Meski belum tahu pasti apa yang direncanakan oleh Doni, tapi Aditya dan Nic tetap berkomunikasi. Aditya menyampaikan bahwa saat ini sedang berkumpul dengan empat anak buah Doni untuk mencari informasi."Kenapa Tomi tidak ikut datang ke sini?" Aditya menggeleng sambil mengunci layar ponsel dan memasukkan benda itu ke kantong. Dia menuangkan minuman dari botol ke gelas milik temannya sesama bawahan Doni lantas berkata tidak tahu."Besok, apa kalian sibuk?" Tanya Aditya. Pelan tapi pasti dia mulai menggali informasi. Empat pria yang berada di ruangan VVIP bersamanya hanya diam, sampai salah satunya menjawab dan berkata harus mengawal Doni pergi ke suatu tempat."Biasanya pak Doni mengajakmu, tapi semenjak ada Tomi sepertinya posisimu tergantikan."Aditya tersenyum tipis, bersyukur empat rekan seprofesinya ini masih tidak tahu bahwa Doni sudah menganggapnya pengkhianat."Aku tidak merasa diganti atau disingkirkan, tapi kalau kalian menganggap seperti itu aku tidak ingin susah payah menya
Thea mendekat ke Aditya, gadis itu meloloskan baju dari atas kepala sebelum duduk sambil terus menatap wajah pria yang meminta untuk dipuaskannya itu. Aditya membeku, diam seribu bahasa saat Thea mendekatkan muka lantas menautkan bibir mereka. Aditya berpikir ciuman adalah urutan pertama dari rangkaian servis yang diberikan oleh Thea ke pelanggan. Dia tidak tahu kalau Thea sebenarnya anti berciuman dengan para pria hidung belang yang memakai jasanya. Thea memejamkan mata, menelan saliva sambil terus melumat lembut bibir pria yang dia pikir berbeda dari yang lain. Hati kecilnya kecewa, menganggap Aditya sama saja. Thea tersenyum ironi meski tak tergambar di bibir dan wajah. Ia melepaskan pagutan daging tak bertulangnya dari bibir Aditya —yang bahkan sama sekali tak memberikan balasan. Thea kembali berdiri, melepas rok mini yang dikenakan hingga kini tubuhnya hanya berbalut bra dan celana dalam. Tangan Thea menyentuh kancing kemeja Aditya yang masih diam. Pria itu tak bicara, menggoda
"Tentu saja paman Anda ingin menjadikan Anda kambing hitam, jika hal buruk terjadi kepada rekan bisnis Anda."Aditya menyampaikan alasan yang sejatinya sudah sangat bisa Nic terka."Apalagi gosip investor Anda yang ingin menarik kembali modalnya sudah terdengar hampir ke semua telinga pengusaha di negara ini."Nic diam mendengarkan ucapan Aditya. Ia berpikir jika sampai tidak terjadi apa-apa ke pesawat yang akan Tuan Annam tumpangi, bukankah pria itu malah akan beranggapan dirinya mengada-ada dan pembual."Pak!" Aditya membentak karena Nic bungkam. Padahal untuk mengetahui rencana Doni dia sampai harus melakukan berbagai upaya yang tidak gampang."Pak, hubungi Pak Annam dan sampaikan kepadanya kemungkinan terburuk yang akan terjadi. Sampaikan saja kebenaran tentang paman Anda," ucap Aditya.Cloud yang turut menelinga pembicaraan itu mengangguk seolah Aditya juga sedang bicara padanya. Cloud sampai menggoyang lengan Nic agar segera menjawab."Baiklah! Aku akan menghubunginya sekarang."
"Lihat dia! Benar-benar sangat mirip denganmu, hidung dan bibirnya."Nic memandang Kala yang tidur di antara dirinya dan Cloud. Meski tadi sempat mengganggu Bianca dan Skala yang sudah tidur, tapi Nic seolah mengesampingkan rasa tak enak hati. Dia mengucapkan kata maaf kemudian menggendong putranya ke kamarnya sendiri."Tapi dia memiliki matamu," sambung Cloud. Wanita itu lantas mengecup lembut pipi Kala. Cloud mendekatkan wajah di samping kepala anak itu dan memejamkan mata. Beberapa saat yang lalu Rio baru saja memberi kabar, asisten tuan Annam memberitahu bahwa pria itu mengikuti permintaan Nic untuk tidak menggunakan jet pribadi yang sudah disewa, sehingga bisa dipastikan pertemuan mereka yang dijadwalkan pagi harus digeser ke siang, atau bahkan bisa sore jika pesawat yang akan mereka tumpangi mengalami keterlambatan keberangkatan. Mendengar kabar itu, Nic pun meminta Rio mengkonfirmasi persetujuannya dan mengurus semua yang dibutuhkan termasuk menghubungi pihak hotel agar perte
"Apa aku bisa meminta bantuanmu? Aku mau menitipkan ibuku untuk hari ini, atau setidaknya sampai masalah Pak Nic dan pamannya selesai."Nina kaget bukan kepalang mendapat panggilan dari nomor Aditya. Tak hanya itu permintaannya juga terdengar sangat berat, karena selain ingin menitipkan ibunya, Aditya juga meminta Nina berpura-pura menjadi teman dekatnya. "Sembrono! Kamu tidak bilang aku kekasihmu 'kan?" Sembur Nina."Tidak!" Aditya menjawab dengan tegas. Dia mengulangi permohonannya agar Nina setuju membantu."Baiklah, sebenarnya aku juga harus ikut memantau Kala, mengingat kak Cloud tidak menghubungi lagi sepertinya sudah banyak yang mengawasi." Aditya mengucapkan terima kasih. Namun, sebelum mengakhiri panggilan itu. Nina menanyakan sesuatu yang membuatnya terdiam."Apa kamu tidak ingin menyelamatkan Thea juga? Bagaimana dengan dia?"Aditya diam seribu bahasa, dia menelan ludah susah payah. Karena terlalu cemas dengan keadaan ibunya sampai tak memikirkan Thea."Setelah aku mengan
Aditya memilih masuk kembali ke mobil dan pergi ke apartemen Nina. Dia tidak ingin membuat ibunya curiga lalu melempar pertanyaan yang malah membuatnya bingung untuk menjawab.Aditya beralasan akan pergi ke luar kota beberapa hari, karena tidak tega meninggalkan ibunya sendirian maka dia menitipkan ibunya di rumah Nina."Apa Nina itu pacarmu?" Ibu Aditya mengulang pertanyaan lagi, tapi jawaban Aditya tetap sama seperti sebelumnya. Dia dan Nina hanya kenalan biasa. Meski begitu sepertinya ibu Aditya berpikir sang anak sedang berbohong. Mana ada teman biasa yang mau direpotkan jika tidak memiliki hubungan dekat."Pokoknya ibu jangan berpikir yang macam-macam, jangan bertanya hal aneh-aneh ke Nina!" Aditya memberi peringatan, tapi sayang dia lupa mengatakan satu hal yang sebenarnya krusial ke ibunya, kalau Nina sudah memiliki pacar.Sesampainya di apartemen Nina, Aditya langsung menuju ke unit gadis itu. Dia disambut dengan ramah, bahkan Nina menyambar tas milik ibunya yang dia bawa untu
"Apa kamu juga mau ganti baju sekarang? Itu sudah aku siapkan," ucap Cloud. Ia menunjuk setelan jas Nic yang ada di atas ranjang.Cloud sebenarnya kaget saat Nic ikut masuk ke kamar. Dia baru saja duduk di depan cermin meja rias hendak menyapukan toner ke wajah.Nic menatap datar, melepas kaos yang dikenakan di depan Cloud seolah sengaja mempertontonkan dada bidangnya. Pria itu tak menjawab, mendekat ke ranjang untuk menyambar kemeja dan mulai memakainya sambil terus menatap Cloud dari pantulan cermin."Kenapa? Apa ada yang salah?" Tanya Cloud basa-basi. Padahal dia tahu Nic kesal mengingat ucapan Skala di bawah tadi."Tidak ada, kecuali kamu sengaja berdandan berlebihan untuk membuat pria lain terkesan."Jawaban Nic yang ketus membuat Cloud merasa serba salah. Dia menghentikan gerakan tangannya yang sedang mengusap wajah lalu memutar badan. "Kamu cemburu?" "Apa kamu perlu bertanya?" Balas Nic dengan nada ketus. Ia memulas seringai sambil mengganti celana.Cloud berjalan mendekat da
“Apa mungkin Bunda itu istri …. “ Cloud menjeda lisan. Ia membungkam mulut menggunakan dua tangan karena kaget dengan pikirannya sendiri. Tenggorokan Cloud terasa tercekat, sampai Malida menggoyangkan lengan agar dia sadar dari rasa syoknya. “Aduh, kenapa kamu kaget? Aku bukan setan.” Malida malah semakin membuat Cloud heran. Bagaimana bisa istri dari seorang investor super tajir memiliki sifat apa-adanya dan sederhana seperti ini. Cloud pikir istri tuan Annam seperti sosialita pada umumnya, di mana suka memakai barang branded dari ujung rambut sampai kaki. Namun, wanita yang saat ini berdiri di depannya terlihat sangat sederhana. Bahkan saat berlibur di pulau Kilikili Malida tak tampak mengenakan barang bermerek dan pershiasan. “Anda?” “Iya, aku istri investor suamimu. Sudah bersikaplah biasa saja! Bukankah kamu ikut ke sini karena ingin menyelamatkan perusahaan suamimu? Delapan ratus miliar itu bukan uang yang sedikit, sejujurnya aku juga bersalah dalam hal ini. Aku bilang ke