Home / CEO / Istri Palsu CEO Lumpuh / Part 1 : Tagihan

Share

Istri Palsu CEO Lumpuh
Istri Palsu CEO Lumpuh
Author: Arunika Mine

Part 1 : Tagihan

Author: Arunika Mine
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Cepat bayar hutangmu! atau ku hancurkan rumah ini beserta isinya."

Rumahnya berantakan. Salah satu dari beberapa pria bertubuh gempal itu berteriak lantang. Mereka berpakaian serba hitam dengan kalung rantai dan tindik yang menghiasi bagian tubuhnya.

Laura yang saat itu baru keluar kamar, hendak kembali ke rumah sakit untuk menjaga ibunya shock berat melihat orang orang tidak dikenal mengacak ngacak isi rumahnya.

"Hentikan omong kosongmu! Keluarlah dari rumahku! Aku tidak punya hutang kepadamu." Perempuan itu mengambil sapu guna mengusir mereka. Begitu sapu hendak diayunkan salah satu dari mereka dengan tampang yang paling garang melemparkan map diatas meja.

"Baca itu!!!"

"Aku sibuk! Untuk apa membaca hal yang tidak berguna seperti itu." Laura melangkahkan kaki.

Menurutnya lebih baik keluar sekarang daripada membuang waktu melayani para bedebah itu. Namun seseorang mencengkram tangannya erat sekali. Saking eratnya ia merasa aliran darah menuju tangannya bagikan terhenti.

"Lihat baik baik! Ibumu punya hutang pada kami 50 JT."

Laura membelalakkan mata setelah melihat gelondongan nol yang ditunjukkan rentenir itu didepannya.

"Ini tidak mungkin. Ibu tidak pernah meminjam uang pada siapa pun."

Dia menggeleng sambil menghempas tangannya kasar. Setelah cengkeramannya terlepas dia mundur pelan. Kenyataan apa lagi ini? Setelah semalam mengetahui bahwa ibunya yang selama ini baik baik saja ternyata sakit parah. Sekarang Laura harus menerima kenyataan lainnya bahwa mereka punya hutang sebanyak itu.

Sementara itu sang rentenir menyeringai kejam. "Kau pikir dari mana ibumu membayar biaya kelulusan SMA mu dua tahun lalu, hah?"

"Ini benar benar gila! Disini tertulis awal pinjaman lima juta. Tapi kenapa sekarang yang harus ku bayar 50 JT? Tak masuk akal. Aku akan melaporkanmu ke polisi atas tindakan penipuan." Laura menunjuk nunjuk kertas ditangan pria berotot itu.

"Jangan berani macam macam jalang kecil." Dia maju perlahan, matanya menyorot tajam tajamnya menatap gadis didepannya. Lalu Jantung Laura bertalu talu. Tangannya terasa dingin. Menguap sudah keberanian yang baru saja terbangun.

"Jadi bayar sekarang juga selagi ku minta baik baik," tegas orang yang satunya lagi penuh penekanan.

Lalu tatapan mereka beralih pada map hijau ditangan Laura. Perempuan itu mundur perlahan, ketakutan.

"Apa yang kalian lihat?" Laura menyembunyikan map di tangannya yang tak lain adalah sertifikat rumah.

Dia tidak punya pilihan lain selain menjual rumah ini untuk biaya operasi ibunya yang harus segera dilakukan. Meskipun dijual, sebenarnya harga rumah ini masih kurang beberapa juta lagi. Lalu, bagaimana jika rentenir didepan merampasnya begitu saja? Laura menggeleng sambil memegang map erat erat. Tidak! Itu tidak boleh terjadi. Ibunya harus selamat. Jadi perempuan itu memilih melarikan diri.

"Akkh ...! Ssstt.... !!!!"

Begitu beberapa langkah lagi menuju pintu tanpa disangka seseorang menjerat kakinya dari samping. Membuat Laura otomatis terjerembab, tengkurap di atas lantai.

Rentenir itu meludah murka. "Jalang kecil sialan. Kau pikir kau bisa lari, hah?" Dia berjalan pelan sambil berkacak pinggang menghampiri Laura yang tengkurap tak berdaya.

Pria itu berjongkok, hendak mengambil surat tanah di tangan Laura. Namun perempuan itu tak kalah sigap, dia bangkit dan memegangnya tak kalah erat. Sayangnya ujung kertas itu sudah berada ditangan sang rentenir.

"Lepaskan! Ini milik ibuku!" teriak Laura dengan mata berkaca kaca. Jika surat ini berhasil diambil preman itu. Laura tidak akan bisa menyelamatkan ibunya.

Rentenir itu menatap Laura berang. Tidak disangka ternyata jalang kecil didepannya kuat juga. Lantas dia menarik kertas sekuat tenaga, menghentikan tarik ulur tak berguna itu.

Sreeekk!!! Sayangnya hal itu membuat kertas yang sejak tadi mereka perebutkan sobek. Sang rentenir menghempaskan potongan map kertas itu ke lantai.

"Dasar jalang bodoh keras kepala. Andai saja kau menurut, hutang hutangmu pastinya sudah lunas sebagian. Sekarang kami tidak bersikap lunak lagi."

Berbeda dengan sang rentenir yang marah marah menatap nanar kertas di tangannya.

"Apa yang kalian lakukan? Lepaskan!!! ku bilang lepaskan!!!" perempuan itu memberontak. Namun sayang sekali tenaganya tidak sebanding dengan dua rentenir yang mencekal tangannya kanan kiri.

"Bos menginginkanmu sebagai bayaran hutang hutang ibumu. Dia akan menjadikanmu istri kelimanya kalau kau tidak bisa membayarnya juga."

Duakh! Dengan berani Laura membenturkan kepalanya ke rentenir di samping kanan dan kirinya dengan cepat. Saking cepatnya bahkan mereka berdua tidak sadar akan pergerakan Laura dan tidak bisa menghindar.

"Aku tidak sudi menjadi selir bos gilamu itu!"

Hidung mereka mengeluarkan darah. Sementara itu preman yang satunya lagi bergerak tak kalah cepat. Sehingga kini Laura berada genggamannya. Perempuan itu mengernyit begitu rambutnya yang menjadi sasaran. Tak ingin kalah perempuan itu berputar kemudian menendang alat vitalnya dengan keras. Rentenir itu mengaduh dan Laura buru buru melangkahkan kakinya dari sana. Namun naas, sebelum berhasil untuk kedua kalinya dia jatuh tengkurap lagi. Entah preman yang mana lagi kali ini yang menjerat kakinya.

"Sudah ku bilang usahamu akan sia sia. Argh ... sial! Menyebalkan! Seharusnya ku bunuh saja kau sekarang. Namun aku tidak bisa melakukannya karena bos menginginkanmu. Benar benar merepotkan! Ah kenapa aku tidak kepikiran untuk membuatmu pingsan saja. " Dia mengayunkan tangan berototnya hendak memukul Laura. Perempuan itu memejamkan matanya pasrah saat kedua tangannya ditahan dalam satu genggaman preman itu. Namun beberapa saat kemudian dia tidak merasakan apa apa dan suruhan rentenir itu melepaskan cengkraman tangannya.

Laura memberanikan membuka mata. Dilihatnya kaki kaki mereka berhamburan keluar, lari tunggang langgang. Laura tidak mengerti sampai beberapa detik kemudian ia melihat pantofel pantofel mengkilap berjalan mendekatinya.

Apakah itu penagih hutang yang lainnya? Laura tidak berani menengadah. Kini lusinan pasang kaki yang memakai pantofel itu berada tepat di hadapannya hanya berjarak setengah meter. Satu pasang pantofel wanita berdiri paling depan. Sepertinya dia bosnya. Meskipun wanita tapi Laura berani bertaruh kalau wajahnya pasti tak kalah seram dari penagih hutang tadi.

"Ampuni saya Tuan Nyonya! Demi tuhan saya tidak punya sepeserpun uang saat ini. Jadi biarkan saya pergi. Saya tidak tahu Ibu meminjam uang berapa padamu. Tapi saya janji-- saya akan membayarnya! Ku mohon biarkan saya pergi. Saya harus menyelamatkan ibu saya. Hiks! Hiks! Saya mohon ...!!"

Tanpa disangka perempuan itu mengulurkan tangan, membantu Laura berdiri. "Bangunlah!," Titahnya dengan suara tenang dan elegan.

Begitu Laura berdiri tanpa sengaja mereka bertatapan. Laura terpana beberapa saat, ternyata perempuan didepannya begitu cantik meskipun usianya tidak muda lagi.

Melihat kondisi rumah Laura yang berantakan Nyonya cantik itu membawanya duduk dibangku teras rumah. Tanpa basi basi dia menyuruh bodyguardnya mengeluarkan satu tas uang.

Laura tertegun. Dia menatap lembaran dollar di depannya dengan tatapan kosong. Lantas perempuan itu terkekeh sinis.

"Aku tidak bisa melakukan pinjaman lainnya pada orang orang seperti kalian. Bunganya benar benar tak masuk akal. Aku sudah muak dan tak sanggup melakukan apapun."

"Ini hanyalah uang muka dari ratusan juta yang bisa kau dapatkan untuk melunasi hutang, membayar biaya operasi ibumu, bahkan membeli rumah baru."

Uang muka? Laura menatap nyonya di depannya dan bodyguard berdasi secara bergantian. Jadi mereka bukan rentenir ya? Ah Laura mengerti sekarang. Jadi dia tiba tiba mendapatkan pekerjaan.

"Jadi apa yang harus kulakukan sampai sampai Nyonya berani memberikanku uang muka sebanyak ini?" Laura menatap perempuan itu penasaran sekaligus cemas. Takut takut pekerjaannya itu disuruh membunuh orang.

Sedangkan perempuan di depannya tersenyum tipis. Dia menatap Laura dengan tatapan tajam dan tegas.

"Jadilah istri putraku yang lumpuh!"

Related chapters

  • Istri Palsu CEO Lumpuh   Part 2 : Setuju

    Hahaha .... Ini konyol sekali. Laura menggeleng gelengkan kepalanya. Perempuan itu tertawa terbahak bahak sambil bertepuk tangan.Sedangkan nyonya didepannya menatapnya datar dan bodyguard di belakangnya siap memukul Laura jika perempuan itu kelewatan."Kau hendak menikahkan ku dengan putramu? Aku mengerti jika kau takut putramu, maaf ... tidak laku. Tapi dari sekian juta wanita kenapa harus aku? Bukankah masih banyak gadis gadis yang lebih berada dan lebih cantik dibandingkan diriku?" tanya Laura begitu tatapannya tak sengaja lurus ke depan.Ia baru sadar sejak tadi mobil mobil mewah nan mengkilat terparkir di depan rumahnya yang kumuh. Sudah jelas pria itu berasal dari keluarga kaya."Karena kau mirip Alena," Jawab sang nyonya. "Dia adalah tunangan putraku yang meninggal saat kecelakaan mobil beberapa bulan lalu. Jadi sekarang kau terimalah tawaranku sebelum kau menyesal karena melewatkan kesempatan ini."Laura berpikir sebentar. Tiba tiba ponselnya berdering. Ternyata itu dari piha

  • Istri Palsu CEO Lumpuh   Part 3 : diselamatkan

    "Lepaskan dia!" suara baritonnya terdengar manly dalam setiap tekanan kata yang diucapkan. King menatap pria tua di depannya tajam dan penuh intimidasi. Ekspresinya datar, namun urat urat di sekitar lehernya tampak menyembul keluar."Kalau aku tidak mau? Dia mempunyai hutang yang sangat banyak. Jadi dia akan ku jadikan isteri paling muda dari isteri isteriku." Dia berjalan memutari tubuh Laura. Pisau di tangannya berkilat kilat, menyentuh kulit pipinya menghantarkan sensasi dingin. Laura menatap takut pisau yang sewaktu waktu dapat melubangi kulitnya. Memancarkan darah segar. Membayangkan saja membuat jantung Laura bergemuruh hebat dan kedua kakinya bergetar."Berapa uang yang kau minta?""Apa?" "Katakan! berapa hutang perempuan itu aku akan membayarnya." Meskipun duduk diatas kursi tidak mengurangi kewibawaan pria itu. Rambutnya dibelah tengah memamerkan jidat paripurnanya. Kemeja tangannya digulung sampai lengan memperlihatkan jam tangan mewahnya. Sementara itu dua kancing kemej

  • Istri Palsu CEO Lumpuh   Part 4 : Sandiwara

    Tidak ada suara lain selain suara mesin kendaraan yang terdengar. Setelah mengucapkan kata kasarnya tadi pria itu membungkam mulutnya rapat. Laura menoleh ke samping. "Apa aku melakukan kesalahan?" dia memberanikan diri untuk bertanya.Pria itu tidak menjawab. Pandangannya lurus ke depan. Seolah olah tidak mendengar apapun dan suara Laura hanyalah angin berhembus yang tidak berarti eksistensinya."Hey! Aku bertanya padamu," kata Laura sekali lagi. King menoleh sejenak. Matanya sempat membulat lalu kembali normal dalam beberapa detik. "Menurutmu?" tanyanya.Kemudian dia memalingkan wajah tampannya yang dingin ke depan seperti sedia kala.Sementara itu Laura meneguk salivanya kasar. "Dia benar benar mengerikan," ucap batinnya.Bersamaan dengan itu mobil berhenti. Mereka telah sampai di kediaman orang tua Alejandro. Pria itu turun lebih dulu dibantu Ernino untuk duduk di kursi rodanya.Sementara Laura masih terdiam di tempat duduknya bersama segala pemikiran yang berkecamuk dalam kepal

  • Istri Palsu CEO Lumpuh   Part 5 : Pernikahan

    Hari pernikahan."Ingatlah yang kukatakan kemarin baik baik, Laura. Jaga sikapmu. Karena setelah ini kau akan semakin dekat dengan King. Jangan sampai dia mencurigaimu, mengerti?"Pesan Nyonya Eve tadi pagi terngiang ngiang díkepala Laura. Kini perempuan itu duduk di meja rias. Memakai gaun pengantin berwarna putih. "Sudah selesai Nona," kata sang perias beberapa menit kemudian.Laura menengadahkan kepalanya. Melihat pantulan dirinya di kaca oval. Sapuan bedak tipis telah merubah kontur wajahnya."Wow ... Kau benar benar cantik, Nona. Kau terlihat seperti putri dari negeri dongeng," puji asisten MUA. Matanya berbinar terkagum kagum menatap Laura. Laura tersenyum tipis dan mengucapkan terimakasih."Mari Nona acara akan segera dimulai." Seorang pria tinggi, tua, kepala bagian atasnya botak, mengenakan seragam menghampiri Laura. Perempuan itu lantas berdiri mengangkat gaunnya. Laura berjalan dengan pelan. Langkah kakinya membawa ia keluar dari ruangan tata rias dan masuk ke dalam gedun

  • Istri Palsu CEO Lumpuh   Part 6 : Peringatan

    "Apa yang kau tunggu, hmm?" King tersenyum miring. Dicengkeramnya dua tangan Laura dalam satu kepalan kemudian ditariknya diatas kepala. Dua bola matanya yang indah sekaligus mematikan mampu membuat Laura menelan ludah. King pandai sekali menyudutkan lawan.Laura berusaha untuk tidak terintimidasi. Di beranikan kedua matanya menatap kembali lawan bicara. Sementara itu otaknya berpikir apa yang akan dilakukan jika Alena ada di posisinya."Oke! Aku akan menciummu jika itu yang kau inginkan. Tapi lepaskan dulu cengkramanmu. Pergelangan tanganku sakit."Ditatapnya Laura lamat-lamat sebelum dia melepaskan cengkeramannya. King mengikuti apa yang perempuan itu inginkan. Saat genggaman tangannya terlepas, saat king terkecoh. Laura dengan cepat membalik posisinya. King yang berada dibawah dan Laura yang berada di atas."Kau ingin dicium dimana, hmm?" Kini Laura yang bertanya sensual. "Kecupan pipi atau disini?" Tangan lentiknya menyentuh bibir king yang terbuka.King tersenyum miring. Satu sat

  • Istri Palsu CEO Lumpuh   Part 7 : Membingungkan

    "King!" teriak Laura begitu panik. Pasalnya tadi ia mendengar suara jatuh. Perempuan itu berdiri didepan pintu setelah tadi berlari cepat."Apa aku baik baik saja?" tanyanya memastikan karena sejak tadi tidak ada jawaban. Kakinya bergerak gerak gelisah. Sedangkan jarinya mengetuk ngetuk tidak sabar."King! apa kau mendengarku?""Sssh.. akh .."Samar samar terdengar suaranya dari dalam. Laura membulatkan matanya karena merasa ada yang tidak beres. Perempuan itu menggoyang goyangkan handle pintu yang sejak tadi tidak mau terbuka."King, kau bisa buka pintunya dulu?"Masih tidak ada jawaban selain suara rintihan.Laura tidak punya waktu lagi. Dia menggigit bibirnya karena khawatir. Lalu sekuat tenaga dia berlari mencari kunci cadangan. Membuka satu persatu laci di kamarnya yang banyaknya minta ampun. Menggeledah kamar hotel yang luasnya setara dengan rumah Laura. Perempuan itu menyibakkan rambutnya frustasi karena tidak kunjung menemukan kunci. Ketika dia putus asa tak sengaja matanya me

Latest chapter

  • Istri Palsu CEO Lumpuh   Part 7 : Membingungkan

    "King!" teriak Laura begitu panik. Pasalnya tadi ia mendengar suara jatuh. Perempuan itu berdiri didepan pintu setelah tadi berlari cepat."Apa aku baik baik saja?" tanyanya memastikan karena sejak tadi tidak ada jawaban. Kakinya bergerak gerak gelisah. Sedangkan jarinya mengetuk ngetuk tidak sabar."King! apa kau mendengarku?""Sssh.. akh .."Samar samar terdengar suaranya dari dalam. Laura membulatkan matanya karena merasa ada yang tidak beres. Perempuan itu menggoyang goyangkan handle pintu yang sejak tadi tidak mau terbuka."King, kau bisa buka pintunya dulu?"Masih tidak ada jawaban selain suara rintihan.Laura tidak punya waktu lagi. Dia menggigit bibirnya karena khawatir. Lalu sekuat tenaga dia berlari mencari kunci cadangan. Membuka satu persatu laci di kamarnya yang banyaknya minta ampun. Menggeledah kamar hotel yang luasnya setara dengan rumah Laura. Perempuan itu menyibakkan rambutnya frustasi karena tidak kunjung menemukan kunci. Ketika dia putus asa tak sengaja matanya me

  • Istri Palsu CEO Lumpuh   Part 6 : Peringatan

    "Apa yang kau tunggu, hmm?" King tersenyum miring. Dicengkeramnya dua tangan Laura dalam satu kepalan kemudian ditariknya diatas kepala. Dua bola matanya yang indah sekaligus mematikan mampu membuat Laura menelan ludah. King pandai sekali menyudutkan lawan.Laura berusaha untuk tidak terintimidasi. Di beranikan kedua matanya menatap kembali lawan bicara. Sementara itu otaknya berpikir apa yang akan dilakukan jika Alena ada di posisinya."Oke! Aku akan menciummu jika itu yang kau inginkan. Tapi lepaskan dulu cengkramanmu. Pergelangan tanganku sakit."Ditatapnya Laura lamat-lamat sebelum dia melepaskan cengkeramannya. King mengikuti apa yang perempuan itu inginkan. Saat genggaman tangannya terlepas, saat king terkecoh. Laura dengan cepat membalik posisinya. King yang berada dibawah dan Laura yang berada di atas."Kau ingin dicium dimana, hmm?" Kini Laura yang bertanya sensual. "Kecupan pipi atau disini?" Tangan lentiknya menyentuh bibir king yang terbuka.King tersenyum miring. Satu sat

  • Istri Palsu CEO Lumpuh   Part 5 : Pernikahan

    Hari pernikahan."Ingatlah yang kukatakan kemarin baik baik, Laura. Jaga sikapmu. Karena setelah ini kau akan semakin dekat dengan King. Jangan sampai dia mencurigaimu, mengerti?"Pesan Nyonya Eve tadi pagi terngiang ngiang díkepala Laura. Kini perempuan itu duduk di meja rias. Memakai gaun pengantin berwarna putih. "Sudah selesai Nona," kata sang perias beberapa menit kemudian.Laura menengadahkan kepalanya. Melihat pantulan dirinya di kaca oval. Sapuan bedak tipis telah merubah kontur wajahnya."Wow ... Kau benar benar cantik, Nona. Kau terlihat seperti putri dari negeri dongeng," puji asisten MUA. Matanya berbinar terkagum kagum menatap Laura. Laura tersenyum tipis dan mengucapkan terimakasih."Mari Nona acara akan segera dimulai." Seorang pria tinggi, tua, kepala bagian atasnya botak, mengenakan seragam menghampiri Laura. Perempuan itu lantas berdiri mengangkat gaunnya. Laura berjalan dengan pelan. Langkah kakinya membawa ia keluar dari ruangan tata rias dan masuk ke dalam gedun

  • Istri Palsu CEO Lumpuh   Part 4 : Sandiwara

    Tidak ada suara lain selain suara mesin kendaraan yang terdengar. Setelah mengucapkan kata kasarnya tadi pria itu membungkam mulutnya rapat. Laura menoleh ke samping. "Apa aku melakukan kesalahan?" dia memberanikan diri untuk bertanya.Pria itu tidak menjawab. Pandangannya lurus ke depan. Seolah olah tidak mendengar apapun dan suara Laura hanyalah angin berhembus yang tidak berarti eksistensinya."Hey! Aku bertanya padamu," kata Laura sekali lagi. King menoleh sejenak. Matanya sempat membulat lalu kembali normal dalam beberapa detik. "Menurutmu?" tanyanya.Kemudian dia memalingkan wajah tampannya yang dingin ke depan seperti sedia kala.Sementara itu Laura meneguk salivanya kasar. "Dia benar benar mengerikan," ucap batinnya.Bersamaan dengan itu mobil berhenti. Mereka telah sampai di kediaman orang tua Alejandro. Pria itu turun lebih dulu dibantu Ernino untuk duduk di kursi rodanya.Sementara Laura masih terdiam di tempat duduknya bersama segala pemikiran yang berkecamuk dalam kepal

  • Istri Palsu CEO Lumpuh   Part 3 : diselamatkan

    "Lepaskan dia!" suara baritonnya terdengar manly dalam setiap tekanan kata yang diucapkan. King menatap pria tua di depannya tajam dan penuh intimidasi. Ekspresinya datar, namun urat urat di sekitar lehernya tampak menyembul keluar."Kalau aku tidak mau? Dia mempunyai hutang yang sangat banyak. Jadi dia akan ku jadikan isteri paling muda dari isteri isteriku." Dia berjalan memutari tubuh Laura. Pisau di tangannya berkilat kilat, menyentuh kulit pipinya menghantarkan sensasi dingin. Laura menatap takut pisau yang sewaktu waktu dapat melubangi kulitnya. Memancarkan darah segar. Membayangkan saja membuat jantung Laura bergemuruh hebat dan kedua kakinya bergetar."Berapa uang yang kau minta?""Apa?" "Katakan! berapa hutang perempuan itu aku akan membayarnya." Meskipun duduk diatas kursi tidak mengurangi kewibawaan pria itu. Rambutnya dibelah tengah memamerkan jidat paripurnanya. Kemeja tangannya digulung sampai lengan memperlihatkan jam tangan mewahnya. Sementara itu dua kancing kemej

  • Istri Palsu CEO Lumpuh   Part 2 : Setuju

    Hahaha .... Ini konyol sekali. Laura menggeleng gelengkan kepalanya. Perempuan itu tertawa terbahak bahak sambil bertepuk tangan.Sedangkan nyonya didepannya menatapnya datar dan bodyguard di belakangnya siap memukul Laura jika perempuan itu kelewatan."Kau hendak menikahkan ku dengan putramu? Aku mengerti jika kau takut putramu, maaf ... tidak laku. Tapi dari sekian juta wanita kenapa harus aku? Bukankah masih banyak gadis gadis yang lebih berada dan lebih cantik dibandingkan diriku?" tanya Laura begitu tatapannya tak sengaja lurus ke depan.Ia baru sadar sejak tadi mobil mobil mewah nan mengkilat terparkir di depan rumahnya yang kumuh. Sudah jelas pria itu berasal dari keluarga kaya."Karena kau mirip Alena," Jawab sang nyonya. "Dia adalah tunangan putraku yang meninggal saat kecelakaan mobil beberapa bulan lalu. Jadi sekarang kau terimalah tawaranku sebelum kau menyesal karena melewatkan kesempatan ini."Laura berpikir sebentar. Tiba tiba ponselnya berdering. Ternyata itu dari piha

  • Istri Palsu CEO Lumpuh   Part 1 : Tagihan

    "Cepat bayar hutangmu! atau ku hancurkan rumah ini beserta isinya." Rumahnya berantakan. Salah satu dari beberapa pria bertubuh gempal itu berteriak lantang. Mereka berpakaian serba hitam dengan kalung rantai dan tindik yang menghiasi bagian tubuhnya.Laura yang saat itu baru keluar kamar, hendak kembali ke rumah sakit untuk menjaga ibunya shock berat melihat orang orang tidak dikenal mengacak ngacak isi rumahnya."Hentikan omong kosongmu! Keluarlah dari rumahku! Aku tidak punya hutang kepadamu." Perempuan itu mengambil sapu guna mengusir mereka. Begitu sapu hendak diayunkan salah satu dari mereka dengan tampang yang paling garang melemparkan map diatas meja."Baca itu!!!""Aku sibuk! Untuk apa membaca hal yang tidak berguna seperti itu." Laura melangkahkan kaki. Menurutnya lebih baik keluar sekarang daripada membuang waktu melayani para bedebah itu. Namun seseorang mencengkram tangannya erat sekali. Saking eratnya ia merasa aliran darah menuju tangannya bagikan terhenti."Lihat bai

DMCA.com Protection Status