"Tuan.""Eh, iya, ada apa?"Ayunda menatap heran pada pria yang agak terperanjat saat tadi dia memanggilnya. Meski hanya melihatnya sekilas, tingkah Elang yang spontan itu membuat senyum Ayunda mengembang disertai dengan gelengan kepala beberapa kali."Tidak... tidak ada apa-apa," jawab Ayunda sembari mengedarkan pandangannya kembali ke tepi jalan, "mungkin Tuan enggan menjawab pertanyaanku, jadi Tuan mendadak terdiam gitu. Maaf."Sekarang gantian Elang yang menatap Ayunda sejenak dengan dahi yang berkerut. Elang memang harus fokus ke arah jalan karena sedang mengemudi, jadi dia tidak bisa berlama-lama menatap calon istrinya. Setelah beberapa detik mencerna ucapan Ayunda, Elang malah terkekeh lirih. "Hehehe, maaf, tadi aku hanya sempat keingat hal lain, sampai lupa menjawab pertanyaan kamu," kilahnya.Elang tidak mungkin menjawab jujur. Entah kenapa Elang sedikit merasa takut, Ayunda akan marah atau bertindak berlebih jika wanita itu tahu alasan Elang mengajaknya menikah dan tidak ad
Pertemuan yang tidak direncanakan antara dua keluarga itu, kini telah berakhir. Dengan meraih berbagai kesepakatan bersama, mereka sudah mengambil keputusan demi lancarnya pernikahan yang akan terjadi pada salah satu anggota dari dua keluarga itu sendiri.Setelah merasa tidak ada lagi yang perlu dibahas, keluarga Elang memilih undur diri termasuk Elang juga. Cukup lama mereka ada di rumah tersebut karena yang menjadi bahan pembahasan memang cukup banyak juga. Meskipun acara pernikahan yang akan berlangsung dalam waktu tiga hari ke depan, adalah sebuah pernikahan sederhana, tapi persiapan yang dilakukan tidak harus asal-asalan begitu saja. Apalagi yang akan menjalani pernikahan bukan orang sembarangan, jadi acara sakral tersebut harus tetap terlihat sempurna saat pelaksanaannya nanti.Dari pertemuan dua keluarga itu juga berhasil menumbuhkan kesan mendalam bagi masing-masing keluarga. Mereka bisa saling menilai, sikap dan kepribadian satu sama lain dari interaksi dua keluarga yang ak
Geram, itulah yang dirasakan Pemegang saham tertinggi dari Harmoni Altemose grup saat ini. Mendengar kabar dari sang asisten membuat pria berusia 40 tahun itu tidak habis pikir dengan perbuatan orang yang paling dekat dengan keluarganya.Elang memang tidak memiliki bukti kalau Om dan tantenya yang membuat para pemegang saham dan juga rekan kerja mengetahui tentang rencana pernikahannya. Namun Elang sangat meyakini kalau yang melakukan semua ini adalah sepupu dari ibunya tersebut.Jarak 10 tahun perbedaan usia antara Elang dan Om Bonar, membuat Elang tidak terlalu menaruh rasa hormat kepada pamannya tersebut. Semua itu tentu saja disebabkan oleh sikap Bonar yang memang sok berkuasa sejak dahulu dikala Elang masih remaja.Dari usia belasan tahun, Elang memang tidak menyukai Bonar. Entah kenapa, Elang merasa kalau Pamannya itu hanya memanfaatkan Mamanya untuk menjadi orang yang terpandang. Ditambah lagi dukungan dari Papanya Elang, membuat pria itu semakin besar kepala saja."Apa kamu ya
Bonar dan Ratih begitu syok, mendengar ultimatum yang dilayangkan untuk mereka. Mata sepasang suami istri itu membulat sempurna, dan keduanya tidak menyangka kalau mereka akan mendapatkan ancaman yang begitu besar dari wanita yang mereka anggap sebagai Kakak.Siapapun orangnya,tidak akan ada yang menginginkan hidupnya berada dalam keadaan yang miskin. Begitu juga dengan Bonar dan Ratih Meski mereka juga bukan terlahir dari keluarga kaya raya, keduanya sudah dipastikan tidak ingin melepaskan begitu saja kehidupan mewah yang selama ini mereka jalani sejak menjadi bagian dari keluarga Altemose."Astaga, Mbak. Serius, aku tidak pernah menyebarkan berita tentang pernikahan Elang," Ratih masih berusaha membela diri, "Aku hanya tidak sengaja menceritakan niat Elang untuk menikah ke beberapa teman Mbak. Ibarat kata, aku tuh keceplosan.""Ya itu sama saja," sahut Erlin lantang. Terlihat dengan sangat jelas kemarahan dari wanita yang memilik dua anak tersebut."Sudahlah, Tante, nggak usah menge
"Sekarang, cepat katakan, apa yang ingin Om dan Tante bicarakan sama saya?" Elang langsung melempar pertanyaan begitu dia duduk di tempat yang sudah disediakan oleh sepasang suami istri di hadapannya. Dengan sikap yang biasa dia tunjukan, membuat nyali lawan bicara pria itu menciut."Apa tidak sebaiknya kita menikmati hidangan terlebih dahulu?" Ratih mencoba memberi penawaran. Meski sikap dingin Elang mampu membuat wanita itu takut, Ratih berusaha menepisnya dengan sikap yang dibuat setenang mungkin.Elang seketika menatap tajam wanita yang usianya lebih tua tujuh tahun dari dirinya untuk beberapa detik. Tanpa banyak kata, Elang bersiap untuk angkat kaki dari tempat tersebut membuat sepasang suami istri yang ada di sana sontak gelagapan."Kamu mau ke mana, Lang? Om kan belum bicara," bonar berkata sembari memegang lengan Elang agar sang keponakan tidak pergi.Elang melirik tajam tangan Bonar sampai tangan itu terlepas dengan sendirinya. Kemudian diw menatap tak suka kepada pria itu da
Kesal, marah dan kecewa, itulah yang dirasakan seorang wanita, yang baru saja gagal menjalankan rencananya. Segala umpatan dan makian keluar dari mulut Amanda sejak dia ditolak tanpa kata satupun oleh pria yang akan dijebak olehnya.Dari awal Amanda memang telah berhasil menyelinap masuk ke kamar Elang di saat si pemilik kamar sedang bersama keluarganya. Lalu dia memasukkan obat yang sudah disiapkan ke dalam minuman yang memang biasa Elang sediakan di dalam kamar, berjalan dengan sangatvlancar. Namun, sayang, rencana selanjutnya tidak selalu sesuai dengan keinginan.Minuman yang sudah dicampuri obat perangsang memang berhasil masuk ke dalam tubuh Elang. Namun ketika Amanda akan menjalankan rencana penentu, wanita itu justru mendapat kegagalan yang sangat tidak dia duga. Tadi, saat Amanda mendatangi kamar Elang dengan sandiwara yang sudah dia siapkan, Elang justru sama sekali tidak membukaan pintu kamarnya. Setelah memakai jubah tidurnya, Elang memang melangkah ke arah pintu kamarnya,
"Bagaimana saksi? Sah?""Sahhhh!"Rangkaian kata syukur langsung dipanjatkan setelah kata sah menggema dari semua yang hadir dan menjadi saksi atas ikrar ijab qabul yang diucapkan dengan lantang dari mulut mempelai pria. Senyum pun turut menghiasi dari semua bibir yang ada di sana, menyaksikan jalannya pesta pernikahan yang berlangsung sejak beberapa menit tadi.Meskipun bukan pesta pernikahan yang terbilang mewah, tapi acara yang direncanakan dalam waktu singkat tersebut berlangsung tanpa kendala yang berarti. Semuanya lancar dari hal yang paling kecil sekalipun. Tentu saja suksesnya acara pernikahan Elang dan Ayunda, tak lepas dari pengaruh pemilik hotel yang menjadi mempelai pria itu."Apa kamu tidak bahagia?" bisik Elang kepada wanita yang sekarang telah menjadi istrinya. Elang melempar pertanyaan seperti itu karena sedari tadi setelah akad sampai keduanya duduk di pelaminan, ELang merasa senyum yang Ayunda kembangkan bukan senyum kebahagian seperti dirinya."Eh, em..." Ayunda jus
Canggung dan bingung, itulah yang dirasakan Elang saat ini. Begitu petang tiba, Elang masih berada di dalam kamarnya sejak selesai mandi tadi sore. Elang tidak tahu, apa yang harus dia lakukan selama berada di rumah keluarga istrinya. Sebagai penghilang rasa bingung, Elang memilih memeriksa pekerjaannya melalui ponselnya. Bukan hanya pekerjaan saja, Elang juga mengecek beberapa media pemberitaan. Elang berpikir mungkin saat ini berita pernikahannya yang diam-diam, menjadi sebuah berita yang hangat untuk diperbincangkan. Jika memang ada, Elang akan memerintahkan tim khusus untuk menangani berita tersebut agar tidak meluas.Bukannya tidak senang kabar pernikahannya diketahui banyak orang, Elang hanya tidak mau berurusan dengan pihak media untuk sekedar memberi penjelasan yang menurutnya tidak penting bagi dirinya. "Mas, makan dulu," sebuah suara milik wanita yang sudah menjadi istrinya, berhasil mengalihkan pandangan Elang dari layar ponsel. Elang mendongak, menatap Ayunda yang masih
Elang dan Ayunda kini sudah bisa bernafas lega. Setelah tadi berbicara cukup lama dengan orang tua Ayunda, akhirnya Malik dan Rumana mengerti dan memahami alasan Elang menikahi anak mereka.Pada akhirnya, Elang memilih jujur, tentang surat tanah yang dijadikan jaminan untuk mengajak Ayunda menikah. Menurut Elang, dia memang lebih baik jujur saat itu juga karena kalau Elang memilih berbohong, Elang takut akan ada kejadian tidak terduga seperti beberapa hari terakhir ini.Tentu saja Rumana dan Malik cukup kecewa kala mendengar kejujuran dari mulut sang menantu. Bahkan Rumana sempat menangis saat dia tahu dari mulut anaknya sendiri, kalau Ayunda mau menikah dengan Elang semata-mata hanya karena ingin menyelamatkan harta berharga milik orang tuanya.Setelah terjadi sedikit perdebatan, akhirnya secara perlahan, Elang mampu meyakinkan orang tua Ayunda kalau dia akan bertanggung jawab penuh atas kebahagiaan istrinya. Elang juga dengan lantang mengatakan kalau pernikahan yang dia jalani bersa
Untuk beberapa saat Ayunda terdiam sembari menatap salah satu sahabatnya, yang baru saja melempar pertanyaan kepadanya. Ayunda tertegun untuk beberapa saat lalu dia berpikir mengenai pertanyaan tersebut dan berusaha mencari jawaban yang tepat.Tak lama setelahnya Ayunda tersenyum dan melempar pandangannya kepada dua sahabatnya. "Kalaupun selamanya Mas Elang tetap memandangku sebagai mantan istrinya yang meninggal, bukankah itu merupakan hal yang bagus?"Sekarang gantian dua sahabatnya yang tertegun mendengar penuturan Ayunda. "Hal yang bagus? Apa maksudmu?" tanya Yanti.Ayunda masih setia dengan senyumnya yang terkembang. "Bayangkan saja, selama Mas Elang menjadi duda, dia selalu tenggelam dalam bayangan istrinya, bukankah setidaknya itu sesuatu yang bagus? Hal itu menunjukan betapa setianya Mas elang pada satu nama wanita. Lalu, apa aku harus terlalu mempermasalahkan jika Mas Elang menganggapku hanya sebagai pelepas rindu pada mantan istrinya?"Untuk beberapa saat Maya dan Yanti menu
"Kamu ingin bertemu dengan istri Elang?" sontak, Laras langsung bertanya kembali begitu mendengar permintaaan mantan besannya. Dengan kening berkerut dan mata agak menyipit, Laras menatap lawan bicaranya, menuntut alasan dibalik permintaan tamunya itu.Rebeca mengangguk yakin. Wanita berwajah blesteran itu mambalas tatapan Laras dan tatapannya sukar untuk diartikan. "Aku ingin melepas rindu pada anakku, Jeng," ucap Rebeca lirih dan wanita itu sedikit menunduk.Laras semakin menunjukan wajah terkejutnya. Namun setelah pikirannya mencerna untuk beberapa saat, kepala Laras mengangguk beberapa kali sebagai tanda kalau dia memahami tujuan tamunya meski ada perasaan sedikit curiga."Asal tidak ada niat lain, saya sendiri tidak keberatan kamu menemui menantuku," Laras menjawabnya dengan tenang dan pelan, tapi sukses membuat lawan bicaranya menatapnya penuh tanya."Apa maksud kamu?" Rebeca bertanya dengan wajah terlihat bingung."Selama ini, aku sering mendengar, kamu selalu menyalahkan anakk
"Mama!" Bella sedikit memekik kala matanya menangkap sosok wanita yang sudah melahirkannya, berada dalam ruang kerjanya. Dari sorot mata sang mama, Bella dengan jelas melihat amarah yang besar dan Bella bisa menebak kalau amarah itu tertuju kepadanya.Di sana juga ada sosok pria yang menatap Bella dengan pandangan yang cukup membuat Bella semakin gelisah. Bella tidak menyangka kalau pria yang baru saja dia hubungi melalui telephone, ada di kantornya, membuat wanita itu diliputi penuh tanda tanya juga."Mama ngapain di sini?" tanya Bella dengan sikap yang dibuat setenang mungkin. Meski dia sudah tahu tujuan wanita yang akrab dipanggil Marina berada di kantornya, tapi Bella memang harus bisa bersikap biasa saja."Maksud kamu apa, berbuat seperti itu kepada Elang?" Marins langsung melempar pertanyaan yang menjadi sumber kemarahannya. "Berbuat apa sih, Ma?" Bella bertanya seperti orang bodoh dan sikap wanita itu justru semakin membuat sang Mama bertambah murka."Nggak perlu banyak drama
"Mas Erik!" suara Ayunda sedikit meninggi karena dia cukup terkejut dengan kedatangan tamu tak terduga, yang baru saja disebut namanya. Sudah pasti rasa heran tumbuh dalam benak wanita itu dan saat itu juga banyak pertanyaan yang bermunculan dalam pikirannya."Apa kabar, Ayund?" sapa pria yang sudah duduk di kursi, yang ada di teras rumah Ayunda. Pria itu bahkan langsung berdiri dan segera mengulurkan tangan, mengajak Ayunda untuk berjabat tangan. "Baik," jawab Ayunda agak tidak nyaman, meski dia membalas uluran tangan tamunya, lalu dia kembali mengajak pria itu untuk duduk. "Mas Erik tahu darimana rumah saya?" tanya wanita itu penuh selidik karena hal itu salah satu alasan yang membuat Ayunda heran."Dari orang-orang sekitar kota ini. Kebetulan aku sedang ada pekerjaan di kota ini, jadi ya aku sekalian aja pengin mampir. Tidak cukup sulit loh mencari alamat rumah kamu," jawab Erik nampak begitu tenang dengan senyum tipis yang masih terkembang."Terus, bagaimana Mas Erik tahu aku a
"Sayang?" gumam Ayunda lirih dengan kening berkerut. Wanita itu merasa heran serta takjub secara bersamaan, begitu mendengar kata sayang keluar dari mulut Elang. "Apa dia sudah gila?" gumamnya lagi merasa geli dan wanita itu menahan senyumnya agar tidak merekah.Ayunda sungguh terperangah kala menyaksikan sang suami dengan penuh rasa percaya diri mengucapkan kata sayang dalam acara konferensi persnya. Entah apa yang harus Ayunda lakukan saat ini, dia seketika diliputi rasa bingung. "Nggak usah pura-pura kaget gitu," celetuk Rumana yang diam-diam memperhatikan tingkah putrinya sampai Ayunda terkesiap dan menoleh ke arahnya saat itu juga."Apaan sih, bu?" sungut Ayunda menutupi rasa malunya. Wanita itu sedikit salah tingkah karena tatapan dan senyum sang ibu, benar-benar sedang meledeknya."Ya harusnya kamu seneng dong, kalau Elang beneran sayang sama kamu. Berarti dia memang nggak main-main waktu ngajak nikah kamu secara mendadak," ucap Rumana mencoba bersikap bijak dan sedikit mengh
Untuk beberapa detik lamanya, Elang masih berdiri, menatap layar lebar yang menampilkan beberapa foto wajah istrinya. Foto-foto yang Elang pamerkan saat menikmati waktu berdua bersama sang istri, meninggalkan kesan tersendiri dalam benak pria tersebut."Apa anda semua percaya dengan yang namanya tertarik pada pandangan pertama?" suara Elang memecah keheningan ruangan konferensi pers. Setelah tadi hampir semua terdiam karena menunggu Elang berbicara, saat ini ruangan tersebut kembali terdengar riuh begitu Elang mengeluarkan satu pertanyaan.Elang tersenyum, lalu pria itu berbalik badan dan melangkah pelan menuju tempat duduk yang sedari tadi dia gunakan. "Kalian pasti pernah merasakan tertarik kepada seseorang pada pandangan pertama kali bukan?" tanya Elang lagi sembari melangkah.Beberapa suara langsung berkomentar, mengiyakan pertanyaan pria tersebut. "Apa itu yang anda alami kepada istri anda yang sekarang?" tanya salah satu wartawan.Elang kembali menunjukkan senyum bahagianya de
Wanita yang sedari tadi duduk di antara para wartawan, seketika terkesiap kala Elang dengan sangat tenang menunjukan jari ke arahnya. Dia begitu terkejut dan tidak menyangka kalau Elang akan mengetahui kehadirannya dalam jumpa pers kali ini.Saat itu juga, semua mata dan kamera pun langsung mengarah kepada wanita yang namanya baru saja disebut oleh pria yang sekarang berdiri angkuh sembari menunjukkan senyum sinisnya. Bella seketika merasa terpojok dan terlihat begitu salah tingkah.Sungguh, apa yang dilakukan Elang saat ini membuat Bella syok luar biasa. Penyamaran yang menurutnya sempurna, nyatanya tidak bisa mengelabui mata Elang. Bella benar-benar dibuat terkecoh dengan sikap Elang yang sedari tadi nampak tidak memandang ke arahnya."Apa! Kamu menuduhku? Nggak salah?" karena sudah terlanjur tertangkap basah, Bella pun tidak memiliki pilihan lain selain membuka masker dan menunjukan dirinya. Wanita itu juga berpikir cepat untuk membela diri agar terlepas dari tuduhan yang Elang lay
"Wahh, foto apa itu?" seru beberapa orang kala mata mereka menyaksikan beberapa foto yang terpampang pada layar lebar. Bukan hanya orang-orang yang berada dalam satu ruangan pertemuan dimana dalam ruangan tersebut terdapat banyak wartawan, tapi suara penuh keterkejutan juga menggema dari berbagai pelosok, orang-orang yang menyaksikan tayangan konferensi pers seorang pemimpin perusahaan dari berbagai media."Elang? Kenapa dia bisa berbuat nekat seperti itu? Apa sebenarnya yang dia rencanakan?" gumam seseoang, yang sedari tadi duduk di antara para wartawan. Orang yang memilih kursi di deretan paling belakang tersebut benar-benar tercengang dengan apa yang dilakukan Elang saat ini.Berbagai tanggapan dan dugaan pun mulai bermunculan seiring terpampangnya beberapa foto tersebut. Ada yang mengomentarinya dengan cukup bijak, ada juga yang langsung menghina dan memaki serta menvonis dengan segala perkataan buruk. "Ma, kenapa Mas Elang menunjukan foto-foto itu? Apa Mas Elang mau nyari mati?