Masih di hari yang sama, Elang nampak sedang disibukan dengan beberapa berkas yang berserekan di atas mejanya. Meski sebagian telah dia periksa dan dikasih tanda tangan, masih ada beberapa berkas yang harus dia periksa lagi dengan teliti.Sebagai pemlik beberapa bisnis yang tersebar di berbagai tempat, Elang memang harus lebih teliti dalam memeriksa segala sesuatu yang berhubungan dengan usahanya. Melalui tumpukan berkas tersebut, Elang bisa mendapatkan informasi semua yang berhubungan dengan cabang perusahaannya yang ada di tempat lain."Permisi, Tuan," Aldi, sang asisten menyapanya, setelah tadi sempat mengetuk pintu. Pria yang sudah memiliki satu orang anak laki-laki itu mendekat tanpa membawa apapun di tangannya, membuat Elang yang sempat meliriknya, mengangkat alis mata kanannya."Ada apa?" tanya Elang khas dengan suara baritonnya. Pria itu masih asyik dengan berkas yang cukup membuatnya pria itu pusing."Di bawah ada Nona Ayunda, Tuan," jawaban dari mulut Aldi sukses membuat Ela
Saat ini, Ayunda sudah berada dalam satu mobil bersama pria yang akan menjadi suaminya. Untuk beberapa saat, wanita itu hanya terdiam dengan perasaan yang cukup rumit. Ingin mengajak ngobrol calon suaminya, tapi pria itu nampak sedang fokus mengemudikan laju mobil yang dikendarainya.Bagi Ayunda, sikap Elang memang sangat membingungkan. Entah pada dasarnya pria itu memang pendiam atau bagaimana, tapi yang pasti wajah datar yang Elang tunjukkan, membuat Ayunda merasa serba salah.Dalam benak, sebenarnya Ayunda ingin mengajak Elang berbincang, tapi raut wajah yang ditunjukkan Elang, membuat gadis berlesung pipi itu mengurungkan niatnya."Di mana tempat yang akan kita kunjungi?" sebuah pertanyaan tiba-tiba meluncur dari mulut Elang. Meski wajahnya tanpa ekpresi, pertanyaan tersebut cukup membuat Ayunda terkejut sampai wanita itu menoleh dan menatapnya dengan tatapan bingung."Kenapa malah lihatin saya?" sebuah pertanyan kembali meluncur dan hal itu sukses memebuat Ayunda salah tingkah.M
"Ayunda!" suara seorang pria yang memanggil nama Ayunda dengan jelas, sontak membuat si pemilik nama dan juga orang di sekitarnya menoleh. Begitu melihat siapa yang memanggil, raut muka berbeda ditunjukan oleh Ayunda dan Elang juga si pemilik rumah."Ah, benar, ternyata itu kamu," dia seorang pria dan wajahnya terlihat begitu berbinar saat langkah kakinya mendekat ke tempat di mana Ayunda berada. "Kamu ngapain di sini?"Elang menatap pria tersebut dengan tatapan menyelidik. Bahkan pria itu sampai mengangkat satu alisnya karena Elang merasa aneh dengan sikap pria yang sudah dipastikan usianya lebih muda dari dirinya. Bukan hanya pria muda saja yang menjadi perhatian Elang, sikap Ayunda saat ini juga tidak luput dari perhatian pria itu. Dari raut wajah yang ditunjukan Ayunda, sepertinya wanita itu tidak terlalu senang dengan kehadiran pria muda tersebut. Entah ada hubungan apa, antara Ayunda dan pria itu, Elang akan mencari tahunya nanti."Yun, kok diam? Kamu ngapain ada di sini?" kare
Setelah mengungkap siapa jati diri calon suami Ayunda, sepasang suami istri yang tadi mengajak Ayunda berdebat, seketika itu mereka terbungkam. Dengan mata agak melebar. Suami istri itu serta si pemilik rumah menatap Ayunda dan calon suaminya dengan tatapan tidak percaya."Lebih baik sekarang kita pulang, Mas," ajak Vera sambil menyeret suaminya. "Pria itu bukan tandingan kamu!"Dari ucapan Vera, sepertinya wanita itu memang mengetahui siapa itu Elang Banu Altemose. Tanpa banyak protes, Rio melangkah, mengikuti istrinya, dengan tatapan yang cukup rumit. Selain terkejut, sepertinya pria itu tidak terima dengan pernikahan mantan kekasihnya tersebut."Bagaimana Ayunda bisa seberuntung itu? Apa Ayunda menggunakan guna-guna?" gumam Vera begitu langkah kakinya dan suaminya sudah agak jauh dari rumah Sandri."Hat-hati kamu kalau ngomong. Ayunda bukan wanita seperti itu," dengan ketus Rio malah membela wanita lain, membuat Vera langsung menatapnya tak suka."Bisa jadi, loh. Kamu tahu kan, aku
Elang tidak menyangka, dirinya bisa menghabiskan makanan di tempat makan seperti ini. Tempatnya sangat sederhana dengan ruangan yang tidak terlalu luas. Pengunjungnya pun kebanyakan dari masyarakat dengan tingkat ekonomi kelas menengah ke bawah.Meski tempatnya tidak semewah restoran mahal yang sering Elang kunjungi, tapi tempatnya cukup bersih. Dengan harga yang murah dan juga rasa yang enak, Elang menjadi tahu kenapa rumah makan tersebut cukup ramai oleh pengunjung dengan berbagai profesi."Apa kamu biasa makan di tempat itu?" Elang membuka obrolan, begitu dia dan wanita yang akan menjadi istrinya, sudah kembali berada di dalam mobil. Mobil itu telah melaju pelan sejak beberapa detik yang lalu.Ayunda menoleh sekilas, lalu dia mengangguk cepat dengan diiringi senyuman tipis. "Di sana selain enak, harganya juga sangat murah. Kalau tadi yang kita makan, itu sudah termasuk harga yang mahal, Tuan. Biasanya, sepuluh ribu juga saya sudah kenyang.""Apa! Tadi yang kita makan sudah terbilan
"Tuan.""Eh, iya, ada apa?"Ayunda menatap heran pada pria yang agak terperanjat saat tadi dia memanggilnya. Meski hanya melihatnya sekilas, tingkah Elang yang spontan itu membuat senyum Ayunda mengembang disertai dengan gelengan kepala beberapa kali."Tidak... tidak ada apa-apa," jawab Ayunda sembari mengedarkan pandangannya kembali ke tepi jalan, "mungkin Tuan enggan menjawab pertanyaanku, jadi Tuan mendadak terdiam gitu. Maaf."Sekarang gantian Elang yang menatap Ayunda sejenak dengan dahi yang berkerut. Elang memang harus fokus ke arah jalan karena sedang mengemudi, jadi dia tidak bisa berlama-lama menatap calon istrinya. Setelah beberapa detik mencerna ucapan Ayunda, Elang malah terkekeh lirih. "Hehehe, maaf, tadi aku hanya sempat keingat hal lain, sampai lupa menjawab pertanyaan kamu," kilahnya.Elang tidak mungkin menjawab jujur. Entah kenapa Elang sedikit merasa takut, Ayunda akan marah atau bertindak berlebih jika wanita itu tahu alasan Elang mengajaknya menikah dan tidak ad
Pertemuan yang tidak direncanakan antara dua keluarga itu, kini telah berakhir. Dengan meraih berbagai kesepakatan bersama, mereka sudah mengambil keputusan demi lancarnya pernikahan yang akan terjadi pada salah satu anggota dari dua keluarga itu sendiri.Setelah merasa tidak ada lagi yang perlu dibahas, keluarga Elang memilih undur diri termasuk Elang juga. Cukup lama mereka ada di rumah tersebut karena yang menjadi bahan pembahasan memang cukup banyak juga. Meskipun acara pernikahan yang akan berlangsung dalam waktu tiga hari ke depan, adalah sebuah pernikahan sederhana, tapi persiapan yang dilakukan tidak harus asal-asalan begitu saja. Apalagi yang akan menjalani pernikahan bukan orang sembarangan, jadi acara sakral tersebut harus tetap terlihat sempurna saat pelaksanaannya nanti.Dari pertemuan dua keluarga itu juga berhasil menumbuhkan kesan mendalam bagi masing-masing keluarga. Mereka bisa saling menilai, sikap dan kepribadian satu sama lain dari interaksi dua keluarga yang ak
Geram, itulah yang dirasakan Pemegang saham tertinggi dari Harmoni Altemose grup saat ini. Mendengar kabar dari sang asisten membuat pria berusia 40 tahun itu tidak habis pikir dengan perbuatan orang yang paling dekat dengan keluarganya.Elang memang tidak memiliki bukti kalau Om dan tantenya yang membuat para pemegang saham dan juga rekan kerja mengetahui tentang rencana pernikahannya. Namun Elang sangat meyakini kalau yang melakukan semua ini adalah sepupu dari ibunya tersebut.Jarak 10 tahun perbedaan usia antara Elang dan Om Bonar, membuat Elang tidak terlalu menaruh rasa hormat kepada pamannya tersebut. Semua itu tentu saja disebabkan oleh sikap Bonar yang memang sok berkuasa sejak dahulu dikala Elang masih remaja.Dari usia belasan tahun, Elang memang tidak menyukai Bonar. Entah kenapa, Elang merasa kalau Pamannya itu hanya memanfaatkan Mamanya untuk menjadi orang yang terpandang. Ditambah lagi dukungan dari Papanya Elang, membuat pria itu semakin besar kepala saja."Apa kamu ya
Elang dan Ayunda kini sudah bisa bernafas lega. Setelah tadi berbicara cukup lama dengan orang tua Ayunda, akhirnya Malik dan Rumana mengerti dan memahami alasan Elang menikahi anak mereka.Pada akhirnya, Elang memilih jujur, tentang surat tanah yang dijadikan jaminan untuk mengajak Ayunda menikah. Menurut Elang, dia memang lebih baik jujur saat itu juga karena kalau Elang memilih berbohong, Elang takut akan ada kejadian tidak terduga seperti beberapa hari terakhir ini.Tentu saja Rumana dan Malik cukup kecewa kala mendengar kejujuran dari mulut sang menantu. Bahkan Rumana sempat menangis saat dia tahu dari mulut anaknya sendiri, kalau Ayunda mau menikah dengan Elang semata-mata hanya karena ingin menyelamatkan harta berharga milik orang tuanya.Setelah terjadi sedikit perdebatan, akhirnya secara perlahan, Elang mampu meyakinkan orang tua Ayunda kalau dia akan bertanggung jawab penuh atas kebahagiaan istrinya. Elang juga dengan lantang mengatakan kalau pernikahan yang dia jalani bersa
Untuk beberapa saat Ayunda terdiam sembari menatap salah satu sahabatnya, yang baru saja melempar pertanyaan kepadanya. Ayunda tertegun untuk beberapa saat lalu dia berpikir mengenai pertanyaan tersebut dan berusaha mencari jawaban yang tepat.Tak lama setelahnya Ayunda tersenyum dan melempar pandangannya kepada dua sahabatnya. "Kalaupun selamanya Mas Elang tetap memandangku sebagai mantan istrinya yang meninggal, bukankah itu merupakan hal yang bagus?"Sekarang gantian dua sahabatnya yang tertegun mendengar penuturan Ayunda. "Hal yang bagus? Apa maksudmu?" tanya Yanti.Ayunda masih setia dengan senyumnya yang terkembang. "Bayangkan saja, selama Mas Elang menjadi duda, dia selalu tenggelam dalam bayangan istrinya, bukankah setidaknya itu sesuatu yang bagus? Hal itu menunjukan betapa setianya Mas elang pada satu nama wanita. Lalu, apa aku harus terlalu mempermasalahkan jika Mas Elang menganggapku hanya sebagai pelepas rindu pada mantan istrinya?"Untuk beberapa saat Maya dan Yanti menu
"Kamu ingin bertemu dengan istri Elang?" sontak, Laras langsung bertanya kembali begitu mendengar permintaaan mantan besannya. Dengan kening berkerut dan mata agak menyipit, Laras menatap lawan bicaranya, menuntut alasan dibalik permintaan tamunya itu.Rebeca mengangguk yakin. Wanita berwajah blesteran itu mambalas tatapan Laras dan tatapannya sukar untuk diartikan. "Aku ingin melepas rindu pada anakku, Jeng," ucap Rebeca lirih dan wanita itu sedikit menunduk.Laras semakin menunjukan wajah terkejutnya. Namun setelah pikirannya mencerna untuk beberapa saat, kepala Laras mengangguk beberapa kali sebagai tanda kalau dia memahami tujuan tamunya meski ada perasaan sedikit curiga."Asal tidak ada niat lain, saya sendiri tidak keberatan kamu menemui menantuku," Laras menjawabnya dengan tenang dan pelan, tapi sukses membuat lawan bicaranya menatapnya penuh tanya."Apa maksud kamu?" Rebeca bertanya dengan wajah terlihat bingung."Selama ini, aku sering mendengar, kamu selalu menyalahkan anakk
"Mama!" Bella sedikit memekik kala matanya menangkap sosok wanita yang sudah melahirkannya, berada dalam ruang kerjanya. Dari sorot mata sang mama, Bella dengan jelas melihat amarah yang besar dan Bella bisa menebak kalau amarah itu tertuju kepadanya.Di sana juga ada sosok pria yang menatap Bella dengan pandangan yang cukup membuat Bella semakin gelisah. Bella tidak menyangka kalau pria yang baru saja dia hubungi melalui telephone, ada di kantornya, membuat wanita itu diliputi penuh tanda tanya juga."Mama ngapain di sini?" tanya Bella dengan sikap yang dibuat setenang mungkin. Meski dia sudah tahu tujuan wanita yang akrab dipanggil Marina berada di kantornya, tapi Bella memang harus bisa bersikap biasa saja."Maksud kamu apa, berbuat seperti itu kepada Elang?" Marins langsung melempar pertanyaan yang menjadi sumber kemarahannya. "Berbuat apa sih, Ma?" Bella bertanya seperti orang bodoh dan sikap wanita itu justru semakin membuat sang Mama bertambah murka."Nggak perlu banyak drama
"Mas Erik!" suara Ayunda sedikit meninggi karena dia cukup terkejut dengan kedatangan tamu tak terduga, yang baru saja disebut namanya. Sudah pasti rasa heran tumbuh dalam benak wanita itu dan saat itu juga banyak pertanyaan yang bermunculan dalam pikirannya."Apa kabar, Ayund?" sapa pria yang sudah duduk di kursi, yang ada di teras rumah Ayunda. Pria itu bahkan langsung berdiri dan segera mengulurkan tangan, mengajak Ayunda untuk berjabat tangan. "Baik," jawab Ayunda agak tidak nyaman, meski dia membalas uluran tangan tamunya, lalu dia kembali mengajak pria itu untuk duduk. "Mas Erik tahu darimana rumah saya?" tanya wanita itu penuh selidik karena hal itu salah satu alasan yang membuat Ayunda heran."Dari orang-orang sekitar kota ini. Kebetulan aku sedang ada pekerjaan di kota ini, jadi ya aku sekalian aja pengin mampir. Tidak cukup sulit loh mencari alamat rumah kamu," jawab Erik nampak begitu tenang dengan senyum tipis yang masih terkembang."Terus, bagaimana Mas Erik tahu aku a
"Sayang?" gumam Ayunda lirih dengan kening berkerut. Wanita itu merasa heran serta takjub secara bersamaan, begitu mendengar kata sayang keluar dari mulut Elang. "Apa dia sudah gila?" gumamnya lagi merasa geli dan wanita itu menahan senyumnya agar tidak merekah.Ayunda sungguh terperangah kala menyaksikan sang suami dengan penuh rasa percaya diri mengucapkan kata sayang dalam acara konferensi persnya. Entah apa yang harus Ayunda lakukan saat ini, dia seketika diliputi rasa bingung. "Nggak usah pura-pura kaget gitu," celetuk Rumana yang diam-diam memperhatikan tingkah putrinya sampai Ayunda terkesiap dan menoleh ke arahnya saat itu juga."Apaan sih, bu?" sungut Ayunda menutupi rasa malunya. Wanita itu sedikit salah tingkah karena tatapan dan senyum sang ibu, benar-benar sedang meledeknya."Ya harusnya kamu seneng dong, kalau Elang beneran sayang sama kamu. Berarti dia memang nggak main-main waktu ngajak nikah kamu secara mendadak," ucap Rumana mencoba bersikap bijak dan sedikit mengh
Untuk beberapa detik lamanya, Elang masih berdiri, menatap layar lebar yang menampilkan beberapa foto wajah istrinya. Foto-foto yang Elang pamerkan saat menikmati waktu berdua bersama sang istri, meninggalkan kesan tersendiri dalam benak pria tersebut."Apa anda semua percaya dengan yang namanya tertarik pada pandangan pertama?" suara Elang memecah keheningan ruangan konferensi pers. Setelah tadi hampir semua terdiam karena menunggu Elang berbicara, saat ini ruangan tersebut kembali terdengar riuh begitu Elang mengeluarkan satu pertanyaan.Elang tersenyum, lalu pria itu berbalik badan dan melangkah pelan menuju tempat duduk yang sedari tadi dia gunakan. "Kalian pasti pernah merasakan tertarik kepada seseorang pada pandangan pertama kali bukan?" tanya Elang lagi sembari melangkah.Beberapa suara langsung berkomentar, mengiyakan pertanyaan pria tersebut. "Apa itu yang anda alami kepada istri anda yang sekarang?" tanya salah satu wartawan.Elang kembali menunjukkan senyum bahagianya de
Wanita yang sedari tadi duduk di antara para wartawan, seketika terkesiap kala Elang dengan sangat tenang menunjukan jari ke arahnya. Dia begitu terkejut dan tidak menyangka kalau Elang akan mengetahui kehadirannya dalam jumpa pers kali ini.Saat itu juga, semua mata dan kamera pun langsung mengarah kepada wanita yang namanya baru saja disebut oleh pria yang sekarang berdiri angkuh sembari menunjukkan senyum sinisnya. Bella seketika merasa terpojok dan terlihat begitu salah tingkah.Sungguh, apa yang dilakukan Elang saat ini membuat Bella syok luar biasa. Penyamaran yang menurutnya sempurna, nyatanya tidak bisa mengelabui mata Elang. Bella benar-benar dibuat terkecoh dengan sikap Elang yang sedari tadi nampak tidak memandang ke arahnya."Apa! Kamu menuduhku? Nggak salah?" karena sudah terlanjur tertangkap basah, Bella pun tidak memiliki pilihan lain selain membuka masker dan menunjukan dirinya. Wanita itu juga berpikir cepat untuk membela diri agar terlepas dari tuduhan yang Elang lay
"Wahh, foto apa itu?" seru beberapa orang kala mata mereka menyaksikan beberapa foto yang terpampang pada layar lebar. Bukan hanya orang-orang yang berada dalam satu ruangan pertemuan dimana dalam ruangan tersebut terdapat banyak wartawan, tapi suara penuh keterkejutan juga menggema dari berbagai pelosok, orang-orang yang menyaksikan tayangan konferensi pers seorang pemimpin perusahaan dari berbagai media."Elang? Kenapa dia bisa berbuat nekat seperti itu? Apa sebenarnya yang dia rencanakan?" gumam seseoang, yang sedari tadi duduk di antara para wartawan. Orang yang memilih kursi di deretan paling belakang tersebut benar-benar tercengang dengan apa yang dilakukan Elang saat ini.Berbagai tanggapan dan dugaan pun mulai bermunculan seiring terpampangnya beberapa foto tersebut. Ada yang mengomentarinya dengan cukup bijak, ada juga yang langsung menghina dan memaki serta menvonis dengan segala perkataan buruk. "Ma, kenapa Mas Elang menunjukan foto-foto itu? Apa Mas Elang mau nyari mati?