"Dari mana saja kau? Kau pasti pergi dengan selingkuhanmu itu kan? Jawab?" Zack terus saja menuduh tanpa alasan. Kata-katanya penuh dengan penekanan.
Yang dia pikirkan adalah Celine pergi bersama Leo tanpa mengingat kalau sekarang dia sibuk menemani mamanya di rumah sakit."Ti-Tidak Tuan, saya baru saja pulang dari rumah sakit. Lebih baik Tuan istirahat sekarang""Rumah sakita?" Zack terlihat berfikir."Iya, rumah sakit, Tuan. Saya baru saja menemani Ibu di sana."Sepertinya saat ini alasan Celine bisa di terima olehnya, dia merebahkan tubuhnya kembali. Kini Celine dapat bernafas dengan lega.Zack terbangun di tengah malam di saat dirinya sudah sadar dari mabuk. Dia mendapati pakaiannya yang sudah terganti dan melihat Celine yang tidur di sofa. Perlahan dia turun dari tempat tidur.***"Mah, kapan Mama sembuh. Kapan Mama sadar! Aku sudah bosan melihat kondisi Mama yang hanya diam seperti inDi dalam mobil tidak banyak pembicaraan dari mereka, keduanya terlihat mencari kesibukan masing-masing.Zack terlihat fokus menyetir ke depan, sedang Celine sendiri ragu untuk bicara."Tu-Tuan tolong kali ini jangan turunkan aku di tengah jalan. Hari ini aku sudah sangat terlambat." Tidak ada jawaban dari Zack sampai di kampus. Celine turun, begitu pula dengan Zack yang ikut turun ingin melihat bagaimana hasil usaha istrinya.Banyak mahasiswa mengerubungi majalah dinding dimana hasil pengumuman itu di tempelkan."Permisi, apa kau bisa memberiku sedikit waktu." Tetap saja meraka tak mau menyingkir.Dengan tubuhnya yang tinggi membuat Zack melihat lebih dulu hasil itu sebelum Celine sendiri melihatnya.Ingin rasanya dia tersenyum, bahkan tertawa sambil memeluk istrinya, hanya saja dia tahan Karana masih di lingkungan kampus."Mata Celine spontan berkaca-kaca saat melihat hasil di mana dia menjadi lulusan terbaik dengan nil
"Tidak masalah, Tuan. Hal seperti ini sudah biasa bagi orang yang baru sembuh dari komanya. Kita lihat satu atau dua jam ke depan Nyonya Veronica sudah bisa membuka matanya dengan baik."Mereka bernafas dengan lega untuk yang kedua kalinya."Syukurlah kalau begitu, Dok. Terima kasih."Marcel yang menjauh dari mereka dan terlihat menghubungi seseorang. Tak berapa lama kemudian terdengar Veronica kembali memanggil Celine, bukan anak-anaknya yang dia panggil melainkan menantunya."Celine, kau dimana, Nak?""Ibu?" ucapnya memastikan apakah itu benar-benar suara Veronica yang terdengar?Celine segera masuk kembali ke ruang rawat itu."Ibu, syukurlah kau sudah sadar! Kami sempat cemas memikirkan-mu, Bu.""Aku tidak apa-apa, Nak." Veronica berusaha untuk duduk, namun Celine mencegahnya."Eh, Ibu mau apa? Biar aku yang melakukan?" Rupanya koma satu bulan membuat dia merasa haus. Tenggorokannya terasa kering bah
"Raka. Apa betul itu kamu, Raka?""Iya ini aku, Sayang. Ini aku Raka."Ingin rasanya Celine memeluk laki-laki yang selama ini dia rindukan, tetapi uluran tangannya mendadak terhenti kala mengingat dirinya yang sudah tidak sendiri lagi."Sedang apa kau di sini? Bagaimana kalau kau sakit nanti?" Celine masih menggeleng tak percaya."Untuk apa kau kembali? Kenapa kau selama ini, hah?""Celine maafkan aku! Aku tidak bermaksud untuk meninggalkanmu." Raka berusaha menyentuh gadis pujaan hatinya, tapi Celine selalu saja menepis."Aku sibuk! Dan aku tidak punya waktu untuk menghubungimu!" Mereka terpaksa bicara cukup keras karena suara meraka tersamarkan dengan bunyi hujan yang begitu deras.Celine tersenyum pilu saat mendengar kalau Raka terlalu sibuk. Sesibuk apa sampai dia tidak bisa menghubungi walau hanya sekedar membalas chat-nya."Celine, aku mohon maafkan aku! Aku kembali hanya untuk dirimu!""Lepas! J
Hacim!Hacim!Tubuh Celine menggigil di pagi hari padahal matahari sudan menyinari dan membuat silau matanya.Hidungnya terasa tersumbat Celine terus saja bersin-bersin. Dia tersadar kalau tempat tidurnya sudah berubah, padahal semalam dia tidur di sofa seperti biasanya. Tapi sekarang posisinya kini di atas tempat tidur.Setelah dia melihat ke arah sofa, ternyata Zack yang menggantikan posisinya tidur di sofa."Tuan, kapan Tuan Zack pulang dari rumah sakit?" gumamnya dalam hati.Walau tak enak badan dia paksakan untuk bangun mengingat hari ini adalah hari kelulusan dia di kampus.Pihak sekolah sudah menyiapkan panggung kecil untuk mahasiswanya yang lulus."Astaga, badanku ini rasanya sakit semua." Celine mengulet sebelum masuk ke kamar mandi.Usai beberes dia turun ke lantai dasar untuk sarapan, namun pagi itu dia tidak berselera, Celine hanya menyambar segelas susu hangat yang sudah di siapkan oleh Del
"Sayang, astaga aku mencari-mu kemana-mana, ternyata kau ada di sini." "Raka," gumam Celine lirih. Wajahnya semakin memucat saat melihat wajah Zack yang terlihat bengis."Apa kau bilang? Kau memanggilnya dengan sebutan apa?" "Hei, siapa kau! Kenapa? Aku memanggil Celine dengan sebutan Sayang, apa ada yang salah?"Tap!"Argh!" Celine berteriak saat Zack seketika mendorong Raka hingga terhuyung ke belakang."Hei, siapa anda? Kenapa anda terlihat tidak terima kalau aku memanggilnya dengan sebutan Sa ...""Berani kau mengucapkannya sekali lagi! Akan ku pastikan pulang nanti kau ...""Argh! sudah, Tuan lebih baik kita pergi dari sini." Karena Celine tau apa yang Zack katakan itu akan benar-benar terjadi sama seperti Bagas kemaren.Sebelum Zack meneruskan kata-katanya, dia segera mencegahnya namun Raka kembali bersuara."Tuan, Sayang kenapa kau memanggilnya dengan sebutan, Tuan. Memangnya dia siap
Uhuk!Uhuk!Kini masuk angin Celine merambah menjadi batuk. Dia membuka matanya sambil terbatuk yang membuatnya spontan duduk.Melihat kondisi istrinya yang sakit, Zack segera mengambil segelas air hangat dari dispenser."Minum ini, dan minum juga obatnya." Walau cara bicaranya masih ada penekanan, Zack berusaha baik pada istrinya."Terima kasih, Tuan."Rasanya tidak mungkin jika dia menanyakan tentang kejadian kemaren pada Celine sekarang. Dari pada membuat Zack kembali geram, dia segera keluar untuk menghindari."Apa istrimu sudah bangun, Zack?" tanya Veronica, namun Zack hanya mengangguk.Penasaran dengan masalah kemaren, Veronica mendatangi Celine di dalam kamarnya.Tok!Tok!"Eh, Ibu. Silahkan masuk, Bu.""Bagaimana kondisimu, Nak. Apa sudah agak membaik?" "Sudah lebih lebih baik dari pada kemaren, Bu.""Syukurlah kalau begitu. Zack nampaknya sangat cem
"Apa, Kak Raka kembali? Lalu bagaimana dengan Kak Zack. Apa dia mengetahui hal ini, Kak?" Celine menggeleng.Jesica yang sudah mengenal Raka sebelumnya ikut terkejut saat Celine mengatakan kalau kekasihnya itu kembali.Sudah bisa di bayangkan seandainya Zack tau siapa laki-laki itu, tentu dia tidak akan tinggal diam."Astaga, Kak. Lalu bagaimana jika Kak Zack! Aku tak bisa membayangkan kalau dia akan marah pada Kakak.""Aku pun bingung, Jes. Kakak tidak tau apa yang musti Kakak lakukan."Lamanya mereka mengobrol Jesica pamit untuk pulang. Zack menyuruh Jony untuk mengantar adik iparnya sampai di rumah."Pastikan dia pulang dengan selamat, Jony.""Siap, Tuan," jawab anak buah itu singkat.Bosan di luar dia masuk ke dalam dan mendapati Marcel sedang mengemasi barangnya dengan Veronica.Rasanya Zack enggan untuk menanyakan kalau Veronica tidak menyapanya lebih dulu."Zack, apa kamu tidak ke kantor
"Celine, kau mau kemana? Pagi ini kau terlihat cantik sekali.""Aku mau mendatangi acara kelulusan sekolah Adik'ku Jesica, Bu. Dan aku sudah minta izin pada Tuan, kemaren?""Oh, ya sudah. Kalau begitu kau hati-hati di jalan.""Kalau begitu aku pergi sekarang." Usai mencium pipi mertuanya, Celine bergegas untuk pergi.Tak lama setelah kepergiannya, Zack turun dengan pakaian formal sambil menenteng tas kerjanya."Pagi Mah.""Pagi Zack, hari ini kau ke kantor?" "Iya, ada beberapa meeting yang harus aku hadiri hari ini."Veronica senang putranya mulai aktif kembali di kantor, sementara Jony sudah menunggu majikannya di luar."Aku pergi sekarang, Mama jangan lupa minum obatnya! Aku tidak mau jika Mama sakit kembali!""Kau tidak perlu menghawatirkan soal itu, Zack. Pergilah."Pada kenyataannya di kantor Zack tidak bisa fokus dengan pekerjaannya, dia masih saja membayangkan kejadian kemaren
"Aku akan beri mereka nama Eleana dan Evander, mereka cantik dan juga gagah seperti aku." Zack begitu bangganya."Eleana dan Evander? Em, nama yang bagus, aku suka dengan nama itu, Honey." Zack mengecup kening sang istri dengan begitu hikmatnya."Oh, iya kalian belum memberitahu berita bahagia ini pada Marcel dan juga Granella bukan? Biar Mama yang menelepon mereka." Veronica mengambil ponselnya dan menelepon kedua anaknya yang berada di seberang sana.Marcel memicingkan matanya saat melihat nama yang terpampang di layar ponselnya membuat Granella penasaran siapa yang meneleponnya."Siapa yang menelepon-mu, Kak?"Marcel menunjukan ponselnya pada Granella. Mereka berharap tidak ada hal buruk yang menimpa keluarganya di sana, Marcel segera menggeser tombol berwarna hijau hingga panggilan tersambung."Hai Mah, apa Mama baik-baik saja bukan?" Wajah Veronica terlihat di layar ponsel setelah saat melakukan vidio call."Aku baik-baik saja, kau tidak perlu mengkhawatirkan aku. Oh iya, Marcel,
Kandungan Celine yang semakin membesar membuat dia susah untuk melakukan aktifitas seperti biasanya. Di klaim oleh dokter kalau Celine memiliki bayi kembar di dalam rahimnya.Zack begitu senang setelah tau kalau calon anaknya kembar, satu pria dan satu wanita setelah mereka tau lewat USG yang di lakukan setiap kali periksa."Zack, lebih baik hari ini kau jangan dulu masuk ke kantor. Hari ini bukankah HPL istrimu, Celine? Aku tidak menyangka kalau Celine memilih melahirkan secara normal!" Veronica bergidik ngeri.Membayangkan wanita yang kesakitan hendak melahirkan normal, tapi itu jalan yang dipilih oleh menantunya.Sengaja Celine memilih persalinan normal supaya dia bisa tau bagaimana rasanya melahirkan secara spontan."Hem, seperti biasanya, Mah. Aku hanya sebentar untuk absen. Setelah itu, aku akan segera pulang. Mana mungkin aku melewatkan detik-detik yang paling berharga untuk'ku!"Wanita hamil itu masih di dalam kamarnya pa
"Gimana, kalian sudah siap? Kalau sudah kita berangkat sekarang?"Usai sarapan mereka bertiga keluar untuk jalan-jalan. Marcel sengaja membatalkan semua urusan kantornya demi adiknya mumpung Granella ada di kota itu.Kini saatnya untuk membuat dia senang."Siap, Kak. Aku udah siap! Kita berangkat sekarang!"Sekitar 15 menit lamanya, mereka di perjalanan, Marcel justru membawa mereka ke tempat yang tidak terduga, terutama oleh angel sendiri.Mereka ke sebuah taman di tengah-tengah kota. Pemandangan yang sangat indah serta wahana yang membuat mereka merasa tertantang ingin mencobanya, namun tidak untuk Angel."Astaga, kenapa kau membawaku kemari, Marcel? Memangnya nggak ada tempat lain untuk berlibur? Kita bisa ke Mall atau ke pantai?""Apa yang kau katakan, Kak? Di sini? Kak Angel kau lihat! Di sana ada wahana itu. Bagaimana kalau kita mencobanya?""Apa? Naik? Tidak, tidak, tidak! Aku tidak berani mencobanya."
"Oh iya, ada apa kau kemari?""Daddy menyuruhku untuk datang ke rumah. Dia bilang ada hal penting yang mau dibicarakan denganmu!""Hal penting? Hal penting apa?"Angel hanya mengangkat tangan dan bahunya yang menandakan kalau dia tidak tau."Ya sudah, nanti siang aku curi-curi waktu untuk datang ke rumahmu. Atau jangan-jangan kau sengaja menyuruh Daddy-mu agar aku datang ke sana." Marcel terkekeh. "Marcel!" "Sudah, aku mau pulang. Pokonya kau harus datang, Daddy menunggumu di rumah."Angel bangun dari duduknya untuk pulang namun Marcel kembali bicara."Kau yakin mau pulang? Memangnya kau tidak mau ikut dengan kami untuk jalan-jalan?"Dilewatkan juga sayang, akan tetapi rasanya malu jika mendadak dia mau ikut untuk jalan-jalan bersama kakak beradik itu."Jalan-jalan? Jalan-jalan kemana?""Ya kemana aja, ke bukit kayak kemaren?" Angel membelalakkan matanya malu di depan Granella.
Tok!Tok!"Marcel buka pintunya! Marcel, buka!"Granella berlari saat seseorang mengetuk pintu apartemen kakaknya.Pasalnya Marcel sendiri tengah berada di kamar mandi saat ini. Siapa yang berani datang sambil mengetuk pintu lumayan kencang."Iya, iya. Sebentar!"Begitu pintu di buka, "Iya, ada yang bisa saya bantu?" Angel mengerutkan alisnya saat melihat wanita lain di dalam apartemen Marcel.Entah mengapa perasaannya marah, dia mengira kalau Marcel dan wanita ini memiliki hubungan walau sebenarnya bukan urusan dia jika memang itu benar.Karena Angel sendiri hanya teman, bukan siapa-siapanya Marcel."Siapa kau? Kenapa kau berada di apartemen Marcel?" Granella tersenyum."Kau pasti Angel, bukan? Aku Granella, Adiknya Kak Marcel." Granella mengulurkan tangannya mengajak Angel salaman.Berapa malunya Angel yang setelah tau dialah Granella gadis yang sering mereka bicarakan.Nad
"Baby, aku berangkat dulu. Kamu baik-baik di rumah, jaga bayi kita dengan baik!""Kau hati-hati Honey, jangan pulang terlambat, atau aku akan merajuk?" ucap Celine pura-pura cemberut."Kau tidak perlu khawatir! Akan ku habiskan waktuku untuk kalian yang tersayang." Zack memeluk tubuh istrinya dengan sangat erat sambil menciumi pucuk kepalanya.Usai melakukan itu, dia pergi untuk bekerja setelah mengecup kening sang istri. Usia kandungan Celine yang semakin membesar membuat dia cepat lelah dan memerlukan banyak istirahat.Zack tak pernah lama di kantor setelah tau kalau istrinya hamil untuk yang kedua kalinya.Dia menjadi calon Daddy yang siaga, akan tetapi tuntutan pekerjaan membuat dia harus absen berangkat walau hanya beberapa jam saja di kantornya."Suamimu sudah berangkat?" tanya Veronica."Baru saja, Ibu. Hari ini Honey ada meeting dengan para stafnya, dia bilang ada rencana baru yang akan di buat oleh perusahaannya
"Astaga, kenapa aku sampai lupa untuk ke belakang! Ok, makasih Edward, aku ke belakang dulu!" Edward menunjukan toilet dengan tangannya.Dia beranjak lebih dulu kembali ke kamar poppy-nya bergabung bersama Marcel dan mommy-nya.Obrolan mereka serasa menyenangkan baginya, padahal biasanya Edward sendiri enggan untuk berkumpul."Betulkan, Edward. Kalau menurutmu bagaimana jika Poppy menanam saham di perusahaan milik Nona Granella. Jadi komunikasi kita bisa terus berlanjut."Edward menghela nafas kasar sebelum bicara, "Iya, itu ide yang bagus, Pih. Tapi apa Poppy yakin kalau Nona Granella bakal menerima tawaran itu?""Nanti kita tanyakan langsung pada Nona Granella." Tuan Mickey terlihat begitu bersemangat.Tak berapa lama kemudian, Granella keluar dari kamar mandi, tuan Mickey mengatakan niatnya itu pada gadis ini untuk mengajaknya kerja sama.Semula Granella tidak yakin dan mengira kalau tuan Mickey hanya bercanda.
"Ok, Nak. Kau di sini saja, biar aku yang menghubungi Kakak kamu itu.""Apa Uncle yakin?" Pasalnya Granella sendiri tidak yakin kalau tuan Mickey ini mengenal kakaknya. Begitu juga dengan Edward dan nyonya Amelie yang saling pandang dengan pikiran masing-masing."Kenapa tidak, tunggu!"Tuan Mickey mengambil ponselnya lalu menghubungi Marcel yang kini berada di kantornya."Halo, Tuan Mickey ada yang bisa saya bantu?" Suara Marcel dari sambungan telepon."Tuan muda Welyoston, bisa kan anda datang ke rumahku sekarang juga?" Granella membelalakkan matanya saat tuan Mickey menyebut nama tuan muda Welyoston. Itu artinya tuan Mickey memang mengenal kakaknya."Ada hal yang sangat penting yang harus ada ketahui sekarang juga!""Kalau boleh tau, apa hal penting itu, Tuan. Karena saya tidak punya banyak waktu untuk berleha-leha.""Oh, tentu ini sangat penting, Tuan." Tuan Mickey melirik pada Granella."D
"Em, Berlian, Louise tunggu!""Iya, Nona.""Sekarang kalian bebas untuk kemana aja, aku pun akan mencari dimana tempat tinggal Kakak'ku di sini, pulang nanti kita akan bertemu di hotel ini lagi."Kedua bawahannya itu seperti mendapatkan kesempatan emas untuk mengunjungi tempat-tempat indah di kota itu tanpa gangguan soal pekerjaan."Sungguh, Nona?""Iya, bersenang-senanglah kalian, selamat berlibur!"Berpisah dari hotel yang sama mereka berpencar ke tempat tujuan masing-masing.Granella beranjak ke kota lain untuk mencari keberadaan Marcel sekarang."Kak Marcel pasti terkejut kalau tau tiba-tiba aku ada di sini."Menaiki sebuah taksi Granella duduk di kursi belakang sambil memandang indahnya kota tersebut.Laju kendaraan terhenti saat lampu lalu lalu lintas menunjukan warna merah. Dari kejauhan tak sengaja Granella melihat seorang pria tua yang berdiri sambil memegangi kepalanya yang terasa sak