"Terima kasih untuk undangan makan malamnya, Tuan Jeno. Mungkin suatu saat nanti, aku yang akan mengundang Tuan Jeno dan keluarga untuk makan malam." Tuan Jeno dan istri mengantar Zack dan Celine sampai di depan rumahnya.
"Sama-sama, Tuan Zack. Atau mungkin nanti kita bisa berlibur bersama, ya mungkin ke suatu tempat?" Zack memicingkan matanya. Sepertinya ide dari Tuan Jeno ini benar. Selama menikah dengan Celine dia memang belum sempat untuk bulan madu."Ide yang bagus, Tuan. Kita akan bicarakan soal ini nanti. Kami permisi sekarang."Lagi-lagi Zack memicingkan matanya setelah sampai di rumah dan mendapati sebuah mobil berhenti di halaman istana. Dia bertanya-tanya. "Mobil siapa itu. Kenapa malam-malam seperti ini masih di rumahnya." Celine melirik sesaat pada suaminya yang pasti bicara dalam hati."Ehem!""Eh, Kak. Kalian sudah pulang?" Granella dan Alex spontan bangun dari duduknya saat Zack bersuara."Jangan karena aku merest"Baby, aku sudah selesai bicara dengan Tuan Dawson."Sementara saat Zack membuka pintu kamar terlihat gelap gulita, dia menyeringai kecil mengira kalau Celine sengaja memberikan kejutan untuknya."Oh, jadi kau lebih suka gelap seperti ini? Ok, aku pun suka. Apa kau sudah siap sekarang?" Namun tidak ada suara dari istrinya yang membuat Zack mengerutkan alisnya."Baby, apa kau mendengar aku bicara? Baby, halo." Karena penasaran Zack menyalakan lampu dan ternyata."Sial! Sial! Sial! Kau malah tidur sebelum aku masuk ke dalam, ck!"Zack naik ke atas tempat tidur dan meraba-raba tubuh istrinya."Baby come one, aku sudah tidak tahan lagi.""Hemm," gumam Celine sambil mengubah posisi tidurnya membelakangi Zack."Astaga, ya Tahun. Sampai kapan aku seperti ini!" Tanpa membersihkan diri terlebih dahulu Zack menutup sekujur tubuhnya dengan selimut tebal sebagai rasa kekesalannya.***"
"Selamat pagi, Tuan.""Hem," jawab Zack singkat saat satu persatu dari para staff yang berpapasan dengannya menyapa."Ah, Andrew tunggu!""Iya, Taun." Manager itu berhenti saat atasannya memanggil."Kumpulkan semua staff di ruang meeting, ada yang mau aku sampaikan sekarang.""Baik, Tuan." Sambil menunggu Andrew memanggil semua temannya, Zack masuk ke ruang kerjanya lebih dulu. Setelah memberi beberapa menit untuk mereka berkumpul.Dengan gagahnya kini Zack menghampiri mereka di ruang meeting."Selamat siang, siang semuanya.""Selamat siang. Tuan Zack.!"Kalian duduklah!" Semua staffnya menurut untuk duduk."Sengaja saya mengumpulkan Kalian di sini karena ada sesuatu yang mau saya bicarakan pada kalian."Dag Dig dug mereka saling pandang penasaran apa yang mau Zack katakan."Saya tau kalau kalian bekerja di sini dengan sangat maksimal, terima kasih untuk dedikasi kal
Rasanya malas sekali untuk mereka berdua bangun, padahal matahari sudah di atas ubun-ubun dan bersinar ke dalam dari balkon kamar.Tapi Zack ingin berlama-lama tidur dengan istrinya mengingat ini pertama kalinya mereka hanyut dalam keromantisan."Honey, kita bangun sekarang! Apa kau tidak ke kantor hari ini?""Hem, sudah aku bereskan dari kemaren, itu sebabnya aku lembar sampai malam. Dan sekarang aku mau berlama-lama di sini dengan istriku." Zack semakin mempererat pelukannya."Tapi Ibu pasti sudah menungguku di bawah. Lebih baik aku mandi dan temui Ibu sekarang.""Sudah biarkan saja. Di bawah masih ada Margot dan Delisa yang menemani Mama, kau di sini saja menemani aku.""Eh, mana bisa seperti itu. Tuan Zacly Welyoston, sebaiknya anda lepaskan saya sekarang, dan izinkan saya untuk mandi." Godaan istrinya itu membuat Zack semakin gemas."Argh!"Bukannya dia melepaskan, justru Zack kembali menindih tubuh sintal
"Margot, dimana Ibu, kenapa kau belum melihatnya hari ini?" pekik Celine sambil menuruni tangga istana.Biasanya pagi sekali dia menemui Veronica di meja makan, namun saat itu hari sudah siang, wanita tua itu sudah tidak ada di Maja makan."Nyonya besar ada di taman depan, Nyonya muda.""Oh baiklah, terima kasih." Celine segera menghampiri Veronica yang masih di taman halaman rumah.Veronica terlihat sedang berjongkok sambil memetik sesuatu dari tanaman-tanaman kesayangannya.Melihat kalau mertuanya itu baik-baik saja, Celine tersenyum tenang. "Syukurlah kau baik-baik saja, Ibu," gumamnya dalam hati." Perlahan dia menghampirinya."Ibu, sedang apa kau di sini?" Celine ikut berjongkok seperti apa yang di lakukan oleh Veronica."Celine kau sudah bangun? Aku sedang membuang parasit yang bisa mengganggu tanamanku.""Astaga, banyak sekali parasit di sini! Sepertinya Margot lupa membersihkannya.""Biar aku ba
"Kedatangan kami ke sini bermaksud untuk meminta putri anda yang bernama Granella untuk anak saya Alex."Sengaja mereka datang di saat Granella tidak ada di rumah karena, gadis itu pasti melarang jika Alex ingin mengatakan itu pada keluarganya.Entah mengapa Granella seperti takut kalau Alex akan melangkah ke jenjang yang lebih serius.Entah apa yang membuatnya takut. Mungkin restu dari orang tuanya yang membuat dia takut kalau saja Veronica dan Zack tidak merestui hubungan mereka.Veronica sedikit terkejut, pasalnya dia tidak mengetahui sebelumnya kalau putrinya memiliki hubungan dengan seorang pemuda."Memangnya berapa lama, Nak Alex berhubungan dengan putri saya, Granella?""Sudah cukup lama, Aunty. Sekitar satu tahun berjalan. Sudah lama pula saya ingin melakukan ini tapi dia selalu mencegahku. Aku ingin ngajak dia ke tahap yang lebih serius, Aunty."Veronica menilai kalau Alex adalah pemuda yang bertanggung jawab, karena dia berani datang untuk niatnya yang sungguh-sungguh."Tapi
"Baby, Tuan Jeno tadi meneleponku, dia memintaku untuk menemuinya sekarang,""Pergilah, Honey temui Tuan Jeno sekarang, jangan biarkan dia lama menunggumu!"Tubuh Zack yang terlalu tinggi membuat dia mendongak saat merapikan dasi suaminya."Selesai. Ya tuhan, suamiku tampan sekali. Aku bahagia memiliki suami sepertimu, Honey.""Dan istriku yang sangat cantik. Apalagi jika di atas ranjang, kau terlihat begitu sempurna."Plak! Zack terkekeh saat satu pukulan kecil mendarat di lengan kekarnya.Celine memanyunkan bibirnya karena merasa suaminya tak bisa lepas dari yang namanya bercinta."Itu saja yang kau pikirkan, ck!" gerutu Celine kesal."Loh, memangnya kenapa? Salahmu sendiri membuatku candu. Jadi jangan salahkan aku jika aku selalu menginginkan darimu, Baby.""Sudah sana! Tuan Jeno sudah menunggumu!" Wanita itu mendorong manja suaminya agar segera keluar dari kamarnya.Celine merasa mendapat p
"Kak Zack!" Jesica merasa tenang karena sekarang ada kakak iparnya yang akan melindungi dia."Sial! Lagi-lagi kau menggagalkan rencana ku! Hiiiaaaattt!"Plak!Plak!Bugh!Zack bersiap menangkis serangan dari meraka berdua. Satu lawan dua tak lantas membuatnya kesulitan. Dengan bela diri yang dia pelajari sedari kecil membuat Zack dengan mudahnya menghadapi dua cecenguk itu. Hanya dengan sekali hempasan darinya, kedua orang itu terkapar di atas tanah."Siapa kau? Mengaku atau aku paksa kau buka topeng kamu itu!"Namun Zack masih penasaran siapa wajah di balik slukup itu. Dia mendekat dan coba meraih penutup wajah itu namun meraka mempertahankan hingga terjadi tarik menarik."Tidak segampang itu kau melakukan ini padaku!""Hhiiiiaaattt!"Bugh!Tendangan yang belum Zack siap sebelumnya membuat dia terhuyung ke belakang.Perutnya terasa sakit saat hentakan Ki itu menghantam ulu ha
"Celine." Betapa bahagianya Raka saat Celine datang menemuinya saat dia berkumpul dengan teman-temannya di sebuah toko.Laki-laki yang tampak sedang minum minuman bersoda seketika berdiri saat wanita itu kini di hadapannya."Celine kau datang menemui-ku?"Plak!Tamparan yang begitu menjadi jawaban dari Celine, atas rasa kecewanya terhadap laki-laki yang sempat dia tunggu cintanya bertahun-tahun."Memalukan! Kenapa kau tega melakukan itu pada Jesica? Kau tau Jesica itu siapa?""Celine aku bisa jelasin semuanya!""Tak perlu! Aku kecewa padamu, Raka! Aku tak menyangka kau serendah itu mempermainkan wanita! Aku minta padamu, tolong jangan ganggu kehidupanku lagi" Celine melangkah untuk pergi, namun Raka sigap menarik tangannya."Celine tunggu! Kau harus mendengar dulu apa alasanku!""Lepas!" Sekuat mungkin genggaman tangan itu Celine tepis."Aku melakukan ini karena aku cemburu! Aku sayang padamu,
"Aku akan beri mereka nama Eleana dan Evander, mereka cantik dan juga gagah seperti aku." Zack begitu bangganya."Eleana dan Evander? Em, nama yang bagus, aku suka dengan nama itu, Honey." Zack mengecup kening sang istri dengan begitu hikmatnya."Oh, iya kalian belum memberitahu berita bahagia ini pada Marcel dan juga Granella bukan? Biar Mama yang menelepon mereka." Veronica mengambil ponselnya dan menelepon kedua anaknya yang berada di seberang sana.Marcel memicingkan matanya saat melihat nama yang terpampang di layar ponselnya membuat Granella penasaran siapa yang meneleponnya."Siapa yang menelepon-mu, Kak?"Marcel menunjukan ponselnya pada Granella. Mereka berharap tidak ada hal buruk yang menimpa keluarganya di sana, Marcel segera menggeser tombol berwarna hijau hingga panggilan tersambung."Hai Mah, apa Mama baik-baik saja bukan?" Wajah Veronica terlihat di layar ponsel setelah saat melakukan vidio call."Aku baik-baik saja, kau tidak perlu mengkhawatirkan aku. Oh iya, Marcel,
Kandungan Celine yang semakin membesar membuat dia susah untuk melakukan aktifitas seperti biasanya. Di klaim oleh dokter kalau Celine memiliki bayi kembar di dalam rahimnya.Zack begitu senang setelah tau kalau calon anaknya kembar, satu pria dan satu wanita setelah mereka tau lewat USG yang di lakukan setiap kali periksa."Zack, lebih baik hari ini kau jangan dulu masuk ke kantor. Hari ini bukankah HPL istrimu, Celine? Aku tidak menyangka kalau Celine memilih melahirkan secara normal!" Veronica bergidik ngeri.Membayangkan wanita yang kesakitan hendak melahirkan normal, tapi itu jalan yang dipilih oleh menantunya.Sengaja Celine memilih persalinan normal supaya dia bisa tau bagaimana rasanya melahirkan secara spontan."Hem, seperti biasanya, Mah. Aku hanya sebentar untuk absen. Setelah itu, aku akan segera pulang. Mana mungkin aku melewatkan detik-detik yang paling berharga untuk'ku!"Wanita hamil itu masih di dalam kamarnya pa
"Gimana, kalian sudah siap? Kalau sudah kita berangkat sekarang?"Usai sarapan mereka bertiga keluar untuk jalan-jalan. Marcel sengaja membatalkan semua urusan kantornya demi adiknya mumpung Granella ada di kota itu.Kini saatnya untuk membuat dia senang."Siap, Kak. Aku udah siap! Kita berangkat sekarang!"Sekitar 15 menit lamanya, mereka di perjalanan, Marcel justru membawa mereka ke tempat yang tidak terduga, terutama oleh angel sendiri.Mereka ke sebuah taman di tengah-tengah kota. Pemandangan yang sangat indah serta wahana yang membuat mereka merasa tertantang ingin mencobanya, namun tidak untuk Angel."Astaga, kenapa kau membawaku kemari, Marcel? Memangnya nggak ada tempat lain untuk berlibur? Kita bisa ke Mall atau ke pantai?""Apa yang kau katakan, Kak? Di sini? Kak Angel kau lihat! Di sana ada wahana itu. Bagaimana kalau kita mencobanya?""Apa? Naik? Tidak, tidak, tidak! Aku tidak berani mencobanya."
"Oh iya, ada apa kau kemari?""Daddy menyuruhku untuk datang ke rumah. Dia bilang ada hal penting yang mau dibicarakan denganmu!""Hal penting? Hal penting apa?"Angel hanya mengangkat tangan dan bahunya yang menandakan kalau dia tidak tau."Ya sudah, nanti siang aku curi-curi waktu untuk datang ke rumahmu. Atau jangan-jangan kau sengaja menyuruh Daddy-mu agar aku datang ke sana." Marcel terkekeh. "Marcel!" "Sudah, aku mau pulang. Pokonya kau harus datang, Daddy menunggumu di rumah."Angel bangun dari duduknya untuk pulang namun Marcel kembali bicara."Kau yakin mau pulang? Memangnya kau tidak mau ikut dengan kami untuk jalan-jalan?"Dilewatkan juga sayang, akan tetapi rasanya malu jika mendadak dia mau ikut untuk jalan-jalan bersama kakak beradik itu."Jalan-jalan? Jalan-jalan kemana?""Ya kemana aja, ke bukit kayak kemaren?" Angel membelalakkan matanya malu di depan Granella.
Tok!Tok!"Marcel buka pintunya! Marcel, buka!"Granella berlari saat seseorang mengetuk pintu apartemen kakaknya.Pasalnya Marcel sendiri tengah berada di kamar mandi saat ini. Siapa yang berani datang sambil mengetuk pintu lumayan kencang."Iya, iya. Sebentar!"Begitu pintu di buka, "Iya, ada yang bisa saya bantu?" Angel mengerutkan alisnya saat melihat wanita lain di dalam apartemen Marcel.Entah mengapa perasaannya marah, dia mengira kalau Marcel dan wanita ini memiliki hubungan walau sebenarnya bukan urusan dia jika memang itu benar.Karena Angel sendiri hanya teman, bukan siapa-siapanya Marcel."Siapa kau? Kenapa kau berada di apartemen Marcel?" Granella tersenyum."Kau pasti Angel, bukan? Aku Granella, Adiknya Kak Marcel." Granella mengulurkan tangannya mengajak Angel salaman.Berapa malunya Angel yang setelah tau dialah Granella gadis yang sering mereka bicarakan.Nad
"Baby, aku berangkat dulu. Kamu baik-baik di rumah, jaga bayi kita dengan baik!""Kau hati-hati Honey, jangan pulang terlambat, atau aku akan merajuk?" ucap Celine pura-pura cemberut."Kau tidak perlu khawatir! Akan ku habiskan waktuku untuk kalian yang tersayang." Zack memeluk tubuh istrinya dengan sangat erat sambil menciumi pucuk kepalanya.Usai melakukan itu, dia pergi untuk bekerja setelah mengecup kening sang istri. Usia kandungan Celine yang semakin membesar membuat dia cepat lelah dan memerlukan banyak istirahat.Zack tak pernah lama di kantor setelah tau kalau istrinya hamil untuk yang kedua kalinya.Dia menjadi calon Daddy yang siaga, akan tetapi tuntutan pekerjaan membuat dia harus absen berangkat walau hanya beberapa jam saja di kantornya."Suamimu sudah berangkat?" tanya Veronica."Baru saja, Ibu. Hari ini Honey ada meeting dengan para stafnya, dia bilang ada rencana baru yang akan di buat oleh perusahaannya
"Astaga, kenapa aku sampai lupa untuk ke belakang! Ok, makasih Edward, aku ke belakang dulu!" Edward menunjukan toilet dengan tangannya.Dia beranjak lebih dulu kembali ke kamar poppy-nya bergabung bersama Marcel dan mommy-nya.Obrolan mereka serasa menyenangkan baginya, padahal biasanya Edward sendiri enggan untuk berkumpul."Betulkan, Edward. Kalau menurutmu bagaimana jika Poppy menanam saham di perusahaan milik Nona Granella. Jadi komunikasi kita bisa terus berlanjut."Edward menghela nafas kasar sebelum bicara, "Iya, itu ide yang bagus, Pih. Tapi apa Poppy yakin kalau Nona Granella bakal menerima tawaran itu?""Nanti kita tanyakan langsung pada Nona Granella." Tuan Mickey terlihat begitu bersemangat.Tak berapa lama kemudian, Granella keluar dari kamar mandi, tuan Mickey mengatakan niatnya itu pada gadis ini untuk mengajaknya kerja sama.Semula Granella tidak yakin dan mengira kalau tuan Mickey hanya bercanda.
"Ok, Nak. Kau di sini saja, biar aku yang menghubungi Kakak kamu itu.""Apa Uncle yakin?" Pasalnya Granella sendiri tidak yakin kalau tuan Mickey ini mengenal kakaknya. Begitu juga dengan Edward dan nyonya Amelie yang saling pandang dengan pikiran masing-masing."Kenapa tidak, tunggu!"Tuan Mickey mengambil ponselnya lalu menghubungi Marcel yang kini berada di kantornya."Halo, Tuan Mickey ada yang bisa saya bantu?" Suara Marcel dari sambungan telepon."Tuan muda Welyoston, bisa kan anda datang ke rumahku sekarang juga?" Granella membelalakkan matanya saat tuan Mickey menyebut nama tuan muda Welyoston. Itu artinya tuan Mickey memang mengenal kakaknya."Ada hal yang sangat penting yang harus ada ketahui sekarang juga!""Kalau boleh tau, apa hal penting itu, Tuan. Karena saya tidak punya banyak waktu untuk berleha-leha.""Oh, tentu ini sangat penting, Tuan." Tuan Mickey melirik pada Granella."D
"Em, Berlian, Louise tunggu!""Iya, Nona.""Sekarang kalian bebas untuk kemana aja, aku pun akan mencari dimana tempat tinggal Kakak'ku di sini, pulang nanti kita akan bertemu di hotel ini lagi."Kedua bawahannya itu seperti mendapatkan kesempatan emas untuk mengunjungi tempat-tempat indah di kota itu tanpa gangguan soal pekerjaan."Sungguh, Nona?""Iya, bersenang-senanglah kalian, selamat berlibur!"Berpisah dari hotel yang sama mereka berpencar ke tempat tujuan masing-masing.Granella beranjak ke kota lain untuk mencari keberadaan Marcel sekarang."Kak Marcel pasti terkejut kalau tau tiba-tiba aku ada di sini."Menaiki sebuah taksi Granella duduk di kursi belakang sambil memandang indahnya kota tersebut.Laju kendaraan terhenti saat lampu lalu lalu lintas menunjukan warna merah. Dari kejauhan tak sengaja Granella melihat seorang pria tua yang berdiri sambil memegangi kepalanya yang terasa sak