"Margot, dimana Ibu, kenapa kau belum melihatnya hari ini?" pekik Celine sambil menuruni tangga istana.
Biasanya pagi sekali dia menemui Veronica di meja makan, namun saat itu hari sudah siang, wanita tua itu sudah tidak ada di Maja makan."Nyonya besar ada di taman depan, Nyonya muda.""Oh baiklah, terima kasih." Celine segera menghampiri Veronica yang masih di taman halaman rumah.Veronica terlihat sedang berjongkok sambil memetik sesuatu dari tanaman-tanaman kesayangannya.Melihat kalau mertuanya itu baik-baik saja, Celine tersenyum tenang. "Syukurlah kau baik-baik saja, Ibu," gumamnya dalam hati." Perlahan dia menghampirinya."Ibu, sedang apa kau di sini?" Celine ikut berjongkok seperti apa yang di lakukan oleh Veronica."Celine kau sudah bangun? Aku sedang membuang parasit yang bisa mengganggu tanamanku.""Astaga, banyak sekali parasit di sini! Sepertinya Margot lupa membersihkannya.""Biar aku ba"Kedatangan kami ke sini bermaksud untuk meminta putri anda yang bernama Granella untuk anak saya Alex."Sengaja mereka datang di saat Granella tidak ada di rumah karena, gadis itu pasti melarang jika Alex ingin mengatakan itu pada keluarganya.Entah mengapa Granella seperti takut kalau Alex akan melangkah ke jenjang yang lebih serius.Entah apa yang membuatnya takut. Mungkin restu dari orang tuanya yang membuat dia takut kalau saja Veronica dan Zack tidak merestui hubungan mereka.Veronica sedikit terkejut, pasalnya dia tidak mengetahui sebelumnya kalau putrinya memiliki hubungan dengan seorang pemuda."Memangnya berapa lama, Nak Alex berhubungan dengan putri saya, Granella?""Sudah cukup lama, Aunty. Sekitar satu tahun berjalan. Sudah lama pula saya ingin melakukan ini tapi dia selalu mencegahku. Aku ingin ngajak dia ke tahap yang lebih serius, Aunty."Veronica menilai kalau Alex adalah pemuda yang bertanggung jawab, karena dia berani datang untuk niatnya yang sungguh-sungguh."Tapi
"Baby, Tuan Jeno tadi meneleponku, dia memintaku untuk menemuinya sekarang,""Pergilah, Honey temui Tuan Jeno sekarang, jangan biarkan dia lama menunggumu!"Tubuh Zack yang terlalu tinggi membuat dia mendongak saat merapikan dasi suaminya."Selesai. Ya tuhan, suamiku tampan sekali. Aku bahagia memiliki suami sepertimu, Honey.""Dan istriku yang sangat cantik. Apalagi jika di atas ranjang, kau terlihat begitu sempurna."Plak! Zack terkekeh saat satu pukulan kecil mendarat di lengan kekarnya.Celine memanyunkan bibirnya karena merasa suaminya tak bisa lepas dari yang namanya bercinta."Itu saja yang kau pikirkan, ck!" gerutu Celine kesal."Loh, memangnya kenapa? Salahmu sendiri membuatku candu. Jadi jangan salahkan aku jika aku selalu menginginkan darimu, Baby.""Sudah sana! Tuan Jeno sudah menunggumu!" Wanita itu mendorong manja suaminya agar segera keluar dari kamarnya.Celine merasa mendapat p
"Kak Zack!" Jesica merasa tenang karena sekarang ada kakak iparnya yang akan melindungi dia."Sial! Lagi-lagi kau menggagalkan rencana ku! Hiiiaaaattt!"Plak!Plak!Bugh!Zack bersiap menangkis serangan dari meraka berdua. Satu lawan dua tak lantas membuatnya kesulitan. Dengan bela diri yang dia pelajari sedari kecil membuat Zack dengan mudahnya menghadapi dua cecenguk itu. Hanya dengan sekali hempasan darinya, kedua orang itu terkapar di atas tanah."Siapa kau? Mengaku atau aku paksa kau buka topeng kamu itu!"Namun Zack masih penasaran siapa wajah di balik slukup itu. Dia mendekat dan coba meraih penutup wajah itu namun meraka mempertahankan hingga terjadi tarik menarik."Tidak segampang itu kau melakukan ini padaku!""Hhiiiiaaattt!"Bugh!Tendangan yang belum Zack siap sebelumnya membuat dia terhuyung ke belakang.Perutnya terasa sakit saat hentakan Ki itu menghantam ulu ha
"Celine." Betapa bahagianya Raka saat Celine datang menemuinya saat dia berkumpul dengan teman-temannya di sebuah toko.Laki-laki yang tampak sedang minum minuman bersoda seketika berdiri saat wanita itu kini di hadapannya."Celine kau datang menemui-ku?"Plak!Tamparan yang begitu menjadi jawaban dari Celine, atas rasa kecewanya terhadap laki-laki yang sempat dia tunggu cintanya bertahun-tahun."Memalukan! Kenapa kau tega melakukan itu pada Jesica? Kau tau Jesica itu siapa?""Celine aku bisa jelasin semuanya!""Tak perlu! Aku kecewa padamu, Raka! Aku tak menyangka kau serendah itu mempermainkan wanita! Aku minta padamu, tolong jangan ganggu kehidupanku lagi" Celine melangkah untuk pergi, namun Raka sigap menarik tangannya."Celine tunggu! Kau harus mendengar dulu apa alasanku!""Lepas!" Sekuat mungkin genggaman tangan itu Celine tepis."Aku melakukan ini karena aku cemburu! Aku sayang padamu,
"Baby aku punya kejutan untukmu!""Kejutan? Kejutan apa, Honey?" Zack menunjukan sesuatu dari balik punggungnya yang membuat Celine membelalakkan matanya."Tara..., apa kau suka ini?" Celine spontan menutup mulut dengan kedua tangannya."Ti-tiket berlibur?" Zack mengangguk."Astaga, Honey, aku suka sekali. Thanks oh my husband." Zack memeluk istrinya begitu hikmat."Besok pagi kita akan berlibur ke kota Swis. Kita akan melihat gurun salju di sana, dan kita akan makan coklat sebanyak-banyaknya di sana." Mereka terkekeh dalam posisi Celine bermanja di pelukan sang suami."Apa kau bahagia menikah denganku?" Celine mengangguk sambil menolehkan wajahnya ke atas."Aku bahagia, sangat bahagia. Kau benar-benar suami yang bisa membahagiakan aku, tapi bukan cuma diriku, tapi kau membahagiakan semuanya. I love you so much Honey.""Kalau begitu kita tidak bisa merayakan bahagian ini hanya berdua, kita akan merayakan rasa ba
"Honey apa kau sudah siap?" Teriak Celine dari lantai dasar.Dia dan Veronica sudah menunggunya di lantai dasar. Tak berapa lama kemudian, Zack terlihat keluar dari kamar sambil menarik sebuah koper."Itu dia suamimu sudah siap." Veronica menunjuk ke arah Zack."Astaga, kenapa kau lama sekali. Aku sudah menunggumu sedari tadi." Melihat istrinya yang kesal, Zack justru menggodanya."Apa kau sudah tidak sabar, Baby?" Pertanyaan Zack membuat Celine di hadapan Veronica."Honey! Bisa tidak kalau kau ...!" Veronica terkekeh karena tau apa yang menantunya rasakan."Sudah, lebih baik kita berangkat sekarang! Atau aku batalin saja?" Terang saja ancaman dari Celine membuat Zack takut. Mana mungkin dia membiarkan istrinya membatalkan rencana yang sudah dia susun lama."Baiklah, Nyonya muda, kita berangkat sekarang." Sambil memeluk istrinya, Zack mengajak Celine berjalan.Sementara Jony berlari menghampiri mereka untuk memb
"Morning Baby, kau sudah bangun? Lihat! Aku sudah siapkan sarapan untukmu."Saat Celine bangun dari tidurnya yang begitu lelap, dia melihat suaminya yang tengah sibuk menyiapkan sarapan yang di antarkan oleh pelayan hotel.Pria itu begitu segarnya, begitu bersemangat menyambut hari pagi di kota Swis ini. Bahkan Zack bangun lebih dulu tanpa membangunkan istrinya."Honey, astaga, maafkan aku. Aku tidak sempat menyiapkan sarapan untukmu." Wanita itu meloncat turun dari tempat tidur dan mendekap ke pelukan hangat suaminya."Tidak masalah. Sekali-kali biar aku yang melayani-mu, Nyonya muda." Zack berperan sebagai pelayan yang melayani majikannya. Hal itu membuat Celine semakin tidak mau melepaskan pelukannya.Mereka terlihat begitu bahagia, tertawa sambil bercanda tak mau lepas satu sama lain."Ok, duduk. Sekarang biarkan saya untuk mengoles roti ini dengan selai, atau kau mau roti sandwich ini, Nyonya muda? Semuanya sudah aku persiapkan."Plak!"Awh!"Zack pura-pura kesakitan saat Celine m
"Argh! aku takut, Honey aku takut." Celine menjerit saat membuka matanya ternyata meraka berada di tengah-tengah lautan lepas menaiki Jetsky yang sangat kencang."Jangan takut, Baby. Kau pegangan saja yang kuat!" Terpaksa Zack bicara cukup keras karena suaranya tersamarkan oleh hembusan angin.Celine semakin melingkarkan tangannya pada pinggang Zack dan menelungkupkan wajahnya kembali.Lama kelamaan dia mulai terasa nyaman setelah bisa mengimbangi suasana tengah laut.Pelan-pelan Celine mulai melepaskan tangannya dan mencoba merentangkan-nya sedikit demi sedikit.Zack tertawa menoleh ke belakang pada istrinya yang bersorai bahagia."Yey, Honey, aku sudah tidak takut lagi," ujarnya sambil tertawa lepas. Zack semakin meliuk-liukkan setirnya mengejar gulungan ombak yang menjulang tinggi.Cukup lama mereka berada di tengah laut perut Zack kini mulai terasa lapar."Baby, sudah? Apa kau sudah bosan?""Iya, Ho
"Aku akan beri mereka nama Eleana dan Evander, mereka cantik dan juga gagah seperti aku." Zack begitu bangganya."Eleana dan Evander? Em, nama yang bagus, aku suka dengan nama itu, Honey." Zack mengecup kening sang istri dengan begitu hikmatnya."Oh, iya kalian belum memberitahu berita bahagia ini pada Marcel dan juga Granella bukan? Biar Mama yang menelepon mereka." Veronica mengambil ponselnya dan menelepon kedua anaknya yang berada di seberang sana.Marcel memicingkan matanya saat melihat nama yang terpampang di layar ponselnya membuat Granella penasaran siapa yang meneleponnya."Siapa yang menelepon-mu, Kak?"Marcel menunjukan ponselnya pada Granella. Mereka berharap tidak ada hal buruk yang menimpa keluarganya di sana, Marcel segera menggeser tombol berwarna hijau hingga panggilan tersambung."Hai Mah, apa Mama baik-baik saja bukan?" Wajah Veronica terlihat di layar ponsel setelah saat melakukan vidio call."Aku baik-baik saja, kau tidak perlu mengkhawatirkan aku. Oh iya, Marcel,
Kandungan Celine yang semakin membesar membuat dia susah untuk melakukan aktifitas seperti biasanya. Di klaim oleh dokter kalau Celine memiliki bayi kembar di dalam rahimnya.Zack begitu senang setelah tau kalau calon anaknya kembar, satu pria dan satu wanita setelah mereka tau lewat USG yang di lakukan setiap kali periksa."Zack, lebih baik hari ini kau jangan dulu masuk ke kantor. Hari ini bukankah HPL istrimu, Celine? Aku tidak menyangka kalau Celine memilih melahirkan secara normal!" Veronica bergidik ngeri.Membayangkan wanita yang kesakitan hendak melahirkan normal, tapi itu jalan yang dipilih oleh menantunya.Sengaja Celine memilih persalinan normal supaya dia bisa tau bagaimana rasanya melahirkan secara spontan."Hem, seperti biasanya, Mah. Aku hanya sebentar untuk absen. Setelah itu, aku akan segera pulang. Mana mungkin aku melewatkan detik-detik yang paling berharga untuk'ku!"Wanita hamil itu masih di dalam kamarnya pa
"Gimana, kalian sudah siap? Kalau sudah kita berangkat sekarang?"Usai sarapan mereka bertiga keluar untuk jalan-jalan. Marcel sengaja membatalkan semua urusan kantornya demi adiknya mumpung Granella ada di kota itu.Kini saatnya untuk membuat dia senang."Siap, Kak. Aku udah siap! Kita berangkat sekarang!"Sekitar 15 menit lamanya, mereka di perjalanan, Marcel justru membawa mereka ke tempat yang tidak terduga, terutama oleh angel sendiri.Mereka ke sebuah taman di tengah-tengah kota. Pemandangan yang sangat indah serta wahana yang membuat mereka merasa tertantang ingin mencobanya, namun tidak untuk Angel."Astaga, kenapa kau membawaku kemari, Marcel? Memangnya nggak ada tempat lain untuk berlibur? Kita bisa ke Mall atau ke pantai?""Apa yang kau katakan, Kak? Di sini? Kak Angel kau lihat! Di sana ada wahana itu. Bagaimana kalau kita mencobanya?""Apa? Naik? Tidak, tidak, tidak! Aku tidak berani mencobanya."
"Oh iya, ada apa kau kemari?""Daddy menyuruhku untuk datang ke rumah. Dia bilang ada hal penting yang mau dibicarakan denganmu!""Hal penting? Hal penting apa?"Angel hanya mengangkat tangan dan bahunya yang menandakan kalau dia tidak tau."Ya sudah, nanti siang aku curi-curi waktu untuk datang ke rumahmu. Atau jangan-jangan kau sengaja menyuruh Daddy-mu agar aku datang ke sana." Marcel terkekeh. "Marcel!" "Sudah, aku mau pulang. Pokonya kau harus datang, Daddy menunggumu di rumah."Angel bangun dari duduknya untuk pulang namun Marcel kembali bicara."Kau yakin mau pulang? Memangnya kau tidak mau ikut dengan kami untuk jalan-jalan?"Dilewatkan juga sayang, akan tetapi rasanya malu jika mendadak dia mau ikut untuk jalan-jalan bersama kakak beradik itu."Jalan-jalan? Jalan-jalan kemana?""Ya kemana aja, ke bukit kayak kemaren?" Angel membelalakkan matanya malu di depan Granella.
Tok!Tok!"Marcel buka pintunya! Marcel, buka!"Granella berlari saat seseorang mengetuk pintu apartemen kakaknya.Pasalnya Marcel sendiri tengah berada di kamar mandi saat ini. Siapa yang berani datang sambil mengetuk pintu lumayan kencang."Iya, iya. Sebentar!"Begitu pintu di buka, "Iya, ada yang bisa saya bantu?" Angel mengerutkan alisnya saat melihat wanita lain di dalam apartemen Marcel.Entah mengapa perasaannya marah, dia mengira kalau Marcel dan wanita ini memiliki hubungan walau sebenarnya bukan urusan dia jika memang itu benar.Karena Angel sendiri hanya teman, bukan siapa-siapanya Marcel."Siapa kau? Kenapa kau berada di apartemen Marcel?" Granella tersenyum."Kau pasti Angel, bukan? Aku Granella, Adiknya Kak Marcel." Granella mengulurkan tangannya mengajak Angel salaman.Berapa malunya Angel yang setelah tau dialah Granella gadis yang sering mereka bicarakan.Nad
"Baby, aku berangkat dulu. Kamu baik-baik di rumah, jaga bayi kita dengan baik!""Kau hati-hati Honey, jangan pulang terlambat, atau aku akan merajuk?" ucap Celine pura-pura cemberut."Kau tidak perlu khawatir! Akan ku habiskan waktuku untuk kalian yang tersayang." Zack memeluk tubuh istrinya dengan sangat erat sambil menciumi pucuk kepalanya.Usai melakukan itu, dia pergi untuk bekerja setelah mengecup kening sang istri. Usia kandungan Celine yang semakin membesar membuat dia cepat lelah dan memerlukan banyak istirahat.Zack tak pernah lama di kantor setelah tau kalau istrinya hamil untuk yang kedua kalinya.Dia menjadi calon Daddy yang siaga, akan tetapi tuntutan pekerjaan membuat dia harus absen berangkat walau hanya beberapa jam saja di kantornya."Suamimu sudah berangkat?" tanya Veronica."Baru saja, Ibu. Hari ini Honey ada meeting dengan para stafnya, dia bilang ada rencana baru yang akan di buat oleh perusahaannya
"Astaga, kenapa aku sampai lupa untuk ke belakang! Ok, makasih Edward, aku ke belakang dulu!" Edward menunjukan toilet dengan tangannya.Dia beranjak lebih dulu kembali ke kamar poppy-nya bergabung bersama Marcel dan mommy-nya.Obrolan mereka serasa menyenangkan baginya, padahal biasanya Edward sendiri enggan untuk berkumpul."Betulkan, Edward. Kalau menurutmu bagaimana jika Poppy menanam saham di perusahaan milik Nona Granella. Jadi komunikasi kita bisa terus berlanjut."Edward menghela nafas kasar sebelum bicara, "Iya, itu ide yang bagus, Pih. Tapi apa Poppy yakin kalau Nona Granella bakal menerima tawaran itu?""Nanti kita tanyakan langsung pada Nona Granella." Tuan Mickey terlihat begitu bersemangat.Tak berapa lama kemudian, Granella keluar dari kamar mandi, tuan Mickey mengatakan niatnya itu pada gadis ini untuk mengajaknya kerja sama.Semula Granella tidak yakin dan mengira kalau tuan Mickey hanya bercanda.
"Ok, Nak. Kau di sini saja, biar aku yang menghubungi Kakak kamu itu.""Apa Uncle yakin?" Pasalnya Granella sendiri tidak yakin kalau tuan Mickey ini mengenal kakaknya. Begitu juga dengan Edward dan nyonya Amelie yang saling pandang dengan pikiran masing-masing."Kenapa tidak, tunggu!"Tuan Mickey mengambil ponselnya lalu menghubungi Marcel yang kini berada di kantornya."Halo, Tuan Mickey ada yang bisa saya bantu?" Suara Marcel dari sambungan telepon."Tuan muda Welyoston, bisa kan anda datang ke rumahku sekarang juga?" Granella membelalakkan matanya saat tuan Mickey menyebut nama tuan muda Welyoston. Itu artinya tuan Mickey memang mengenal kakaknya."Ada hal yang sangat penting yang harus ada ketahui sekarang juga!""Kalau boleh tau, apa hal penting itu, Tuan. Karena saya tidak punya banyak waktu untuk berleha-leha.""Oh, tentu ini sangat penting, Tuan." Tuan Mickey melirik pada Granella."D
"Em, Berlian, Louise tunggu!""Iya, Nona.""Sekarang kalian bebas untuk kemana aja, aku pun akan mencari dimana tempat tinggal Kakak'ku di sini, pulang nanti kita akan bertemu di hotel ini lagi."Kedua bawahannya itu seperti mendapatkan kesempatan emas untuk mengunjungi tempat-tempat indah di kota itu tanpa gangguan soal pekerjaan."Sungguh, Nona?""Iya, bersenang-senanglah kalian, selamat berlibur!"Berpisah dari hotel yang sama mereka berpencar ke tempat tujuan masing-masing.Granella beranjak ke kota lain untuk mencari keberadaan Marcel sekarang."Kak Marcel pasti terkejut kalau tau tiba-tiba aku ada di sini."Menaiki sebuah taksi Granella duduk di kursi belakang sambil memandang indahnya kota tersebut.Laju kendaraan terhenti saat lampu lalu lalu lintas menunjukan warna merah. Dari kejauhan tak sengaja Granella melihat seorang pria tua yang berdiri sambil memegangi kepalanya yang terasa sak