"Apa yang ingin Paman katakan padanya?" tanya Sarah dengan nada suara yang meninggi.Awalnya Adipati hanya ingin menggoda Sarah, namun melihat reaksi yang diberikan istrinya, Adipati merasa ini tidak lagi hanya sebuah niat menggoda. Adipati akan benar-benar menemui Arjuna sekarang."Paman!"Langkah kaki Adipati terhenti sekejap. Dia tersenyum tipis. Apakah istrinya itu benar-benar takut kalau dirinya akan menyentuh Arjuna? "Apa yang kamu takutkan?" tanya Adipati tanpa menatap Sarah.Disana Sarah termangu, menyadari tindakannya mungkin berlebihan. Keparnoan dirinya membuat suaminya menjadi salah paham dan semakin salah paham sekarang. Juga membuat Arjuna mungkin akan menghadapi hari yang buruk setelah ini.Adipati mengurungkan niat untuk pergi. Dia kembali lagi, duduk di sofa ruangan Sarah lalu berdiam diri."Pa-paman. Maafkan aku. Aku tidak bermaksud," "Tidak perlu kamu jelaskan. Aku bisa memahaminya," potong Adipati ketus.Situasi kikuk kembali menerpa mereka. Sesuatu yang seharus
"Anda berharap saya melakukan apa, Tuan?"Arjuna tahu, Adipati tidak mungkin datang hanya untuk memperingatkannya. Namun dia menginginkan sesuatu untuk dia lakukan."Apa Anda ingin saya keluar dari perusahaan ini?" Adipati menggeleng, "Aku tidak kejam begitu. Aku hanya ingin kalu melaporkan padaku apapun yang Roger perintahkan untuk mencelakai keluarga istriku."Menurut Adipati hal itu tentu sesuatu yang mudah jika Arjuna masih memiliki rasa kemanusiaan. Mencelakai seseorang itu adalah suatu bentuk tindakan kejahatan. Seharusnya Arjuna takut melakukan perintah seperti itu.Arjuna juga bergeming, dia masih belum mempercayai sepenuhnya jika Roger akan memberikan perintah untuk melukai orang lain apalagi Sarah adalah keponakannya."Apa Anda sedang memberikanku perintah? Saya bukan anak buah Anda lagi."Adipati mengambil gelas kopinya, menyesap kopi itu dengan santai sembari melihat pemandangan di luar kaca. "Aku meminta tolong padamu."Arjuna hampir melongo tidak percaya dengan pendeng
"Ahh." Sarah berhasil mendorong dan melepaskan ciuman Arjuna. Namun pria itu kembali meraih tengkuknya dan melumat bibirnya lagi.Sangat rakus, Arjuna terus membenamkan dan memainkan lidahnya di dalam mulut Sarah. Bukan hanya ketakutan jika Adipati sampai melihatnya, namun Sarah juga takut Adipati akan membunuh mereka berdua jika mengetahui perbuatan tidak senonoh itu.Jemari Arjuna juga tidak diam saja, mereka mulai menjelajah, persis sama dengan yang Adipati lakukan saat Arjuna tidak sengaja membuka pintu ruangan itu tadi siang.Melihat Sarah yang menitikkan air mata, Arjuna mulai mengendurkan cumbuannya. Namun bukan berarti Arjuna melepaskan tubuh Sarah dari peluknya. Arjuna menempelkan bibirnya pada sebelah telinga Sarah dan berbisik sesuatu sehingga Sarah merasa kegelian."Jangan menangis, Sayang. Aku sangat merindukanmu. Aku menginginkanmu, bahkan setiap hari aku selalu bermimpi tentangmu. Tolong, biarkan aku menyentuhmu."Sarah mulai terisak. Dia tidak menginginkan hal ini terj
Saat Adipati akan membuka pintu lemari tempat Arjuna bersembunyi, suara Sarah mengejutkannya."Paman, ayo cepatlah. Aku sudah mulai pusing."Adipati menarik kembali tangannya yang masih melayang diudara. Arjuna masih beruntung, Adipati belum sampai membuka pintu lemari itu. Adipati bergegas kembali pada Sarah. "Maaf, apa kamu masih kuat?" "Masih, ayo cepat. Aku takut pingsan, Paman," lirih Sarah memelas.Adipati mengangguk, kemudian menggandeng lengan Sarah untuk pulang.Sementara di dalam, Arjuna membuang napasnya merasa lega.Pagi ini Sarah hanya di antarkan ke kantor oleh suaminya. Adipati memiliki pekerjaan yang sedang tidak bisa ditinggalkan. Jadi Adipati tidak akan bisa mendampingi Sarah sampai beberapa hari."Paman, bagaimana jika aku kebingungan?" rengek Sarah."Kita bisa melakukan panggilan video sayang."Bibir Sarah manyun satu senti. Adipati juga mengetahui kegelisahan istrinya. Namun ada baiknya jika Adipati tidak selalu mendampinginya, sehingga Sarah terpaksa mandiri d
Disisi lain, Layla dan Ali sedang mengawasi para pelayan yang membersihkan rumah lamanya dengan Arthajaya dahulu.Kedua netra Layla memindai seluruh area rumah itu dengan rasa haru. Kepingan-kepingan ingatan masa lalu kembali menyapanya. Layla termenung menatap ruang santai, dimana dia biasa menemani sang suami mengobrol melepas penat selepas bekerja.Layla mengusap butir airmata yang terjatuh. Layla pergi ke lantai atas, dimana kamarnya bersama suami berada. Beberapa orang pelayan juga sedang menata interior kamar tersebut. Kamarnya masih sama, demikian juga kenangannya. Layla melangkah masuk ke kamarnya. Dia duduk di bibir ranjang tempat mereka memadu cinta dahulu. Layla mengusap kasur itu sembari mengulas senyum.'Suamiku. Aku sangat merindukanmu.'Sekali lagi, tanpa sadar air mata Layla telah luruh membanjiri pipinya. Ketiga pelayan yang sedang membersihkan kamar itu berangsur keluar dari kamar. Sementara Layla masih meratapi kerinduannya pada sang suami.Layla tidak sadar, bahw
"Gila kamu Jun! Tolong keluar dari ruanganku sekarang!"Arjuna mengatupkan kedua bibirnya, menuruti permintaan Sarah untuk keluar dari ruangan itu. Brak! Sarah mengusap rambutnya merasa depresi seketika. Menyesali dan menyesali atas perbuatan tidak pantas yang barusaja dia lakukan. "Astaga, apa yang baru saja aku lakukan." Sarah merutuki kebodohannya sembari memukul pelan kepalanya.Namun nasi sudah menjadi bubur, dosa yang telah di lakukan tidak dapat dihindari lagi. Sarah mencengkram kerah blousenya sendiri, tatkala mengingat Arjuna telah membukanya tadi. ****"Sayang, bagaimana tadi pekerjaanmu?" tanya Adipati sambil turut duduk di kasur.Sarah yang sedang bermain dengan baby Reyhan seketika bergeming. Enggan rasanya untuk membahas maupun mengingat kegiatannya di kantor seharian tadi."Lancar, Paman. Bagaimana denganmu?""Aku juga lancar. Semua berjalan dengan baik.""Apa malam ini kita bisa tidur berdua saja?" Adipati merayu Sarah, sambil mengusap paha sang istri yang terlihat
"Rumah sudah selesai dibersihkan. Kita sudah bisa pindah kesana," ujar Layla di sela-sela sarapan mereka. "Apa perlu membawa perabotanku kesana Bu?" tanya Sarah sembari melirik suaminya, berharap mendapatkan tanggapan."Jangan, kita bawa yang diperlukan saja. Perabotan disana masih sangat bagus. Kita cukup bawa mbak Susi dan lainnya untuk membantu disana," jawab Layla."Paman, sebaiknya pulangkan saja para pelayan yang ada disana. Dan karena rumah ini akan kosong, sebaiknya kita sudahi saja tugas penjagaan para anak buah paman Romi. Lagipula, rumah juga sudah terpantau aman dan terkendali. Aku yakin itu."Adipati tidak bergeming dengan permintaan Sarah. Bukan berarti dia tidak mendengarkan, namun dia hanya malas menanggapi Sarah lantaran masih merasa sakit hati karena diabaikan.Adipati tetap sarapan dengan santai. Dia menyuapkan potongan-potongan roti ke mulutnya tampak sangat menikmati sarapannya. Merasa diabaikan, Sarah memicingkan mata menatap kesal pada sang suami. "Aku akan m
"Beraninya mereka bermain dibelakangku."Diremas ponsel yang masih digenggamnya. Napas nya terasa naik turun tidak terkendali. Kesuksesan yang baru saja diraihnya menjadi tidak berarti, setelah melihat sebuah foto yang dikirim seseorang yang tidak dikenalnya.Ya, Sarah yang tengah bermesraan dengan seorang pria, tidak lain adalah Arjuna membuatnya naik pitam.Pose mesra itu, Adipati yakin ada sesuatu yang lebih saat momen pengambilan foto itu terjadi. Adipati langsung pergi untuk menemui Sarah ke kantornya. Mobil sedan mewah hitam itu melaju membawa Adipati dengan kecepatan maksimal. ****"Ini adalah berkas yang harus Anda tandatangani." Arjuna menyerahkan beberapa berkas yang disusun dalam satu map."Aku akan membacanya dulu, kau bisa tinggalkan dokumen itu. Akan ku beritahu jika sudah selesai."Arjuna meletakkan dokumen itu di atas mejanya, sementara Sarah melanjutkan kesibukannya mengetik tanpa mau menerima dokumen tersebut.Arjuna tidak langsung pergi, dia masih disana dan menat