Sarah mengernyitkan dahi–merasa bingung.
Ditatapnya sang Ibu yang segera mengalihkan padangan.Hal ini membuat perempuan itu memegang kedua lengan Layla. "Ibu? Apa maksudnya?”“Ibu tahu jika aku hanya mencintai Arjuna, kan?” Suara perempuan itu bergetar.Ia berharap sang ibu menepis ucapan pamannya.Arjuna adalah kekasihnya sekaligus teman masa kecilnya. Mereka saling mencintai. Arjuna bahkan berjanji akan segera melamarnya setelah pulang dari rantau.Hanya saja, Layla tetap diam.Di sisi lain, Ali segera mendekati keponakannya itu. "Sarah. Kami tidak mungkin salah memilihkan suami untukmu. Kamu akan hidup berkecukupan dan bahagia. Kamu juga tidak perlu lagi bekerja nguli di pasar hanya demi sesuap nasi," bujuknya.Ia terus memberikan gambaran hidup bahagia setelah Sarah menikah nanti.Sarah sontak mengepalkan kedua tangannya.Dia tidak terima, mengapa mereka seenaknya memutuskan dengan siapa dirinya akan menikah tanpa persetujuan darinya?"Tapi—""Dengar, Sarah! Apakah kamu tidak kasihan pada ibumu? Lihatlah dia! Berpakaian lusuh setiap hari. Kulitnya juga sudah tampak menua dan mulai keriput. Apakah kalian pernah merasakan nikmatnya daging untuk lauk?” cecar Ali sebelum Sarah bisa menyelesaikan ucapannya, “Tidak pernah, Sarah!""Tapi, kami baik-baik saja selama ini, Paman," ucap Sarah membela diri.Mendengar itu, Ali berdecak malas. "Itu menurutmu. Pernahkah kamu bertanya apa yang sedang ibumu inginkan? Menurutmu, tidakkah ibumu ingin memakai baju baru dan bukan baju yang kalian pungut dari tempat pembuangan?”“Sarah, ibumu sudah cukup lama hidup menderita. Namun, dia tetap membesarkanmu dengan penuh kasih sayang. Apakah kamu tidak ingin sekali saja membuatnya bahagia?" desak pamannya itu lagi.Sarah membeku. Ia berharap sang ibu berkata sesuatu. Namun, Layla hanya diam saja.Apakah ibunya juga benar-benar menginginkan pernikahan itu terjadi?Sadar tak punya pilihan, Sarah pun berlari keluar rumah meninggalkan mereka.Di sisi lain, Layla terkejut melihat penolakan sang putri.Ia hendak mengejar Sarah. Namun, Ali justru menahannya."Layla. Sebaiknya, kau pikirkan tawaran itu baik-baik," ucap pria itu dengan tatapan tajam."Betul, Layla. Kesempatan bagus tidak akan datang dua kali," timpal Romi seraya berjalan menghampiri mereka.Layla hanya diam.Berat rasanya memaksa Sarah untuk menerima pernikahan yang tidak diinginkannya.Terlebih, ia juga mengenal baik sosok Arjuna. Pemuda itu sangat mencintai putrinya dan seorang yang pekerja keras.Layla pun sebenarnya percaya jika Sarah menikah dengannya, mereka akan bahagia. Namun, desakan dan rayuan Ali membuat Layla bimbang.Sebagai ibu, dia juga pasti menginginkan yang terbaik untuk anaknya."Aku harus berbicara dulu dengan Sarah. Hidupnya bukanlah milikku," tukasnya lirih."Selama ini, kau sudah sangat menderita. Kau membesarkan Sarah seorang diri, hingga dewasa. Bukankah pantas bila Sarah melakukannya untuk membahagiakanmu sebagai ibunya?" desak Ali, “lagipula, kehidupan Sarah jelas lebih terjamin nantinya.”“Aku–”Ali mendengus kesal, merasa adiknya tidak memahami apa yang dikatakan olehnya."Romi,” ucap paman dari Sarah itu mendadak, “kami akan tetap mengambil penawaranmu."Tanpa mereka sadari, Sarah belum jauh dari rumah dan mendengarkan itu semua.Tangannya mengepal menahan emosi. Ia pun berlari semakin jauh untuk menenangkan diri.Tak terbayangkan olehnya, mendadak harus menikahi orang yang tak ia kenal.Sarah terus berlari, hingga langkah kakinya perlahan membawa perempuan itu ke dekat sungai.Ia pun duduk di tepi dan melempar batu sembari menemukan solusi dari masalahnya. Namun, hingga matahari mulai terbenam, Sarah belum juga menemukannya.“Lari jika mau selamat!”Suara teriakan anak-anak yang sedang bermain memecah konsentrasi Sarah.Perempuan itu seketika menoleh dan mendapatkan sebuah ide. “Benar. Aku harus lari dari sini dan segera menemui Arjuna!”Sarah pun segera berlari dan menuju rumah.Tak dihiraukannya Layla yang berada di kursi, ia langsung memasuki kamar.Sarah segera berkemas mempersiapkan rencana pelarian dirinya dan mencari waktu yang tepat untuk keluar.Hanya saja, tanpa ia sadari, Ali dan Romi bergerak lebih cepat….***"Layla. Romi sudah datang bersama bosnya," bisik paman dari Sarah itu."Secepat ini?" Layla terkejut. Ia pikir mereka akan memberikan waktu untuk Sarah bisa menerima perjodohan itu.Namun, ternyata mereka menginginkan pernikahan begitu cepat tanpa membicarakan persiapannya."Sarah ada di mana?""Dia sedang mengurung diri di kamar," jawab Ibu Sarah itu tak mengerti.Ali mengangguk.Ia khawatir jika keponakannya itu melarikan diri. Jadi, pria itu meminta seseorang yang datang bersamanya untuk berjaga di jendela kamar Sarah, hingga esok pagi.Sementara itu, di luar, terlihat sebuah mobil hitam mewah milik Adipati memasuki halaman rumah Layla.Ali pun langsung bergegas menghampiri mobil itu untuk menyambut."Selamat datang, Tuan."Adipati hanya mengangguk sebelum akhirnya berkata, “Aku tidak ingin membuang waktu. Lakukanlah dengan cepat. Jangan membuat kesalahan."Paman dari Sarah itu terdiam. Ia memang sudah diberitahu jika pewaris di depannya ini tidak punya banyak waktu, sehingga Adipati harus segera menikahi Sarah secepatnya."Baik, Tuan," balas Ali hormat.Meskipun sangat mendadak, pria itu memastikan semua acara akan berjalan lancar. Tadi, ia bahkan langsung menghubungi kepala desa dan beberapa orang penting.Hanya saja, ada satu hal utama yang perlu Ali pastikan …."Ekhem. Maaf, Tuan. Tapi…bagaimana untuk maharnya?" tanyanya tak tahu malu.Adipati seketika menatapnya sinis, sebelum kembali melirik ke arah Romi. "Tunjukkan padanya."Bawahannya itu sontak menunjukkan sebuah koper yang berisi uang. "Ini adalah uang yang Tuan Adipati janjikan pada kalian," ucap Romi.Melihat itu, mata Ali langsung terbelalak melihat banyaknya jumlah uang di dalamnya. Dia bahkan langsung mempersilahkan kedua tamunya untuk masuk ke dalam rumah–tak peduli jika Adipati kini menatap pria itu dengan tatapan aneh.****Cekrek!Sarah membuka jendela kamarnya perlahan. Namun, betapa terkejutnya dia saat melihat seseorang telah berdiri di balik jendela itu menatap Sarah."Mau ke mana kamu?""Se-sedang apa kau disini?" tanya Sarah kebingungan.Alih-alih menjawab, orang itu justru mendorong tubuh Sarah beberapa langkah ke belakang menjauhi jendela. "Kau tidak bisa melarikan diri. Masuklah!"“Apa maksudmu?” Sarah pun kembali mendekati jendela dan memaksa keluar dari kamarnya. Hanya saja, orang itu kembali menahan tubuh Sarah sekuat tenaga.Merasa keponakan Ali itu tak bisa dicegah, ia pun berteriak meminta bantuan yang lain.Hal ini jelas menimbulkan keributan.Layla dan Ali bahkan bergegas menuju sumber suara dan betapa terkejutnya mereka saat melihat Sarah tengah meronta berusaha melarikan diri."Lepaskan aku!" teriak Sarah lagi."Tidak bisa. Besok adalah hari pernikahanmu," sahut Ali tiba-tiba sembari berjalan ke arahnya."Apa?" Sarah menatap sang ibu yang mematung tidak jauh darinya. "Ibu, bagaimana
Layla hanya bisa mematung saat Ali melewatinya dan menarik tangan Sarah begitu saja. “Pengantin pria dan petugas pernikahan sudah siap dan menunggu,” tambahnya, “jangan buat malu.”Mendengar itu, dada Sarah terasa sesak. Pamannya benar-benar tidak peduli pada perasaannya, sedangkan ibunya tidak punya kekuatan dan keberanian untuk menyelamatkannya.Tidak ada sorot kebahagian sama sekali yang tampak pada wajahnya. Sarah memindai ruangan sekejap saat keluar dari kamarnya. Tampak beberapa tamu undangan yang merupakan tetangga terdekat rumahnya.Pandangan Sarah menetap pada sosok wanita seusia ibunya. Dia adalah ibunya Arjuna, kekasihnya. Rasanya, ia ingin berlari ke arah wanita itu dan menjelaskan kejadian sebenarnya.Sayang, Ali begitu kuat menahannya."Wah, cantik sekali pengantin wanitanya," celetuk pegawai kantor pernikahan untuk menghidupkan suasana bahagia."Benar, ternyata dia sangat cantik. Selama ini, kita tidak pernah melihat Sarah berdandan secantik ini," timpal salah satu
"Tu-tunggu! Jangan macam-macam denganku. Dengarkan aku, Paman. Aku tidak akan melakukan apapun denganmu,” ucap Sarah panik, “bahkan, Anda lebih pantas menjadi Ayah atau pamanku daripada suamiku."Adipati menatap tajam perempuan muda di hadapannya yang tampak sulit diatur.Hanya saja, ia tidak ingin berdebat dengan Sarah. Jadi, Adipati memilih tidak menjawab dan kembali fokus dengan pekerjaannya."Paman, kenapa Anda tidak menjawabku? Katakanlah sesuatu,” pinta Sarah, “Apakah kita bisa untuk tidak melakukannya?"Adipati melirik Sarah sekilas, lalu kembali mengabaikan pertanyaan tak masuk akal itu.Di sisi lain, Sarah merasa kesal karena tak mendapatkan jawaban sama sekali dari Adipati.Ia pun menyadari gaun yang ia pakai begitu tak nyaman. Oleh sebab itu, Sarah mengambil sebuah dress simpel berwarna hitam yang sudah disiapkan.Sarah segera menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Di sana dia berpikir keras bagaimana cara agar bisa kabur dari pria itu. Tidak sia-sia dia berdiam d
Setelah pergumulan panas itu, Sarah langsung menepi dan menuju kamar mandi.Adipati jelas tahu bahwa perempuan itu menangis di sana. “Hah…” Pria itu menyugar rambutnya kasar. Mereka belum sampai klimaks.Sebenarnya, Adipati tidak tega melanjutkannya. Ia justru ingin segera pulang menemui istrinya. Namun, jika ia tidak bisa menjamah Sarah secepatnya, keduanya harus menghabiskan malam lebih lama.“Tidak. Aku harus segera pulang dan menemui Anna,” lirih Adipati mengabaikan perasaan iba pada istri mudanya itu.Tok tok tok!Adipati mengetuk pintu kamar mandi, meminta Sarah keluar. Dia juga berjanji tidak akan melanjutkan permainan kecuali Sarah yang memintanya.Setelah beberapa saat, Sarah yang mempercayai perkataan Adipati pun keluar dari kamar mandi. Namun, perempuan itu tidak mengatakan apapun. Sarah tampaknya benar-benar takut untuk berada di dekat pria itu. Meskipun mereka tidak melakukannya hingga klimaks, namun kesuciannya telah direnggut.Adipati mengetahui apa yang sedang pe
“Hei, kenapa kau justru menangis?" "Semua ini gara-gara kamu, Kak. Kini aku tidak pantas disebut seorang Ibu. Aku telah menjual anakku sendiri. Semua tetangga mencelaku sekarang," marah Layla."Jadi gara-gara itu kamu menangis? Sudahlah Layla, abaikan mereka. Kita tidak makan dari tetangga, bukan?""Bukan tentang mereka. Tapi ini tentang menjadi seorang Ibu. Aku gagal Kak. Aku gagal menjadi Ibu yang baik."Layla merutuki penyesalannya. Namun, Ali mengabaikannya. Bagi pria itu, yang terpenting kini adik dan keponakannya telah naik derajatnya. Tentu saja, Ali meminta sedikit bagian sebagai upah menjodohkan mereka.Sarah menutup kedua telinganya, tidak ingin mendengar perdebatan Ibu dan pamannya.Drrt!Sarah meraih sebuah ponsel baru yang sengaja ditinggalkan suaminya untuk memudahkan komunikasi. Sejujurnya, ia sempat bimbang untuk mengangkatnya. Namun, Sarah penasaran apa yang akan dikatakan suaminya itu padanya."Maaf, aku pergi tanpa berpamitan.""Anda tidak perlu melakukannya, P
"Sudahlah, Nak. Mungkin kalian memang tidak berjodoh," ujar ibu Arjuna menenangkan."Aku sangat mencintai Sarah, Bu. Tapi bagaimana bisa dia meninggalkanku begitu saja demi menikahi pria kaya itu?"Sang ibu terdiam sejenak. Ia mengetahui rahasia yang sebenarnya atas pernikahan itu. Namun ia ragu mengatakan pada putranya.Ia tak ingin putranya menimbulkan masalah dalam rumah tangga orang lain. Selain itu, mungkin saja Sarah sudah menerima takdir seperti nasehatnya saat itu. Sehingga ia mengatakan hal keji, yang membuatnya seolah menjadi pelaku utama dalam ketidakadilan kisah cinta mereka."Sarah menikah bukan karena keinginannya."Kejujuran sang ibu lolos juga. Ternyata hati kecilnya menolak untuk memendam kebenaran itu sendiri.Arjuna sontak menatap sang ibu. Kedua netra mereka saling menatap. Sang ibu mengangguk, lanjut menjelaskan."Keluarganya telah menjualnya pada pria kaya itu. Pria itu hanya menginginkan Sarah untuk melahirkan anak untuknya, karena istri pertamanya mandul. Jadi
“Glek."Sarah sebenarnya tidak terlalu terkejut saat melihat suaminya sudah berada di kamarnya. Ia telah melihat mobil mewah milik sang suami terparkir di halaman rumahnya.Hanya saja, ia tiba-tiba merasa kahwatir melihat tatapan menyelidik pria itu di kamarnya.Perlahan, Sarah masuk dan mengunci pintu kamar itu. Lalu, ia mendekat ke arah Adipati yang sedang duduk di tepi ranjang menunggunya. "Apa yang Paman lakukan dengan barang-barang itu di kamarku?""Itu semua oleh-oleh untukmu.""Paman tidak perlu membawanya. Aku tidak butuh apapun dari Paman!""Kamu tahu 'kan, aku tidak menerima penolakan? Bukalah!"Sarah mendengus kesal. Terpaksa ia membuka satu per satu tas belanja yang suaminya bawa."Lingerie?" ujarnya melongo.Sarah menatap suaminya, yang tengah sibuk menata laptop di meja riasnya. Adipati ke mana saja selalu sibuk bekerja. Sikapnya benar-benar seperti orang tua yang gila kerja."Apa dia ingin aku memakai baju yang seperti sarang nyamuk ini?" protes Sarah lirih."Tidak, ak
"Lepaskan! Aku tak mau mandi denganmu!""Jangan bicara lagi."Adipati langsung melumat bibir Sarah. Awalnya Sarah memberontak sekuat tenaga. Namun ciuman hebat dari sang suami membuatnya kalah.Milik Adipati kini semakin mengeras. Sarah dapat merasakannya.Dengan tidak sabar, Adipati membuka semua kain yang melekat di tubuh Sarah dengan kasar.Mereka melakukannya penuh dengan hasrat yang menggelora pada setiap sentuhan dan gerakan ….****"Sarah, ambilkanlah makanan untuk suamimu lebih dulu."'Bukankah dia punya tangan? Mengapa harus aku yang mengambilkannya?'"Terima kasih." ucap Adipati seraya menyodorkan piringnya untuk diisi.Sarah mengambil sesendok nasi dan beberapa lauk pauk untuk sang suami.Mereka makan malam dengan tenang, tidak ada yang berbicara, karena mereka segan jika bukan Adipati yang memulainya.Sedangkan Sarah tampak biasa saja meskipun mereka tahu, Sarah masih tidak menyukai sang suami.Sial bagi Adipati. Hasratnya yang menggelora masih tersisa, ia begitu menikmati
Sontak keduanya pun terkejut dan mengikuti instruksi untuk mengangkat tangan.Terlihat Sarah dan kedua orang tua Adipati muncul dari belakang para anggota polisi. Romi pun menyusul diantara mereka."Sarah?" lirih Anna terkejut. Adipati berdiri, lantas berjalan ke arah mereka meninggalkan Anna. Anna baru sadar, bahwa dirinya telah dipermainkan oleh Adipati. "Adipati. Teganya kau melakukan ini padaku?"Seorang polisi menghampiri Anna dan memborgol kedua tangannya. Anna berusaha menghindar, namun sia-sia. Dia tidak akan bisa lari dari kepungan para petugas polisi."Anna, aku tahu anak itu bukanlah anakku. Dan aku tidak akan membiarkan rencana busukmu dengan pria brengsek itu berjalan dengan lancar."Anna terbelalak, dia mengingat kecerobohannya kala Adipati menunjukkan ponsel Anna, yang tadinya tergeletak di meja ruang tamu. Adipati menyerahkan barang bukti ponsel itu kepada seorang polisi. "Nyonya Anna, Anda resmi ditangkap karena tuduhan perencanaan pembunuhan pada Nyonya Sarah yang
"Ibu dan Ayah yang akan mengurusnya. Ibu rasa, ada sesuatu yang janggal yang sengaja Anna sembunyikan."Sarah mengangguk pelan. Dia tidak tahu lagi harus mengandalkan siapa jika bukan kedua mertuanya. Sarah percaya, apapun yang terjadi kedepannya adalah yanh terbaik bagi semuanya.Disisi lain, Adipati mendatangi kediaman kedua orang tua Anna. Mobil Adipati berhenti tepat di depan pintu gerbang rumah milik Andre. Adipati menangkap keberadaan Romi yang juga sudah ada disekitar rumah Andre untuk menjalankan tugas darinya.Merasa sudah tidak perlu mencari kebenarannya lagi, Adipati menghubungi Romi, bermaksud meminta Romi menyelesaikan pekerjaannya. "Rom, pulanglah. Aku sudah tahu kenyatannya. Sisanya, biar aku yang tangani.""Tapi, Tuan.""Please.""Baik."Adipati menekan klakson mobilnya, tidak lama kemudia pintu gerbang sedikit terbuka. Muncul seorang petugas keamanan melongokkan separuh badannya, memeriksa siapa yang datang. Setelah mengetahui yang datang adalah Adipati, sontak me
"Jadi, itu benar?" desak Adipati.Anna membuang pandangan ke arah lain. Adipati merasa lemas. "Ternyata benar, Alicia adalah anakku?"Tanpa mereka ketahui, pembicaraan mereka terdengar oleh Sarah. "Siapa? Anak siapa?"Anna dan Adipati sontak menatap ke arah belakang. Adipati langsung berdiri dari kursinya. Adipati melihat raut keterkejutan Sarah lebih dari pada dirinya. "Sarah?""Sarah?", panik Anna.Sarah semakin melebarkan dua matanya ketika melihat Anna dihadapannya. Dan faktanya dia sedang duduk berdua bersama suaminya. Dalam pikiran Sarah mulai berkecamuk. Untuk apa Anna duduk disini. Dan mendengar kata anakku dari mulut suaminya, seperti ada sesuatu yang penting sedang mereka bicarakanSarah langsung menatap suaminya tajam. "Apa yang kalian bicarakan sebenarnya? Alicia, siapa dia?"Anna mengeratkan kedua bibirnya. Dia tidak berani mengatakan apapun. Sementara Adipati langsung menghampiri Sarah untuk menenangkannya. Sarah menampik pelukan Adipati, "Jelaskan saja sekarang pada
"Saya harap Anda menjadi bijak dalam mengambil keputusan.""Jangan cemas, Rom. Jika dia benar adalah anakku, aku akan mengajak Anna bicara baik-baik untuk masa depan anak itu."Adipati memberikan jawaban dengan hati tidak yakin. Romi bersedia menerima permintaan bosnya. Meskipun Romi merasa, bosnya sudah tidak seharusnya terlibat dengan kisah masa lalunya. Namun dia juga tidak tega melihat Adipati dalam keadaan seperti ini.Romi pamit undur diri dan langsung menjalankan tugasnya. *****"Papa, ayo kita main ke taman," pinta Reyhan dengan suara lembutnya. Ditatapnya wajah tampan versi mini dirinya dengan tersenyum. "Apa sudah dapat ijin dari Mama?"Reyhan mengangguk. Sesungguhnya anak itu belum mengatakan apapun pada Sarah. Seperti biasa, hari libur adalah saatnya bagi Sarah untuk me time sejenak. Dengan posisinya saat ini, mau tidak mau dia harus menjaga dan merawat dirinya. Dia selalu pergi ke klinik kecantikan langganannya dan menghabiskan waktu sekitar lima jam untuk treatment.
Maya sangat terkejut dengan ucapan Adipati. "Adhi, putraku. Apa kau tidak ingat, Anna telah selingkuh darimu saat itu?"Adipati bergeming. Tentu dia masih ingat, pernah menangkap basa Anna saat sedang bersama mantan kekasihnya saat itu. Bahkan dia lebih memilih pria itu dari pada dirinya.Namun, entah mengapa. Hati Adipati seolah merasa, anak perempuan kecil itu ada hubungannya dengan dirinya."Maafkan aku, Bu. Aku hanya, ah seharusnya aku tidak memikirkannya. Pasti pikiranku yang salah.""Jelas pikiranmu lah yang salah Adhi. Oh Tuhan. Benar firasat Sarah, kau sedang memikirkan Anna yang baru saja kembali dari luar negeri. Sementara kau mengabaikan keluargamu yang ada di sekitarmu. Apakah kau tidak melihat bagaimana wajah sedih Sarah ketika kau abaikan di meja makan tadi?""Mengenai itu,,,""Katakan pada Ibu. Apa Anna sudah menemuimu?""Bagaimana Ibu tahu?" jawab Adipati kelepasan. Maya menepuk keningnya. "Aku adalah ibumu. Jadi aku tahu apa yang ada di pikiranmu. Dan jika wanita itu
Anna langsung membekap mulut anaknya dan tersenyum canggung. Adipati yang terkejut pun mulai curiga, mengapa anak kecil itu memanggilnya dengan sebutan Papa."Papa? Apa maksudnya?""Maafkan anakku, dia mengira kau adalah ayahnya," ucapnya sembari melepaskan tangannya.Anak kecil itu tampak muram dan menundukkan wajahnya. Sesekali dia melirik Adipati. Namun saat Adipati menatapnya, Alicia buru-buru merunduk kembali."Oh ya, mungkin ini terakhir kalinya aku menyapamu. Setelah ini aku pasti tidak akan sempat untuk menyapamu. Aku sebenarnya terlalu malu. Namun atas perbuatanku di masa lalu, aku ingin meminta maaf padamu. Tolong sampaikan pada Sarah, aku minta maaf. Sekarang aku sudah memiliki kehidupan baruku. Semoga kalian juga selalu bahagia," ujar Anna sambil berdiri, bersiap untuk berpamitan pulang.Adipati juga turut berdiri. "Apa kau akan langsung pulang?"Anna menatap putrinya. "Ya, Alicia juga sepertinya sudah sangat lelah. Terima kasih sudah menyambutku dengan baik. Aku permisi
"Roger!!!" Bentak Layla ketika melihat Roger yang membeku di tempat, memandangnya dengan tatapan mengerikan. Sontak Roger tersadar, rupanya kejadian tadi hanyalah dalam bayangan di benaknya. Layla langsung meraih vas bunga di nakas tepat di sampingnya berdiri, lalu mengarahkannya pada Roger untuk membela diri."Keluar sekarang, atau aku akan berteriak.""Layla tenanglah. Aku hanya salah masuk. Dan ingin memberikan buket bunga ini padamu," ujar Roger sambil menyodorkan buket pada Layla.Layla yang merasa terancam terus berupaya mengusir Roger dari sana. Layla takut akan niat Roger yang diam-diam menyelinap di rumahnya. "Keluar kamu, atau vas ini akan melayang ke wajahmu," ancam Layla dengan suara rendah namun penuh penekanan.Dalam paniknya, Layla tepat berusaha menggenggam handuk yang melekat di tubuhnya agar tidak sampai jatuh. Karena hal itu akan sangat memalukan.Roger mengangkat kedua tangannya, lalu meletakkan buket bunga itu ke lantai. "Baiklah. Aku akan keluar. Tapi aku akan m
"Aku berubah karena ulahmu sendiri. Jika kau tidak terima hidup denganku seperti ini, aku tidak keberatan kau keluar dari rumah. Tapi jika kau masih ingin hidup dalam kemewahan ini, terima saja sikapku dan jangan memprotes lagi," tegas Daniel.Linda terlihat terkejut dengan pilihan yang terlontar dari mulut suaminya. Entah kesalahan seperti apa yang dia lakukan, sampai dia berubah seperti ini. Menurut Daniel, Ini juga termasuk hukuman bagi Linda. Tidak memberitahukan kesalahannya, dan memperlakukannya dengan dingin. Namun sepertinya Linda tahu mengenai info tentang dirinya yang di dapatkan dari ayah Romi dan Andreas, selaku orang kepercayaan Daniel."Apa ada yang berbicara buruk tentangku padamu? Katakan padaku, apa yang Amir dan Alex katakan padamu? Apa kau lebih percaya mereka dari pada aku istrimu?""YA! Aku lebih percaya mereka dari pada kamu. Wanita yang memiliki niat busuk terhadapku dan keluargaku. Mulai sekarang, kau bisa tidur menggunakan kamar tamu. Itupun jika kau masih in
Layla menoleh ke arah suara. "Ada apa, Kak?""Sepertinya tadi ada tamu yang memencet bel pintu. Apa kau tahu siapa?"Mengetahui kedatangan Ali, Roger berusaha menyembunyikan dirinya di balik lemari besar tempat dimana Layla menyimpan peralatan makan yang terbuat dari keramik asal China, kenang-kenangan bersama suaminya dahulu. "Tanyakan saja pada pelayan, dari tadi aku disini untuk menidurkan Reyhan.""Aneh. Aku juga tidak melihat pelayan ada di depan.""Berarti kau hanya salah dengar, Kak.""Sepertinya begitu. Yasudah, kalau begitu."Setelah Ali pergi, Layla menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah mengurus cucunya, Layla yang sedari pagi belum mandi merasa kegerahan. Kini Reyhan sudah sangat aktif seiring usia yang bertambah. Namun, Reyhan juga tampak semakin menggemaskan.Terdengar suara shower dari kamar mandi yang sedang deras mengguyur tubuh Layla. Usia Layla memang tidak muda lagi, namun kecantikan alami dan bentuk tubuh Layla masih terjaga dengan baik hingga saat