Reta berjalan cepat menuju ruang keluarga membawa sebuah nampan berisi teh melati. Tampak Nyonya Merry sangat gelisah dengan berjalan mondar-mandir.
Reta yang mengerti akan kegundahan sang majikan, segera menuangkan teh pada sebuah cangkir porselen."Di minum dulu, Nyonya. Wangi teh melati akan membuat pikiran kita fresh."
"Iya, aku tahu, Reta. Diamlah," hardiknya dan seketika wanita mendekati paruh baya itu bungkam.
Berkali, Nyonya Merry menatap layar ponsel yang dari tadi berada dalam genggamannya. "Kenapa putraku tidak mau sama sekali mengangkat telepon? Apa dia juga marah padaku, Reta?" Ia menoleh pada kepala pelayannya yang masih diam.
"Sejak ia berkelahi dengan Kai, seminggu yang lalu, Elmer tak pernah pulang sama sekali. Bahkan dia juga tidak mau mengangkat telepon dariku. Apa dia marah, Reta?"
"Lalu di mana dia sekarang? Di villa juga tidak ada. Tinggal dimana putra bungsuku itu, Reta." Sekali lagi dia menoleh pada sang k
Bibir Elmer menyusuri leher jenjang Lena. Napasnya mulai terengah. Entah sejak kapan, tapi kancing kemeja gadis itu sudah terbuka menampilkan dua gundukan kenyal yang dibalut bra warna biru, membuat Elmer semakin mendesah. Ia meraih pengait bra dan tersembul lah dua gundukan indah itu. Ia menjilat dan mengisapnya membuat Lena mendesah.Napas gadis itu mulai terengah, terlebih tangan Elmer mulai meremasnya lembut. Entah apa yang terjadi pada Lena kali ini.Selama ini, ia selalu menjaga dirinya sebaik mungkin. Tapi, dihadapan Elmer, ia seperti terlena dan menikmati setiap sentuhan laki-laki itu.Apakah memang cinta segila ini? Apakah benar, saat orang jatuh cinta, maka logika akan terlupakan begitu saja?"Tuan …." Lena mengerang. Ia menggigit bibirnya karena merasakan sebuah sensasi yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.Elmer melepaskan isapannya dan mendongak, menatap sayu pada Lena."Aku janji hanya sampai sin
"Sudah siap semuanya?" Elmer memandang pada beberapa seserahan yang dihias dengan cantik."Sudah, Tuan." Randy dan Doni serempak mengangguk.Elmer menggandeng tangan Lena menuju mobil. Sekitar tiga mobil, yang berisi semua anak buah Randy, mulai meninggalkan villa dua lantai tersebut.Sepanjang perjalanan, Lena selalu menggelayut manja pada Elmer. Dan berkali pula, ia tidur di lengan lelaki itu.Membutuhkan waktu kurang lebih sembilan jam, perjalanan mereka. Iring-iringan mobil mulai masuk kota Yogyakarta."Sayang … bangun. Kita sudah sampai." Lembut suara Elmer membangunkan kekasihnya.Lena mengucek matanya dan kaget melihat jalanan. "Lhoh, ini bukannya Yogya? Rumahku 'kan bukan di kota ini," protesnya."Iya. Tapi, tidak mungkin kita pulang ke rumahmu. Anak buah Seno pasti selalu mengawasi rumahmu.""Terus kita mau kemana?""Diamlah dan ikuti perintahku." Elmer menggigit gemas bibir Lena. "Kam
Pernikahan Alena Zaskia dan Elmer Kevano Mahendra sangat sederhana. Hanya keluarga Bima dan para bodyguard Elmer yang berjumlah sepuluh orang menjadi saksi kisah cinta mereka.Lena menangis tersedu dengan dipeluk Ibunya, setelah Elmer mengucap ijab kabul, sebagai ikrar suci di hadapan Tuhan.Setelah acara selesai, Elmer membawa keluarga barunya itu untuk berlibur di pantai dan menyewa penginapan.Lena baru saja keluar dari kamar mandi saat Elmer masuk ke dalam kamar dalam keadaan setengah mabuk."Kenapa kamu minum sih." Wajah Lena sedikit ditekuk. Ia melepaskan celana pendek dan kaos yang dikenakan suaminya."Aku ga bisa nahan saat semua anak buah Randy minum. Maaf ya sayang." Elmer mengusap lembut pipi Lena."Kamu ga lapar? Dari tadi aku lihat kamu belum makan sama sekali."Elmer menatapnya dengan mata sayu. "Aku pengen makan kamu," lirihnya.Lena tertawa. Ia memajukan wajahnya dan dan mengulum lembut bibir Elmer. "Seharusnya in
Hanya lima hari Elmer dan Lena di Yogya. Mereka berpamitan dengan saling memeluk erat."Ayah percaya padamu, Nak. Kamu bisa menjaga dan membahagiakan putri Ayah." Bima memeluk menantunya dengan terisak.Kini … mereka berpisah lagi dengan Alena. Tapi, sekarang berbeda dengan beberapa bulan lalu, saat putrinya itu dipaksa seperti diculik oleh Kakak kandungnya sendiri. Kini, Lena pergi dengan bahagia bersama suaminya.Lena masih terisak saat mobil yang membawanya mulai menjauhi keluarganya. Elmer memeluknya dari samping mencoba menghibur.."Kamu beneran mau kerja?" Elmer menatapnya tak suka. Baru dua hari mereka kembali ke Jakarta. Dan sebelumnya Elmer membeli sebuah rumah di sebuah kompleks elit di daerah Jakarta selatan, dengan menyuruh anak buah Randy mengurusnya, selama ia berada di Yogya. Ketika kembali, semua sudah siap dan tinggal masuk.Selain ia butuh rumah yang agak besar untuk hidup berumah tangga dengan Lena, ia juga butuh t
Kaindra menyorot tajam pada Vena."Bahkan jika anak itu mati, aku tidak peduli!" pekiknya."Tapi sayangnya, aku ingin ia tetap hidup," jawab Vena tak acuh."Oh ya? Dan berharap dia jadi pewaris Mahendra? Jangan mimpi, kamu!"Vena tertawa dan menatap Kai tak acuh. "Kamu suka atau tidak, kelak anak ini yang akan jadi pewarismu, Kaindra Elvano.""Kamu memang wanita tak tahu diri!" Kai mengumpat habis-habisan dan meninggalkan Vena yang tak acuh dengan kalimat kotor yang keluar dari mulut pria itu."Kita langsung ke kantor, Tuan?" tanya Tony hati-hati karena melihat Kai yang masuk dalam mobil dengan wajah murka.Pria tampan dengan rahang kokoh itu mendesah kasar. "Kita ke toko."Tony meliriknya prihatin. Sudah satu minggu Kai mencari Alena ke toko, tapi gadis itu seperti menghilang. Dan ia tahu, semua itu ada hubungannya dengan sang adik. Ia melihat gurat kesedihan pada wajah tuannya..Vita men
"Kamu beneran mau pindah?" Suara Vita terdengar getir dan hampir menangis.Lena memeluk gadis itu erat. "Kita masih bisa ketemu di toko, 'kan?""Tapi, aku sekarang ga punya teman. Lagian kamu pindah kemana sih? Jahat banget kamu ga mau kasih tahu." Kini, Vita benar-benar menangis membuat hati Lena sedih."Nanti jika saatnya sudah tiba, aku akan cerita semuanya sama kamu. Aku janji. Dan semua barang yang ada di kamar ini, boleh kamu ambil semua."Mata Vita mengerjap cepat. "Boleh untukku semua?"Lena mengangguk. Binar di mata Vita yang tadi meredup kini semakin bercahaya. Gadis itu sangat senang, seolah baru saja memenangkan lotre."Kalau gitu aku pergi dulu ya, Vit." Pamit Lena membuat wajah Vita kembali kelam."Tapi, beneran janji ya. Besok kamu kasih tahu aku di mana kamu pindah.""Siap, bos." Lena keluar dari kamar kost dan berpamitan dengan penghuni lainnya.Randy segera menyongsong dan membawakan
Kai tetap berjalan dengan tak acuh menyusuri trotoar di sepanjang pertokoan dengan Lena yang mengekor di belakangnya.Lelaki itu tiba-tiba masuk ke dalam sebuah kafe."Duduk," perintahnya saat Lena hanya diam mematung di sampingnya.Lena duduk di hadapan Kai dengan wajah di tekuk."Mau makan apa?""Udah kenyang," sahutnya ketus.Kai menatap Lena geli. Lalu ia memesan pada pelayan dua orange jus dan wafel coklat. Matanya terarah pada Lena yang masih saja berwajah masam."Aku hanya ingin makan siang denganmu. Dan juga ada yang ingin aku sampaikan," ujar Kai datar."Tentang apa?" Wajah Lena mulai melunak."Papi ingin bertemu denganmu."Deg!Hati Lena langsung mencelos. Ia gelisah dan ada rasa takut juga sungkan. Ia merasa, Tuan Dhanu tahu tentang pernikahannya dengan Elmer. Karena suaminya itu pernah bercerita jika Doni adalah orang kepercayaan Papinya yang selalu mengawasi ia."Kenapa kamu di
Nila menaik turunkan pinggulnya dan sesekali ia membuat gerakan menghentak, membuat Seno yang ia duduki, terkekeh dengan terengah.Pria paruh baya menjilati seluruh dada Nila.Tangan Nila yang mencengkeram rambut Seno, mulai ia kendurkan ketika keduanya mengalami pelepasan. Wanita itu turun dari sofa dan segera menuju ke kamar mandi. Seno menyandarkan tubuhnya pada dinding sofa dengan mata terpejam kelelahan. Wanita itu mendekatinya setelah keluar dari kamar mandi dan mengusap dada bos-nya."Semua surat yang diperlukan sudah siap, Tuan."Seno membuka matanya dan terkekeh. Jemarinya mengelus rahang wanita itu."Aku serahkan semua pekerjaan ini padamu. Satu-persatu aset Mahendra akan berpindah tangan pada kita.""Tentu, Tuan," sahut Nila dengan mengecup pipi pria itu.Terdengar suara ketukan pintu."Pa … ini Davin."Gegas, Nila segera mengenakan pakaiannya. Ia menuju pintu dan membukakan untuk Da
Empat tahun kemudian."Ah … terimakasih. Ini bagus sekali. Tidak menyangka bertemu dengan orang Indonesia yang menjadi seniman jalanan." Seorang gadis tertawa senang melihat hasil lukisan dengan latar menara Eiffel.Gadis itu menyodorkan selembar uang kertas euro, namun ditolak oleh pria itu. "Tidak. Terimakasih. Itu untuk kenang-kenangan kamu saja," balasnya datar tanpa senyum."Oke, tampan. Siapa namamu? Kelak kita akan ketemu di Indonesia."Pria itu hanya diam sambil sibuk membereskan peralatan gambarnya lalu pergi sengan tak acuh membuat dua gadis yang baru saja di lukisnya termangu.Ia berjalan dengan menenteng kotak peralatan gambar menuju ke sebuah apartemen. Ia masuk ke sebuah lift dan naik ke dalam.Tidak berapa lama, ia membuka sebuah pintu dan yang terhidu hidungnya pertama adalah bau telur goreng."Pas sekali Tuan pulang saat makan siang," teriak Randy."Apa kamu tidak bisa memasak selain telur?" ketusnya sambil menyeduh secangkir cappucino.Randy tertawa kecil dan menghi
Dua pria paruh baya yang dulu pernah mempunyai masa lalu kelam itu duduk saling berhadapan. Pria dengan setelan jas dan terlihat mewah juga berkelas, memandang datar pada pria dengan seragam biru dan ada nomer identitas itu."Apa kabar Seno?""Seperti yang kamu lihat, Dhanu.""Apa yang akan kamu bicarakan padaku?" tanya Dhanu langsung tanpa basa-basi."Kamu tahu bahwa aku telah kehilangan segalanya. Juga kehilangan putra semata wayang ku. Aku di sini tidak akan mengemis padamu atau berharap belas kasihanmu. Tidak Dhanu. Namun … aku hanya ingi kamu tahu tentang putramu. Aku ingin kamu tahu, sebelum kematian merenggut ku.""Apa maksudmu Seno? Putraku siapa?"Pria itu terkekeh. "Tentu saja Elmer. Putra bungsumu itu yang juga telah membunuh putraku, Davin.""Ada apa dengan putraku Elmer?""Kamu terlalu lugu selama ini, Dhanu. Jiwa psikopat dalam tubuh putramu itu bukan kebetulan. Tapi, semua itu ada yang mengendalikan.""Seno, apa maksudmu? Bicaralah yang jelas!" Tuan Dhanu mulai terpanci
"Apa yang membuatmu jadi seperti ini?""Aku tidak tahu. Yang aku tahu, iblis itu telah berhasil menguasaiku.""Kamu bisa mengendalikannya. Kamu masih punya sisi baik jauh dari dalam jiwamu.""Tidak. Aku sudah mencoba dengan sekuat tenaga, tapi hanya kehancuran yang aku berikan pada orang-orang terdekat ku.""Tidak kah kamu tahu, hidup wanita itu hancur?""Aku tahu dan aku lebih hancur darinya. Tapi, paling tidak, aku tidak melihatnya menangis lagi di depan mataku. Karena aku benci melihatnya menangis.""Dan kamu terlalu egois. Sekarang dia tidak hanya menangis, tapi juga hancur. Kamu menghancurkannya Elmer!""Aku tahu! Aku melakukan semua ini demi kebaikannya. Meski dia hancur sekarang, tapi dia tidak akan pernah melihat wajah bengis ku. Tidak akan pernah melihat tatapan nyalangku. Dan yang pasti … aku tidak akan pernah berusaha menyakiti dan membunuhnya. Aku … aku sakit dan selalu terluka melihat sorot ketakutan dan cemas di matanya. Lebih baik aku hidup sendiri dengan cintaku. Cinta
Tuan Dhanu dan Nyonya Merry menyambut kedatangan Alena dengan hangat. Meski mereka kaget kenapa tiba-tiba menantunya ini datang tiba-tiba. Firasat Tuan Dhanu sudah tidak enak dengan kedatangan Lena yang sendiri.Namun, akhirnya ia mengerti setelah Doni menceritakan semuanya."Jadi Elmer hampir membunuh Lena?" Kaindra termangu dengan gusar."Ini yang papi takutkan selama ini. Elmer bisa sewaktu-waktu menyakiti istrinya. Doni … apa menurutmu yang membuat Elmer menjadi beringas seperti itu? Kamu dan Randy yang setiap hari bersamanya."Doni meneguk ludahnya. "Menurut saya dan Randy, penyebabnya adalah ketika Tuan Elmer melihat makam Sonya. Dendam dan sakit hati yang sudah lama terpupuk pada wanita itu dan belum sempat di tuntaskan menjadi penyebabnya. Selama bersama Nyonya Alena, Tuan bisa melupakan wanita itu, karena Nyonya Lena selalu mengalihkan perhatiannya dan selalu membuatnya bahagia.Tapi, karena kejadian itu. Kejadian penyekapan dan penyiksaan terhadap Nyonya Lena dan akhirnya be
Langit sepertinya mengerti perasaan dua anak manusia yang sedang gundah. Ia menurunkan hujannya di siang itu.Rumah yang sebelumnya terlihat ceria karena selalu terdengar senda gurau dan tawa membahana dari kamar sang majikan, kini semuanya terasa senyap.Elmer termangu memandangi tetesan hujan di luar sana melalui jendela kamar Randy. Hatinya sakit dan terluka mengingat kejadian tadi malam. Entah apa yang terjadi padanya. Kenapa kini, ia merasa sisi gelap dalam jiwanya semakin besar dan tak dapat ia kendalikan.Sejak saat itu. Saat ia melihat makam Sonya dan ingin membongkar makamnya dan mencabik-cabik mayatnya yang mungkin sudah menjadi belulang.Sejak saat itu. Saat ia mencekik Vena dan akan membunuhnya kalau tidak di halangi oleh Lena, istrinya.Ia merasa sangat benci pada Lena saat itu karena menghalanginya untuk membunuh Vena. Sisi gelap jiwanya seakan memberontak dan ingin memberi pelajaran pada Lena. Ia ingin Lena tahu, betapa sakit hatinya pada kembarannya itu. Dan ia tidak m
Lena menggeliat karena ia merasa kedinginan. Saat membuka mata, ia tak menemukan Elmer memeluknya seperti biasa. Bahkan suaminya itu juga tidak menyelimutinya sama sekali. Ia beringsut bangun dan mengedarkan pandang ke sekeliling kamar dengan pencahayaan temaram itu.Ia sangat terkejut ketika melihat Elmer duduk diam di sofa. Lena segera mengenakan pakaiannya dan mendekati suaminya."Sayang … kenapa kamu tidak tidur?"Elmer diam tak menjawab. Matanya kosong menatap ke depan."Elmer …." Lena semakin mendekatinya dan kini ia dapat melihat dengan jelas wajah Elmer yang beringas. Ia tersentak dan menelan ludah. *Elmer … sayang." Lena mengulurkan jemarinya perlahan untuk mengusap wajahnya. Namun, laki-laki itu tetap diam dengan raut masih menakutkan.Lena duduk di samping Elmer dan memeluknya. Ia tidak tahu kenapa wajah suaminya kembali seperti itu, karena selama dua hari setelah kejadian di rumah Gurat, Elmer sudah baik-baik saja. Bahkan mereka baru saja mengalami pelepasan hingga tiga k
Alena tidak menyerah dan selalu menemani suaminya. Di balik wajah bengis seorang Elmer, Lena selalu sabar. Kadang ia bercerita, kadang ia bersenandung. Dan kadang ia menciumi wajahnya.Kerja keras Lena membawa hasil. Wajah dan sorot mata Elmer semakin berubah.Hingga suatu ketika, Elmer seperti tersadar dan ia menangis tersedu meminta maaf pada Lena.Mereka berpelukan erat setelah Randy melepaskan ikatannya."Kamu pasti sangat menderita. Maafkan aku sayang. Maaf jika aku tidak bisa mengendalikan iblis dalam diriku. Maafkan aku." Ia terisak dan memeluk erat istrinya.Tidak berapa lama, suara tawa terdengar dari kamar mereka membuat semua orang bernapas lega..Dua pria yang telah lama tidak bertemu itu saling duduk berhadapan."Sekarang kita menjadi besan, Bim," ucap lelaki yang lebih tua satunya."Saya tidak menyangka, kita akan di pertemukan lagi dalam keadaan seperti ini." Bima tersenyum hangat."Bima … atas nama keluarga Mahendra, aku meminta maaf padamu yang dalam atas semua yang
"Apa yang akan kita lakukan dengan mayat mereka?" Wajah Kaindra gusar dan cemas menatap mayat Davin dan Gurat.Elmer hampir saja membunuh Vena meski sudah di halangi oleh Lena. Doni segera menyuntikkan lagi obat padanya. Sedangkan Lena, wanita itu akhirnya jatuh tak sadarkan diri bersama Vena. Suara tangisan bayi mengagetkan mereka. Kai beranjak dari duduknya masuk ke dalam kamar dan menggendong bayi Vena."Sepertinya dia kelaparan, Tuan," ujar Tony. Pria setia itu segera membuatkan susu dalam botol dan segera memberian pada Kai. "Kasihan kamu, Nak. Sekarang kamu menjadi yatim," lirihnya sambil meminumkan susu pada bayi Kevin."Kita kuburkan mereka semua di belakang. Dan kamu Doni. Urus rumah ini agar menjadi milikku. Cari bagaimana caranya meski pemiliknya telah tewas," perintah Tuan Dhanu.Jimmy dan Randy segera memerintahkan para anak buahnya untuk menggali tanah di pekarangan belakang."Tuan, di belakang ada makam Sonya," lirih Jimmy membuatnya terhenyak.Gegas, pria paruh baya i
Setelah pintu terbuka, mereka masuk ke dalam sebuah halaman belakang yang lumayan luas. "Ini makamnya, Tuan." Randy menunjuk sebuah makam dengan sebuah penanda dari kayu bernama Sonya Verawati.Elmer berdiri dengan ekspresi dingin menatap makam itu."Seharusnya malam itu … aku langsung membunuhmu, dan bukan Vella. Sayang … akhirnya kamu membusuk di dalam sana, bukan berakhir dari tanganku."Kemudian ia menoleh ke arah rumah yang terang dan terdengar suara gelak tawa di dalamnya."Tenyata benar, mereka semua di sini." Elmer mendesis dengan mata berkilat kejam.Randy meneguk ludahnya getir. Ia segera mempersiapkan senjatanya untuk kemungkinan paling terburuk.."Lihatlah keluarga suamimu, Lena. Mereka tidak mau memberikan apa yang kami minta. Mereka lebih memilih melihatmu mati daripada melepas aset mereka." Vena tergelak bersama Angga."Nyawamu ternyata tidak ada harganya bagi si psikopat itu. Kamu sungguh bodoh … adikku sayang," ujar Angga menyorot nya nyalang.Alena hanya diam tak b