"Papamu meninggal karena kecelakaan, bagaimana bisa kamu terus memfitnah papaku?"
Nic mendorong tubuh Cloud sampai tersudut ke tembok kamar. Matanya menatap penuh kebencian ke Cloud yang berani melawan. Bukan tanpa alasan Nic marah, istrinya itu lagi-lagi ketahuan menemui pengacara untuk menanyakan prosedur pengajuan gugatan cerai.
"Aku sudah bilang punya bukti kuat!"
"Lalu tuntut saja papaku, biarkan dia masuk penjara jika memang terbukti bersalah sudah membunuh!" balas Cloud dengan mata merambang.
"Aku bisa saja melakukan itu, tapi bukan itu yang aku mau. Uang bisa dengan mudah membuat Papamu bebas dari segala tuntutan, yang aku inginkan adalah membuat keluargamu hancur dan menderita secara perlahan," jawab Nic dengan tatapan dingin.
Mata pria itu memindai wajah Cloud. Tak bisa Nic pungkiri, paras istrinya itu begitu elok dan rupawan. Namun, Cloud bukan tipenya, wanita mandiri dan pembantah adalah tipe wanita yang paling dia benci.
"Papa dan mamamu sangat sayang padaku, menantu yang penuh perhatian dan membanggakan. Apa kamu tahu? Kemarin aku dan papamu bermain golf bersama, dia berjanji akan memberiku lima persen saham PG Factory saat kamu melahirkan anak pertama kita."
"Kamu memang brengsek, aku bahkan mual berdekatan denganmu," ketus Cloud. Dia terus memberontak berusaha melepaskan diri.
Cloud frustasi, dia tidak bisa dengan mudah memberitahu sikap Nic ke orangtuanya, selain tidak ingin mereka khawatir, Cloud juga sudah memutuskan untuk menghentikan niatan keji Nic seorang diri.
Namun, terlepas dari semua itu, ada satu hal yang membuat Cloud serasa berada di persimpangan arah. Meski terus disakiti dan dikasari oleh Nic, Cloud terkadang kasihan dan simpati, tatapan mata pria itu sesekali menunjukkan kesedihan dan kesepian.
Cloud tertegun, melakukan hal bodoh lagi dengan hanya diam saat Nic menciumnya penuh nafsu, tapi kali ini ada yang berbeda. Cloud tiba-tiba merasa mual, Nic yang sadar buru-buru melepas cekalannya. Pria itu mengusap bibir yang basah dengan ibu jari, pandangan matanya terarah ke lantai, kemudian pintu kamar mandi yang dibanting keras oleh sang istri.
Cloud mengeluarkan isi perutnya di depan wastafel, sudah beberapa hari ini setiap malam dia selalu merasa mual. Nic sendiri tak tinggal diam melihat Cloud kepayahan, tapi jelas dia tidak berniat membantu.
Nic menekuk kedua tangan di depan dada lalu menyandar pada kusen pintu kamar mandi. Dia bertanya dan membuat wanita itu semakin tidak nyaman.
“Apa kamu hamil Cloud?” tanya Nic dengan satu sudut bibir tertarik. “Secepat itu bukan aku bisa membuatmu mengandung anakku?”
Cloud mengusap mulutnya yang baru saja dibilas dengan air, dia menoleh Nic dengan raut wajah kesal. Bibirnya terasa terkunci, dia hanya diam saat pria itu kembali melempar senyum penuh cibiran padanya, seolah-olah dia bukan manusia yang bisa merasakan sakit hati.
***
Dua hari setelah kejadian itu, Cloud merasa dirinya seperti sedang menjadi pemeran utama di sebuah drama. Nic membawanya pergi secara paksa, tanpa memberi tahu ke mana tujuannya.
"Mau kamu bawa ke mana aku? Menepi dan turunkan aku!”
Cloud marah bahkan tak mau mengenakan sabuk keselamatan, dia seolah sudah siap mati kapan saja di tangan pria yang menikahinya hanya untuk menjadi alat balas dendam. Bagi Cloud, Nic adalah musuh jika mereka hanya berdua seperti saat ini, dia bahkan memanggil Nic dengan sopan hanya saat berada di depan orang lain.
"Aktingmu di depan mama dan papa benar-benar meyakinkan, sampai aku sendiri tidak percaya.”
Cloud sengaja menyindir, karena beberapa menit yang lalu Nic baru saja menjemput di rumah orangtuanya. Bianca —ibunda Cloud mengadakan arisan sosialita, dan seperti biasa Cloud diminta datang karena banyak makanan kesukaannya.
Di sana Nic mengambil kesempatan bermain sandiwara, pria itu menunjukan perhatian sebagai seorang suami dengan cara mengusap rambut Cloud, bahkan mendaratkan ciuman di pundak dan pipi saat mereka duduk bersisian. Bagaimana cara Nic memperlakukan Cloud di depan publik selalu sukses membuat orang lain iri.
"Untuk apa kamu membawaku ke rumah sakit ibu dan anak?"
Cloud terperanjat setelah tahu ke mana Nic membawanya. Dada wanita itu berdetak lebih cepat karena takut. Cloud menoleh pada Nic yang sedang melepas seat belt, setelahnya pria itu terlihat mengambil sesuatu dari dalam laci dashboard.
"Setidaknya buang ini ke tempat yang tidak bisa ditemukan orang," ucap Nic sambil menunjukkan tespek yang digunakan Cloud kemarin.
"Apa kamu mengais tempat sampah?"
"Kamu pikir aku gila? Aku mendengar mbok Cicih dan Atik berbicara tentang benda ini dan kemungkinan dirimu hamil."
Cloud tak bisa mengelak, padahal dia ingin menyembunyikan kehamilan selama yang dia bisa, tapi ternyata Nic memiliki lebih banyak cara untuk melakukan hal-hal yang tidak dia duga.
"Jika pembantu rumah saja bahagia saat tahu kamu hamil, kira-kira bagaimana reaksi orangtuamu?" Sindir Nic. "Ucapkan selamat tinggal pada niatanmu bercerai denganku! Jadilah istri dan ibu penurut sambil melihat bagaimana aku menghancurkan papamu.”
Nic kembali mengancam. Ia yakin Cloud tidak menginginkan hamil, karena tahu anak itu nantinya hanya akan dia jadikan alat untuk mewujudkan ambisi membalaskan dendam.
Nic menoleh Cloud, dia malah tersenyum senang melihat bibir istrinya itu bergetar lalu meneteskan air mata.
Nic berubah menjadi sosok yang sedikit lebih perhatian, setelah dokter memastikan Cloud benar-benar sedang mengandung, tapi bukannya merasa bahagia, ini malah membuat Cloud merasa semakin tidak nyaman. Wanita itu tahu kalau Nic hanya takut terjadi hal-hal yang tidak diinginkan ke bayi di dalam kandungannya dan bukan dirinya.“Nyonya sedang hamil, jadi pastikan setiap pagi, siang, dan malam dia meminum vitaminnya.”Nic memberikan obat dari dokter kandungan ke Mbok Cicih yang membukakan pintu. Pembantu paruh baya yang sudah lama mengabdi di keluarganya itu pun mengangguk paham, lantas memandang Cloud yang terlihat lemas dan langsung naik ke lantai atas.Di rumah mewah itu Nic menyiapkan kamar lain untuk Cloud. Selama tiga bulan ini keduanya tidur terpisah. Nic juga memiliki kamar pribadi sendiri. Kamar utama hanya mereka gunakan untuk berjaga-jaga jika ada keluarga yang menginap di sana. Dan sial bagi Cloud karena Nic tidak mengizinkannya mengunci pintu kamar. Pernah sekali dia melakuka
Lima tahun kemudian suara musik riang gembira terdengar memenuhi aula sebuah sekolah internasional. Cloud sesekali melempar senyuman ke orangtua murid yang juga hadir untuk menyaksikan pentas seni anak mereka.[Kala, sebentar lagi tampil. Jangan kecewakan dia seperti yang kamu lakukan kemarin]Cloud duduk sambil menggenggam ponsel di tangan, dia baru saja mengirim pesan ke Nic, mengingatkan pria itu yang sudah berjanji untuk datang ke acara sekolah putra mereka.Cloud bertepuk tangan saat kelas putranya disebut oleh MC. Lagi dan lagi, sepertinya Cloud harus berbohong ke Kala, jika sampai Nic tidak datang ke acara sekolahnya."Kala! Hai!"Cloud tersenyum sambil melambaikan tangan ke arah sang putra. Dia pikir bisa dengan mudah lepas dari Nic setelah Kala lahir. Namun, setiap kali Cloud ingin mengajukan perceraian, hal-hal tak terduga selalu terjadi dan selalu berakhir membuatnya mengurungkan niat.Kala terlihat paling tampan di antara teman-temannya. Bocah berumur empat tahun itu memil
Nic melajukan mobil dengan kecepatan tinggi, pria itu bahkan tak peduli menerobos lampu merah untuk segera membawa Kala yang sudah tak sadarkan diri ke rumah sakit. Sementara di sampingnya, Cloud terus memeluk bocah malang itu, pipinya sudah basah akan air mata melihat Kala terkulai tak berdaya.“Mama mohon, Kala! Maafkan Mama!”Cloud benar-benar kacau, di dalam pikirannya dia takut hal yang buruk terjadi ke sang putra. Meski Kala terlahir bukan dari rasa cinta yang dia miliki ke sang suami, tetap saja dia adalah seorang ibu yang mengandung dan melahirkan anak itu.Beberapa menit kemudian mobil Nic berhenti tepat di depan IGD rumah sakit, pria itu mamarkirkan mobil serampangan, melepas sabuk pengaman dengan kasar lantas membuka pintu penumpang dan meraih Kala dari gendongan sang istri.Cloud sendiri bergegas mengejar masuk. Baru kali ini semenjak lima tahun yang lalu mereka terlihat kompak menjadi pasangan suami istri.“Dia baru saja makan pasta kacang merah, tiba-tiba sesak napas lal
“Aku pikir kamu akan mengurus adminstrasi,” jawab Cloud. Ia berdiri melihat Nic berada tak jauh darinya.“Rio datang, dia yang mengurus.”Nic memandang wajah Kala yang pucat. Sebagai ayah dari anak itu, dia juga merasa sangat bersalah dengan apa terjadi. Nic sendiri memiliki rasa ingin berhenti bersikap seperti ini, tapi jauh di lubuk hatinya rasa dendam ke Skala Prawira tak bisa hilang begitu saja. Nic bahkan semakin yakin mertuanya itu adalah pembunuh sang papa semenjak mengucapkan sumpahnya ke sang istri lima tahun yang lalu dan selalu menjadi nyata.“Aku bersumpah akan ada hal buruk setiap kali kamu menggugat cerai.”Cloud duduk kembali, sedangkan Nic larut dalam pikirannya. Baik dia dan Nic sama-sama merasa bersalah ke Kala. Cloud ingat di tahun pertama pernikahannya, saat tengah hamil Kala, dia meminta bertemu Nic untuk membahas perceraian. Namun, tiba-tiba saja dia terkapar tak sadarkan diri, karena pasta yang sama seperti yang dimakan Kala.Waktu itu, Cloud beranggapan Nic sen
“Kamu! Kenapa tidak memberitahu papa dan mama kalau Kala masuk rumah sakit?”Paginya Bianca dan Skala datang menjenguk Kala. Meski tidak diberitahu kabar masuknya sang cucu ke rumah sakit, tapi banyak rekan dan saudara mereka yang bertanya tentang kabar itu, hingga akhirnya Bianca menghubungi Cloud untuk menanyakan.“Dia sudah ba-"Belum juga selesai menjawab, Bianca sudah memeluk Kala. Wanita itu sangat memanjakan satu-satunya cucu laki-laki di keluarga. Cloud memang memiliki seorang kakak laki-laki yang juga sudah menikah, tapi dari pernikahan itu Rain — kakaknya dikaruniai dua anak perempuan.“Mabibi, lihat aku disuntik!” Kala langsung mengadu ke Bianca, dia memberi neneknya panggilan kesayangan, sedangkan untuk kakeknya Kala hanya menyebut opa.“Aduh! Cucu kesayangan Mabibi sakit ya!” Bianca mengusap punggung Kala secara konstan, sampai sang cucu mengurai pelukan mendapati Skala mengeluarkan mainan.Cloud hanya bisa menatap dengan senyuman yang tak pernah bisa lepas, ada beban ya
‘Kala, coba tanya papa apa boleh?’ “Hah … apa dia sedang bermain-main denganku?” Nic bergumam sendiri di dalam mobil setelah memastikan kondisi putranya di rumah sakit. Pertanyaan Kala soal bagaimana jika memiliki dua orang papa ternyata mengganggu pikiran Nic. Pria berwajah dingin dengan tatapan yang selalu bisa membuat orang lain takut itu menjawab dengan tegas, bahwa tidak boleh seorang anak memiliki dua orang papa di satu waktu. “Dia pasti sengaja.” Nic berpikiran buruk lagi ke Cloud. Karena menjawab pertanyaan itu, dia juga harus memberi pengertian ke Kala kalau pasangan suami istri harus bercerai dulu sebelum menjalin hubungan dengan yang lain. “Arkan, Ha? Tidak akan aku biarkan kamu dekat-dekat dengannya, jangan sampai dia menjadi tempatmu meminta bantuan!” Nic memulas seringai jahat di wajah. Namun, tak lama wajah bengis itu berubah saat ponsel miliknya berbunyi. Melihat nama sang istri terpampang di sana, Nic yakin pasti bukan Cloud yang ingin menghubunginya melainkan Ka
“Apa selingkuhanmu sedang tidak bisa melayani?” Sinis Cloud. Ucapannya itu bagai tamparan sampai Nic menurunkan tangan yang masih membelai pipi. Namun, bukan Niklas Danuarta namanya jika tidak bisa membalas ucapan orang yang mengusiknya. Pria itu meraih pinggang dan menarik tubuh Cloud hingga menubruk dadanya yang bidang. “Apa kamu mulai cemburu? Katakan saja kalau kamu mencintaiku!” “Jangan mimpi!” Cloud mengelak, tatapan matanya dan Nic saling mengunci. Ia sadar mata adalah cerminan hati, dirinya tidak bisa berlama-lama ditatap seperti ini oleh pria yang sangat membencinya. Cloud sadar hanya akan berakhir menjadi bulan-bulanan jika sampai Nic tahu perasaannya. “Mari bercerai, aku akan memberikanmu saham atau apapun yang kamu minta, tapi akhiri semua ini denganku,” ucap Cloud yang masih beradu pandang dengan Nic. “Apa kamu bisa membunuh papamu?” Nic melepaskan Cloud dari pelukan dengan kasar. Ia menarik salah satu sudut bibir dan mengulangi pertanyaannya barusan. “Yang aku in
“Aku tidak bisa, Kala baru saja keluar dari rumah sakit, aku masih harus memantau kondisinya.” Cloud menelinga perbincangan sang suami di telepon. Ia terlihat tidak mencurahkan semua perhatian ke Kala yang sedang menggosok gigi di depan cermin kamar mandi. Wanita itu mengalihkan pandangan saat Nic masuk dan meletakkan kembali ponsel di nakas. Suaminya itu mengambil remote AC untuk menyesuaikan suhu, lalu menata bantal dan guling di kasur. “Siapa yang telepon, Pa?” Tanya Kala. Selain memiliki tingkat kecerdasan di atas rata-rata anak sebayanya, Kala memang sangat peduli dengan apa yang dilakukan oleh orangtuanya. Nic dan Cloud menyadari ini, hingga mereka selalu bertindak hati-hati. Keduanya sama-sama tidak ingin sang putra merasakan konflik yang terjadi. Ancaman Nic soal memanfaatkan Kala sebagai alat untuk membalas Skala pun sepertinya tak akan terealisasi. Ia sangat mencintai Kala, dan cara lain diam-diam sudah dia susun untuk menghancurkan keluarga istrinya, meski sangat curang d
Satu bulan kemudian Hari itu awan mendung menyelimuti hati Cloud. Sejak Nic berangkat kerja dan Kala sekolah, Cloud terus menangis karena merasa sangat bersalah ke baby Gaza juga Kala. Bukan tanpa alasan Cloud bersikap seperti ini. Beberapa hari ini dia sering merasa mual dan lemas. Bahkan setelah makan banyak dan mengonsumsi vitamin kondisinya juga masih sama. Hingga, Cloud yang memang sejak melahirkan baby Gaza belum mendapat tamu bulanan memilih untuk mencoba melakukan uji kehamilan. Cloud awalnya hanya iseng dan berpikir untuk tidak berpikir yang macam-macam, tapi dia berakhir lemas saat melihat dua garis merah tertera jelas pada alat uji kehamilan yang dia gunakan. Hati Cloud sedih, merasa sangat bersalah pada dua anaknya terutama ke baby Gaza yang baru saja berumur empat bulan. Karena hal itu, Cloud tidak bisa fokus bekerja dengan tenang meskipun masih bekerja dari rumah. Dia juga takut memberitahu Nic dan sekarang hanya Bianca yang menjadi tumpuannya. Setelah mengetahui diri
Cloud meraba dada Nic, mengusap lembut sambil merapatkan tubuhnya dan menciumi punggung pria itu. Cloud tahu Nic mengizinkannya melakukan itu saat tak mendapatkan penolakan sama sekali, bahkan saat dia mulai menempelkan lalu menggesekkan dadanya yang memang lebih padat karena berisi ASI putra kedua mereka. Nic diam-diam tersenyum, menikmati sentuhan Cloud. Tak lama tanpa ragu Nic akhirnya meraih tangan Cloud yang sejak tadi mengusap dada untuk mulai mengusap miliknya yang berada di antara paha.Cloud tersenyum penuh arti, dia mengangkat kepala untuk menjangkau tengkuk Nic dan memberi kecupan di sana, tak puas Cloud menggigit kecil cuping telinga suaminya bahkan menggelitik beberapa detik menggunakan ujung lidah.Nic pun tak sanggup lagi, dia bergerak dan Cloud pun bergeser, secepat kilat Nic mengurung tubuh Cloud, mencekal ke dua tangan istrinya di sisi kepala."Apa kamu tahu hukuman apa yang pantas diberikan ke wanita yang membuat prianya cemburu?" Tanya Nic."Aku tidak tahu, tapi k
Tidak terasa tiga bulan pun berlalu. Siang itu Cloud menitipkan Gaza ke Bianca karena harus menghadiri pesta pernikahan Thea dan Aditya.“Misal nanti Gaza rewel atau kenapa-napa, Mama langsung kabari aku saja,” ucap Cloud saat menitipkan putra ke duanya.“Kamu itu kayak baru kali ini nitipin anakmu ke Mama,” ucap Bianca. “Kayak masih setengah ga percaya.”Cloud pun tersenyum lebar mendengar protes Bianca kemudian membalas, “Bukan begitu, Ma. Siapa tahu Mama tidak bisa mengatasi kalau Gaza sedang rewel.”“Sudah kamu tenang saja. Nikmati pesta Thea dan jangan mikir yang aneh-aneh. Mama akan menjaga Gaza dengan baik,” ujar Bianca.Cloud pun melebarkan senyum mendengar ucapan Bianca. Dia lantas berpamitan dan pergi bersama Nic juga Kala. Dua orang yang sangat berarti dalam hidupnya itu terlihat mengenakan setelan jas yang sama, Kala bahkan memperlihatkan aura seperti anak bangsawan.“Ayo!” Nic mengulurkan tangan ke Cloud agar istrinya itu bisa menuruni anak tangga dengan nyaman. Mereka te
“Hai.”Arkan masuk menyapa Cloud dan Nic yang ada di kamar. Nic yang awalnya tegang seketika rileks saat menyadari sepupunya datang mengajak Shafira dan memperkenalkan gadis itu sebagai calon istrinya dengan bangga.Nic pun bisa menerima kehadiran Arkan, bahkan bersikap ramah saat menyadari tatapan mata pria itu sudah sangat berbeda ke Cloud.“Bagaimana kondisimu dan juga bayimu?” Tanya Arkan. Dia berdiri di dekat ranjang Cloud bersisian dengan sang kekasih.Cloud sendiri tampak begitu kagum melihat bagaimana anggunnya Shafira. Sebagai seorang pengusaha yang bergerak di bidang fashion, Cloud mendapat inspirasi bagaimana kalau perusahaannya mulai mencoba merambah dunia busana yang bisa dikenakan juga oleh para wanita yang mengenakan hijab.“Kami sehat, bahkan besok aku sudah diperbolehkan pulang,” jawab Cloud lantas menoleh ke baby box di mana bayinya sedang tidur.Shafira langsung mengalihkan tatapan ke sana, senyum gadis itu merekah bahkan diam-diam menarik bagian kemeja Arkan yang a
Kala masuk dan langsung menuju box bayi di mana sang adik tidur. Dia sangat bersemangat untuk melihat bagaimana wajah sang adik dari pada menyapa Cloud dan Nic lebih dulu. Berbeda dengan Bianca yang datang bersama rombongan putranya dan juga Skala. Wanita itu mendekati Cloud dan memeluk putrinya dengan tangis haru."Selamat ya! Kamu hebat, Cloud. Mama bangga," bisik Bianca. Perlahan dia mengurai pelukan sambil berkata membawakan makanan kesukaan Cloud. Bianca menjauh agar yang lainnya juga bisa mengucapkan selamat ke ibu dua anak itu.Seluruh anggota keluarga sudah melek akan informasi hingga berusaha agar Cloud tidak sampai mengalami Baby Blues Syndrome. Ya, terkadang seorang ibu yang baru saja melahirkan merasa tersisihkan, melihat bagaimana sikap orang sekitar yang lebih memperhatikan bayinya dari pada dia yang berjuang mempertaruhkan nyawa."Aku dan Embun sudah menyiapkan kado untukmu, coba lihat!" Pinta Rain sambil mengulurkan sebuah tas kertas kecil ke Cloud. Setelah sang adik
"Ners, tolong itu suami saya!"Cloud yang sudah ingin mengejan masih bisa memikirkan Nic yang baru saja terkena mental. Seorang perawat pun mencoba mendekat untuk memastikan keadaan Nic. Dia memegang lengan pria itu yang tatapannya terlihat kosong."Anda duduk saja di sini ya, Pak!" Ucap perawat itu sebelum kembali mendekat ke ranjang untuk mendengarkan keputusan dokter."Ibu tahan ya! Kita pindah ke ruang bersalin."Dokter pun memberi kode ke perawat yang berada di dekatnya dan Cloud pun segera dipindahkan. Nic sendiri seolah baru sadar saat ranjang sang istri dibawa keluar. Dia berdiri bergegas mengikuti ke mana Cloud pergi."Pak, Anda hanya boleh masuk kalau yakin kuat melihat apa yang terjadi di dalam, kalau tidak lebih baik Anda menunggu di luar." Dokter menahan Nic di depan pintu. Wajah pucat pria itu semakin membuat Dokter berpikir Nic sama sekali tidak siap menemani persalinan Cloud. Dokter pun hendak masuk tapi Nic menerobos sambil berkata dia kuat dan mampu.Meski wajahnya
Kelakuan Nic membuat Kala sampai terbangun, anak itu menggosok mata melihat Cloud berdiri menyanggah pinggang sedangkan Nic sibuk berganti baju. “Mama,” panggil Kala. Cloud yang mendengarnya menoleh, dia pun mendekat ke Nic dan memukul lengan sang suami karena membuat Kala terbangun.“Kala bangun gara-gara kamu,” ucap Cloud masih sambil menahan sakit di bagian perut bawah. Dia mengusap pipi agar Kala tak sampai melihatnya menangis. “Mama, apa Mama masih marah?” Cloud menoleh dan buru-buru menghampiri Kala. Dia membelai pipi anak itu dan mencium puncak kepalanya. Cloud menggeleng dan malah meminta maaf karena merasa keterlaluan memarahi Kala tadi. “Kenapa muka Mama begitu?” Kala menyadari ekspresi wajah Cloud yang berbeda.” Apa Mama sakit?” Tanyanya. “Hm… iya, adik sepertinya mau lahir,” jawab Cloud. Namun, bukannya merasa kasihan ke sang mama, Kala malah melompat-lompat kegirangan di atas kasur. Cloud sampai membeku dan saling pandang dengan Nic. Mata Kala yang mengantuk berub
Cloud ternyata hanya berpura-pura, setelah Kala dan dua keponakannya memasang muka bersalah dan ketakutan, Cloud pun berhenti mengaduh kesakitan. Masing-masing dari Cloud dan juga Embun tentu saja sangat ingin marah. Ini jelas bukan hanya sekadar masalah belanja atau uang puluhan juta, tapi seharusnya Olla dan Kala meminta izin lebih dulu kepada orangtua."Kalau izin namanya ga kejutan donk," ucap Olla. Meski awalnya takut, cucu pertama Skala itu akhirnya berani mengeluarkan pendapat karena mendapat pembelaan opanya."Sudahlah, tidak perlu ribut. Nanti papa yang ganti."Mendengar ucapan Skala baik Cloud dan Embun menoleh bersamaan. Skala sendiri tidak merasa takut diplototi anak dan menantunya, dia malah memanggil Olla, Kala juga Omi dan memeluk ke tiganya bergantian menunjukkan kasih sayang."Benar-benar," gerutu Embun sambil membuang muka.Nic sendiri dengan cara berbisik mengatakan pada Rain, kalau dia akan segera mengganti uang yang dipakai Kala berbelanja."Papa tidak bisa membel
Usia kandungan Cloud pun akhirnya sudah memasuki sembilan bulan. Seperti kesepakatan mereka saat kandungan Cloud masih berumur enam bulan, wanita itu bekerja di rumah karena Nic sudah tidak memperbolehkannya bolak-balik ke perusahaan, demi menjaga kondisi tubuh juga calon buah hati mereka. Bahkan mendekati hari perkiraan lahir, kini Nic dan Cloud tinggal di rumah Skala. Hal ini dilakukan semata-mata karena Nic takut Cloud mengalami kontraksi.Sore itu Rain datang ke rumah sang papa bersama Embun juga anak-anaknya untuk makan malam bersama dan menginap di sana. Saat masuk, Rain melihat sang adik yang duduk di sofa ruang keluarga sambil meluruskan kaki bersama Bianca dan Skala.“Bagaimana kabarmu?” tanya Rain yang langsung menghampiri Cloud.“Baik.” Cloud menjawab kemudian mengelus perutnya karena sang bayi baru saja menendang.Rain dan Embun pun ikut duduk, seperti biasa membiarkan Olla dan Omi bermain di belakang, apalagi Kala juga berada di sana. Awalnya Rain membahas tentang harga s