Bab 5
Mobil mewah berjenis Alphard putih berhenti tepat di sebuah perusahaan yang bergerak dibidang properti, "Ayo, sayang" ajak Melisa merangkul pundak Laura, sedangkan yoga berjalan dibelakang mereka. Laura menatap takjub gedung yang berdiri megah dihadapannya ini, yang bertuliskan "AL company" "Ini perusahaan siapa, Ma?" tanya Laura yang belum mengetahui sama sekali. Melisa tersenyum lembut, "Nanti kamu bakal tau sayang. Ayo, kita masuk," Melisa mengajak menantu kesayangannya. Laura sedikit canggung dengan situasi seperti ini, untuk pertama kalinya ia memasuki perusahaan sebesar ini, sebelumnya Laura adalah seseorang yang begitu tertutup, setelah lulus dari SMA Laura tidak melanjutkan ke jenjang pendidikan selanjutnya karena kondisi ekonomi yang tidak memungkinkan. Laura yang merupakan sibungsu dari kedua bersaudara, tepat di hari kelulusan SMA, ayah dari Laura meninggal dunia. selama ini Laura hanya menemani sang mama dirumah. Untuk penghasilan sehari-hari, Laura hasilkan dari jualan diplatform online. Sedangkan Alvaro yang merupakan anak tunggal dari seorang pengusaha kaya raya, kini telah diresmikan untuk mewariskan kekayaan dari Prayoga Argantara. Kini, Alvaro mulai memimpin perusahaan besar tersebut. Hari ini dimana perusahaan AL company mengadakan perayaan ulang tahun, para karyawan dan staf serta para investor lainnya juga ikut berhadir dan merayakan acara ulang tahun perusahaan yang ke 20 tahun telah berdiri di Indonesia. Para karyawan yang mengenal Yoga dan Melisa mulai menegur sapa, sedangkan Laura hanya menganggukkan sedikit kepalanya dan ikut tersenyum. Acara perusahaan akan dimulai, Laura dengan dres cantik berwarna marun dan hijab berwarna nude, membuat penampilan nya semakin menawan dan elegan, membuat perpaduan yang sempurna dikulit putih Laura. Melisa dan Laura duduk dikursi khusus VIP yang telah disediakan oleh perusahaan, disana Alvaro juga duduk sambil berbincang ringan dengan rekan-rekannya. MC pun memulai acaranya. Tiba dikata sambutan, prayoga Argantara langsung saja maju ke depan dan memberi sedikit kata-kata sambutan kepada rekan bisnisnya yang telah ikut hadir berpartisipasi dalam perayaan acara ulang tahun yang ke 20, AL company didirikan. Selain itu, yoga juga akan mengumumkan tentang Alvaro yang telah resmi menjabat sebagai CEO diperusahaan AL, yang telah menggantikan posisinya, untuk selanjutnya Yoga memilih mengunjungi dan memantau perusahaan sesekali, karena Yoga akan mengambil pensiun dini. ia akan menghabiskan waktu berharganya demi keluarga tercinta. Setelah memberi kata-kata sambutan, prayoga juga melantik Alvaro secara resmi dihadapan seluruh kepala divisi, staf dan juga karyawannya. Para investor, rekan bisnis dan juga yang lainnya. "Saya selaku CEO sekaligus pemilik perusahaan ini, menyatakan jika putra tunggal saya Alvaro zayn Argantara telah resmi menjabat dan menggantikan posisi saya sebagai CEO di perusahaan ini dari sekarang," ujar prayoga dengan suara yang tegas dan berwibawa berdiri didepan umum, dan langsung dihadiahi tepuk tangan meriah oleh orang-orang yang berada didalam ruangan tersebut. "Selain itu, saya juga ingin memperkenalkan istri dari putra tunggal saya selaku tuan presdir baru diperusahaan ini." "Menantuku Laura Arsyilla, kemarilah, Nak." ucap Yoga di hadapan semua orang menggunakan mikrofon. Mendengar papa mertuanya yang begitu antusias memperkenalkan dirinya di hadapan orang-orang penting, membuat Laura terharu, perasaan Laura tak karuan, bagai campur aduk. Disatu sisi Laura merasakan kehangatan dan kasih sayang dikeluarga barunya ini, kelembutan, kebahagiaan, kesedihan, keharuan, semua terasa menjadi satu, dan Laura tidak bisa dikatakan bahagia akan hal ini, lagi-lagi ia masih memikirkan Raka. Laura merasa tidak percaya diri harus maju ke depan sana dihadapan semua orang, "Sayang, tidak perlu malu dan khawatir, papa mertua kamu hanya ingin memperkenalkan dirimu sebagai menantu, sekaligus istri dari Alvaro kepada rekan bisnisnya dan juga karyawannya disini," ujar Melisa agar Laura merasa percaya diri. Selain merasa bersalah kepada Raka, dan merasa tidak pantas berada diposisi ini, Laura Arsyilla gadis cantik berusia 23 tahun itu, memiliki sifat pemalu yang membuat dirinya merasa tidak percaya diri berada di hadapan semua orang. Alvaro yang melihat Laura tampak malu-malu, segera menghampiri istrinya itu, "Mari, ikut bersama saya," ucap Alvaro yang sudah berada dihadapannya seraya mengulurkan tangan. Melisa menyenggol lengan Laura berharap Laura menerima uluran tersebut, paham akan kode mertuanya, Laura akhirnya menerima uluran tangan Alvaro meskipun merasa malu dan canggung. mereka berjalan saling bergandengan menuju ke depan podium sana. prok prok prok Tepuk tangan semakin meriah menyambut kehadiran mereka, Alvaro dan Laura terlihat seperti pasangan serasi satu sama lain, Sama-sama tampan dan juga cantik dalam balutan dres marun dan juga Jas hitam. Prayoga kemudian mulai memperkenalkan sepasang pengantin baru itu, seolah mereka adalah pasangan yang begitu serasi, tanpa mereka ketahui, jika sebenarnya mereka adalah pasangan yang terikat perjanjian kontrak. Jika Alvaro dan Laura berencana menikah untuk sementara waktu, maka Yoga dan Melisa berharap pernikahan mereka akan berlangsung selamanya, Melisa dan Yoga sedang mengatur strategi cara mendekatkan mereka berdua. Acara pun berjalan dengan lancar, mereka semua tampak menikmati hidangan lezat yang telah di sediakan. Melisa, Yoga, Alvaro dan Laura, mereka menikmati makanan tersebut dalam satu meja. Setelah selesai menikmati hidangan, mereka berfoto bersama. ** Waktu pun berjalan dengan cepat, hingga acara pun selesai. Melisa dan yoga mengajak putra dan menantunya ke puncak. Alvaro memilih menuruti keinginan mamanya itu. Melisa satu mobil dengan Yoga, sedangkan Alvaro bersama Laura. Seperti biasa tidak ada yang memulai percakapan diantara mereka, keheningan mulai menyelimuti keduanya. Jika Alvaro terkesan dingin dan cuek dengan Laura, maka Laura adalah gadis pendiam dan sedikit pemalu, sepertinya tidak ada yang ingin mengalah di antara mereka, Laura semakin larut dalam pikirannya sendiri karena sedang memikirkan Raka. "Ehemm" akhirnya Alvaro berdehem memecahkan keheningan yang tercipta. Laura tersentak dari lamunan nya dan menoleh kepada Alvaro. "Ada yang ingin kamu beli?" tanya Alvaro yang kebetulan ingin mampir ke supermarket terdekat untuk membeli cemilan. Laura menggeleng pelan, "Tidak ada," ucapnya lembut. "Baiklah," kata Alvaro yang kemudian meminggirkan mobilnya Alvaro segera saja membeli beberapa botol air dan juga cemilan untuk di bawa ke puncak, Alvaro memborong banyak makanan di supermarket, lalu membayarnya. Tidak lama kemudian Alvaro masuk ke dalam mobil dan mulai melajukan kembali mobilnya. Alvaro menyodorkan air mineral untuk Laura. "Ambillah," kata Alvaro "Terimakasih," ucap Laura yang kemudian mengambil air mineral tersebut. Setelah itu tidak ada percakapan lagi di antara keduanya, Alvaro mulai melajukan mobilnya dengan kecepatan rata-rata. Laura kemudian memalingkan wajahnya diluar jendela, menikmati perjalanan dan pemandangan yang begitu indah menuju puncak. Laura menghembuskan nafas berat, pikirannya begitu kacau, bagaimana mungkin ia bisa mengkhianati Raka yang mencintai nya setulus itu? bahkan Raka rela merantau keluar negeri demi mencari pekerjaan agar dapat menikahinya. Raka yang notabenya anak dari orang sederhana dan merupakan tulang punggung keluarga harus lebih berkorban untuk memperjuangkan cintanya dan juga rezeki lebih untuk keluarganya. Setetes air mata mulai menetes di pipi Laura, ia merasa bersalah dan berdosa dengan Raka, "Ilahi, berikanlah petunjuk dan jalan keluar untuk hamba, berikan takdir yang terbaik untuk hamba mu ini ya Rab," batin Laura yang berdo'a. Setelah dua jam menempuh perjalanan, akhirnya mereka telah sampai ke tujuannya. Alvaro menghentikan mobilnya, namun Laura masih belum menyadari jika mereka telah tiba ke puncak. melihat Laura yang masih memalingkan wajahnya ke arah luar jendela. Tanpa berkata, Alvaro mendekatkan wajahnya dengan Laura untuk memastikan apakah Laura sedang tertidur atau justru malah melamun. Alvaro menggeleng pelan melihat Laura yang melamun sedari tadi, "Sudah sampai. Ayo turun," ucap nya dengan hidung yang hampir bersentuhan dengan wajah Laura. Deg! Laura tersentak dan tersadar dari lamunannya, seketika matanya terbelalak kaget melihat Alvaro dengan jarak yang sangat berdekatan dengannya.Bab 1 Suasana di rumah Tante Eliza tampak begitu megah dan mewah. Hari ini adalah hari yang spesial, pernikahan Bella, sepupu Laura, akan segera dilangsungkan.Laura menatap Bella dengan kagum, lalu tersenyum lembut."Masya Allah, Bella, kamu cantik sekali hari ini. Semoga pernikahanmu lancar dan langgeng sampai jannah," ucapnya dengan tulus.Namun, berbeda dengan Laura yang tampak antusias, Bella justru memasang ekspresi gelisah. Ia menghela napas kasar, lalu menatap sepupunya dengan mata berkaca-kaca."Laura, sepertinya aku tidak bisa melanjutkan pernikahan ini," bisiknya dengan suara bergetar.Laura terkejut. Ia menatap Bella penuh kebingungan."Apa yang kamu katakan, Bella? Jangan main-main dengan pernikahan!" tegurnya.Bella semakin panik. Ia menggenggam tangan Laura erat-erat."Aku tidak mencintainya, Laura! Mama memaksaku menikah dengan Alvaro. Aku mohon, bantu aku menggagalkan pernikahan ini. Aku ingin pergi dari sini!" desaknya dengan putus asa.Laura menggeleng, mencoba men
Bab 2 Suasana dikediaman Eliza yang merupakan Tante dari Laura Arsyilla seketika berubah menjadi tegang. Hawa memanas seakan menyelimuti di ruangan tersebut. Mendengar permintaan sang tante, seakan bahu Laura ikut meluruh, ia tidak bisa menerima permintaan yang cukup sulit untuk dipenuhi olehnya. Eliza bersimpuh dan memohon dihadapan Laura. Segera saja Laura mencegah Eliza agar tidak bersujud dan bersimpuh seperti itu dihadapannya, terutama dihadapan semua orang. "Tante mohon Laura, Terimalah pernikahan ini, keselamatan karir Bella ada pada mereka, kamu sendiri mendengarkannya bukan? bagaimana keinginan mereka untuk mencari pengantin pengganti untuk putranya saat ini! Harapan tante cuma kamu satu-satunya, Laura!" ucap Eliza memohon dan menangis dihadapan Laura. Sesaat, Laura tampak berpikir, Bella hanya mempunyai seorang adik lelaki dan juga seorang adik perempuan yang masih duduk di bangku SMP, sangat tidak mungkin bagi Laura mengusulkan pernikahan tersebut untuk anak yang ma
Bab 3 Dag dig dugDetak jantung Laura semakin berdetak kencang dan tak karuan. Alvaro menatap gadis cantik yang menundukkan kepalanya sambil memilinkan ujung hijabnya itu. Kiki semakin merasakan kecemasan yang mendalam, takut ia salah dalam hal ini, namun diluar dugaan. Alvaro langsung saja menarik tangan Laura dengan penuh kelembutan. "Ikut saya," pinta Alvaro yang membawa Laura masuk ke kamar. kiki menghela nafas lega dan mengelus dadanya, Kiki tampak tersenyum malu-malu. "udah gak sabar ya pak?" tanya Kiki dengan sedikit tengil. Cetakk'Awww' pekik Kiki mengusap jidatnyaAlvaro menyentil jidat Kiki karena merasa geram dengan bocah berusia 18 tahun yang menjadi asisten rumah tangganya. "Apaan ki?" tanya Alvaro "Itu loh pak, anu.. apa ya." jawab kiki yang kebingungan ingin melanjutkan perkataannya. "Anak kecil jangan mikir yang macam-macam, lakukan tugas mu dengan baik," ucap Alvaro "Ba-baik pak Al," ucapnya sedikit takut melihat tatapan tajam Alvaro. "Kamu boleh
Bab 4 Pagi hari, matahari tampak malu-malu menampilkan dirinya yang berselimuti awan. Perlahan, cahaya nya mulai memantulkan bayangan yang sempurna dipagi hari. sementara itu, selesai melaksanakan sholat subuh, Laura ingin membereskan dan mulai melakukan aktivitas Bersih-bersih rumah. Rasanya, tidak mungkin bagi Laura tinggal dirumah ini tanpa melakukan aktivitas sama sekali. Meskipun Alvaro telah menetapkan asisten rumah tangga untuk membantu pekerjaan rumah.Setelah berpikir sejenak, Laura memutuskan untuk membantu Kiki beres-beres rumah dari pada berdiam diri tanpa melakukan aktivitas apapun. "Bu bos ngapain? bu bos mah mending diem aja duduk manis disitu, biarkan urusan pekerjaan rumah, kiki yang urus. Ok, Bu bos ku yang cantik," ucap kiki sambil tersenyum menampilkan jejeran giginya. "Tapi—" ucapan Laura terpotong "Tidak ada tapi-tapian bu bos, biar kiki si yang paling cantik jelita nan mempesona ini yang akan membereskan pekerjaan rumah," ucap kiki yang kemudian men
Bab 5 Mobil mewah berjenis Alphard putih berhenti tepat di sebuah perusahaan yang bergerak dibidang properti, "Ayo, sayang" ajak Melisa merangkul pundak Laura, sedangkan yoga berjalan dibelakang mereka. Laura menatap takjub gedung yang berdiri megah dihadapannya ini, yang bertuliskan "AL company" "Ini perusahaan siapa, Ma?" tanya Laura yang belum mengetahui sama sekali. Melisa tersenyum lembut, "Nanti kamu bakal tau sayang. Ayo, kita masuk," Melisa mengajak menantu kesayangannya. Laura sedikit canggung dengan situasi seperti ini, untuk pertama kalinya ia memasuki perusahaan sebesar ini, sebelumnya Laura adalah seseorang yang begitu tertutup, setelah lulus dari SMA Laura tidak melanjutkan ke jenjang pendidikan selanjutnya karena kondisi ekonomi yang tidak memungkinkan. Laura yang merupakan sibungsu dari kedua bersaudara, tepat di hari kelulusan SMA, ayah dari Laura meninggal dunia. selama ini Laura hanya menemani sang mama dirumah. Untuk penghasilan sehari-hari, Laura h
Bab 4 Pagi hari, matahari tampak malu-malu menampilkan dirinya yang berselimuti awan. Perlahan, cahaya nya mulai memantulkan bayangan yang sempurna dipagi hari. sementara itu, selesai melaksanakan sholat subuh, Laura ingin membereskan dan mulai melakukan aktivitas Bersih-bersih rumah. Rasanya, tidak mungkin bagi Laura tinggal dirumah ini tanpa melakukan aktivitas sama sekali. Meskipun Alvaro telah menetapkan asisten rumah tangga untuk membantu pekerjaan rumah.Setelah berpikir sejenak, Laura memutuskan untuk membantu Kiki beres-beres rumah dari pada berdiam diri tanpa melakukan aktivitas apapun. "Bu bos ngapain? bu bos mah mending diem aja duduk manis disitu, biarkan urusan pekerjaan rumah, kiki yang urus. Ok, Bu bos ku yang cantik," ucap kiki sambil tersenyum menampilkan jejeran giginya. "Tapi—" ucapan Laura terpotong "Tidak ada tapi-tapian bu bos, biar kiki si yang paling cantik jelita nan mempesona ini yang akan membereskan pekerjaan rumah," ucap kiki yang kemudian men
Bab 3 Dag dig dugDetak jantung Laura semakin berdetak kencang dan tak karuan. Alvaro menatap gadis cantik yang menundukkan kepalanya sambil memilinkan ujung hijabnya itu. Kiki semakin merasakan kecemasan yang mendalam, takut ia salah dalam hal ini, namun diluar dugaan. Alvaro langsung saja menarik tangan Laura dengan penuh kelembutan. "Ikut saya," pinta Alvaro yang membawa Laura masuk ke kamar. kiki menghela nafas lega dan mengelus dadanya, Kiki tampak tersenyum malu-malu. "udah gak sabar ya pak?" tanya Kiki dengan sedikit tengil. Cetakk'Awww' pekik Kiki mengusap jidatnyaAlvaro menyentil jidat Kiki karena merasa geram dengan bocah berusia 18 tahun yang menjadi asisten rumah tangganya. "Apaan ki?" tanya Alvaro "Itu loh pak, anu.. apa ya." jawab kiki yang kebingungan ingin melanjutkan perkataannya. "Anak kecil jangan mikir yang macam-macam, lakukan tugas mu dengan baik," ucap Alvaro "Ba-baik pak Al," ucapnya sedikit takut melihat tatapan tajam Alvaro. "Kamu boleh
Bab 2 Suasana dikediaman Eliza yang merupakan Tante dari Laura Arsyilla seketika berubah menjadi tegang. Hawa memanas seakan menyelimuti di ruangan tersebut. Mendengar permintaan sang tante, seakan bahu Laura ikut meluruh, ia tidak bisa menerima permintaan yang cukup sulit untuk dipenuhi olehnya. Eliza bersimpuh dan memohon dihadapan Laura. Segera saja Laura mencegah Eliza agar tidak bersujud dan bersimpuh seperti itu dihadapannya, terutama dihadapan semua orang. "Tante mohon Laura, Terimalah pernikahan ini, keselamatan karir Bella ada pada mereka, kamu sendiri mendengarkannya bukan? bagaimana keinginan mereka untuk mencari pengantin pengganti untuk putranya saat ini! Harapan tante cuma kamu satu-satunya, Laura!" ucap Eliza memohon dan menangis dihadapan Laura. Sesaat, Laura tampak berpikir, Bella hanya mempunyai seorang adik lelaki dan juga seorang adik perempuan yang masih duduk di bangku SMP, sangat tidak mungkin bagi Laura mengusulkan pernikahan tersebut untuk anak yang ma
Bab 1 Suasana di rumah Tante Eliza tampak begitu megah dan mewah. Hari ini adalah hari yang spesial, pernikahan Bella, sepupu Laura, akan segera dilangsungkan.Laura menatap Bella dengan kagum, lalu tersenyum lembut."Masya Allah, Bella, kamu cantik sekali hari ini. Semoga pernikahanmu lancar dan langgeng sampai jannah," ucapnya dengan tulus.Namun, berbeda dengan Laura yang tampak antusias, Bella justru memasang ekspresi gelisah. Ia menghela napas kasar, lalu menatap sepupunya dengan mata berkaca-kaca."Laura, sepertinya aku tidak bisa melanjutkan pernikahan ini," bisiknya dengan suara bergetar.Laura terkejut. Ia menatap Bella penuh kebingungan."Apa yang kamu katakan, Bella? Jangan main-main dengan pernikahan!" tegurnya.Bella semakin panik. Ia menggenggam tangan Laura erat-erat."Aku tidak mencintainya, Laura! Mama memaksaku menikah dengan Alvaro. Aku mohon, bantu aku menggagalkan pernikahan ini. Aku ingin pergi dari sini!" desaknya dengan putus asa.Laura menggeleng, mencoba men