Beranda / Romansa / Istri Muda Sang Presdir / Bab 86 : Transfer Embrio

Share

Bab 86 : Transfer Embrio

Penulis: Adinasya Mahila
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“Sudahlah Jiwa, tutup mulutmu dan segera buat aku mabuk.”

Ayuda bermonolog. Ia tak memerdulikan ucapan suaminya.

Tak sabaran, wanita itu menuangkan cairan berwarna merah keuangan dengan kadar alkohol tinggi itu ke gelasnya sendiri. Ayuda menenggaknya, tapi aneh. Semakin ingin mabuk, kesadarannya malah semakin terjaga. Hingga hidangan makan malam diantar oleh pelayan dan dia pun terpaksa harus menikmati.

"Jangan menatapku seperti itu, makan! Dan ceritakan tentangmu."

Ayuda membuka percakapan karena Jiwa ternyata sangat pasif. Pria itu selain dingin juga tak banyak bicara. Sangat berbeda dengan sang adik yang ekspresif dan cerewet.

"Tentangku? Apa kamu tertarik padaku?"

Jiwa mengambil kesempatan ini untuk menggoda Ayuda. Ia memulas senyum tipis lantas memandang sang istri yang sibuk memotong daging steak yang menjadi hidangan makan malam itu.

"Tertarik, sangat tertarik. Bukankah untuk menghancurkan musuhmu kamu harus tahu tentangnya?"

Selepas bicara Ayuda menyuapkan daging ke dal
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (20)
goodnovel comment avatar
Lkems Fhitria
cie sakit jiwa sudah jatuh cinta
goodnovel comment avatar
Wida
ykin than jiwa????
goodnovel comment avatar
vieta_novie
semakin lama jiwa memandangi ayuda...jiwa akan semakin klepek² ma ayuda...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Istri Muda Sang Presdir   Bab 87 : Sandiwara

    Aldi yang mengikuti Ayuda sejak dari hotel ke klinik dokter dan kembali ke hotel, akhirnya memilih untuk pulang setelah memastikan tak ada aktivitas di dalam kamar yang ditempati Ayuda dan Jiwa. Ia juga sengaja mendatangi dokter Thomas karena pria itu mengirim pesan ada beberapa vitamin yang harus diminum oleh Ayuda. Langkah Aldi mengayun pelan, dia masih tak habis pikir dengan keputusan balas dendam yang dipilih oleh Ayuda. Aldi mengusap muka lalu menyugar rambut, dia harus mulai menyiapkan diri jika benar-benar Ayuda hamil. "Semoga bukan aku yang akan terkena imbas dari perubahan moodnya nanti," gumam Aldi. Sementara itu di dalam kamar, Jiwa sengaja membuat ponselnya dalam mode diam. Ada puluhan panggilan dari Wangi yang tidak dia jawab. Pria itu sibuk memandangi wajah Ayuda yang terlelap karena obat tidur yang dia berikan. "Bisa tidak bersikap manis padaku?" tanya Jiwa. Ia bahkan melakukan hal konyol karena sedang merasakan getaran asmara. "Kenapa kamu tidak datang lebih cepat

  • Istri Muda Sang Presdir   Bab 88 : Tamparan Di Pipi

    "Apa kamu yakin mau pulang sendiri!" Tanya Jiwa sambil berjalan membuntuti Ayuda."Kita datang bersama, maka ayo pulang bersama!""Dasar wanita itu, aktingnya untuk mengelabuiku benar-benar sudah dia siapkan dengan rapi," gerutu Jiwa dengan suara pelan nyaris tak terdengar. Ia seperti tak sadar akan ucapannya, bahwa dia sendiri juga melakukan hal yang sama seperti Ayuda.Tak mendapat respon dari orang yang diajak bicara, Jiwa pun menyalip sang istri lalu menghadang tepat di depannya. Ayuda masih memasang wajah kesal, tak sadar bahwa dia sedang dibodohi."Ayo pulang bersama!" bujuk Jiwa."Tidak mau! Aku bisa pulang naik taksi."Ayuda menepis tangan Jiwa dengan kasar. Ia hampir melewati pria itu tapi tangannya ditarik. Jiwa memegang erat ke dua lengan Ayuda dan mengguncangnya sedikit kencang."Diam! Dan menurut padaku. Kita ini suami istri, bukankah wajar kalau kita berhubungan badan?"Ayuda berpura-pura tergelak, beruntung tidak ada orang lain di lorong tempat mereka berdiri. Jika ada,

  • Istri Muda Sang Presdir   Bab 89 : Fitnah

    "Apa yang kamu lakukan? Aku baru pulang dan sudah menjadi sasaran kegilaanmu."Ayuda masih menahan diri untuk tidak terpancing emosi. Memukul orang yang sudah tua jelas hanya akan membuatnya terlihat sangat buruk. "Kamu yang mengirim foto diriku di La Royale, 'kan? karena perbuatanmu itu aku tidak akan diberi jatah uang bulanan selama tiga bulan," amuk Linda. "Apa? Foto apa? Jangan asal tuduh!"Ayuda berhasil melepaskan cengkeraman Linda dari rambutnya. Ia mendorong wanita itu sampai terhuyung ke belakang. Beruntung, Raga masuk kembali setelah dipanggil oleh pembantunya dan dengan sigap menyokong tubuh sang mama. Melihat putranya datang di waktu yang tepat, Linda malah semakin menjadi-jadi. Ia mengadu ke Raga kalau Ayuda sudah bertindak kasar kepadanya. "Mama itu sudah tua, seharusnya sadar sebentar lagi akan segera menghadap yang maha kuasa. Bukannya mendekatkan diri dengan Tuhan, tapi malah menimbun dosa dengan melakukan fitnah dan penyerangan padaku seperti ini," ujar Ayuda. R

  • Istri Muda Sang Presdir   Bab 90 : Satu Wanita

    Aldi pergi ke stasiun setelah mengantar obat dan vitamin yang harus dikonsumsi Ayuda. Ia juga berpamitan akan pergi ke Jogja untuk mengecek kebenaran informasi yang dia dapat perihal Ayudira. Aldi ingin memastikan sendiri setelah mendapat bukti beberapa foto gadis itu yang jika dilihat memang sangat mirip dengan Ayuda. Sambil menunggu keberangkatan kereta, Aldi memilih membeli kopi dan makanan. Ia berjalan dengan hati-hati karena keadaan stasiun sangat ramai. Ia sudah sangat menjauh dari kerumunan orang yang berlalu lalang. Namun, tiba-tiba saja dari arah belakang seseorang menabraknya hingga kopi di tangannya tumpah. Aldi geram sedangkan orang yang menabrak itu hanya menatap lalu berlari lagi. "Wanita tak tahu sopan santun," amuk Aldi. Wanita yang menabraknya tadi sepertinya salah peron sehingga berlari tergesa agar tak ketinggalan kereta. "Ternyata masih ada orang bodoh di zaman sekarang," hinanya.***Setelah melihat Jiwa pergi, Ayuda duduk di depan meja rias sambil memandangi

  • Istri Muda Sang Presdir   Bab 91 : Mencari Dira

    Raga pergi ke kelab untuk mencoba menghilangkan rasa jengkelnya. Tak pernah sekalipun di hidup dia sangat mendamba wanita seperti ini. Ayuda yang setiap hari dia lihat tapi tidak bisa dimiliki membuatnya frustrasi. Kelab baru saja buka, tapi Raga sudah memesan banyak minuman dan menenggaknya bak orang kehausan. Bagi pelayan kelab, jelas pria seperti Raga tak hanya sekali ini mereka jumpai. Banyak pria-pria yang sedang dihimpit masalah dan berakhir dengan minum miras di siang hari. Raga duduk di kursi paling pojok, dia tak ingin diganggu. Belum juga minuman di meja habis dia sudah memesan lagi. Raga ingin mabuk agar sejenak bisa melupakan Ayuda dari dalam hati. "Kenapa aku bisa sangat menginginkannya? Apa yang harus aku lakukan agar Ayuda bisa membuka hati?" gumam Raga. Ia menenggak lagi minuman di gelasnya.Mereka terlalu sedikit, dia menyambar botol dan langsung meminum dari sana dengan cepat. __Wangi masih penasaran dengan kejadian semalam, dia tidak cukup puas hanya mendeng

  • Istri Muda Sang Presdir   Bab 92 : Tak Bisa Lari

    Aldi menghubungi Ayuda esok harinya, memberitahu atasannya itu bahwa dia sedang menuju tempat di mana kemungkinan saudara kembar wanita itu berada. Aldi berjanji akan langsung mengabari lagi jika sudah bertemu dengan gadis yang dia maksud.Ayuda pun harap-harap cemas, dia berharap Aldi bisa membawa Arra kembali dan bertemu dengannya.Hari itu, Ayuda merasa sangat malas. Tak ada Aldi yang menemaninya bekerja, membuat dia memutuskan untuk tinggal di rumah. Ayuda meletakkan ponselnya di meja rias, dia berniat turun untuk sarapan dan menemui semua anggota keluarga Ramahadi. Ayuda tidak ingin sampai Linda beranggapan dia takut sampai tak berani keluar kamar. Saat memasuki ruang makan, Ayuda heran karena mendapati Raga tak ada di sana dan di saat yang bersamaan Linda memberi perintah Susi untuk membuatkan Raga jahe panas. Wanita itu juga meminta Susi membawakan sarapan untuk sang putra kedua. Ayuda memilih tak bertanya, dia duduk sambil berpikir mungkinkah Raga sedang sakit hingga tak bis

  • Istri Muda Sang Presdir   Bab 93 : Bukan Orang Jahat

    Dira tentu saja kaget karena ada yang memanggil namanya selengkap itu. Dia semakin bingung karena tak mengenali siapa sosok pria di depannya sekarang. "Ma-maaf!"Dira berdiri tapi sudah tak bisa menghindar, Randy sudah mendekat dan kini dia harus berhadapan dengan dua pria, yang satu tak dikenal dan yang satu sangat ingin dia hindari. "Kak Arra, ini benar kakak 'kan?"Beberapa orang memandang ke arah mereka dengan tatapan heran, Dira yang tak ingin menjadi pusat perhatian memilih untuk menghindar, tapi Aldi mencekal tangannya. "Kamu tidak akan bisa pergi, ada hal penting yang harus kamu tahu," ujar Aldi. "Maaf saya tidak kenal siapa Anda, jangan bersikap seperti ini. Tindakan Anda sudah termasuk pelecehan." Dira melotot dan dengan cepat Aldi melepaskan tangan dari gadis berhijab itu. "Kak Arra, apa kakak tidak merindukanku?" Meski Dira menyangkal mengenal, tapi Randy tetap bersikeras. Ia menghadang langkah Dira dan menatap wajah gadis itu dalam-dalam."Kak Arra, ini aku. Kenapa

  • Istri Muda Sang Presdir   Bab 94 : Alasan Tak Muncul

    "Apa Raga masih tidak keluar kamar?"Ayuda bertanya ke bik Nini yang baru saja mengambil pakaian kotor miliknya. Pembantu senior di rumah Ramahadi itu mengangguk, memberi informasi bahwa pembantulah yang mengantarkan makanan dan minuman ke dalam kamar Raga. "Apa dia sering begitu? Seperti bocah TK," cibir Ayuda. "Tuan muda Raga memang kekanak-kanakan, kalau pulang dalam kondisi mabuk berat, tandanya sedang ada masalah pelik yang dia pikirkan."Ayuda yang santai duduk di atas ranjang seketika menegakkan punggung, dia penasaran dengan maksud ucapan bik Nini barusan. "Masalah pelik?" tanya Ayuda seolah tak sadar bahwa dia lah yang membuat Raga bersikap seperti ini. "Ya begitulah, Nona!""Contohnya?" Selidik Ayuda. "Patah hati, lelah dengan masalah pribadi.""Cih... Dasar, ternyata anak Linda memang aneh semua."Bik Nini tak merespon kembali ucapan Ayuda. Dia bergegas membawa baju kotor lalu pamit pergi dari kamar Ayuda. Meninggalkan gadis itu dengan rasa penasaran yang menggelayuti

Bab terbaru

  • Istri Muda Sang Presdir   Bonchap : Ayuda Jiwa

    Pelukan, kasih sayang dan senyuman tulus kini bisa Jiwa rasakan setiap hari. Hidupnya sudah lengkap dengan kehadiran istri yang sangat dia cintai, juga putri cantik yang semakin hari semakin pintar. Jiwa berdiri sambil memegang cangkir kopi di tangan, dia memandang ke arah Nala yang sudah mulai belajar berjalan bersama bik Nini. Sementara itu, Ayuda bertelanjang kaki menemani dengan perut yang nampak membuncit. Nala, dia pasti terlihat seperti saudara kembar dengan adiknya nanti. “Nala pintarnya!” puji Ayuda, putrinya itu tertawa dan memeluk kakinya. Dia sedikit kesusahan untuk mengusap punggung sang putri karena terganjal perutnya yang sudah besar. Dengan bantuan bik Nini, Ayuda akhirnya bisa menggendong Nala. Namun, tak diduga Jiwa langsung berlari dan meminta Ayuda untuk tidak melakukan itu. “Sayang, kasihan adik Nala nanti,”ucap Jiwa. Bik Nini yang melihat tuannya sangat posesif pun tersenyum. Ia bahkan dibuat malu sendiri dengan tingkah Jiwa yang over protective. “Dari pada

  • Istri Muda Sang Presdir   Bonchap : Aldi Dira

    Aura pengantin baru terpancar jelas dari wajah Dira. Kembaran Ayuda itu nampak sedang duduk bersama mertua dan saudara-saudara Aldi di teras sambil bercanda. Ibunda Aldi menceritakan bagaimana masa kecil pria itu, sampai aibnya yang masih suka minum susu menggunakan dot meski sudah kelas 5 SD.“Besok kalau kamu hamil banyak-banyak sugesti calon bayimu, jangan sampai kayak bapaknya.”Dira tertawa, dia tak sadar Aldi sedang memandanginya. Pria yang sudah resmi mempersuntingnya itu sibuk membantu merapikan kursi yang dipinjam dari RT untuk acara pengajian.“Lha … gimana nggak kayak bapaknya, Bu? Kalau aku hamil ‘kan memang anak mas Aldi, kalau nggak mirip nanti bisa-bisa malah menimbulkan fitnah,”kata Dira.“Maksudnya sifatnya yang jelek-jelek itu lho, Ra!”“Mas Aldi nggak punya sifat jelek, Bu. Mas Aldi itu sempurna buatku.”Aldi yang mendengar pujian sang istri seketika malu. Pipinya bahkan merona merah sedangkan Dira terlihat sangat santai meski orang-orang bersorak menggoda.“Ya begi

  • Istri Muda Sang Presdir   Bonchap : Raga Sienna

    Pernikahan adalah impian setiap wanita, apalagi menikah dengan pria yang sangat dicintai. Begitu juga dengan Sienna, dia tidak pernah menyangka hatinya akan tertambat pada pria casanova seperti Raga. Meski tahu bagaimana sepak terjang pria itu, tapi Sienna yakin, suaminya itu kini sudah berubah. Ibarat panci bertemu tutupnya, mereka saling melengkapi. Membangun pernikahan yang sebenarnya mereka sendiri masih belum begitu yakin.Namun, Raga dan Sienna yakin mimpi-mimpi dan rencana akan mereka temukan seiring berjalannya waktu. Seperti saat ini. Mereka harus menunda bulan madu karena Sienna harus menghadapi ujian semester."Boleh aku bicara serius?" tanya Raga saat mereka berada di dalam salah satu kamar villa milik Ramahadi.Raga teringat akan Ayuda yang mual-mual tadi, setelah ditanya kakak iparnya itu menjawab dia memang belum datang bulan sejak melahirkan Nala. Kata Linda, kemungkinan besar Ayuda pasti hamil lagi."Bicara serius? Apa?"Sienna yang memakai paha Raga sebagai bantalan

  • Istri Muda Sang Presdir   Bab 223 : Adik Nala (TAMAT)

    Tiga bulan kemudianHari yang membahagiakan untuk semua orang akhirnya tiba. Ramahadi mengajak seluruh keluarganya pergi ke villanya yang dulu digunakan Ayuda untuk bersembunyi.Raga baru seminggu menikah dengan Sienna. Bulan madu mereka pun tertunda karena Sienna harus menghadapi ujian semester minggu ini. Raga tidak mau kalau sampai kuliah istrinya itu terganggu hanya karena bulan madu - yang sejatinya sudah sering mereka lakukan sebelum menikah.Affandi juga hadir, dia menerima undangan dari Ramahadi dengan penuh suka cita. Awalnya Affandi ingin mengajak Dira ke sana, tapi putrinya itu lebih dulu menerima ajakan dari sang mertua untuk berkumpul di rumah keluarga besar Aldi.Ayuda nampak memangku Nala, dia menyusui putrinya sambil menatap keluar jendela di mana papanya tengah sibuk mengobrol dengan sang mertua. Ayuda menepuk pantat Nala lembut, dia menoleh kaget kala Jiwa keluar dengan membawa buku - yang dulu selalu menjadi teman saat dirinya merasa kesepian tinggal sendiri di sana

  • Istri Muda Sang Presdir   Bab 222 : Sayang!

    Di saat putra putri mereka sedang berdua dan kembali meleburkan asa, Affandi dan Ramahadi duduk bersama. Ramahadi tak menyangka pria yang seumur hidup terus menganggapnya musuh kini mengajaknya bicara. Affandi bahkan mengeluarkan satu kata yang dia rasa mustahil untuk didengar. “Maaf!” Ramahadi tentu tak bisa percaya begitu saja, setelah hampir berpuluh-puluh tahun menganggapnya musuh, kini Affandi mengucap kata maaf dan terdengar begitu sangat tulus. “Aku tahu perbuatanku salah, dan selama ini aku terlalu malu untuk mengakuinya. Mungkin, pertemuan Ayuda dan Jiwa adalah takdir yang memang sudah ditetapkan, hingga akhirnya aku bisa sadar,”ungkap Affandi panjang lebar. Hening, Ramahadi tak langsung membalas permintaan maaf Affandi. Ia mencoba mencerna dulu, menimbang apakah pria itu tulus atau hanya sekadar meminta maaf agar dirinya tak lagi menaruh prasangka. “Aku sudah lelah bekerja, aku ingin menyerahkan perusahaan ke anak-anakku, dan aku ingin hidup tenang bermain bersama cucu,”

  • Istri Muda Sang Presdir   Bab 221 : Penuh Kasih

    Terkesan nakal, tapi begitulah naluri manusia dewasa. Mereka memiliki birahi yang butuh disalurkan. Ayuda tahu perbuatannya membuat Jiwa semakin ingin menerkamnya. Namun, bukankah itu yang mereka inginkan? Ayuda memindai manik mata Jiwa, di sana terlihat penuh cinta, berbeda dengan tatapan mata pria itu saat pertama kali menyentuhnya. Tak ada perasaan hangat seperti ini, Jiwa bahkan mencekoki dirinya obat perangsang agar nafsunya tersalurkan tanpa perlu ikatan seperti saat ini. Jiwa membelai pipi Ayuda, mencium setiap bagian wajahnya seolah setiap incinya tak ingin terlewatkan untuk dia cicipi. Pria itu menghentikan sapuan bibir di hidung bangir sang istri, sorot matanya seolah meminta izin. “Bisakah aku bisa melakukannya jauh lebih dari ini.” Ayuda tersenyum tipis, tangannya menarik tengkuk Jiwa hingga bibir mereka kembali bertaut. Mereka sama-sama memejamkan mata, menyelami setiap perasaan cinta yang membara. Perlahan tangan Ayuda melonggar dan beralih membuka kancing kemeja Jiw

  • Istri Muda Sang Presdir   Bab 220 : You Are Mine

    Dira masih berada di pelukan Ayuda, meski tak mau membalas pelukan saudaranya, tapi Dira menyandarkan kepala ke pundak ibunda Nala itu. Ia masih tergugu, tak menyangka satu orang datang lagi ke rumahnya dan masuk dengan wajah kebingungan. Aldi menjadi pusat perhatian semua orang, sampai Ayuda melonggarkan pelukan dan Dira memanggil dengan manja nama pria itu.“Mas Al!”“Ra, kenapa kamu menangis?” tanya Aldi bingung, dia hanya diberitahu Affandi akan datang, tapi jika tahu akan membuat calon istrinya menangis, tentu saja Aldi akan melarang. Alih-alih berada di sana tepat waktu, Aldi terjebak lampu merah beberapa kali.“Pak, ini bukan seperti yang Anda janjikan, bukankah ….”Aldi menjeda kata, Dira yang masih sesenggukan mendekat dan memberitahu Aldi kalau Affandi baru saja berkata akan menikahkannya.“Benarkah?” Aldi nampak bahagia. Ia raih tangan Affandi dan menggoyang-goyangkannya beberapa kali.Meski awalnya kesal, tapi Dira tertawa melihat kelakuan Aldi. Ayuda lega karena yakin Dir

  • Istri Muda Sang Presdir   Bab 219 : Kejutan Untuk Dira

    Setelah Jiwa berangkat ke kantor, Ayuda tak langsung pergi ke rumah Dira. Ia malah berdiri di depan lemari baju, bingung memilih pakaian mana yang cocok dia kenakan untuk malam spesial yang Jiwa katakan tadi. Ayuda menekuk bibir ke dalam lalu memajukannya lagi, bunyi decapan lidahnya membuat bik Nini yang baru saja masuk untuk menata baju Nala keheranan.“Non, cari apa?”Ayuda menggeleng, wanita itu sedang berpikir mana mungkin memakai gaun yang sama di depan Jiwa. Apalagi dia sama sekali tidak memiliki satu pun baju tempur selain piyama satin yang sering dia pakai karena praktis saat menyusui Nala.“Seharusnya aku pergi shopping kemarin,”ucap Ayuda.Bik Nini tentu saja semakin heran, dia sejajari Nonanya itu dan kembali bertanya,”Non cari apa?”“Linger … “ Ayuda keceplosan, matanya melotot menoleh bik Nini dan melempar senyuman canggung.Pembantunya itu pun menarik sudut bibir, tersenyum aneh sambil menaikturunkan alis mata. Bik Nini berhasil membuat Ayuda merasa malu, dia pasti tahu

  • Istri Muda Sang Presdir   Bab 218 : Apa Sudah?

    Sejak pagi, Jiwa terus saja menampakkan wajah riang. Ia memandangi sang istri yang sibuk melakukan tugas merawat putrinya seperti biasa. Jiwa membuat Ayuda salah tingkah setelah semalam wanita itu menjawab pertanyaannya dengan kata ‘ya’.“Apa sudah?”“Berhenti bertanya apa sudah – apa sudah,”amuk Ayuda. Pipinya merona merah karena Jiwa bersikap sangat agresif. “Aku mau bertemu papa dan Dira dulu, kamu cepat bersiap sana untuk pergi bekerja!”Jiwa tak menggubris ucapan Ayuda, dia malah melingkarkan tangan di pinggang wanita itu yang sedang menggendong putrinya.“Jiwa!” bentak Ayuda.“Malam ini aku akan memberi bonus ke Bik Nini untuk menjaga Nala, kita bisa pakai apartemenku untuk melakukan itu.”“Melakukan apa?” Ayuda dengan sengaja menggoyangkan pinggang untuk membuat Jiwa melepaskan tangan. Namun, pria itu terlalu kuat dan membuatnya berakhir pasrah karena Nala ada di pelukannya.“Jangan berpura-pura! aku tahu kamu tidak sepolos itu, bahkan saat tidur kamu sesekali nakal dengan meng

DMCA.com Protection Status