Share

56. Uring-uringan

Penulis: juskelapa
last update Terakhir Diperbarui: 2022-07-10 22:36:57
Sejenak Wira berdiri mematung di depan pintu belakang. Memandang Sully yang berjalan lurus ke depan dan berbelok ke kamar dan langsung keluar dengan handuk di tangannya. Sully hanya melewatinya begitu saja. Wira lalu berjongkok memperbaiki kayu bakar di tungku.

“Sulis mana? Sudah pergi?” Pak Gagah tiba kembali di halaman belakang.

“Bapak dari mana?” tanya Wira.

“Nganter radio tape buat diperbaiki.”

“Bapak minta Sulis masak pakai tungku?” tanya Wira.

“Iya, kenapa? Bapak ajarin dia manut, kok. Sekarang Sulis-nya mana?”

“Aku suruh mandi. Sudah mau siang. Sulis enggak ada ngomong apa-apa?” tanya Wira. Rasanya memang tak mungkin ia mengatakan kalau Sully baru menangis hanya perihal tungku.

“Enggak ada ngomong apa-apa. Bapak malah heran. Dari pagi beresin rumah, cuci piring enggak ada ngomong. Bapak ajarin masak pakai kayu, biar enggak ngelamun aja. Memangnya dia kenapa? Berantem sama kamu?”

“Enggak berantem …,” jawab Wira. Pikirannya mengingat Sully yang menangis usai bicara dengann
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (36)
goodnovel comment avatar
Ummi Wahyu
woooaaahh kenapa bisa dibonceng pria.. bisa keluar tanduk nih si wira
goodnovel comment avatar
Siti Julian
sapa yg boncengin sulis tukng ojek kah atau si duda fariz ... duh mas wira jgn kaku2 donk sama sully
goodnovel comment avatar
Enisensi Klara
semangat kak
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Istri Nakal Mas Petani   57. Jangan Mandiri

    “Maaf aku pulang terlambat, Mas. Tadi abis nonton sepak bola motornya Pretty enggak mau nyala. Itu sekarang didorong pakai motor lain,” jelas Sully, berdiri menatap jalanan yang masih kosong. Sosok Pretty belum terlihat. Ia mencoba mengalihkan tatapan Wira dari pria yang baru saja mengantarkannya pulang. Nyatanya Wira tidak ikut menantikan Pretty sama sekali. “Iya, Mas. Tadi motornya Pretty mogok. Sudah setengah jam dicoba enggak bisa juga. Akhirnya didorong aja.” Pria itu mengangguk pada Wira. “Terima kasih sudah antar istri saya,” ucap Wira pada pria itu. Jelas ia mengenali siapa yang mengantar Sully. Penduduk desa itu tak banyak. Yang punya motor bagus pun bisa dihitung. Yang mengantar Sully adalah Fandi. Adik kandung Fariz. Keduanya ganteng membumi dengan perbedaan status lajang dan duda. Fariz dan Fandi juga anak tengkulak tenar. Ditambah paman mereka, Pak Effendi, yang merupakan tengkulak paling kaya dan nomor satu di Desa Girilayang, membuat kedua kakak beradik itu tenar.

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-11
  • Istri Nakal Mas Petani   58. Menyesap Rasa

    Sepanjang malam itu, mereka berdua lebih banyak diam. Makan malam tanpa obrolan apa pun selain Pak Gagah yang berkali-kali memuji inisiatif Sully mengumpulkan lagu-lagu nostalgia untuknya. Sebagai ucapan terima kasih Pak Gagah memberi imbalan yang membuat Sully bergetar.“Besok Bapak ajari cara penanaman kacang tanah. Bapak punya bibit varietas unggul dan bedengan kosong di dekat kandang kambing. Besok kita coba sama-sama,” janji Pak Gagah.Sully mengangguk di bawah tatapan ragu Wira. Detik itu ia mengerti kalau antara dirinya dan Pak Gagah memiliki pengertian berbeda soal kata ‘imbalan’.Menanam kacang tanah? Sully mengulanginya dalam hati. Apanya yang ditanam? Kacangnya? Batang? Atau menggali tanah kemudian langsung dimasukkan pohonnya? Malam nanti sepertinya ia harus memanfaatkan sinyal tersendat-sendat untuk mencari tahu. Sully tak mau terlihat terlalu bodoh di depan Pak Gagah.Di kamar, Sully menyalakan lampu tidur yang siang tadi dipamerkan Wira padanya. Sudah berapa lama ia bera

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-11
  • Istri Nakal Mas Petani   59. Sebuah Langkah

    Ketika ciuman itu terlepas, Wira refleks membasahi bibirnya.Tangannya masih bertumpu di dekat kepala Sully. Netranya belum bosan melahap visual Sully di bawah redup lampu kamar.“Ayo, aku kunci pintunya sekarang. Nanti Mas ditungguin,” kata Sully, menggeser tubuhnya dan perlahan bangkit. Wira memegangi lengannya sampai ia benar-benar duduk. Pria itu ikut beringsut perlahan.Apa perlu ia mengatakan kalau ada seorang lagi yang akan menemani Saptono di Paguyuban? Kenapa Sully tidak memintanya untuk tetap tinggal? Wira masih memegang lengan wanita itu. Ia belum bangkit dari tepi ranjang. Sully menekuk kaki dan menutup betisnya dengan daster. Apa Sully tidak sadar kalau ia tadi sempat mengusap paha wanita itu. Cepat-cepat Wira berdiri dari tepi ranjang. Bertahan sebentar lagi di kamar itu pasti bisa membuatnya gila. Ia perlu keluar untuk menghirup udara segar.“Kalau mau tidur, tidur aja. Jangan ditunggu. Mungkin bisa lama,” pesan Wira.Sully mengangguk saja sambil mendahului Wira keluar

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-12
  • Istri Nakal Mas Petani   60. Suka Tapi Benci

    Kalau bukan karena suara entah apa yang seakan mengitari jendela dan berada di atap kamar itu, Sully mungkin bisa menunggui Wira sepanjang malam menuju pagi. Sully memang penakut. Walau belum pernah bertemu dengan hal-hal ganjil sepanjang hidupnya, ia konsisten menjadi sosok penakut. Jadi, usai Wira pergi dan mendengar suara aneh, Sully membenamkan dirinya di balik selimut. Sampai dengan ponselnya menggelepar di meja dengan bunyi berisik alarm pagi, Sully melihat posisi bantal dan guling Wira masih rapi. Matanya masih mengantuk, tapi bagaimana pun ia harus bangun mengerjakan hal yang sekarang sudah ia masukkan ke dalam daftar kewajiban. Mi instan yang didapat Sully dari lemari dapur ternyata berhasil memukau Pak Gagah pagi itu. Pak Gagah manggut-manggut sepanjang menyendok mi dari mangkuk. “ Enak, Lis,” kata Pak Gagah. Sully sumringah. Setelah mengiris cabai, bawang dan tomat ceri yang diambilnya dari keranjang, akhirnya ia menemukan menu anti gagal yang layak dimakan. “Bagus sudah

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-13
  • Istri Nakal Mas Petani   61. Sakit, Mas

    Wira menatap punggung Sully yang meninggalkannya bersama Pak Gagah. Awalnya ia mengira Sully akan kesal mendengar ucapannya. Nyatanya, wanita itu malah terlihat kecewa. Sesaat yang lalu, ia memang hanya bertujuan pamit ke Riau pada bapaknya. Kebun Ajeng sudah terjerat dengan tengkulak yang paling berkuasa. Untuk itu, ia harus melakukan hal yang lebih besar. Tak mudah menghadapi Pak Effendi tanpa bukti dan modal memadai. Dan membawa Sully tinggal sejenak di rumah perkebunan, kemungkinan akan semakin menyulitkan wanita itu. Itu perjalanan untuk kepentingan pekerjaan. Bukan liburan. Banyak yang harus dikerjakannya, termasuk menemui wanita bernama Ira. “Gus! Kamu dengar Bapak, enggak? Memang enggak mau bawa Sulis? Kamu enggak lihat istrimu kecewa? Kenapa Sulis enggak pernah ngomel ke kamu? Perempuan itu harusnya ngomel. Kalau sudah diam aja, artinya sudah malas ngurus.” Wira menelan ludah dan melihat Sully berbelok ke kanan. Ia lalu kembali menatap Pak Gagah, “Memang enggak bisa dibawa,

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-13
  • Istri Nakal Mas Petani   62. Harus Ikut

    Mungkin baru menit kelima Sully memeluknya dan setengah meneriakkan kata ‘Mas’ baru Wira tersadar akan kehadiran wanita itu. Emosinya memang sangat memuncak mendengar perkataan Sutrisno yang mencla-mencle soal maksud kedatangannya ke rumah Pak Effendi. Ditambah lagi perkataan soal ‘ribut di rumahnya’, membuat Wira semakin kesal. Apa Sutrisno juga berpikir bahwa kebun yang diberikan pada Ajeng sejak sebelum kakaknya itu menikah adalah juga kepunyaan dia? Itu sebabnya Sutrisno dengan seenak jidat menggadai kebun itu untuk keperluan yang belum jelas?“Tadi pakai sandal itu?” tanya Wira, menunjuk sepasang sandal plastik berwarna cokelat kepunyaan Pak Gagah.Sully mengangguk pelan. “Cuma ada sandal itu di teras. Kalau aku sempat ambil sandalku, aku bakal sekalian blow rambut dan pakai sunscreen sebelum ke sini,” jelas Sully dari atas boncengan motor.Wira turun untuk mengambil sandal bapaknya dan menyalakan sepeda motor dengan tangan kiri menjepit sandal. Ia berkendara dalam diam. Menunduk

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-14
  • Istri Nakal Mas Petani   63. Ikut Aku

    “Udah, lepasin. Jangan pegang-pegang aku,” kata Sully, menarik kakinya dari Wira namun gagal. “Mas tanya….” Ucapan Wira langsung terpotong. “Memangnya aku ada diajak? Memangnya penting ngajak aku? Memangnya aku siapa? Aku cuma numpang makan dan tidur di sini. Malah dikasih uang jajan. Udah dapat semua itu, lalu aku mau apa lagi? Enggak bersyukur banget aku jadi manusia. Luka ini juga enggak usah diobati. Udah enggak sakit. Permisi,” kata Sully, melepaskan tangan Wira dari kakinya dan beringsut. “Jangan emosi gitu.” Wira melihat Sully kembali berbaring dan memunggunginya. “Riau tempat Mas bakal pergi itu sebuah perkebunan kelapa sawit. Mas enggak tinggal di hotel. Tapi di perumahan karyawan—” Sully berbalik dengan sorot tajam memandang Wira. “Kalau enggak salah pertama kali kita ketemu Mas pernah bilang udah resign dari pekerjaan di Riau. Pulang ke sini karena Bapak Mas yang minta. Mas sendiri yang ngomong kita begini, karena Mas enggak mau dijodoh-jodohkan sama Ratna. Jadi, mau nga

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-15
  • Istri Nakal Mas Petani   64. Perjalanan

    Dalam tidurnya Sully mendengar suara Wira memanggil. Ia langsung menjawab. Tak tahu itu mimpi atau bukan. Tadi pria itu membuatnya kesal. Dan ia menyadari kalau belakangan Wira memang sering membuatnya kesal. Entah karena apa saja.“Baju kamu … yang mana yang mau dibawa?”Sully mengerjap. Ternyata itu bukan mimpi. Wira sedang berdiri di depan lemari dengan sebuah koper besar. Kenapa pria itu tiba-tiba menanyakan pakaiannya? Ia mengusap pipi dan merapikan rambut.“Baju yang mana aja? Buat apa?” Sully menatap malas koper kecilnya yang teronggok di sebelah lemari. Bajunya tak banyak. Yang lebih banyak itu peralatan makeupnya.“Besok kita berangkat ke Riau,” kata Wira, menghempaskan dirinya di tepi ranjang seraya membaringkan koper. Lalu mengambil beberapa lembar kemeja dan meletakkannya ke koper. “Ayo, cepat sini. Biar Mas susun,” katanya.“Aku dibawa? Ini pasti karena Bapak, kan? Bukan karena Mas yang mau bawa aku,” kata Sully.“Bukan karena siapa-siapa,” jawab Wira, memutar tubuhnya me

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-16

Bab terbaru

  • Istri Nakal Mas Petani   KABAR GIVEAWAY DARI MAS WIRA & SULIS

    Halo ....Selamat pagi Boeboo tersayang pembaca juskelapa. Semoga semuanya dalam keadaan sehat dan baik-baik saja.Di sini saya mau menginformasikan bahwa novel ISTRI NAKAL MAS PETANI sudah tamat di Bab 280. Apabila kemarin ada penulisan TO BE CONTINUED di akhir bab 280 itu adalah kesalahan penulisan dan error revisi yang terlalu lama. Jangan lupa aplikasinya di-update agar mendapat tampilan terbaru dari GOODNOVEL yang semakin kece ya. Nantinya ISTRI NAKAL MAS PETANI akan diberi bonus chapter di saat kita semua sudah rindu.Kabar gembira giveaway-nya adalah MAS WIRA & SULIS akan memberikan merchandise sederhana untuk 50 orang pertama di peringkat GEMS 1-50. Bagi yang namanya tertera di peringkat tersebut bisa mengirimkan alamat ke :ADMIN JUSKELAPA melalui pesan singkat dengan nomor 0 8 2 2 -5 7 8 5-1 2 3 8 dengan menyertakan tangkapan layar peringkat GEMS (vote).AtauBisa kirim pesan melalui sosial media inssstagram ketik : juskelapa_ di pencarian. Buat yang belum beruntung bisa men

  • Istri Nakal Mas Petani   280. Kenangan Manis Untuk Dikenang (TAMAT)

    Pak Gagah ikut mengangkat gelas teh dan meneguk isinya hampir setengah. Baru menyadari nikmat bertukar cerita yang selama ini diamatinya pada kaum perempuan ternyata juga bisa ia rasakan. Sungguh Pak Gagah ataupun Pak Mangun tidak pernah menyangka bahwa hal yang mereka anggap sebagai tindakan tercela bisa mereka ubah menjadi sesuatu yang membawa masa depan baik untuk desa. “Kamu memang tidak berniat menjodohkan Bagus dan Ratna, kan, Gah?” Pak Mangun meletakkan cangklong di sudut bibirnya. Pak Gagah menggeleng-geleng. “Tidak…tidak. Aku tahu maksud Effendi menekan Ajeng soal hutang dan sertifikat kebun pasti berkaitan dengan Bagus. Ratna itu mondar-mandir terus di dekat rumah sini. Setiap berpapasan jalan yang ditanya Bagus. Tapi Bagus, kan, di Riau.” Pak Mangun tergelak. “Oh, sekarang aku ingat. Karena Ratna sering ke sini kamu jadi kepikiran ide buat ngomong kalau Bagus dijodohkan dengan Ratna.” “Alasan perjodohan itu ditambah dengan banyaknya petani yang terjerat hutang di Effend

  • Istri Nakal Mas Petani   279. Impian Yang Terwujud

    Desa Girilayang itu terletak di kaki Merapi. Awalnya desa itu hanya berisi 12 kepala keluarga dengan 34 jiwa. Kakek buyut Pak Mangun dan Pak Gagah disebut-sebut sebagai orang pertama yang tinggal di desa itu untuk pertama kalinya. Secara geografis Desa Girilayang merupakan sebuah punggung bukit yang diisolasi oleh dua jurang di sisi sebelah barat dan timur. Itu sebabnya sebelum pembangunan jembatan seluruh warga desa harus berjalan memutari bukit dan cukup lama berada di jalan untuk bisa sampai ke kota.Pada sebuah peringatan hari kemerdekaan Republik Indonesia Wira pernah menyampaikan pidatonya yang mengatakan bahwa Desa Girilayang adalah tempat di mana semua warganya menjaga adat istiadat yang merupakan warisan leluhur. Juga melestarikan tempat-tempat wisata sejarah berikut pemandangan alam cantiknya untuk mendongkrak kemajuan desa dalam bidang pariwisata.Semua orang setuju dengan apa yang disampaikan Wira dan setuju dengan apa yang dilakukan Kepala Desa Girilayang terpilih itu u

  • Istri Nakal Mas Petani   278. Menyambut Yang Keempat

    Morning sickness yang dialami Sully berlangsung sampai kehamilannya menginjak usia delapan bulan. Sully mulai kuat terhadap bau-bauan dan bisa makan dalam porsi yang lebih banyak. Jika sebelumnya ia sulit menelan air dingin, masuk bulan kedelapan Sully sudah bisa memanjakan lidahnya dengan es teh manis. Seluruh keluarga besar Pak Gagah ikut senang dengan perubahan baik itu. Sully yang ceria sudah kembali. Pagi hari Sully ikut mendampingi anak-anaknya mandi dan makan. Kerjanya tak hanya bergulung di ranjang saja. Sully sudah mulai rajin seperti biasa. Ia juga mulai menggoda Wira dengan meremas bokongnya atau menggaruk perut pria itu. Wira menyambut bahagia godaan-godaan Sully. Sudah cukup lama pemenuhan kebutuhan batinnya berdasar mood istrinya itu. Menunggu belas kasihan Sully yang mau memberikan dengan sukarela tanpa mulut mengerucut. Memasuki bulan kedelapan mereka sudah kembali bercinta dengan hangat. Kehamilan yang terbebas dari morning sickness, tiga anak laki-lakinya sehat, pa

  • Istri Nakal Mas Petani   277. Dalam Sebuah Pesta

    Kedatangan keluarga Pak Gagah yang hanya berjarak seminggu sebelum pesta pernikahan Oky membuat Pak Anwar menyusun agenda sepadat mungkin untuk mengajak besan berkeliling kampunghalamannya.Hal pertama yang dilakukan Pak Anwar adalah mengajak Pak Gagah melihat kebun kelapa Sully yang dibelikan Wira. Dalam perjalanan menuju kebun itu tak lupa Pak Anwar menunjukkan jalan hasil pengaspalan yang didanai oleh Wira.“Lihat seberapa panjangnya jalan menuju ke kebun kelapa ini, kan? Nah, ini semua Bagus yang mengaspal. Warga yang sudah lama mengharapkan perbaikan jalan bisa ikut menikmati yang dilakukan Bagus. Apa yang dilakukannya ini membawa banyak kebaikan. Bahkan warga yang tidak kenal Bagus secara pribadi malah mengenal namanya. Pernah sekali waktu saya ke kebun kelapa, ada seorang pria yang baru pulang merantau menanyakan soal jalan yang bagus. Orang tuanya langsung mengatakan jalan ini diaspal menantunya Pak Anwar. Namanya Bagus.” Pak Anwar terkekeh-kekeh senang saat menceritakan kisah

  • Istri Nakal Mas Petani   276. Resepsi dan Silaturahmi

    Rombongan itu benar-benar ramai. Tiga generasi melalui perjalanan panjang berpindah-pindah moda transportasi. Pak Gagah yang sudah lama tidak melancong jauh bangun paling pagi dibanding yang lain. Pria tua itu mengecek semua bawaan mereka untuk kesekian kalinya.Perjalanan hari itu dimulai dengan Asmari dan seorang supir dari pabrik yang diminta mengantar ke bandara.“Asmari ikut juga, kan, Gus? Masa Hendro resepsi Asmari enggak ikut?” Belum apa-apa Pak Gagah sudah protes karena Asmari yang belakangan dekat dengan Hendro tidak terlihat memiliki tentengan.“Asmari ikut, Pak. Nanti setelah mengantar kita ke terminal keberangkatan dia titip mobil di parkir inap bandara. Asmari berangkatnya satu pesawat bersama Pretty dan ibunya.” Wira baru saja melepas Asmari untuk meletakkan mobil di parkir inap. Pak Gagah yang sedang menggendong Bima pun sepertinya masih punya banyak waktu untuk memperhatikan orang sekitar.“Bapak capek? Bima bisa diletak dulu di stroller. Gantian sama Tika. Dari tadi

  • Istri Nakal Mas Petani   275. Rencana Perjalanan Jauh

    Dan bukan Sully namanya kalau segala yang ia lakukan tidak menimbulkan kehebohan orang sekeliling. Malam itu setelah mengutarakan keinginannya dengan cara merajuk, Wira menyanggupi semua hal yang akan dilakukan oleh istrinya itu agar mereka mendapatkan seorang bayi perempuan.Pertama-tama mereka berdua mendatangi praktek Dokter Masayu untuk berkonsultasi. Sully santai saja saat mengutarakan keinginannya. Raut dan gesture-nya sangat percaya diri seperti biasa. Terutama saat Dokter Masayu bertanya, “Sulis sudah mau program bayi perempuan? Awang belum dua bulan.” Dokter Masayu mengingatkan.Wira yang masih mengenakan seragam cokelat mengangguk yakin. “Katanya mau sekarang aja, Dok. Biar sekalian aja.”“Kalau bisa sekarang kenapa harus nanti gitu, Dok. Kemarin hamilnya Awang juga bisa secepat itu. Saya mau tahu tips-tips khusus buat hamil anak perempuan.” Sully bicara dengan kedua tangannya yang melingkari lengan Wira. Ia sudah tidak peduli lagi dengan komentar ketiga kakaknya. Karena jik

  • Istri Nakal Mas Petani   274. Sebuah Impian Sully

    Bisa dibilang Sully memasuki masa sedang repot-repotnya. Ulang tahun pertama pabrik pengolahan aren PT. Putra Pertiwi Wira hadir sendirian. Ulang tahun pabrik yang harusnya bersamaan dengan ulang tahun si kembar ternyata perayaannya harus dilewatkan karena Sully baru melahirkan putra ketiganya.Putra ketiga Sully dan Wira lahir di bulan yang sama dengan kelahiran Bima dan Sakti. Dan keluarga Sully kembali datang dengan formasi yang sama. Sari; kakak Sully adalah orang yang pertama kali tertawa terbahak-bahak setelah mengetahui kehamilan adiknya.Dan hari itu, satu bulan setelah Sully melahirkan Sari kembali datang dengan anak bungsunya yang mulai belajar jalan. Dari ketiga kakak Sully, Sari pulalah yang menggendong putra ketiga adiknya itu sambil mengatakan, “Selamat datang putra ketiga adikku yang dulunya setiap hari ngomong jangan banyak anak.”Karena itu Sully mengerucutkan bibir memandang kakaknya.Keramaian ulang tahun pertama pabrik pengolahan aren PT. Putra Pertiwi memang senga

  • Istri Nakal Mas Petani   273. Bukan Kelalaian

    Sully sudah melupakan tentang percintaan sore yang dilakukannya dengan penuh semangat dan keringat. Fokusnya sementara hanya tertuju merawat putra kembarnya dan mengerjakan dua tawaran endorsement yang sudah ia sanggupi. Ada dua iklan yang videonya sedang mereka garap. Pil pelancar ASI dan produk korset pelangsing perut. Kedua endorsement itu diterima Sully dengan penuh suka cita. Terlebih tenaga ‘babysitter’ si kembar masih melimpah ruah.Semua orang di rumah sedang berlomba-lomba menjadi sosok yang paling bisa menaklukkan hati si kembar. Semua ingin mendapat sebutan orang yang paling bisa membuat si kembar langsung tenang saat menangis. Termasuk Pak Anwar dan Bu Dahlia yang biasanya sering berdebat kecil. Suami istri itu kini terlihat kompak menjaga cucu laki-laki dari anak bungsu mereka.“Kita harus sering-sering bikin konsep video begini. Biaya produksinya kecil, mengedukasi, juga anti ribet-ribet klub.” Sully sedang membereskan kotak make-upnya.“Konsepnya emang bagus, tapi nggak

DMCA.com Protection Status