"Kepala Desa Wu?"Li Mei dan Bai Changyi terkejut ketika melihat Wu Dashan yang berjalan memasuki halaman rumah."Kenapa kamu harus merepotkan dirimu sendiri? Kami baru saja hendak pergi ke rumahmu," kata Bai Changyi."Aiya! Aku sudah ada di sini, tidak perlu lagi ke rumahku," kata Wu Dashan seraya duduk.Li Mei segera bergegas ke dapur dan meminta seseorang untuk menyiapkan teh. Dia juga meminta dapur untuk menyediakan beberapa kue kering yang baru saja dibelinya di kota.Ketika Li Mei kembali, dia bisa mendengar percakapan Wu Dashan dan Bai Changyi di aula "Aku datang lebih awal tadi, tapi Chenxi mengatakan kalau kalian pergi ke kota, jadi aku pulang terlebih dahulu. Tidak berapa lama kemudian, anakku mengatakan kalau dia melihat kereta kuda kalian sudah memasuki desa, jadi aku bergegas ke sini," kata Wu Dashan."Maaf kalau kami hadi merepotkanmu, Kepala Desa Wu," kata Bai Changyi."Tidak masalah, tidak masalah!" jawab Wu Dashan seraya melambaikan tangannya. Ketika dia menoleh dan
Bai Changyi tertegun melihat pemandangan di depan matanya. Li Mei tampak anggun dengan baju berwarna putih bulan dan duduk di atas sebuah kursi batu di tepi kolam ikan. Rambut hitam lurusnya tergerai bebas dan tubuhnya bermandikan cahaya bulan keemasan.Pemandangan di depannya ini terlihat sangat tidak nyata. Li Mei tidak terlihat seperti manusia, namun lebih terlihat seperti dewi yang turun ke bumi. Bai Changyi mendesah penuh syukur, dia sangat beruntung!"Istriku, apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Bai Changyi lembut. Dia segera duduk di dekat Li Mei.Li Mei menoleh dan tersenyum cerah ketika melihat suaminya datang, "kamu sudah selesai berlatih?""Sudah," jawab Bai Changyi mengangguk. "Ketika aku kembali ke kamar, aku tidak bisa menemukanmu.""Aku merasa bosan, jadi aku ke sini untuk melihat ikan dan memetik beberapa buah Ceri," jawab Li Mei seraya menunjuk sebuah pohon Ceri yang berbuah lebat tidak jauh dari tempat mereka duduk.Bai Changyi terkekeh pelan ketika mendengarnya, "
"Kamu di sini?" Wu Dashan terkejut ketika melihat Li Mei juga berada di dalam kereta kuda."Kepala Desa Wu," kata Li Mei seraya menganggukkan kepalanya kepada Wu Dashan. "Kebetulan aku juga ada keperluan di kota hari ini.""Oh, begitu rupanya," kata Wu Dashan seraya duduk di sudut lain. Segera setelahnya, kereta kembali berjalan.Hari ini adalah hari dimana Cao Jun berjanji akan mengosongkan Toko Kain Bu. Jadi Li Mei akan ke sana untuk memeriksanya.Perjalanan berlalu begitu saja. Ketika memasuki gerbang kota, A Guo segera melajukan kereta kuda menuju Balai Pengurusan Akta. Begitu tiba di depan gerbang Balai Pengurusan Akta, Bai Changyi dan Wu Dashan turun dari kereta kuda.Bai Changyi menggunakan hanfu berwarna biru gelap. Entah mengapa, dengan wajahnya yang tampan dan tubuhnya yang tegap, dia terlihat sangat mulia. Apalagi dengan auranya yang begitu mendominasi, dia sama sekali tidak terlihat seperti seorang pemburu dari sebuah desa kecil.Bai Changyi menoleh dam menatap Li Mei dan
Lima belas hari?Tao Jun terkejut ketika mendengarnya. Dengan keterampilannya dan anaknya, bila alat-alat ini dikerjakan oleh mereka berdua, itu akan memakan waktu paling cepat satu bulan. Sedangkan Li Mei meminta waktu setengahnya, apakah dia harus menyanggupinya?Li Mei tidak mengganggu Tao Jun yang tenggelam dalam pemikirannya. Dia memberinya waktu untuk berpikir. Jika Tao Jun tidak dapat menyanggupinya, dia harus mencari pengrajin kayu lainnya. Dia memang sedikit terburu-buru tentang hal ini.Melihat suaminya yang masih tenggelam dalam pikirannya, Lie Nan buru-buru menariknya sedikit menjauh."Apa yang kamu pikirkan? Kamu bisa membuat pelanggan kita kabur," bisik Lie Nan terlihat cemas."Tapi lima belas hari? Aku dan Ming'er tidak mungkin bisa menyelesaikannya," kata Tao Jun terlihat sedikit tertekan. Dia tidak mungkin menyanggupinya dengan gegabah dan membuat pelanggannya merasa kecewa pada akhirnya."Kenapa kamu tidak meminta Ming'er pulang ke rumah keluargamu untuk membawa kemb
Li Mei berjalan keluar. Namun dia menyempatkan dirinya untuk berhenti dan berbicara dengan Yi Yuwen."Yuwen, kami sudah memutuskan untuk menerimamu bekerja. Namun kami harus melakukan renovasi toko dan mempersiapkan barang jualan kami. Itu akan memakan waktu sekitar satu setengah bulan," jelas Li Mei.Yi Yuwen senang ketika mendengar Li Mei mengatakan kalau dirinya diterima bekerja. Tapi dia kembali bingung. Apa yang harus dilakukannya selama satu setengah bulan? Dia tidak bisa menganggur, keluarganya membutuhkan uang untuk hidup dan membeli obat untuk ibu mertuanya. Li Mei melihat raut wajah Yi Yuwen yang terlihat senang, namun juga terlihat sedikit bingung. Dia mengerti kesusahan Yi Yuwen. Setelah beberapa saat Li Mei melanjutkan perkataannya, "untuk sementara waktu, kamu bisa membantuku mengawasi para pekerja ketika merenovasi toko setiap hari. Jangan khawatir, aku akan tetap membayar upahmu."Mendengar perkataan Li Mei, wajah Yi Yuwen langsung berbinar cerah. Senyuman mengembang
Sepeninggalan Li Mei, Bai Changyi dan Wu Dashan berjalan memasuki Balai Pengurusan Akta."Kalian ada perlu apa di sini?" tanya seorang penjaga pintu seraya menatap dingin ke arah keduanya."Kami ingin bertemu dengan Petugas Ji. Bisakah kamu melaporkan kedatangan kami?" tanya Wu Dashan terlihat sangat sopan.Petugas itu mengerutkan alisnya dan kembali bertanya, "siapa namamu?" "Aku Wu Dashan, Kepala Desa Fanrong," jawab Wu Dashan.Petugas pintu itu tidak menjawab, dia hanya mendengus dingin dan berbalik pergi.Ada kilatan dingin yang melintas di mata Bai Changyi ketika melihat kepergian penjaga pintu. Penjaga pintu itu sangat tidak sopan, siapa yang tidak bisa melihat raut wajah jijik yang ditunjukkannya saat menatap mereka?Petugas pintu itu berjalan menuju salah satu ruangan. Ruangan dipenuhi dengan aroma dupa dan terlihat seorang pria paruh baya bertubuh sedikit gemuk sedang tenggelam di balik berkas-berkasnya.Petugas itu berhenti di depan pintu dan membungkuk dengan hormat ke ora
"Tuan, seseorang dari Balai Pengurusan Akta datang kemari ingin menemuimu," kata seorang pengawal dari luar ruangan.Mo Yelu yang sedang duduk di ruang kerjanya, mendongakkan kepalanya. Dia mengerutkan alisnya."Siapa?" tanya Mo Yelu terlihat acuh tak acuh."Itu suruhan Tuan Ji," jawab pengawal itu.Mendengar nama Ji Yong disebutkan, dia tersenyum dan segera meminta suruhan itu untuk masuk.Mo Yelu adalah Hakim Kota Shengcan, kedudukannya setara dengan penguasa kota. Semua keputusan kota berada di tangannya. Beberapa waktu yang lalu, Mo Yelu sudah meminta Balai Pengurusan Akta untuk menahan semua akta tanah yang diberikan oleh Kaisar untuk desa-desa. Dia meminta mereka untuk membayar uang senilai lima ratus tael perak bila mereka menginginkan akta tanah itu. Jelas mereka tidak akan bisa menebusnya.Saat orang-orang itu putus asa dia akan membeli masing-masing tanah seharga lima tael perak dan menjadikan mereka sebagai mas kawin untuk anaknya. Mereka akan mendapatkan banyak uang dari
"Siapa dia?"Nuannuan semakin mengerutkan lehernya ketika mendengar nada dingin Bai Changyi. Dia sama sekali tidak berani mendongakkan kepalanya untuk menatap sang pemilik suara.Melihat kebingungan di wajah Bai Changyi, Li Mei tersenyum lembut kepadanya, "Suamiku, masuklah dulu. Aku akan menjelaskannya nanti saat di jalan."Bai Changyi segera masuk dan duduk di sebelah Li Mei. Dia tetap menatap Nuannuan dengan tatapan waspada. Wu Dashan naik ke dalam kereta mengikutinya.Kereta mulai berjalan menuju gerbang kota. Dengan adanya Nuannuan, Li Mei membatalkan makan siang di restoran hari ini. Penampilan Nuannuan begitu memprihatinkan. Itu pasti akan menarik banyak perhatian tamu lain. Dia tidak ingin Nuannuan merasa tertekan bila masuk ke dalam restoran dengan penampilannya. Li Mei memutuskan untuk menjamu Wu Dashan di rumahnya.Li Mei membuka tirai jendela dan tanpa diduga tatapannya jatuh ke sebuah toko. Tanpa sadar, dia berseru dan meminta A Guo untuk menghentikan kereta."Apa ada ses
"Apa yang kamu maksud dengan 'ini'?" tanya Fu Lian santai."Lian'er, kamu tahu apa maksudku," jawab Wang Gongfai kesal. "Kabar sebesar ini, bagaimana aku tidak bisa mengetahuinya?"Fu Lian akhirnya berhenti berpura-pura. Dia menatap Wang Gongfai dengan wajah cemberut, "kamu sudah tahu aku menginginkan ini sejak lama, mengapa kamu tidak bisa mendukungku?"Wang Gongfai terpana dengan perkataan Fu Lian. Calon istrinya akan pergi untuk berperang, bagaimana dia akan mendukungnya?"Apa kamu bodoh? Bagaimana aku bisa melepaskanmu untuk pergi berperang?" tanya Wang Gongfai dengan 2 alis terangkat."Apa yang kamu khawatirkan? Semuanya akan baik-baik saja," kata Fu Lian mencoba menenangkannya."Lian'er." Wang Gongfai menarik tangan Fu Lian dan menariknya menjauh. Dia tidak ingin mereka menjadi pusat perhatian para pengawal yang ada di sekitar.Dun Ming berlari mengikuti di belakang mereka. Dia tidak menyangka Wang Gongfai akan berhenti tiba-tiba hingga membuatnya menabraknya."Yang Mulia, maafka
"Apa benar kamu Pangeran Pertama?" tanya Fu Lian ragu."Tentu saja! Untuk apa aku berbohong?" celetuk Wang Gongfai kesal.Fu Lian menatap Wang Gongfai selama beberapa saat lalu menganggukkan kepalanya, "baiklah. Aku akan mengantarmu.""Bagus, bagus," kata Wang Gongfai senang. Dia lalu berjalan di samping Fu Lian dan mengikuti langkahnya. Dia berkali-kali mencuri pandang ke arah Fu Lian."Berhenti menatapku," kata Fu Lian kesal.Wang Gongfai hanya menggaruk pelan kepalanya yang tidak terasa gatal. Dia hanya mengagumi kecantikan Fu Lian, mengapa dia harus merasa terganggu?Sesosok tubuh besar berwarna putih tiba-tiba mendarat di depan keduanya. Senyuman mengembang di wajah Fu Lian sedangkan Wang Gongfai tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya."Xiao Lang!" Fu Lian bergegas menubruk tubuh besar Xiao Lang."Wow! Apakah dia benar-benar Xiao Lang?" Wang Gongfai merasa sangat k
Kediaman Adipati Qiang terlihat begitu meriah hari ini. Beberapa tamu undangan berjalan memasuki kediaman Adipati Qiang dengan pakaian terbaiknya.Li Mei terlihat cantik dengan balutan hanfu berwarna biru tua. Tidak jauh darinya, terlihat Fu Changyi yang menggunakan baju dengan warna senada. Fu Xingshen yang berada di sebelah Fu Changyi juga terlihat menggunakan baju berwarna biru gelap. Ketiganya terlihat sibuk menyambut para tamu.Hari ini mereka sedang merayakan hari ulang tahun Fu Lian dan Fu Huanran yang ke-10. Tidak ada seorangpun tamu yang tidak datang. Mereka semua ingin menjalin hubungan yang baik dengan keluarga Adipati Qiang.Tiba-tiba, Li Mei melihat Nuannuan berjalan dengan panik ke arahnya. Dia segera menoleh ke beberapa orang tamu wanita yang sedang mengelilinginya, "Nyonya-nyonya, maafkan aku. Aku harus pergi untuk melihat persiapan Putriku.""Tidak apa-apa, kamu tidak perlu tergesa-gesa," kata Nyonya Lin, istri Perdana Menteri Yan."Kami tahu betapa repotnya mempersia
8 orang preman mengelilingi 3 orang anak kecil. Fu Huanran merasa sangat ketakutan, dia hampir menangis.Fu Lian menggertakkan giginya, "minggir! Apa kalian tidak takut seseorang akan datang dan menghukum kalian?"Kedelapan preman itu saling memandang ketika mendengar perkataan Fu Lian lalu tertawa terbahak-bahak. Setelah beberapa saat, Erzhu berkata pada mereka, "siapa yang akan menemukan kami? Tidak akan ada yang tahu!"Tiba-tiba Fu Lian menerjang ke arah Erzhu. Dia mengangkat kakinya tinggi lalu menendang tepat di titik vital Erzhu.Kedua mata Erzhu membola sempurna saat suara lengkingan terdengar dari mulutnya, "ah!"Ketujuh orang lainnya langsung memegangi alat vital mereka masing-masing dan menatap Erzhu dengan ngeri. Mereka yakin itu pasti sangat menyakitkan. Atau bahkan mungkin, hancur? Baiklah, sepertinya mereka harus membuat acara perpisahan yang layak untuk masa depan Erzhu yang baru saja hilang."Anak kecil brengsek!" Dafu, yang sebelumnya dipanggil dengan sebutan kakak ke
"Aku sudah kenyang!" kata Fu Lian. Dia mendorong mangkuknya yang sudah kosong menjauh."Aku juga sudah selesai," kata Fu Huanran. "Kalau begitu ayo kita pulang."Ketiganya meninggalkan meja dan pergi menghampiri Ming Feng, "Paman Ming, kami sudah selesai." Setelah itu, Fu Lian mengeluarkan. 1 tael perak lalu memberikannya kepada Ming Feng."Sudah selesai? Apa kalian akan langsung pulang?" tanya Ming Feng khawatir. Dia melihat ke arah jalanan tapi tidak bisa menemukan Ming Shao."Ya, Paman. Kamu tidak perlu khawatir," kata Fu Lian seraya tersenyum manis."Tunggu sebentar, biar aku memberimu kembaliannya," kata Ming Feng. Dia berencana mengulur-ngulur waktu hingga seseorang dari kediaman Adipati Qiang datang."Tidak perlu. Paman bisa menyimpannya," kata Fu Lian. Dia segera berbalik lalu menyeret kedua saudaranya pergi."Ah, ah, bagaimana bisa seperti itu?" tanya Ming Feng panik. Dia hendak mengejar ketiga anak itu, namun sayangnya mereka terlalu gesit. "Celaka! Celaka! Mereka tidak perg
"Haohao! Haohao!" Suara bisikan dari balik bebatuan taman mengusik Fu Hao. Anak laki-laki berusia 3 tahun itu menoleh dan melihat kedua kakak kembarnya sedang bersembunyi di antara bebatuan. Setelah beberapa saat, Fu Hao berjalan menghampiri keduanya."Ada apa?" tanya Fu Hao datar.Fu Lian segera menariknya untuk bersembunyi di balik bebatuan. Dia menatap buku-buku yang ada di tangan Fu Hao, "apa yang akan kamu lakukan dengan buku-buku membosankan itu?"Tentu saja pergi belajar. Bukankan Guru Jiang akan segera datang?" tanya Fu Hao tanpa berekpresi.Fu Lian menghela nafas panjang, "untuk apa kita pergi belajar? Aku sangat bosan. Lebih baik kita pergi berjalan-jalan!"Fu Huanran terlihat gelisah ketika mendengar perkataan Fu Lian. Ini bukan pertama kalinya saudara kembarnya mengajaknya untuk bolos belajar. Fu Lian selalu suka menyeret Fu Huanran dan Fu Hao pergi bermain di area perkotaan atau pegunungan untuk mencari buah-buahan liar."Lian'er, kalau Ibu mengetahuinya, dia akan memukul
Fu Xingshen menghentikan langkahnya ketika dia sudah berada di dekat Wang Minghao. Saat ini, para pejabat menutup mulut mereka. Tidak ada seorangpun yang berani berbicara. Siapa yang berani mengatakan sesuatu ketika lawan mereka sudah dipastikan unggul?Wang Minghao terjatuh duduk di singgasananya. Tubuhnya bergetar hebat karena kemarahan dan juga ketakutan.Wan Rong menoleh dan menatap Wang Shimin dengan penuh kebencian, "Shimin, kenapa kamu melakukan hal ini?""Ha! Ha! Ha! Permaisuri Wan, apakah kamu bertanya karena tidak tahu, atau kamu berpura-pura tidak tahu?" tanya Wang Shimin dingin. Dia berjalan pelan ke arah Wang Minghao dan bertanya dengan wajah datar, "Ayah, apakah kamu juga tidak mengetahuinya?"Wang Minghao tidak menjawab, dia hanya menyipitkannya matanya saat menatap Wang Shimin."Baiklah, baiklah. Aku tidak akan bermain tebak-tebakan lagi. Aku akan menjelaskan semuanya," kata Wang Shimin. Dia lalu menambahkan, "setidaknya kalian bisa mengetahui alasan kalian mati."Wajah
Fu Xingshen melihat kembang api yang meledak di udara. Tangannya tanpa sadar menggenggam erat pedang yang ada di pinggangnya. Setelah itu Fu Xingshen dan Fu Yi menaiki kuda mereka masing-masing. Melihat pemimpin mereka sudah bersiap, para tentara memegang senjata mereka, bersiap untuk menyerbu masuk ke dalam Ibukota Kekaisaran."Maju!" perintah Fu Xingshen dingin.Fu Yi mengangkat sebuah kembang api dan menembakkannya ke udara. Fu Xingshen membagi tentara menjadi 4 kelompok. Masing-masing kelompok menunggu di kegelapan hutan di 4 penjuru mata angin. Begitu melihat sinyal kedua ditembakkan, para tentara merangsek masuk ke dalam Ibukota Kekaisaran. Suasana Ibukota tiba-tiba menjadi gempar. Melihat banyaknya tentara yang membawa senjata masuk ke dalam kota, para penduduk berhamburan masuk ke dalam rumah mereka dengan panik. Mereka semua ketakutan dan mengunci rumah mereka dari dalam. Beberapa bahkan bersembunyi di kolong-kolong tempat tidur, berharap nyawa mereka akan selamat.Tidak ber
"Benar-benar tidak bisa dimaafkan!" Suara marah Wang Minghao menggelegar di dalam aula.Aula seketika dipenuhi dengan suara orang-orang yang berlutut beserta teriakan. "Yang Mulia, tolong jaga kesehatan Anda!"Wang Minghao tidak marah karena seseorang ingin mencelakai Li Mei, dia marah karena orang-orang itu telah merusak rencananya. Setelah beberapa saat, dia akhirnya berhasil mengendalikan emosinya."Kembali duduk."Setelah semua orang kembali duduk, Wang Minghao menoleh kepada Li Xue dan berkata, "Tabib Li, ada sesuatu yang ingin aku katakan kepadamu malam ini." "Yang Mulia, Hamba siap mendengarkan, " jawab Li Xue."Aku telah menurunkan Dekrit Pernikahan sebelumnya untuk Li Mei dan Putra Mahkota. Namun hal itu gagal karena Nona Li menghilang. Oleh karena itu posisi Putri Mahkota aku serahkan kepada Xiang Qian," kata Wang Minghao.Wajah Xiang Qian berubah suram. Perkataan Kaisar Xing