehilangan arwahnya saja. Dia mengalihkan tatapannya, lalu tak lupa untuk menyindir, “Dasar kekanak-kanakan!”Akhirnya kali ini Anita menemukan kesempatan untuk berbicara. “Malam ini perusahaan mengadakan acara makan bersama. Kebetulan Pak Ferdy ada di sini, bagaimana kalau Pak Fe
Chelsea dan Anita menandatangani kontrak di bawah kesaksian para awak media. Disusul, terdengar suara gemuruh tepuk tangan di dalam ruangan dan juga terlihat kilat cahaya kamera.Ketika melihat gambaran di depan mata, Anita merasa sangat gembira hingga tidak bisa berkata-kata. Dia hanya menggenggam tangan Chelsea untuk menyatakan rasa terima kasihnya.Sudah terlalu lama Perusahaan Farmasi Norman tidak memiliki pencapaian setinggi ini! Sekarang, semuanya dicapai berkat bantuan Hope!Sepertinya Chelsea bisa merasakannya. Dia memiringkan kepalanya untuk mendekati samping telinga Anita, lalu berbisik, “Semua ini pantas diterima Perusahaan Farmasi Norman.”Anita merasa kaget. Dia melihat tatapan berkilauan Chelsea, lalu mengangguk. “Bu Chelsea, kamu tenang saja. Aku pasti nggak akan mengecewakanmu.”Chelsea pun tersenyum.Mereka berdua juga tersenyum sembari bertukar pandang. Gambaran itu pun berhasil disorot oleh kamera. Tak sedikit wartawan memutuskan untuk menaruh foto ini menjadi foto u
Firman melihat ke arah yang ditunjuk oleh Rangga. Dia pun menemukan sosok Herbert yang baru memasuki ruangan sedang dikerumuni oleh awak media.Herbert tergolong tokoh legendaris di dunia medis. Ditambah lagi, dia sudah lama menetap di luar negeri. Jadi, selama ini semua wartawan hanya pernah mendengar namanya, tetapi tidak memiliki kesempatan untuk mewawancarainya.Hari ini ketika Herbert datang, para awak media juga tidak ingin melewatkan kesempatan bagus ini.“Pak Herbert, kenapa kamu tiba-tiba pulang dari luar negeri? Apa ada yang ingin kamu lakukan? Apa Perusahaan Farmasi Hermera ingin berkembang di dalam negeri?”“Pak Herbert, hari ini kamu menghadiri acara konferensi pers. Apa kamu tertarik dengan kedua perusahaan ini?”Pertanyaan tidak berhenti dilontarkan.Dari tadi Herbert hanya membalas dengan tersenyum saja. Kemudian, dia melontarkan informasi besar dengan santai.“Aku bisa pulang kali ini karena ingin bekerja sama dengan Hope. Perusahaan Farmasi Hermera telah lama berkemba
“Herbert mengambil hasil penelitian kami untuk bekerja sama dengan perusahaan medis luar negeri. Kemudian, dia berhasil menjadi orang penting dalam grup barunya.”Herbert tersenyum getir. “Hal yang paling lucu adalah sebelum dia ke luar negeri, dia sempat mencariku. Dia mengatakan ilmu pengobatan tradisional nggak ada masa depan. Cepat atau lambat ilmu pengobatan tradisional akan dieliminasi. Dia suruh aku untuk pergi bersamanya.”“Apa kamu tahu? Perusahaan medis itu suka mencuri hasil penelitian perusahaan lain, lalu memproduksi obat-obatan dengan harga rendah. Kemudian, demi menekan modal, mereka juga membeli bahan obat bermutu rendah yang menyebabkan perubahan khasiat obat.”“Perbuatan mereka sama saja dengan mempertaruhkan nyawa manusia! Sepuluh tahun lalu, akhirnya perusahaan itu dilaporkan oleh banyak perusahaan farmasi lainnya, lalu gulung tikar!” Calvin merasa geram. Tatapannya tertuju pada sisi pintu mobil. “Dia itu pencuri! Dia itu pencuri yang nggak punya hati!”Saat melihat
Ketika melihat Calvin sedang marah, Chelsea juga tidak berani memicu emosinya lagi.Chelsea memalingkan kepalanya menatap Anita. Dia merasa bersalah. “Bu Anita, aku sudah merusak jamuan malam ini.”Anita tersenyum. “Nggak masalah, kok. Kita bisa cari kesempatan lain.”“Oke,” balas Chelsea, kemudian menarik-narik lengan pakaian Calvin. “Kakek, ayo kita pergi. Nanti aku jelaskan masalah ini sama kamu.”Calvin berdiri tanpa bersuara sama sekali. Dia langsung berjalan keluar kamar. Chelsea juga segera mengambil tasnya, mengikuti langkah Calvin.Setelah memasuki mobil, Chelsea memberi tahu masalah Malcolm mengutus Daisy untuk membantu Herbert kepada Calvin. Saat ini, amarah Calvin semakin membara. Dia berkata dengan menggertakkan giginya, “Si Berengsek itu masih nggak tahu malu seperti dulu!”Chelsea menghela napas ringan. “Kamu juga tahu bahwa Kak Daisy sangat penting bagiku. Aku nggak bisa nggak memedulikannya.”Calvin meliriknya sekilas. “Jadi, demi Daisy, kamu baru terus mencari tahu k
Calvin merasa gusar. “Keluar! Hubungan kita bukan guru dan murid! Kamu nggak berhak untuk mengungkit masalah itu di hadapanku!”Ketika menyadari sekujur tubuh Calvin gemetar akibat marah, Chelsea segera mengulurkan tangannya untuk mengelus punggung Calvin. “Kakek, kamu tenangkan dirimu. Jangan sampai merusak kesehatanmu.”Namun, Calvin seolah-olah tidak bisa mendengar apa-apa. Tatapannya masih terus tertuju pada diri Herbert. Tatapan itu terasa asing bagi Chelsea.Di dalam memori Chelsea, Calvin selalu tersenyum. Meskipun marah, Calvin juga tidak pernah bersikap seperti hendak membunuh orang saja!Chelsea menatap Herbert dengan raut muram. “Pak Herbert, berhubung Kakek nggak menyambut kedatanganmu, lebih baik kamu tinggalkan ruangan ini sekarang.”Herbert mengeluarkan saputangan dengan perlahan. Dia menyeka sisa air di pakaiannya sembari berkata, “Pak Guru, kenapa temperamenmu malah lebih buruk daripada dulu? Apa kamu bisa dengarkan penjelasanku dulu?”“Nggak ada yang perlu aku bicarak
Di pabrik produksi obat.Di bawah dampingan Anita dan beberapa karyawan lainnya, Calvin dan yang lain pergi mengunjungi pabrik.Calvin sangat gemar dalam mempelajari ilmu pengobatan tradisional. Tentu saja dia tertarik dengan pabrik produksi obat-obatan. Dia bahkan merasa takjub.“Aku sungguh nggak menyangka, padahal sekarang orang-orang sudah mulai beralih dalam mengembangkan obat barat, Perusahaan Farmasi Norman masih saja mempertahankan produksi obat tradisional. Semua itu pasti nggak gampang bagi kalian!”Usai mendengar, Anita tersenyum. “Terima kasih atas pujian Pak Calvin. Jujur saja, Keluarga Norman sudah menggeluti dunia pengobatan tradisional dalam beberapa generasi. Jadi, kami nggak ingin mengakhirinya.”Calvin semakin puas lagi. “Ternyata kalian itu keluarga yang ahli dalam pengobatan tradisional!”Sambil berbicara, Calvin memalingkan kepalanya melihat ke sisi Chelsea dengan tersenyum. “Aku sangat puas dengan kerja sama kali ini. Nanti aku akan mengadakan rapat lagi untuk me