Saat ini, Erlang merasakan hidupnya sedang dalam masalah besar. Dadanya terasa sesak memikirkan pertemuan Arsyila dengan Zoya. Ditambah lagi kelakuan Maya yang begitu berani. Bagaimana tidak, baru hitungan minggu menjadi istri, wanita itu sudah berani menggunakan kartu yang diberikan Erlang sesuka hati.Erlang tidak terlalu mempermasalahkan uang tersebut jika seandainya Maya memberikan penjelasan di awal. Bisa saja Maya telah memberikan uang pada orang yang salah, mengingat istri mudanya itu pernah kepergok jalan berdua dengan pria lain yang merupakan mantan kekasihnya. Memikirkan semua itu, Erlang yang sedang bersandar di dalam taksi merasakan kepalanya semakin penuh dan ingin meledak seketika. Namun, sebagai pria sejati, dia harus segera mengendalikannya. Mood nya harus selalu terjaga. Erlang adalah seorang bisnisman handal di bidangnya dan juga suami pada tiga orang istri. Maka dari itu, Erlang harus mampu menghandle semuanya tanpa harus mengandalkan emosi yang sempat berkecamuk.
Maya terkejut dengan pertanyaan itu. Dia menatap Erlang dengan rasa takut yang memuncak. Dia tidak mungkin jujur ke mana perginya uang itu. Erlang akan marah jika mengetahui uangnya telah dinikmati oleh Zizi dan juga Marco. Dan rencana mereka akan hancur berantakan."U- uang itu ya?" Maya berkata gugup, sementara Erlang menyeringai mendapati sikap istrinya.Awalnya, Maya berpikir jika pertemuan mereka ini hanya ingin membahas tentang Jonny saja. Tidak akan ada pembahasan uang di dalamnya. Dia juga sudah menyiapkan cerita dramatis yang membuat orang yang mendengarnya ikut iba padanya .Lagi pula, Erlang adalah orang yang berlimpah harta. Menurut Maya, duit ratusan juta tidak akan begitu berpengaruh baginya, karena Maya sudah memberikan pelayanan yang setimpal juga."Kenapa? Kamu kaget?" ledek Erlang dengan tatapan tajamnya. "Apa kamu pikir aku tidak akan pernah mau tahu tentang hal seperti ini?""Aku pikir kamu bukan orang yang pelit, tapi ternyata kamu sangat perhitungan," balas Maya j
"Mulai sekarang, aku akan lebih memantau pergerakanmu, Maya." Dari dalam mobil, Erlang memandangi kepergian istrinya yang sedang menuju rumah sakit.Sejujurnya, Erlang masih penasaran dengan kegiatan Maya di tempat tersebut. Namun, dia tidak memusatkan fokusnya pada hal tersebut. Setelah pertemuan singkat itu, pikiran Erlang langsung tertuju pada Zoya, yang mana kedua istrinya sedang bertemu hari ini.Pada akhirnya, Erlang memutuskan meminta seseorang untuk mencari tahu kegiatan Maya di rumah sakit tersebut.Karena Hendra sudah memberikan kabar lebih dulu, Erlang langsung menuju ke rumah sang mertua. Sekitar satu jam kemudian, Erlang sudah tiba di kediaman Bagaskara.*"Kenapa daddy juga harus ikut menjemput Syila? Tidak bisakah jika Erlang saja yang mengambil alih tugas itu?" Protes Arsya ketika dia tidak bisa bertemu dengan adiknya secara langsung. Hubungannya dengan sang ayah belum membaik hingga dia kesulitan bertatap muka dengan ayah kandungnya sendiri."Ada apa dengan keputusa
Erlang jarang mengunjungi Arsyila selama dirawat di rumah sakit jiwa. Sebaliknya, dia selalu menemani Zoya setiap pemeriksaan kesehatan.Perlakuan Erlang terhadap kedua istri sahnya kentara sekali perbedaannya, dan hal itu tentu menumbuhkan rasa benci Rasputin yang semakin dalam pada Zoya."Erlang ...!" suara Arsyila terdengar lirih. Dia tersenyum kegirangan. Meski kewarasannya sedang tidak stabil, dalam hatinya selalu ada Erlang. Ya, hanya Erlang seorang. Dia selalu jatuh cinta pada pria itu dan menganggapnya sebagai miliknya seorang.Erlang terlihat tegang begitu kembali melihat Arsyila. Sudah lama dia tidak bertemu dengan istri pertamanya itu. Mengingat dendam di antara mereka, Erlang yang sudah lama berniat menceraikan Arsyila tampak bingung cara menghadapi wanita itu.Jika Arsyila sehat dan normal, Erlang pasti tidak gugup. Dia akan lebih mudah menghadapi wanita arogan itu.Ada Rasputin di dalam ruangan itu, dan kondisi Arsyila juga belum sepenuhnya pulih. Erlang pun berusaha rile
"Kamu kaget bukan? Masih banyak hal yang mengejutkan," ledek Marco, kemudian mulai mempengaruhi Maya. "Erlang bukan pria yang baik. Dia orang yang sangat buruk, jadi kamu tidak perlu melibatkan perasaan saat bersamanya. Dia tidak pantas mendapatkan cinta dari siapa pun." "Aku tidak pernah memiliki perasaan apa pun padanya," sanggah Maya dengan cepat. "Berhenti mencurigaiku jika masih menganggapku berguna untuk untuk kalian!" seru Maya dengan ketus."Aku harap juga seperti itu," Arsya angkat bicara. Dia ikut mendukung dan mengalihkan topik pembicaraan. "Kamu memiliki banyak kemiripan dengan Herman. Sayangnya Herman tidak pernah menyebutkan bahwa dia memiliki adik yang masih cantik dan muda. Aku tidak tahu sama sekali." "Aku juga tidak tahu tentang itu. Zizi lah yang memberitahuku," Marco kemudian berseloroh. "Mungkin dia takut jika kita menggoda adiknya atau salah satu temannya malah kepincut dengan adiknya yang masih polos.""Aku sudah lama tidak bertemu dengan kakakku." Maya menaha
Erlang menghela napas lega setelah melihat Syila tertidur nyenyak. Akhirnya, dia berhasil lepas dari wanita yang selalu ingin mengendalikannya itu.Arsyila memejamkan mata setelah beberapa menit meminum obatnya. Entah apa saja yang terkandung dalam obat yang dikonsumsi istrinya, Erlang tidak peduli lagi. Yang terpenting baginya, bisa keluar dari ruangan itu dan menemui Zoya secepatnya.Malam itu, Hendra dan Hennah akan berpamitan pulang.Hennah kembali menguatkan Zoya agar lebih kuat saat menghadapi keluarga Bagaskara nantinya. Sedangkan Hendra memutuskan berpamitan pada Rasputin di saat belum menemukan tanda tanda Erlang akan keluar dari kamarnya."Tidak ada yang bisa menghalangi rencanaku," sebelum kepergian Hennah dan Hendra, Rasputin berkata dengan sombong. "Jika kamu masih ingin bertahan dengan Erlang, maka kamu juga harus tinggal di rumah ini, terima bahwa kamu hanyalah wanita kedua bagi Erlang dan selamanya tidak akan bisa memiliki Erlang seorang diri!"Terdengatr kekanak-kanak
Hendra dan Marco langsung berhenti dari perdebatan kecil mereka. Keduanya saling melepaskan diri setelah nyaris saling menyakiti.Kini, semua mata tertuju pada Erlang yang tengah berjalan cepat menuju halaman rumah. Orang yang ditunggu akhirnya datang juga."Erlang ...!" secara bersamaan, Maya dan Zoya menyebut nama pria itu dengan suara yang lirih.Zoya bersyukur dengan kedatangan Erlang. Sedangkan Maya tampak sedikit canggung. Namun, karena kedatangannya diajak langsung oleh Arsya, dia tidak sepenuhnya gugup. Pembawaannya dibentuk sedemikian rupa, seolah olah dia tidak mengenal siapa pun.Sebagai salah satu pemilik rumah, Arsya sudah berjanji akan memberikan Maya rasa nyaman. selama berada di rumah mewah tersebut. Dia akan diperlakukan seperti tamu, karena merupakan adik dari salah satu sahabatnya.Cara Erlang menatap Maya tampak mengerikan. Matanya menyipit dengan rahang terkatup rapat, Tangannya terkepal sempurna, menunjukkan bahwa dia marah besar pada istri ketiganya itu. 'Apa t
Kehadiran Arsya, Marco dan juga Maya menjadi penyebab Rasputin batal beristirahat. Begitu mendapat kabar dari sang asisten bahwa Arsya telah tiba di kediamannya, dia kembali ke ruang keluarga untuk menunggu anak yang sudah diabaikan beberapa tahun ini."Sempat terjadi keributan tadi, Pak, tapi semua sudah terselesaikan," Doni memberitahu. Dari lantai dua, dia sempat melihat perselisihan antara Arsya, Zoya dan Erlang.Rasputin tidak menanggapinya dengan serius. Hal semacam itu sudah sering terjadi sewaktu mereka semua berada dalam satu atap."Sekarang, apakah Arsya benar benar akan tinggal di rumah ini?" Sedikit kekhawatiran terlukis di wajah Doni, mengingat sikap Arsya yang suka membuat onar. Belum satu jam saja, dia sudah berhasil menguras emosi Erlang. Bagaimana jika mereka harus tinggal seatap dalam waktu yang lama.Masih dengan sikap acuh tak acuh, Rasputin menutup rapat mulutnya.Selang beberapa menit, Arsya bersama kedua rekannya memasuki ruangan keluarga di mana Rasputin sedang
Tanpa menghiraukan alasan dari Zoya, Erlang langsung menyambar istrinya yang kebetulan malam itu hanya menggunakan lingerie. Khawatir mendapat penolakan seperti hari-hari sebelumnya, dia pun menggiring sang istri menuju ranjang. "Jangan terburu-buru seperti ini, Lang!" Zoya mendesah tatkala mulut Erlang menyentuh dadanya. "Apa kamu tidak ingin mendengar sesuatu dariku?" Dia berharap Erlang menanyakan tentang penyakitnya.Namun, Erlang tidak mau tahu lagi tentang semua itu. Mulutnya lebih sibuk menghisap, memilin dan mengemut semua bagian tubuh Zoya.Ketika melihat Zoya masih ingin berbicara, Erlang segera menyambar mulut wanita itu. Dia tidak butuh alasan untuk percintaan malam itu, bahkan dia siap menerima resiko apapun, jika harus tertular penyakit Zoya.Setelah lebih dari tiga tahun berlalu, malam yang sangat panjang telah terulang kembali untuk sepasang suami istri itu. Erlang tidak puas dengan hanya satu ronde, dia melakukan penyatuan itu secara berulang-ulang hingga akhirnya te
Dua hari berlalu dengan cepat.Erlang masih belum menyadari maksud tujuan Rasputin memanggilnya ke mansion Bagaskara. Terbiasa menghadapi sang ayah mertua karena rengekan Arsyila membuat Erlang merasa enteng dengan permintaan tersebut."Selamat malam, Dad!" Erlang menyapa ayah mertuanya yang sedang duduk santai di ruang keluarga."Selamat malam, Erlang," Rasputin menyambut dengan hangat. "Silakan duduk dulu, tidak usah langsung menemui Arsyila."Erlang duduk tanpa pikiran aneh apa pun.Di sebelah Rasputin, tampak Rafael yang juga sedang asyik bermain gadget. Anak kecil itu tidak terlalu fokus lagi akan kehadiran Erlang, karena di tangannya ada permainan yang lebih seru.Malam itu, Rasputin ingin membicarakan hal penting, jadi dia segera berbisik pada cucunya. "Kakek dan daddymu akan membicarakan hal penting, jadi pergilah bermain di kamarmu!" suruhnya.Masih sibuk dengan mainan barunya, Rafael menurut saja. Dia berjalan sambil bermain ponsel tanpa menghiraukan nasehat dari kakeknya.
"Zoya mengakui sendiri, kalau dia masih mencintaimu seperti dulu, dan dia ingin kembali ke sisimu selamanya. Maka perjuangkan dia, jangan membuatnya kecewa lagi!" isi pesan yang baru saja dibaca oleh Erlang.Erlang bahkan tidak sabar untuk menemui Zoya kembali. Pesan yang dikirimkan oleh Hendra membuat semangat pria itu membara. Segera setelah itu, Erlang mengirimkan pesan balasan pada sang sahabat.[Tentu saja, Hend. Terima kasih banyak sudah memberitahuku. Terima kasih juga karena selama ini selalu bersama dengan Zoya dan selalu menjaganya dengan baik.] Erlang membalas dengan cepat dan senyum yang berseri seri."Cepatlah berputar waktu!" Erlang berharap seperti pemuda belasan tahun yang baru saja merasakan cinta pertama.Di lain tempat.Zoya baru saja tiba di salah satu kafe miliknya."Bu Zoya, ada wanita yang mengaku sebagai saudara Ibu dan saat ini sedang menunggu di ruang VIP," jelas seorang pelayan ketika Zoya baru saja masuk memasuki kafe."Siapa namanya?" Zoya mengerutkan dahi
Tidak hanya setuju dengan pengakuan Zoya, Hendra justru terharu mendengar keinginan sahabatnya itu. Senyum ceria seketika terlukis di wajah pria itu. Dia mendukung seratus persen. "Tentu saja kamu tidak salah, Zoya, Erlang itu hanya milikmu seorang. Dulu Syila berusaha merebut Erlang darimu, dan sekarang Maya yang datang. Jika Syila saja bisa kamu taklukkan, kenapa tidak dengan si Maya ingusan itu." Hendra tidak akan pernah bosan mempengaruhi sahabatnya itu, karena menurutnya Zoya lah yang paling pantas menjadi pemenangnya."Kamu bicara apa sih?" Zoya segera berjalan menuju parkiran. Dia masih enggan untuk mengiyakan seluruh perkataan Hendra. Namun dalam hati, dia juga setuju dengan pendapat pria beranak satu itu."Itu kenyataan." Hendra berjalan beriringan dengan Zoya. "Kamu mencintai Erlang, begitu juga Erlang masih sangat mencintaimu. Kalian itu sudah ditakdirkan untuk bersama dan saling memiliki. Selamanya akan seperti itu.""Tapi dia masih suami sahnya Syila, dan sekarang juga
Maya melotot tajam menyaksikan adegan di depan matanya. Kedua bola mata wanita itu nyaris keluar mengetahui Zoya berada di ruangan yang sama dengan Erlang dan dalam posisi yang sangat intim. Ini pertama kalinya Maya menyaksikan kemesraan sepasang suami istri itu, dan dia iri melihatnya. Tidak.Bukan hanya cemburu, tapi saat ini Maya juga marah besar hingga rasanya ingin melabrak wanita yang merupakan madunya itu."Tidak tahu malu kalian!" Maya memaki, tidak terima karena sebelumnya Erlang telah memintanya untuk segera datang ke hotel tersebut. Namun, apa yang dilihat di depan mata, Zoya yang muncul lebih dulu.Erlang segera meraih taplak meja dan buru buru menutupi menutupi bagian bawah tubuhnya. Meski kedua wanita yang bersama dengannya adalah para istrinya, namun tetap ada rasa malu ketika mereka bertiga berada dalam satu ruangan."Sorry, Sayang," Erlang justru minta maaf pada Zoya, karena membuat wanita itu merasa tidak nyaman. Dia lebih peduli pada istri keduanya itu daripada me
Terkejut dengan keberadaan Maya, sontak saja Erlang menekan tombol merah dalam ponselnya tatkala melihat istri mudanya itu tengah bersama dengan Rasputin."Apa yang dia lakukan di sini?" Erlang berpikir seraya mengamati istrinya yang sedang berbincang bincang asyik dengan sang ayah mertua. Sesekali Maya tampak tertawa ketika mendengar cerita dari Rasputin. Hal itu membuat Erlang penasaran dan memutuskan mendekati keduanya."Erlang ....!" Rasputin menyapa lebih dulu begitu melihat menantunya. "Apa yang kamu lakukan di sana? Kenapa berdiri saja? Apa Syila sudah tidur?" cecarnya."Ya, Syila sudah tidur, Dad, jadi aku berencana untuk keluar malam ini, karena masih banyak urusan yang harus kuselesaikan," Erlang menjawab dengan tenang. Rasputin paham jika Erlang tengah dilanda satu masalah saat ini. Jadi dia membiarkan Erlang pergi malam itu tanpa banyak protes. "Baiklah kalau kamu mau pergi, tapi jika bisa, sebaiknya bawa kembali Zoya dan Angkasa ke rumah ini. Dengan bersama mereka di rum
Permintaan dan tindakan Syila sontak mengingatkan Erlang pada kejadian beberapa tahun yang lalu. Kelakuan Syila sama persis seperti yang dilakukannya saat menjebak Erlang di awal perkenalan mereka.Kala itu, Syila memanfaatkan kepolosan dan ketidakmampuan Erlang yang belum memiliki pengaruh apa pun di dunia bisnis. Namun, siapa sangka dalam waktu singkat, Erlang telah menjelma menjadi pria sukses dan disegani banyak kalangan. Hanya butuh waktu kurang lebih dua tahun, Erlang sudah mampu mengembangkan usahanya di berbagai bidang. Bahkan lebih dari setengah saham yang dimiliki Rasputin Bagaskara telah berpindah tangan atas nama Zoya Maharani sebagai satu satunya wanita yang dicintai Erlang.Kini, kata kata Arsyila tidak berguna lagi untuk Erlang. Sekali pun wanita itu mengemis cintanya, Erlang tidak akan menurut. Dia tidak akan mudah ditundukkan hanya dengan bujuk rayu.Dengan kasar, Erlang melepas kedua tangan Syila. Dia menghempaskannya, lalu tanpa mengucapkan sepatah kata pun, Erlang
Zoya berdiri untuk menyambut Maya. Sikap sopannya masih terjaga walau sebenarnya dalam hati ingin mencekik wanita yang menggunakan dress kuning terang itu."Selamat sore, Maya!" sapa Zoya dengan sopan. "Terima kasih sudah mau datang menemuiku.""Tidak ada alasan untuk menolakmu bukan?" Maya tersenyum tipis. "Sebelumnya kita sudah pernah bertemu dan semua terlihat baik baik saja, jadi aku tidak mungkin menolak permintaanmu ini seandainya kamu mengundangku secara langsung," sindir Maya karena Zoya telah menggunakan Hendra hanya untuk meminta pertemuan itu."Apa itu perlu dibahas?" Zoya segera duduk. ",Kurasa tidak penting sama sekali." Kesabarannya diuji sekali lagi. Maya benar benar selalu percaya diri dalam setiap hal, dan tidak peduli dengan perasaan orang lain.Maya juga mendaratkan bokongnya dia atas kursi, lalu bersikap seakan dia adalah orang yang sangat penting pada pertemuan itu. "Kamu yang mengundang aku ke sini, aku harap kamu lah yang memberi penjelasan dan juga tujuan kamu
Erlang mengernyitkan dahinya ketika menyaksikan seringai di wajah Maya. Sudah berulang kali dia melihat ekspresi itu. Jika ditanya, Maya akan memberi alasan yang sama. "Apa yang ingin dia bahas kali ini?" pikir Maya setelah membaca pesan dari Hendra dengan isi ajakan untuk bertemu dengan Zoya secara pribadi."Apa tentang kafenya?" Maya menduga duga dan belum menyadari jika Erlang tengah memperhatikannya.Semakin penasaran, Erlang mendekati istrinya yang masih duduk selonjoran di atas ranjang itu."Apa yang kamu pikirkan, Maya?" Erlang mengagetkan istrinya. "Dengan siapa kamu chatingan? Sibuk banget," sindir Erlang.Dengan sikap santainya, Maya menoleh. Dia tidak terkejut karena sudah terbiasa dengan pertanyaan itu. Dan seperti biasa, Maya pun menjawab dengan alasan yang sama."Hanya klien baru," Maya berkata santai. "Ada tawaran produk baru, tapi aku tidak terlalu menyukai konsepnya.""Klien lagi?" ulang Erlang. "Apa kamu sedang banyak penawaran kerja sama saat ini? Kenapa kamu selal