Malam panjang itu sepertinya akan terulang lagi. Erlang akan meminta haknya sebagai seorang suami. Seketika dia melupakan janjinya yang ingin berpisah dari Maya. Rasa curiganya juga telah sirna seiring dengan kejadian yang terjadi beberapa saat sebelumnya."Bisakah kita menghilangkan rasa tidak nyaman di antara kita?" Erlang meminta, karena ingin memulai petualangannya dengan berdasarkan perasaan juga.Memiliki perasaan nyaman satu sama lain, bukankah feel-nya akan lebih terasa?"Tentu saja." Maya juga merasakan hal yang sama. Setelah menganggukkan kepalanya, tanpa ragu, dia mengecup bibir Erlang.Rona kepuasan terpancar di wajah Erlang. Dia segera menangkup wajah Maya, lalu melahap rakus bibir wanita itu.Menit kemudian, Erlang telah membimbing Maya ke dalam kamar. Untuk pertama kalinya, mereka berdua melakukan hubungan suami istri menggunakan perasaan yang sama.Meski tidak saling berkata jujur, namun dari gerakan dan desahan keduanya telah tergambarkan jika benih benih cinta itu su
Dahi Erlang seketika mengernyit ketika mendengar permintaan Maya. Tidak masuk akal baginya untuk mengutamakan wanita itu di atas segalanya. "Apa maksudmu?" Erlang bertanya. "Seperti janjimu," Maya mengingatkan kembali apa yang telah Erlang katakan beberapa hari yang lalu."Janji yang mana? Aku rasa ada kesalahpahaman di sini," koreksi Erlang. Dia berdiri dan menghampiri Maya.Meski mengakui jika rasa cinta itu telah tumbuh, namun Erlang tidak serta merta menjadi bodoh di hadapan wanita. "Kamu sendiri yang mengatakan jika kamu akan memperlakukan aku seperti istrimu yang lain. Jadi aku hanya meminta hakku, tidak bisakah kamu menurutinya? Aku ingin dicintai dan diperhatikan seperti yang kamu lakukan pada dua istrimu yang lain!" Maya semakin berani protes."Maya, kamu salah mengerti dengan apa yang aku katakan," Erlang memperjelas. Dia tidak ingin terjadi keributan. "Aku akui jika saat ini sudah memiliki perasaan padamu, tapi itu bukan berarti kamu yang harus menjadi nomor satu dalam h
Dalam penerbangan, Erlang lebih banyak diam. Dia menutup mata, telinga dan mulutnya. Dia melakukan itu agar bisa tenang saat memikirkan cara menghadapi Zoya.Setelah kembali, Erlang sudah membuat keputusan untuk bercerita pada Zoya tentang pernikahannya dengan Maya. Dia akan jujur dan membiarkan Zoya mengambil keputusan.Di sisi lain, Maya merasa bosan dengan perjalanan itu. Dia menoleh pada pria di sebelahnya. "Aku tahu kamu tidak tidur." Maya menunggu reaksi Erlang. Pria itu masih saja diam. "Jangan pikir aku bodoh, Erlang, mau sampai kapan kamu mendiamkanku?"Maya kecewa. Sejak berangkat dari penginapan, Erlang hanya diam membisu. Mereka hanya sedikit berselisih paham, kenapa suaminya itu harus mendiamkannya hingga berada di dalam pesawat."Aku ingin istirahat. Tolong jangan ganggu aku!" pinta Erlang dengan suara dingin."Lalu bagaimana denganku?" Baru satu minggu mereka menghabiskan waktu bersama, menjalani hidup sebagai sepasang suami istri secara normal, sikap Erlang sudah kemb
Ketika Zoya akan pergi membawa rasa kecewanya, Hendra memanggilnya lagi."Ada apa lagi?" tanya Zoya dengan mata memerah."Sejujurnya, aku tidak menyalahkan Erlang atas hal ini," ucap Hendra dengan tenang. "Menurutku, apa yang dia lakukan masih normal, mungkin ada salahnya karena tidak jujur, tapi itu dia lakukan karena dia sangat mencintaimu. Aku adalah saksi hidup betapa dia sangat takut kehilanganmu," Hendra akhirnya memberi penjelasan yang masuk akal.Zoya membalas lagi, "Jadi kamu ingin menyalahkan aku?"Hendra mengangguk. "Mmmmm ... kesalahan pertama ada padamu, jadi sebagai sahabat kalian berdua, tolong jangan membuat keributan dengan Erlang jika dia telah kembali!" pintanya."Jadi aku harus diam saja menonton kemesraan mereka? Apa aku juga harus bertepuk tangan atas kebahagiaan mereka berdua? Itu yang kamu ingin aku lakukan?" raungan Zoya seketika mengagetkan Angkasa. Beruntung Hennah dengan gesit menghalangi Angkasa. Dia menenangkan hati anak kecil itu agar tidak nekat menemu
Sebelum meninggalkan kamar hotel, Erlang menatap wanita di atas ranjang. Pertempuran tadi malam terasa panas dan mengesankan hingga Maya tertidur pulas.Bahkan wanita itu tidak menyadari gerakan Erlang saat meniggalkan ruangan tersebut.Sesuai janjinya, Erlang meletakkan sebuah kartu untuk dipergunakan Maya sehari-hari. Selain itu, dia juga menyelipkan kertas putih di bawahnya, berisi pesan yang memberitahu bahwa dirinya telah pulang lebih dulu.***Zoya harusnya sedih dan kesal, namun hari ini air matanya sudah kering. Hampir seperempat malam menangis seorang diri membuat wanita itu lebih tegar pada pagi harinya.Demi sang anak, Zoya harus bertahan. Lagi pula, dia juga pernah melakukan hal yang sama. Saat itu, Erlang justru tetap mencintainya dan menerimanya seakan tidak pernah terjadi pengkhianatan.Pukul 10 pagi, Erlang tiba di kediaman Hendra. Mobilnya diparkir di luar gerbang, karena niatnya ingin segera membawa Zoya langsung pulang ke rumah mereka.Security di rumah itu sudah me
Sejujurnya, Maya telah jatuh cinta pada Erlang. Terbukti jika dia mulai merasa iri dengan Zoya yang selalu mendapatkan perhatian lebih dari suaminya.Namun, karena dendam di antara mereka, dia menutupi perasaan itu dengan rapat. Dia menyembunyikannya dari Zizi, Marco dan juga Arsya.Setiap Zizi dan rekan-rekannya bertanya, Maya akan mengatakan hal yang sama, jika dendam itu tidak akan bisa menghilang begitu saja hanya karena Erlang bersikap baik padanya."Aku sudah menuruti permintaan kalian dan kalian juga sudah mendapatkan uang dariku," ucap Maya pada Zizi dan kedua pria lainnya. "Sekarang aku harus pergi, aku tidak ingin ada yang melihat kita bersama."Maya sudah muak dengan ketiga manusia serakah itu. Terutama pada Marco yang kerap bersikap kurang ajar padanya. Jika bukan karena kerja sama yang pernah mereka sepakati, Maya tidak akan sudi lagi mengeluarkan uang sepeser pun untuk ketiganya. Arsya, Zizi, dan Marco menyeringai licik setelah mendapatkan masing-masing bagiannya. Keti
Ibarat kucing yang diberi ikan, Erlang tidak mungkin menolak mangsa di depan mata. Terlebih status mereka adalah suami istri, tidak ada larangan untuk menggauli istrinya itu.Erlang menciumi wajah dan leher Maya dengan rakus. Sejenak, dia melupakan masalahnya dengan Zoya.Kurang lebih lima menit bercumbu dalam posisi berdiri, Erlang menggiring wanita itu ke atas ranjang. Di sana, Erlang telah berubah dari pria setia menjadi pria yang liar dengan nafsu birahi yang menguasai dirinya."Dengan senang hati, aku akan selalu melakukannya bersamamu, Lang," ucap Maya di sela-sela percintaan mereka. "Bisakah kita menikah secara resmi? Aku ingin mendapatkan status yang sama dengan kedua istrimu," pintanya.Biasanya, saat pasangan sedang melakukan hubungan suami istri, mereka akan saling mengeluarkan uneg-uneg di hati, dan juga meminta sesuatu yang sulit untuk diungkapkan.Maya tidak melewatkan kesempatan itu. Jika Erlang telah menikahinya secara resmi, itu artinya statusnya sama dengan Arsyila d
Jelas bahwa Maya mengetahui kabar itu dari rekan-rekannya. Namun, dia tidak mungkin memberitahukannya pada Erlang."Aku tanya dari mana kamu mengetahuinya?" desak Erlang.Maya mundur selangkah ketika Erlang mendekatinya dengan tatapan yang mengintimidasi."Jangan menakutiku, Erlang!" Maya mengangkat kedua tangan dan meletakkannya di dada Erlang. "Bukankah kamu sendiri yang mengatakan bahwa kamu akan berkata jujur pada Zoya tentang hubungan kita?""Jangan bertele-tele, jawab saja pertanyaanku!" Wajah Erlang berubah suram."Aku ke sini untuk membantumu, aku ingin ikut menjelaskan tentang hubungan kita. Dengan begitu, Zoya tidak akan salah paham padamu," jelas Maya berbohong. Erlang masih terdiam. Hanya tatapan matanya yang mengkilat, mengisyaratkan agar wanita itu melanjutkan ceritanya. "Ketika aku mengikutimu ke rumah Hendra, salah satu asisten rumah tangga di sana mengatakan jika Zoya telah pergi dengan terburu-buru. Aku langsung menuju ke sini, karena mengira Zoya kembali ke sini.
Tanpa menghiraukan alasan dari Zoya, Erlang langsung menyambar istrinya yang kebetulan malam itu hanya menggunakan lingerie. Khawatir mendapat penolakan seperti hari-hari sebelumnya, dia pun menggiring sang istri menuju ranjang. "Jangan terburu-buru seperti ini, Lang!" Zoya mendesah tatkala mulut Erlang menyentuh dadanya. "Apa kamu tidak ingin mendengar sesuatu dariku?" Dia berharap Erlang menanyakan tentang penyakitnya.Namun, Erlang tidak mau tahu lagi tentang semua itu. Mulutnya lebih sibuk menghisap, memilin dan mengemut semua bagian tubuh Zoya.Ketika melihat Zoya masih ingin berbicara, Erlang segera menyambar mulut wanita itu. Dia tidak butuh alasan untuk percintaan malam itu, bahkan dia siap menerima resiko apapun, jika harus tertular penyakit Zoya.Setelah lebih dari tiga tahun berlalu, malam yang sangat panjang telah terulang kembali untuk sepasang suami istri itu. Erlang tidak puas dengan hanya satu ronde, dia melakukan penyatuan itu secara berulang-ulang hingga akhirnya te
Dua hari berlalu dengan cepat.Erlang masih belum menyadari maksud tujuan Rasputin memanggilnya ke mansion Bagaskara. Terbiasa menghadapi sang ayah mertua karena rengekan Arsyila membuat Erlang merasa enteng dengan permintaan tersebut."Selamat malam, Dad!" Erlang menyapa ayah mertuanya yang sedang duduk santai di ruang keluarga."Selamat malam, Erlang," Rasputin menyambut dengan hangat. "Silakan duduk dulu, tidak usah langsung menemui Arsyila."Erlang duduk tanpa pikiran aneh apa pun.Di sebelah Rasputin, tampak Rafael yang juga sedang asyik bermain gadget. Anak kecil itu tidak terlalu fokus lagi akan kehadiran Erlang, karena di tangannya ada permainan yang lebih seru.Malam itu, Rasputin ingin membicarakan hal penting, jadi dia segera berbisik pada cucunya. "Kakek dan daddymu akan membicarakan hal penting, jadi pergilah bermain di kamarmu!" suruhnya.Masih sibuk dengan mainan barunya, Rafael menurut saja. Dia berjalan sambil bermain ponsel tanpa menghiraukan nasehat dari kakeknya.
"Zoya mengakui sendiri, kalau dia masih mencintaimu seperti dulu, dan dia ingin kembali ke sisimu selamanya. Maka perjuangkan dia, jangan membuatnya kecewa lagi!" isi pesan yang baru saja dibaca oleh Erlang.Erlang bahkan tidak sabar untuk menemui Zoya kembali. Pesan yang dikirimkan oleh Hendra membuat semangat pria itu membara. Segera setelah itu, Erlang mengirimkan pesan balasan pada sang sahabat.[Tentu saja, Hend. Terima kasih banyak sudah memberitahuku. Terima kasih juga karena selama ini selalu bersama dengan Zoya dan selalu menjaganya dengan baik.] Erlang membalas dengan cepat dan senyum yang berseri seri."Cepatlah berputar waktu!" Erlang berharap seperti pemuda belasan tahun yang baru saja merasakan cinta pertama.Di lain tempat.Zoya baru saja tiba di salah satu kafe miliknya."Bu Zoya, ada wanita yang mengaku sebagai saudara Ibu dan saat ini sedang menunggu di ruang VIP," jelas seorang pelayan ketika Zoya baru saja masuk memasuki kafe."Siapa namanya?" Zoya mengerutkan dahi
Tidak hanya setuju dengan pengakuan Zoya, Hendra justru terharu mendengar keinginan sahabatnya itu. Senyum ceria seketika terlukis di wajah pria itu. Dia mendukung seratus persen. "Tentu saja kamu tidak salah, Zoya, Erlang itu hanya milikmu seorang. Dulu Syila berusaha merebut Erlang darimu, dan sekarang Maya yang datang. Jika Syila saja bisa kamu taklukkan, kenapa tidak dengan si Maya ingusan itu." Hendra tidak akan pernah bosan mempengaruhi sahabatnya itu, karena menurutnya Zoya lah yang paling pantas menjadi pemenangnya."Kamu bicara apa sih?" Zoya segera berjalan menuju parkiran. Dia masih enggan untuk mengiyakan seluruh perkataan Hendra. Namun dalam hati, dia juga setuju dengan pendapat pria beranak satu itu."Itu kenyataan." Hendra berjalan beriringan dengan Zoya. "Kamu mencintai Erlang, begitu juga Erlang masih sangat mencintaimu. Kalian itu sudah ditakdirkan untuk bersama dan saling memiliki. Selamanya akan seperti itu.""Tapi dia masih suami sahnya Syila, dan sekarang juga
Maya melotot tajam menyaksikan adegan di depan matanya. Kedua bola mata wanita itu nyaris keluar mengetahui Zoya berada di ruangan yang sama dengan Erlang dan dalam posisi yang sangat intim. Ini pertama kalinya Maya menyaksikan kemesraan sepasang suami istri itu, dan dia iri melihatnya. Tidak.Bukan hanya cemburu, tapi saat ini Maya juga marah besar hingga rasanya ingin melabrak wanita yang merupakan madunya itu."Tidak tahu malu kalian!" Maya memaki, tidak terima karena sebelumnya Erlang telah memintanya untuk segera datang ke hotel tersebut. Namun, apa yang dilihat di depan mata, Zoya yang muncul lebih dulu.Erlang segera meraih taplak meja dan buru buru menutupi menutupi bagian bawah tubuhnya. Meski kedua wanita yang bersama dengannya adalah para istrinya, namun tetap ada rasa malu ketika mereka bertiga berada dalam satu ruangan."Sorry, Sayang," Erlang justru minta maaf pada Zoya, karena membuat wanita itu merasa tidak nyaman. Dia lebih peduli pada istri keduanya itu daripada me
Terkejut dengan keberadaan Maya, sontak saja Erlang menekan tombol merah dalam ponselnya tatkala melihat istri mudanya itu tengah bersama dengan Rasputin."Apa yang dia lakukan di sini?" Erlang berpikir seraya mengamati istrinya yang sedang berbincang bincang asyik dengan sang ayah mertua. Sesekali Maya tampak tertawa ketika mendengar cerita dari Rasputin. Hal itu membuat Erlang penasaran dan memutuskan mendekati keduanya."Erlang ....!" Rasputin menyapa lebih dulu begitu melihat menantunya. "Apa yang kamu lakukan di sana? Kenapa berdiri saja? Apa Syila sudah tidur?" cecarnya."Ya, Syila sudah tidur, Dad, jadi aku berencana untuk keluar malam ini, karena masih banyak urusan yang harus kuselesaikan," Erlang menjawab dengan tenang. Rasputin paham jika Erlang tengah dilanda satu masalah saat ini. Jadi dia membiarkan Erlang pergi malam itu tanpa banyak protes. "Baiklah kalau kamu mau pergi, tapi jika bisa, sebaiknya bawa kembali Zoya dan Angkasa ke rumah ini. Dengan bersama mereka di rum
Permintaan dan tindakan Syila sontak mengingatkan Erlang pada kejadian beberapa tahun yang lalu. Kelakuan Syila sama persis seperti yang dilakukannya saat menjebak Erlang di awal perkenalan mereka.Kala itu, Syila memanfaatkan kepolosan dan ketidakmampuan Erlang yang belum memiliki pengaruh apa pun di dunia bisnis. Namun, siapa sangka dalam waktu singkat, Erlang telah menjelma menjadi pria sukses dan disegani banyak kalangan. Hanya butuh waktu kurang lebih dua tahun, Erlang sudah mampu mengembangkan usahanya di berbagai bidang. Bahkan lebih dari setengah saham yang dimiliki Rasputin Bagaskara telah berpindah tangan atas nama Zoya Maharani sebagai satu satunya wanita yang dicintai Erlang.Kini, kata kata Arsyila tidak berguna lagi untuk Erlang. Sekali pun wanita itu mengemis cintanya, Erlang tidak akan menurut. Dia tidak akan mudah ditundukkan hanya dengan bujuk rayu.Dengan kasar, Erlang melepas kedua tangan Syila. Dia menghempaskannya, lalu tanpa mengucapkan sepatah kata pun, Erlang
Zoya berdiri untuk menyambut Maya. Sikap sopannya masih terjaga walau sebenarnya dalam hati ingin mencekik wanita yang menggunakan dress kuning terang itu."Selamat sore, Maya!" sapa Zoya dengan sopan. "Terima kasih sudah mau datang menemuiku.""Tidak ada alasan untuk menolakmu bukan?" Maya tersenyum tipis. "Sebelumnya kita sudah pernah bertemu dan semua terlihat baik baik saja, jadi aku tidak mungkin menolak permintaanmu ini seandainya kamu mengundangku secara langsung," sindir Maya karena Zoya telah menggunakan Hendra hanya untuk meminta pertemuan itu."Apa itu perlu dibahas?" Zoya segera duduk. ",Kurasa tidak penting sama sekali." Kesabarannya diuji sekali lagi. Maya benar benar selalu percaya diri dalam setiap hal, dan tidak peduli dengan perasaan orang lain.Maya juga mendaratkan bokongnya dia atas kursi, lalu bersikap seakan dia adalah orang yang sangat penting pada pertemuan itu. "Kamu yang mengundang aku ke sini, aku harap kamu lah yang memberi penjelasan dan juga tujuan kamu
Erlang mengernyitkan dahinya ketika menyaksikan seringai di wajah Maya. Sudah berulang kali dia melihat ekspresi itu. Jika ditanya, Maya akan memberi alasan yang sama. "Apa yang ingin dia bahas kali ini?" pikir Maya setelah membaca pesan dari Hendra dengan isi ajakan untuk bertemu dengan Zoya secara pribadi."Apa tentang kafenya?" Maya menduga duga dan belum menyadari jika Erlang tengah memperhatikannya.Semakin penasaran, Erlang mendekati istrinya yang masih duduk selonjoran di atas ranjang itu."Apa yang kamu pikirkan, Maya?" Erlang mengagetkan istrinya. "Dengan siapa kamu chatingan? Sibuk banget," sindir Erlang.Dengan sikap santainya, Maya menoleh. Dia tidak terkejut karena sudah terbiasa dengan pertanyaan itu. Dan seperti biasa, Maya pun menjawab dengan alasan yang sama."Hanya klien baru," Maya berkata santai. "Ada tawaran produk baru, tapi aku tidak terlalu menyukai konsepnya.""Klien lagi?" ulang Erlang. "Apa kamu sedang banyak penawaran kerja sama saat ini? Kenapa kamu selal