"Ok, aku ke sana sekarang!"
Zack yang semula di kantor secepatnya mengemasi pekerjaan di meja kerjanya saat seseorang menelepon.Dia bergegas pergi ke tempat yang di katakan lewat sambungan telepon itu."Itu akibatnya kalau berurusan denganku!" gumamnya sambil menyetir mobil."Nah ini dia, orangnya datang." Sambut Diego saat Zack tiba di tempat tongkrongan mereka.Zack yang masih mengenakan setelan jas formal datang untuk membayar hasil kerja mereka."Mana bayaran kita? Kita sudah melakukan tugas yang kamu mau!""Mana buktinya?" Diego menyerahkan foto-foto di ponselnya pada Zack.Dengan saksama Zack melihat foto tersebut namun wajahnya berubah bengis seketika saat melihat siapa korban mereka."Bodoh!"Prak!Semua teman-temannya terperangah saat Zack berteriak sambil membanting ponsel milik Diego hingga pecah berkeping-keping."Salah orang, tolol! Bukan orang ini target sasaran"Hei Sisilia, sekarang kamu senang yah punya menantu kaya raya!" Tetangga nyinyir dengan Sisilia yang pulang membawa banyak barang belanjaan."Oh, tentu dong! Putriku sekarang jadi istri konglomerat! Kalian tau berapa total uang yang mereka kirim setiap bulan?"Mereka menggeleng."50 juta! Iya 50 juta. Bisa kalian bayangkan gimana banyaknya uangku sekarang?"Mereka mengerucutkan bibirnya mendengar ucapan Sisilia yang begitu sombong.Dengan centilnya Sisilia masuk ke dalam rumah yang kini semakin bagus. Semenjak menikah dengan Celine, Zack selalu mengirimkan uang setiap bulan ke rekening milik Sisilia yang tentu totalnya tidak sedikit.Statusnya kini yang sebagai janda muda membuat sifat remajanya mulai muncul. Tak sungkan dia menghabiskan uang tersebut dalam sekejap hanya untuk membeli barang-barang yang Sisilia inginkan.Dari kejauhan, Jesica yang mulai dewasa hanya menggeleng melihat tingkah ibunya itu.Dia me
"Maaf Pak, kartu kredit anda terblokir!""Apa? Terblokir?""Benar, Pak! Bapak bisa lihat sendiri kalau pembayaran ini di tolak."Karena haus di perjalanan, Zack berlari ke sebuah toko untuk membeli minuman. Dia mengambil sebuah minuman dingin di dalam soft case dengan beberapa makanan kecil untuk bekal di dalam mobil dan menyerahkannya pada kasir yang jaga."Totalnya 200 ribu, Pak!" ucap si kasir sambil tangannya menjumlah di papan ketik komputer.Zack memberikan sebuah kartu kredit untuk membayar barang belanjaannya.Namun dia terkejut saat kasir mengatakan..Dan benar saja, beberapa kali Zack melihat jumlah hasil ketikan si kasir memang selalu di tolak."Siapa yang melakukan ini! Aku tau, ini pasti ulah Mama!" Terpaksa dia membayarnya secara cas, padahal uang di dompetnya tidak banyak.Karena Zack memang lebih suka membawa kartu kredit di banding dengan uang tunai."Mah! Mama! Belfi apa kau m
"Apa aku bicarakan dengan Tuan Zack sekarang!" Celine sesekali melirik pada Zack yang tengah fokus di depan laptop di sofa kamarnya.Rasanya dia ingin membicarakan tentang obrolannya dengan dokter tadi siang, tetapi apakah Zack akan mau mendengarkan ucapannya, sungguh Celine sangat ragu."Lebih baik aku buatkan kopi panas untuk dia terlebih dahulu." Celine bergegas turun dari lantai atas."Nyonya muda mau apa di sini? Biar saya saja yang melakukan," ucap Delisa salah satu asisten rumah tangganya."Ah, tidak, aku cuma mau membuatkan Tuan Zack kopi. Dia pasti sangat lelah."Delisa mengangguk sambil tersenyum melihat ketulusan hati nyonya mudanya ini.Secangkir kopi panas dengan aroma khas telah siap dengan, Celine membawanya masuk ke dalam."Tuan saya buatkan kopi hangat untukmu." Di letakkan kopi itu di atas meja kerjanya."Hem," jawab Zack singkat."Tuan, ada yang mau saya bicarakan dengan an
"Mah, aku mau menanyakan sesuatu pada Mama." Sudah Veronica duga kalau putranya ini bakal menanyakan hal itu."Apa yang mau kau tanyakan, Zack?" ucap Veronica pura-pura."Apa Mama memblokir kartu kreditku?" tanya Zack sambil melirik tajam pada Veronica."Kalau memang iya kenapa?""Mah, come one! Bagaimana aku bisa hidup tanpa kartu kredit?"Veronica tau kalau segala aktifitas Zack tak bisa jauh dengan yang namanya uang, apalagi putranya itu bukan tipe orang yang suka menyimpan lembaran kertas bernama uang.Dia lebih senang menyimpan di bank berbentuk kartu kredit.Bukan hanya satu atau dua kartu saja yang Veronica blokir, bahkan semua kartu kredit milik Zack Veronica blokir.Dan itu sukses membuat Zack kelimpungan."Selama kamu tidak menurut apa kata Mama, Mama tidak akan membuka blokiran kartu kreditmu. Zack jangan mentang-mentang kamu seorang laki-laki dan kamu bisa berbuat semau-mu! Mama tidak suka i
"Kamu pikir dengan cara seperti ini aku akan menyentuhmu? Apa kau lupa dengan surat perjanjian yang kau tanda tangani?" Betapa malunya Celine di depan suaminya, bela-belain dia memakai barang pemberian dari mertuanya tapi tanggapan Zack justru membuat dia merasa mati kutu.Wajahnya terlihat memerah sendu dengan dada berdegup kencang, tangan dan kakinya terasa dingin dengan kegugupan yang sempat ada."Lebih baik kau lupakan saja kesempatan itu, karena aku tidak akan memberikannya untukmu!"Degh!Tanpa merasa berdosa sedikit pun, Zack membalikan badan menjauh dari Celine dan naik ke atas tempat tidur.Sedang Celine masih terpaku berdiri bingung dengan langkahnya. Kenapa Laki-Laki ini tidak punya perasaan sedikit pun terhadap dirinya, walau perasaan itu mungkin perasaan yang lain, bukan sebagai pasangannya.Perlahan Celine melangkah maju dan membaringkan tubuhnya di atas sofa seperti malam-malam biasanya, menutup tubuh yang nyaris terbuka dengan selimut tebal dan meremas keras sebagai be
"Jonas, syukurlah kamu sudah baikan? Aku minta maaf karena terpaksa aku harus pulang dengan Tu ...""Celine aku mau bicara denganmu. Ada hal yang harus kita bicarakan." Celine mengurungkan niatnya untuk masuk dan menemani Jonas duduk."Apa yang mau kamu bicarakan, Jo?""Celine apa kamu mencurigai seseorang saat komplotan penjahat kemaren menyebut nama temanku? Siapa temanku itu. Berarti dia suruhan orang." Celine berfikir sesaat mencerna apa yang Jonas katakan.''Tidak, Jonas. Aku tidak mencurigai siapapun. Memangnya kamu mencurigai seseorang?" "Tidak juga, Celine. Aku mengira kalau kau tau siapa orang yang mereka maksud itu!" Celine menggeleng."Tidak Jonas, aku tidak tau. Awalnya aku mengira kalau meraka itu teman-temanmu. Tapi ternyata..."Membayangkan wajah babak belur Jonas memang sungguh kasihan, dia terpaksa membongkar celengannya yang semula berniat untuk membeli motor baru. Terpaksa dia mengambil sedikit uangnya untuk membeli kaca mata baru.Jonas menuntun motor sendirian di
"Mau apa kau ke mari? Bukan kah sudah ku ingatkan kalau aku hanya akan membayar jika tugasmu selesai dengan benar!"Diego hanya berdiri, tersenyum sambil memainkan lidi korek api di mulutnya."Mungkin lebih menyenangkan jika istrimu tau kalau yang menyuruh kita melakukan itu adalah kamu!""Brengsek!" Zack spontan meraih kerah baju Diego dengan tatapan bengisnya, tapi preman itu hanya tersenyum tidak ada takut-takutnya sama sekali. "Jangan berani-berani kau buka mulut di depan Celine, atau aku akan...""Oh, jadi namanya Celine? Nama yang bagus! Dan pasti cantik orangnya. Akan sangat menyenangkan jika aku bisa...""Tutup mulutmu, sialan!" Saat kepalan tangan Zack tepat di depan wajah Diego, tiba-tiba Veronica keluar yang membuat Zack menahan pukulan terhadap preman itu."Zack, sedang apa kalian di sini? Siapa dia?""Ma-Mama.""Eh, Tante, perkenalkan saya Diego, teman Zack, putra Tante!"Keduanya
"Leo, sedang apa kau di sini?" Wajah Celine sedikit memucat karena khawatir Leo mendengar apa yang baru saja dia katakan.''Kau sendiri sedang apa di sini? Aku kebetulan mampir dan melihat kamu masih ada di sini, jadi aku putuskan untuk menunggumu pulang!""Kamu kenapa?" tanya Leo curiga dengan wajah Celine yang pucat pasi bak habis di kejar hewan buas."A-aku ti-tidak apa-apa Le! Aku baik-baik saja." Celine sengaja berbohong."Kamu yakin?" Leo sedikit ragu."Iya, aku baik-baik saja.""Syukurlah, kalau begitu, kita pulang sekarang!"Terang saja Celine mau saat Leo mengajaknya pulang, dia berfikir bagaimana bisa pulang di waktu sore seperti ini.Menaiki motor trail-nya Celine membonceng di belakang dan menjadikan pundak Leo sebagai pegangannya."Kenapa jam segini kau masih ada di sini?""Hah?" Kedap-nya suara yang tertutup helm full face membuat Celine tak mendengar apa yang Leo katakan.
"Aku akan beri mereka nama Eleana dan Evander, mereka cantik dan juga gagah seperti aku." Zack begitu bangganya."Eleana dan Evander? Em, nama yang bagus, aku suka dengan nama itu, Honey." Zack mengecup kening sang istri dengan begitu hikmatnya."Oh, iya kalian belum memberitahu berita bahagia ini pada Marcel dan juga Granella bukan? Biar Mama yang menelepon mereka." Veronica mengambil ponselnya dan menelepon kedua anaknya yang berada di seberang sana.Marcel memicingkan matanya saat melihat nama yang terpampang di layar ponselnya membuat Granella penasaran siapa yang meneleponnya."Siapa yang menelepon-mu, Kak?"Marcel menunjukan ponselnya pada Granella. Mereka berharap tidak ada hal buruk yang menimpa keluarganya di sana, Marcel segera menggeser tombol berwarna hijau hingga panggilan tersambung."Hai Mah, apa Mama baik-baik saja bukan?" Wajah Veronica terlihat di layar ponsel setelah saat melakukan vidio call."Aku baik-baik saja, kau tidak perlu mengkhawatirkan aku. Oh iya, Marcel,
Kandungan Celine yang semakin membesar membuat dia susah untuk melakukan aktifitas seperti biasanya. Di klaim oleh dokter kalau Celine memiliki bayi kembar di dalam rahimnya.Zack begitu senang setelah tau kalau calon anaknya kembar, satu pria dan satu wanita setelah mereka tau lewat USG yang di lakukan setiap kali periksa."Zack, lebih baik hari ini kau jangan dulu masuk ke kantor. Hari ini bukankah HPL istrimu, Celine? Aku tidak menyangka kalau Celine memilih melahirkan secara normal!" Veronica bergidik ngeri.Membayangkan wanita yang kesakitan hendak melahirkan normal, tapi itu jalan yang dipilih oleh menantunya.Sengaja Celine memilih persalinan normal supaya dia bisa tau bagaimana rasanya melahirkan secara spontan."Hem, seperti biasanya, Mah. Aku hanya sebentar untuk absen. Setelah itu, aku akan segera pulang. Mana mungkin aku melewatkan detik-detik yang paling berharga untuk'ku!"Wanita hamil itu masih di dalam kamarnya pa
"Gimana, kalian sudah siap? Kalau sudah kita berangkat sekarang?"Usai sarapan mereka bertiga keluar untuk jalan-jalan. Marcel sengaja membatalkan semua urusan kantornya demi adiknya mumpung Granella ada di kota itu.Kini saatnya untuk membuat dia senang."Siap, Kak. Aku udah siap! Kita berangkat sekarang!"Sekitar 15 menit lamanya, mereka di perjalanan, Marcel justru membawa mereka ke tempat yang tidak terduga, terutama oleh angel sendiri.Mereka ke sebuah taman di tengah-tengah kota. Pemandangan yang sangat indah serta wahana yang membuat mereka merasa tertantang ingin mencobanya, namun tidak untuk Angel."Astaga, kenapa kau membawaku kemari, Marcel? Memangnya nggak ada tempat lain untuk berlibur? Kita bisa ke Mall atau ke pantai?""Apa yang kau katakan, Kak? Di sini? Kak Angel kau lihat! Di sana ada wahana itu. Bagaimana kalau kita mencobanya?""Apa? Naik? Tidak, tidak, tidak! Aku tidak berani mencobanya."
"Oh iya, ada apa kau kemari?""Daddy menyuruhku untuk datang ke rumah. Dia bilang ada hal penting yang mau dibicarakan denganmu!""Hal penting? Hal penting apa?"Angel hanya mengangkat tangan dan bahunya yang menandakan kalau dia tidak tau."Ya sudah, nanti siang aku curi-curi waktu untuk datang ke rumahmu. Atau jangan-jangan kau sengaja menyuruh Daddy-mu agar aku datang ke sana." Marcel terkekeh. "Marcel!" "Sudah, aku mau pulang. Pokonya kau harus datang, Daddy menunggumu di rumah."Angel bangun dari duduknya untuk pulang namun Marcel kembali bicara."Kau yakin mau pulang? Memangnya kau tidak mau ikut dengan kami untuk jalan-jalan?"Dilewatkan juga sayang, akan tetapi rasanya malu jika mendadak dia mau ikut untuk jalan-jalan bersama kakak beradik itu."Jalan-jalan? Jalan-jalan kemana?""Ya kemana aja, ke bukit kayak kemaren?" Angel membelalakkan matanya malu di depan Granella.
Tok!Tok!"Marcel buka pintunya! Marcel, buka!"Granella berlari saat seseorang mengetuk pintu apartemen kakaknya.Pasalnya Marcel sendiri tengah berada di kamar mandi saat ini. Siapa yang berani datang sambil mengetuk pintu lumayan kencang."Iya, iya. Sebentar!"Begitu pintu di buka, "Iya, ada yang bisa saya bantu?" Angel mengerutkan alisnya saat melihat wanita lain di dalam apartemen Marcel.Entah mengapa perasaannya marah, dia mengira kalau Marcel dan wanita ini memiliki hubungan walau sebenarnya bukan urusan dia jika memang itu benar.Karena Angel sendiri hanya teman, bukan siapa-siapanya Marcel."Siapa kau? Kenapa kau berada di apartemen Marcel?" Granella tersenyum."Kau pasti Angel, bukan? Aku Granella, Adiknya Kak Marcel." Granella mengulurkan tangannya mengajak Angel salaman.Berapa malunya Angel yang setelah tau dialah Granella gadis yang sering mereka bicarakan.Nad
"Baby, aku berangkat dulu. Kamu baik-baik di rumah, jaga bayi kita dengan baik!""Kau hati-hati Honey, jangan pulang terlambat, atau aku akan merajuk?" ucap Celine pura-pura cemberut."Kau tidak perlu khawatir! Akan ku habiskan waktuku untuk kalian yang tersayang." Zack memeluk tubuh istrinya dengan sangat erat sambil menciumi pucuk kepalanya.Usai melakukan itu, dia pergi untuk bekerja setelah mengecup kening sang istri. Usia kandungan Celine yang semakin membesar membuat dia cepat lelah dan memerlukan banyak istirahat.Zack tak pernah lama di kantor setelah tau kalau istrinya hamil untuk yang kedua kalinya.Dia menjadi calon Daddy yang siaga, akan tetapi tuntutan pekerjaan membuat dia harus absen berangkat walau hanya beberapa jam saja di kantornya."Suamimu sudah berangkat?" tanya Veronica."Baru saja, Ibu. Hari ini Honey ada meeting dengan para stafnya, dia bilang ada rencana baru yang akan di buat oleh perusahaannya
"Astaga, kenapa aku sampai lupa untuk ke belakang! Ok, makasih Edward, aku ke belakang dulu!" Edward menunjukan toilet dengan tangannya.Dia beranjak lebih dulu kembali ke kamar poppy-nya bergabung bersama Marcel dan mommy-nya.Obrolan mereka serasa menyenangkan baginya, padahal biasanya Edward sendiri enggan untuk berkumpul."Betulkan, Edward. Kalau menurutmu bagaimana jika Poppy menanam saham di perusahaan milik Nona Granella. Jadi komunikasi kita bisa terus berlanjut."Edward menghela nafas kasar sebelum bicara, "Iya, itu ide yang bagus, Pih. Tapi apa Poppy yakin kalau Nona Granella bakal menerima tawaran itu?""Nanti kita tanyakan langsung pada Nona Granella." Tuan Mickey terlihat begitu bersemangat.Tak berapa lama kemudian, Granella keluar dari kamar mandi, tuan Mickey mengatakan niatnya itu pada gadis ini untuk mengajaknya kerja sama.Semula Granella tidak yakin dan mengira kalau tuan Mickey hanya bercanda.
"Ok, Nak. Kau di sini saja, biar aku yang menghubungi Kakak kamu itu.""Apa Uncle yakin?" Pasalnya Granella sendiri tidak yakin kalau tuan Mickey ini mengenal kakaknya. Begitu juga dengan Edward dan nyonya Amelie yang saling pandang dengan pikiran masing-masing."Kenapa tidak, tunggu!"Tuan Mickey mengambil ponselnya lalu menghubungi Marcel yang kini berada di kantornya."Halo, Tuan Mickey ada yang bisa saya bantu?" Suara Marcel dari sambungan telepon."Tuan muda Welyoston, bisa kan anda datang ke rumahku sekarang juga?" Granella membelalakkan matanya saat tuan Mickey menyebut nama tuan muda Welyoston. Itu artinya tuan Mickey memang mengenal kakaknya."Ada hal yang sangat penting yang harus ada ketahui sekarang juga!""Kalau boleh tau, apa hal penting itu, Tuan. Karena saya tidak punya banyak waktu untuk berleha-leha.""Oh, tentu ini sangat penting, Tuan." Tuan Mickey melirik pada Granella."D
"Em, Berlian, Louise tunggu!""Iya, Nona.""Sekarang kalian bebas untuk kemana aja, aku pun akan mencari dimana tempat tinggal Kakak'ku di sini, pulang nanti kita akan bertemu di hotel ini lagi."Kedua bawahannya itu seperti mendapatkan kesempatan emas untuk mengunjungi tempat-tempat indah di kota itu tanpa gangguan soal pekerjaan."Sungguh, Nona?""Iya, bersenang-senanglah kalian, selamat berlibur!"Berpisah dari hotel yang sama mereka berpencar ke tempat tujuan masing-masing.Granella beranjak ke kota lain untuk mencari keberadaan Marcel sekarang."Kak Marcel pasti terkejut kalau tau tiba-tiba aku ada di sini."Menaiki sebuah taksi Granella duduk di kursi belakang sambil memandang indahnya kota tersebut.Laju kendaraan terhenti saat lampu lalu lalu lintas menunjukan warna merah. Dari kejauhan tak sengaja Granella melihat seorang pria tua yang berdiri sambil memegangi kepalanya yang terasa sak