Ayunda terdiam dengan kening sedikit berkerut. Matanya menatap wanita yang sedang menyeringai, setelah mengatakan sesuatu yang cukup penasaran. Namun, bukannya bertanya balik kepada tamunya, Ayunda malah memilih kembali melayangkan tatapannya pada pohon hias yang tadi sedang dia rapikan.Tentu saja sang tamu yang tadinya merasa senang melihat reaksi Ayunda, wajah seketika berubah tercengang karena apa yang dilakukan Ayunda tidak seperti apa yang dia harapkan. Wanita itu pun mendengus kasar dan menjadi kesal sendiri."Kamu nggak tanya, rahasia apa yang aku ketahui?" karena terlalu tidak suka dengan sikap yang ditunjukan Ayunda, Bella langsung saja melempar pertanyaan untuk memancing kembali lawan bicaranya agar tumbuh rasa penasaran."Bertanya untuk apa?" balas Ayunda diluar dugaan, "aku mau tanya ataupun tidak Mbak Bella bakalan tetap ngasih tahu rahasia bukan? Itu kalau jadi ngasih tahu. Tapi kalau nggak jadi ngasih tahu rahasia itu, lalu apa gunanya Mbak Bella repot-repot menemui s
Sejak datang ke kantor suaminya, Ayunda memilih diam dan fokus pada ponselnya. Sikap dingin yang Elang tunjukan beberapa saat yang lalu, membuat Ayunda lebih memilih tidak menghiraukannya. Ayunda berpikir mungkin karena suaminya sedang fokus bekerja jadi tadi sikapnya agak lain.Jika diperhatikan, memang, sejak Ayunda datang tadi sampai sekarang, Elang lebih fokus menatap layar laptop serta beberapa berkas yang tertata rapi di meja kerjanya. Maka itu, Ayunda tidak mau berpikir buruk atas sikap suaminya yang menyambutnya dengan dingin. Namun, hingga jam makan siang datang, Elang masih terlihat fokus dengan pekerjaanya, membuat Ayunda yang menunggu di sofa sedikit merasa gusar. Berkali-kali wanita itu melirik suaminya, tapi sikap Elang masih sama, tetap menatap layar laptop."Mas, ini sudah jam makan siang loh, apa tidak sebaiknya istirahat dulu?" Ayunda pun akhirnya memutuskan mengeluarkan suaranya, untuk membujuk sang suami. Namun, hingga beberapa detik berlalu, Elang malah tidak me
"Bagaimana ceritanya Ayunda bisa menghilang?" tanya Laras pada putranya yang wajahnya terlihat sangat kusut. Laras beserta anak dan menantunya yang lain langsung meluncur ke rumah Elang, begitu mendapat kabar dari putranya tentang Ayunda. Saat ini Aldi dan Marco sedang mencoba mencari Ayunda dibantu oleh seluruh pria yang bekerja pada keluarga Altemose. Sedangkan Laras dan kedua putrinya memilih menunggu kabar di rumah Elang sembari menemani Elang yang kelihatan kacau."Apa kalian bertengkar?" tanya Laras lagi karena sang anak sama sekali tidak memberi respon kala tadi wanita itu melempar pertanyaaan. "Kamu sudah cek, barang-barang Ayunda?""Barang-barangnya masih ada, Ma. Dia tidak mungkin minggat," jawab Elang membalas tatapan Mamanya, lalu tatapan mata itu dia lempar ke arah pintu utama rumahnya yang terbuka lebar."Terus dia pergi kemana? Nggak mungkin Ayunda menghilang begini kalau tidak terjadi sesuatu," terka Erna, "Mas Elang sudah nyuruh orang buat ngecek seluruh kamera penga
"Apa maksud kamu, Ayunda?" tanya Erna, mewakili keluarganya yang penasaran dengan apa yang baru saja Ayunda lontarkan. Selain Bella, semua orang di sana menatap wanita itu dengan tatapan menuntut sebuah penjelasan. "Elang memilik alasan lain? Alasan apa?" tanya wanita beranak satu itumAyunda menatap sengit kepada wanita yang juga menatapnya. Bahkan Ayunda sempat melihat wanita itu tersenyum tipis. Entah apa alasan Bella tersenyum saat itu, yang pasti sukses membuat Ayunda geram.Bella sendiri yakin semua yang terjadi pada Ayunda, pasti karena ulahnya tadi siang. Hal itu cukup membuat Bella senang."Mama Dan yang lain, tanya kan saja sama Mas Elang dan Bella. Selain karena wajahku yang mirip dengan Ayana, entah rahasia apa lagi yang menjadi alasan Mas Elang menikahiku. Hanya mereka berdua yang tahu," ucap Ayunda begitu dingin.Kini semua mata langsung tertuju pada dua orang secara bergantian dan mereka tahu mata yang menatap mereka itu menuntut sebuah pejelasan. Elang yang memang ti
"Ayunda di mana?" gumam Elang begitu sampai kamar. Elang tidak melihat sosok yang dicari di dalam sana. Elang pun berteriak memanggil istrinya sampai dia menghampiri kamar mandi. Namun tidak ada sahutan sama sekali."Astaga! Apa dia pergi lagi?" Elang kembali panik. Pria itu segera keluar kamar untuk mencari istrinya di tempat lain, masih dalam kawasan rumah itu. Tapi sayang, sosok yang dia cari benar-benar tidak dia temukan."Bi, Ayunda ke mana? Kok nggak ada di kamar?" tanya Elang saat dia kembali ke ruang tamu di mana Bibi dan keluarga Elang masih berkumpul."Nyonya tadi masuk ke kamar yang ada di bawah tangga, Tuan," balas Bi Sari, "katanya dia mau tidur di sana.""Ya ampun," keluh Elang frustasi. Pria itu pun kembali bergegas masuk, menuju tempat yang Bibi katakan."Rasakan kamu, Mas, nggak dapat jatah malam ini," seru Erna gemas. Sedangkan yang lain hanya menunjukkan ekspresi wajah yang berbeda."Kamu nggak pulang, Bel?" tanya Erlin heran. Padahal wanita itu dari tadi sudah dibo
Waktu sudah menunjukkan pukul dua belas malam lebih beberapa puluh menit. Namun mata Elang yang sedari tadi terbaring di sofa ruang tengah, sama sekali tidak bisa dia pejamkan. Tatapan mata pria itu terus tertuju pada satu kamar yang saat ini digunakan istrinya.Beberapa kali Elang menghembuskan nafasnya secara kasar maupun secara halus. Otaknya berkecamuk memikirkan segala hal yang terjadi, terutama apa yang dia lakukan pada istrinya saat siang hari tadi. Elang tidak menyangka, dia bisa berkata sekasar itu kepada istrinya. Amarahnya terpancing hanya sebuah aduan yang sudah direncanakan oleh orang terdekatnya.Hanya menyesal yang Elang rasakan sekarang. Merutuki kebodohannya sendiri, yang percaya begitu saja dengan ucapan wanita, hanya karena telah lama bersahabat dengannya. Penyesalan itu semakin menancap dalam di hatinya, kala Elang juga diingatkan tentang masa lalunya akibat sikap Elang yang seperti ini."Bella, apa sebenarnya mau kamu?" gumam Elang lirih.****Beberapa jam kemudi
Di ruang kerja sang pemilik perusahaan, suasana kini terasa begitu mencekam. Bagi beberapa orang yang tiba-tiba dipanggil untuk menghadap Elang, suasana tempat mereka berada saat ini, membuat mereka hanya bisa diam dengan benak kebingungan serta diliputi banyak pertanyaan.Tentu saja, karena panggilan sang bos secara mendadak, orang-orang yang bekerja di beberapa divisi dalam perusahaan Harmoni grup itu hanya bisa menerka-nerka penyebab mereka disuruh menghadap, kala pemilik perusahaan tersebut datang beberapa belas menit yang lalu."Dari kalian, apa ada yang sudah tahu, kenapa kalian saya kumpulkan kalian semua sepagi ini?" Elang yang sedari menunjukan wajah dinginnnya sontak mengeluarkan suara beratnya yang membuat para karyawan itu cukup bergidig takut.Semua orang yang berdiri dan berjejer itu saling pandang mencari sosok di antara mereka yang mungkin sajaa ada yang tahu alasannya. Namun, sekian detik berlalu tidak ada tanda-tanda dari mereka yang mengetahui alasan mereka dikumpul
"Mana orangnya, Pak?" tanya Ayunda. Begitu dia mendengar ada seorang pria yang mencarinya, Ayunda bergegas keluar sembari berpikir tantang tamunya yang katanya datang mencari dirinya. Namun, saat dia keluar menuju pintu gerbang bersama Pak Kardi, Ayunda tidak menemukan satu manusiapun di sana."Lah, iya, orangnya mana?" bukannya menjawab, Pak Kardi malah bertanya balik dengan wajah bingungnya. Pria itu melangkah lebih cepat hingga melewati pintu gerbang dan mengedarkan pandangannya ke sekitar mencari sosok pria yang tadi bertamu."Kemana perginya?" Pak Kardi semakin bingung. Bahkan pria itu sampai menggarukkan kepalanya yang tidak gatal. Meski heran, Ayunda yang saat ini juga berdiri di sebelah Pak Kardi nampak tersenyum setelah memperhatikan sekitar gerbang, memang tidak ditemukan sosok seorangpun di sana. Hanya jalanan sepi dan juga beberapa mobil yang terparkir di depan gerbang tetangga. Itu saja jaraknya cukup jauh.Namun tanpa Ayunda sadari, dari bebeberpa mobil yang terparkir