“Mas, berhenti! Mas bisa membunuhnya!” teriak Syera sembari berusaha menarik sang suami yang memukuli Dareen membabi buta. Namun, Tama malah menyentak tangannya dan kembali memukuli Dareen. Syera menatap sekelilingnya, berharap ada orang yang bisa membantunya. Sayangnya, tempat mereka berada saat ini begitu sepi. Bahkan, para pelayan yang banyak berkeliaran di ballroom hotel juga tak terlihat di sini. Suara riuh musik yang masih terdengar menyebabkan kegaduhan di sini tak terdengar sampai ke area luar. Syera tak menyangka Tama akan tiba-tiba datang dan menyerang Dareen. Tadi posisinya dengan Dareen memang cukup dekat. Namun, sudah jelas mereka tak mungkin melakukan apa pun. Lelaki itu hanya ingin mengambil bulu matanya yang jatuh dan tama malah salah paham. Syera tidak berani meninggalkan dua lelaki yang sedang beradu jotos itu. Ia khawatir Tama akan semakin bertindak membabi buta. Karena tak tahu harus melakukan apa, wanita itu memberanikan diri untuk memeluk suaminya dari belakang
“Cinta?” Syera spontan tertawa mendengar jawaban Tama. Alih-alih senang, ia malah menganggap jawaban suaminya sebagai lelucon. “Mas, tolong jangan mengatakan alasan yang tidak masuk akal. Kalau memang tidak ada alasan lain, tidak apa-apa. Tapi, jangan dipaksakan seperti ini.”Jantungnya memang berdebar dua kali lebih cepat, namun Syera tak ingin mempercayai jawaban suaminya semudah itu. Rasanya terlalu mustahil mendengar pernyataan cinta dari lelaki itu. Tidak mungkin Tama mencintainya. Syera tahu selera suaminya adalah wanita berkelas. Seperti mendiang kakaknya atau setidaknya seperti Elena. Sedangkan dirinya hanya perempuan biasanya yang selama ini hidup pas-pasan. Jangankan mengutamakan penampilan, merias diri saja hanya ia sering lupa. Tak kembali mendengar rayuan manis sang suami, Syera pun berusaha melepaskan diri dari rengkuhan lelaki itu. Namun, Tama malah sengaja menghalangi pergerakannya. Apalagi dengan kursi mobil yang sempit begini, Syera semakin sulit bergerak. “Ke
“Apa hanya perasaanku saja atau pesawat ini lebih kecil dari ukuran normal? Dan kenapa hanya kita yang naik pesawat ini? Di mana penumpang lain? Atau kita datang terlalu awal?” tanya Syera yang kebingungan melihat keadaan di dalam pesawat yang sepi. Tak terlihat penumpang lain selain Syera, Tama dan kedua anak mereka. Malah ada beberapa bodyguard Tama yang wajahnya familiar bagi Syera. Suaminya sendiri mengatakan kalau mereka akan berbulan madu. Namun, apakah perlu sampai dikawal ketat begini?Semenjak banyak fakta mengejutkan di antara mereka terungkap, keduanya memang belum pernah bepergian jauh bersama. Tetapi, tetap saja ia merasa mereka tak perlu dikawal seketat ini. Apalagi Faisal yang terobsesi mencelakainya juga telah ditangkap polisi. “Ini pesawat pribadiku. Tentu saja penumpangnya hanya kita saja,” sahut Tama sembari merangkul pinggang Syera. Sedangkan satu tangan lagi menggendong Elvina yang sedari tadi sibuk berceloteh sendiri. “Ayo, kita akan berangkat sebentar lagi.
“Apa Mas benar-benar tidak bisa berkompromi dulu denganku sebelum merencanakan sesuatu?” gerutu Syera sembari melipat kedua tangannya di depan dada. “Setidaknya aku ingin ikut andil, bukan hanya duduk manis begini.”Syera dan Tama sudah berada di sebuah butik tempat mereka akan melakukan fitting baju. Seperti yang Tama katakan semalam, setelah sarapan di villa lelaki itu langsung mengajak Syera mengunjungi butik milik kenalannya. Dan sekarang mereka sedang menunggu pakaian yang Tama pesan diambil oleh petugas butik. Rencana yang diam-diam Tama lakukan kali ini jauh lebih mengejutkan di banding sebelumnya. Syera sudah sangat terkejut dengan rencana bulan madu dadakan yang lelaki itu buat. Tetapi, ia tak pernah menyangka apalagi berharap suaminya akan membuatkan pesta untuk pernikahan mereka. Lebih mengejutkannya lagi, acara tersebut akan dilaksanakan dua hari lagi. Seluruh persiapan sudah nyaris rampung, hanya tinggal fitting baju saja untuk mereka berdua. Rupanya bulan madu ini b
Hal paling menyakitkan yang pernah Syera rasakan adalah ketika melihat suaminya malah bermesraan dengan wanita lain, padahal mengatakan akan membuat momen indah berdua dengannya. Dadanya seakan diremas kuat. Syera mengira Tama benar-benar berada di toilet. Namun, ternyata lelaki itu sedang berduaan dengan Elena di sini. Walaupun jarak tempatnya berdiri dan tempat kedua sejoli itu berada cukup jauh, ia tahu apa yang sedang mereka lakukan. Syera pun langsung membalikkan tubuhnya dan hendak beranjak pergi. Namun, ia malah tak sengaja menyenggol tempat sampah di sampingnya hingga menimbulkan suara gaduh. Tentu saja kegaduhan itu terdengar hingga ke tempat kedua sejoli itu. “Maaf sudah mengganggu,” ucap Syera seraya kembali memutar langkah dan bergegas beranjak pergi dari sana tanpa menoleh lagi. Syera mengusap kasar sudut matanya yang berair sembari memacu langkah menjauh dari pemandangan yang menyayat hatinya. Ia pikir suaminya benar-benar serius padanya sampai mempersiapkan pesta per
Walaupun kesalahpahaman di antara Syera dan Tama telah terungkap, nyatanya pesta pernikahan mereka tetap tidak jadi dilaksanakan karena Elvina jatuh sakit. Mereka sepakat menunda pesta tersebut dan fokus merawat Elvina dulu. Dua hari kemudian pesta tersebut baru bisa dilaksanakan. Pesta sangat mewah yang bahkan jauh lebih indah dari yang Syera bayangkan. Syera sempat mendengar dari beberapa pelayan yang berbincang jika pesta ini lebih mewah dari pesta pernikahan Tama dengan Kirana. Syera tak tahu hal itu benar atau tidak karena dirinya tidak berani menanyakan secara langsung pada Tama. Lagipula ia tidak ingin bersaing dengan kakaknya sendiri. Diberi pesta seperti ini saja sudah sangat membahagiakan baginya. 6 “Mas, kenapa saat di restoran waktu itu Mas malah mencekik Elena? Memangnya apa yang dia katakan?” tanya Syera sembari menyelipkan tangannya di lengan Tama. Syera tahu pembahasan ini kurang cocok dibahas sekarang, namun ia sudah terlanjur penasaran. Setiap hendak bertanya, pas
“Sayang, kamu yakin tidak mau bergabung bersamaku?” tutur Tama sembari menyugar rambutnya yang basah menggunakan tangan. Ia sengaja berenang mendekati Syera dan mencipratkan air kolam ke arah wanita itu. “Mas, basah!” gerutu Syera kesal. Pakaian yang baru dipakainya beberapa menit sebelum datang ke privat pool ini basah karena kelakuan suaminya. Sejak awal ia memang tidak akan ikut berenang karena cukup sadar jika dirinya tak mahir berenang. Kalau bukan karena Tama yang tadi memaksanya ikut kemari ia akan memilih bermain bersama anak-anaknya di kamar. Syera tahu pasti suaminya akan terus mengusiknya jika berada di sini. Apalagi hanya ada mereka berdua di sini. Villa yang Tama sewa untuk bulan madu mereka memang dilengkapi dengan fasilitas privat pool di bagian belakangnya. Namun, sejak pertama kali menginjakkan kaki di tempat ini. Syera sama sekali tak tertarik untuk mencoba berenang di sini. Apalagi setelah melihat jika air kolam itu mencapai dada suaminya yang berarti mencapai dag
Syera yang merasa tidak pernah dekat dengan ibu mertuanya terus tak berhenti menerka apa yang akan wanita paruh baya itu bicarakan dengannya. Selama ini Rebecca hanya mengancam, menghina atau mengintimidasinya ketika mereka sedang berbicara. Wanita paruh baya itu berubah lebih baik setelah mengetahui siapa dirinya. Akan tetapi, mereka belum pernah berbicara empat mata setelah itu. Terlebih, saat ini tak ada Tama di rumah. Bukannya ia tak suka dengan keberadaan Rebecca, hanya saja menurutnya sangat aneh ketika wanita itu tiba-tiba mengajaknya mengobrol. Syera masih dipusingkan dengan sikap aneh suaminya. Ia tak mau menambah beban pikirannya hanya karena pembicaraannya dengan Rebecca. Walaupun belum tentu juga wanita paruh bata itu akan membicarakan sesuatu yang melukai hatinya. “Atau jangan-jangan ini juga ada hubungannya dengan sikap aneh Mas Tama?” gumam Syera menebak-nebak. Ia sedang membuat teh chamomile untuk teman mengobrolnya dengan sang ibu mertua nanti. Selain sedang malas