Wang Fen menatap tarian erotis yang tersuguh di depan matanya dengan tatapan penuh hasrat. Gejolak nafsu mulai menguasai dirinya. Dia memang langganan tetap rumah bordil Tianhua, rumah bordil terbesar di Ibukota Kekaisaran Xing. Dia bahkan memiliki sebuah ruangan pribadi di sini. Itulah mengapa dia bebas keluar masuk tanpa takut diketahui.Gadis penari itu meliuk-liukkan tubuhnya mengikuti alunan lagu. Dia berharap tariannya akan dapat membangkitkan hasrat Sang Putra Mahkota. Dia sudah melayani banyak lelaki, jadi dia bisa menangkap makna di balik tatapan Wang Fen yang semakin menggelap.“Kemarilah,” kata Wang Fen seraya melambaikan tangannya kepada gadis penari itu agar segera mendekati dirinya.Suara musik seketika berhenti. Gadis penari itu berjalan seraya melemparkan senyuman menggodanya kepada Wang Fen. Dia senang karena langkah pertamanya telah berhasil.Wang Fen menatap gadis di depannya. Meskipun dia tidak secantik Li Mei ataupun Xiang Qian, namun gadis ini masih termasuk seo
"Qian'er, aku hanya tidak melihatmu selama beberapa hari, namun kamu semakin bertambah cantik," puji Wang Fen seraya tersenyum lembut.Wajah Xiang Qian seketika bersemu merah ketika mendengar pujian yang dilontarkan oleh kekasihnya. Siapa yang tidak merasa senang bila dipuji oleh seseorang yang disukai? Wang Fen adalah laki-laki yang Xiang Qian idam-idamkan selama ini. Dia juga tidak peduli bila tangannya berlumuran darah agar bisa mendapatkannya, bahkan bila itu darah dari sahabatnya sendiri."Yang Mulia, kamu terlalu memujiku," jawab Xiang Qian malu-malu.Wang Fen tidak menjawab, dia hanya melemparkan senyuman lembut kepada Xiang Qian.Xiang Shing dan Gouw Hien saling melirik dan melemparkan senyuman puas. Mereka sangat senang karena Wang Fen memperlakukan putri mereka dengan sangat baik."Yang Mulia, silahkan duduk. Sarapan akan disediakan sebentar lagi," kata Xiang Shing mempersilahkan Wang Fen untuk duduk.Wang Fen duduk di sebelah Xiang Qian dan segera saja sarapan ditata dengan
Fu Xingshen berdiri di atas panggung. Dia melayangkan pandangannya, menatap seribu lima ratus orang calon Tentara Emas yang mengikuti ujian. Di depan mereka, tergeletak berbagai macam hewan buruan hasil perburuan para calon Tentara Emas.Sudut mulut Fu Xingshen sedikit terangkat. Tidak sedikit dari calon Tentara Emas yang terluka, namun tidak ada satu orangpun yang dari mereka yang kehilangan nyawa. Bagaimanapun mereka hanya memilih orang-orang yang memiliki kemampuan. Sayang sekali, mereka harus memilih seribu orang terbaik saja.Orang-orang di luar hanya mengetahui kalau Fu Xingshen mengirim calon Tentara Emas ke Gunung Huangye. Namun pada kenyataannya, dia mengirim mereka menuju tiga gunung yang ada di wilayah kekuasaan Kota Barat Laut. Itu dimaksudkan untuk memperluas arena perburuan. Ketiga gunung ini adalah Gunung Huangye, Gunung Exingde, dan Gunung Heian. Ketiga gunung ini selalu dipenuhi hewan buas.Fu Xingshen sudah lama memiliki gagasan untuk membentuk Tentara Emas. Hanya sa
“Silahkan masuk! Baru saja dibuka, Restoran Malatang!” Suara Nuannuan bergema di depan Restoran Malatang, menarik para pejalan kaki yang sedang lewat.Beberapa orang yang lewat merasa penasaran lalu mulai berkumpul mengerumuninya.“Nona, apa yang kamu jual? ”tanya seorang wanita yang menggunakan riasan tebal.“Ya, apa itu Malatang?” tanya suara lainnya.“Ah, Kakak Perempuan, kamu sangat cantik! Masuk dan cicipilah hidangan kami. Malatang adalah hidangan istimewa. Itu memiliki kuah yang pedas dan panas, Kamu bisa mencelupkan daging dan sayuran ke dalamnya. Aku yakin Malatang akan menggugah seleramu dan sangat cocok di cuaca dingin seperti ini,” jawab Nuannuan. Dia lalu segera menambahkan, “ah ya, kata Kakakku, bagi siapa saja yang datang untuk makan hari ini boleh membayar separuh harga saja!"“Potongan separuh harga? Benarkah?” Terdengar suara seorang pria yang bersemangat di antara kerumunan. Siapa yang tidak bersemangat ketika mendengar
"Jenderal Besar Fu, selamat datang di Restoran Malatang. Sebuah kehormatan bagi kami," sapa Li Mei begitu melihat Fu Xingshen berjalan memasuki restoran diikuti oleh beberapa orang di belakangnya. Termasuk di antaranya terlihat Bai Changyi dan Bai Mulin di antara rombongan itu.Semua orang yang berada di dalam restoran menoleh dan terkejut dengan kedatangan Fu Xingshen. Siapa yang tidak mengenal Adipati Qiang, Sang Penguasa Kota Barat Laut?Fu Xingshen menoleh dan menatap ke arah Li Mei, lalu mengangguk pelan, "Li Mei, kamu terlalu sungkan."Li Mei tersenyum. Dia merasa senang dengan kedatangan Fu Xingshen hari ini. Sudah dapat dipastikan, Restoran Malatang akan mulai dikenal di kalangan para bangsawan. Para bangsawan itu pasti akan datang berbondong-bondong ke tempat ini."Aku sudah meminta seseorang untuk menyiapkan sebuah ruangan pribadi di lantai 3 sehingga kita semua bisa bebas berbicara. Silahkan ikuti aku," kata Li Mei.Li Mei berjalan memimpin Fu Xingshen, Fu Yi, Bai Changyi d
"Makanlah! Aku baru saja membelinya di toko sana. Roti isi daging dari toko ini terkenal enak, ini masih hangat," kata Li Xue seraya mengulurkan roti isi daging itu ke hadapan Lou Jierui.Lou Jierui tertegun. Dia menatap anak laki-laki yang ada di hadapannya. Sepertinya mereka memiliki usia yang sama. Setelah beberapa saat, dia menurunkan pandangannya. Matanya tidak bisa lepas dari roti isi daging yang ada dihadapannya. Itu sangat besar dan harum!Lou Jierui menelan ludahnya, namun dia merasa ragu. Dia takut ayah dari anak di hadapannya akan marah dan mengusirnya. Dia menoleh ke dalam dan melihat orang yang dimaksud ternyata sedang menatapnya.Lou Jierui merasa tegang. Namun, pria itu malah tersenyum dan mengangguk kepadanya. Barulah saat itu Lou Jierui mau menerima roti isi daging pemberian Li Xue.Lou Jierui meneteskan air mata dan memakan roti isi daging itu dengan rakus. Ini adalah makanan terenak yang pernah dia makan seumur hidupnya. Lie Xue tersenyum, duduk di sebelahnya lalu
"Apa yang kamu pikirkan, Xue? Bukankah kita keluarga? Kita tumbuh bersama, kamu tahu bagaimana aku. Kamu benar-benar terlalu berpikir berlebihan," kata Lou Jierui seraya terkekeh.Li Xue menatap mata Lou Jierui yang terlihat sangat tulus. Dia lalu menghela nafas panjang. Ya, Lou Jierui benar. Mereka adalah keluarga. Dan dia bersyukur memiliki keluarga seperti Lou Jierui yang selalu mendukungnya."Kalau begitu, aku akan merepotkanmu. Kami pergi sekarang," kata Li Xue."Berhati-hatilah," pesan Lou Jierui. "Aku tidak akan mengantarkanmu sampai ke belakang. Akan sangat mencurigakan bila seseorang melihat tuan rumah mengirim pelayan mereka pergi. Pergilah, kami akan menunggu kalian kembali ke sini."Li Xue mengangguk, dia melemparkan senyuman penuh rasa terima kasih kepada Lou Jierui. Setelah itu, dia keluar bersama istri dan anaknya yang mengikutinya di belakangnya. Ketiganya berjalan hingga kandang kuda di bagian belakang rumah. Seorang pemuda terlihat berdiri di samping gerbong. Dia t
"Ayah! Ibu! Kakak!" Li Mei berlari masuk ke dalam kediamannya seraya berteriak. Meskipun dia bukan pemilik asli tubuh ini, entah mengapa dia bisa merasakan perasaan rindu yang teramat sangat ketika mendengar bahwa keluarganya sudah tiba di rumah mereka. Seorang wanita berdiri seketika dari duduknya mendengar suara Li Mei. Air mata bahagia langsung membasahi pipinya ketika melihat sosok Li Mei yang berlari mendekat, "Meimei, Putriku!"Chou Xianlun memeluk Li Mei. Dia tidak bisa membendung tangisnya ketika akhirnya bisa merasakan hangat tubuh putrinya lagi.Li Mei juga tidak bisa menahan air matanya. Dia menangis seperti seorang anak kecil di dalam pelukan ibunya. Di kehidupan sebelumnya, dia kehilangan kedua orang tuanya ketika dia masih kecil. Kenangan tentang orang tuanya tidak banyak yang tersisa. Li Mei hanya bisa merasakan kasih sayang kakeknya.Kini, di dunia ini, dia memiliki seorang ayah, ibu bahkan seorang kakak yang sangat menyayanginya. Bagaimana mungkin dia tidak bahagia?
"Apa yang kamu maksud dengan 'ini'?" tanya Fu Lian santai."Lian'er, kamu tahu apa maksudku," jawab Wang Gongfai kesal. "Kabar sebesar ini, bagaimana aku tidak bisa mengetahuinya?"Fu Lian akhirnya berhenti berpura-pura. Dia menatap Wang Gongfai dengan wajah cemberut, "kamu sudah tahu aku menginginkan ini sejak lama, mengapa kamu tidak bisa mendukungku?"Wang Gongfai terpana dengan perkataan Fu Lian. Calon istrinya akan pergi untuk berperang, bagaimana dia akan mendukungnya?"Apa kamu bodoh? Bagaimana aku bisa melepaskanmu untuk pergi berperang?" tanya Wang Gongfai dengan 2 alis terangkat."Apa yang kamu khawatirkan? Semuanya akan baik-baik saja," kata Fu Lian mencoba menenangkannya."Lian'er." Wang Gongfai menarik tangan Fu Lian dan menariknya menjauh. Dia tidak ingin mereka menjadi pusat perhatian para pengawal yang ada di sekitar.Dun Ming berlari mengikuti di belakang mereka. Dia tidak menyangka Wang Gongfai akan berhenti tiba-tiba hingga membuatnya menabraknya."Yang Mulia, maafka
"Apa benar kamu Pangeran Pertama?" tanya Fu Lian ragu."Tentu saja! Untuk apa aku berbohong?" celetuk Wang Gongfai kesal.Fu Lian menatap Wang Gongfai selama beberapa saat lalu menganggukkan kepalanya, "baiklah. Aku akan mengantarmu.""Bagus, bagus," kata Wang Gongfai senang. Dia lalu berjalan di samping Fu Lian dan mengikuti langkahnya. Dia berkali-kali mencuri pandang ke arah Fu Lian."Berhenti menatapku," kata Fu Lian kesal.Wang Gongfai hanya menggaruk pelan kepalanya yang tidak terasa gatal. Dia hanya mengagumi kecantikan Fu Lian, mengapa dia harus merasa terganggu?Sesosok tubuh besar berwarna putih tiba-tiba mendarat di depan keduanya. Senyuman mengembang di wajah Fu Lian sedangkan Wang Gongfai tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya."Xiao Lang!" Fu Lian bergegas menubruk tubuh besar Xiao Lang."Wow! Apakah dia benar-benar Xiao Lang?" Wang Gongfai merasa sangat k
Kediaman Adipati Qiang terlihat begitu meriah hari ini. Beberapa tamu undangan berjalan memasuki kediaman Adipati Qiang dengan pakaian terbaiknya.Li Mei terlihat cantik dengan balutan hanfu berwarna biru tua. Tidak jauh darinya, terlihat Fu Changyi yang menggunakan baju dengan warna senada. Fu Xingshen yang berada di sebelah Fu Changyi juga terlihat menggunakan baju berwarna biru gelap. Ketiganya terlihat sibuk menyambut para tamu.Hari ini mereka sedang merayakan hari ulang tahun Fu Lian dan Fu Huanran yang ke-10. Tidak ada seorangpun tamu yang tidak datang. Mereka semua ingin menjalin hubungan yang baik dengan keluarga Adipati Qiang.Tiba-tiba, Li Mei melihat Nuannuan berjalan dengan panik ke arahnya. Dia segera menoleh ke beberapa orang tamu wanita yang sedang mengelilinginya, "Nyonya-nyonya, maafkan aku. Aku harus pergi untuk melihat persiapan Putriku.""Tidak apa-apa, kamu tidak perlu tergesa-gesa," kata Nyonya Lin, istri Perdana Menteri Yan."Kami tahu betapa repotnya mempersia
8 orang preman mengelilingi 3 orang anak kecil. Fu Huanran merasa sangat ketakutan, dia hampir menangis.Fu Lian menggertakkan giginya, "minggir! Apa kalian tidak takut seseorang akan datang dan menghukum kalian?"Kedelapan preman itu saling memandang ketika mendengar perkataan Fu Lian lalu tertawa terbahak-bahak. Setelah beberapa saat, Erzhu berkata pada mereka, "siapa yang akan menemukan kami? Tidak akan ada yang tahu!"Tiba-tiba Fu Lian menerjang ke arah Erzhu. Dia mengangkat kakinya tinggi lalu menendang tepat di titik vital Erzhu.Kedua mata Erzhu membola sempurna saat suara lengkingan terdengar dari mulutnya, "ah!"Ketujuh orang lainnya langsung memegangi alat vital mereka masing-masing dan menatap Erzhu dengan ngeri. Mereka yakin itu pasti sangat menyakitkan. Atau bahkan mungkin, hancur? Baiklah, sepertinya mereka harus membuat acara perpisahan yang layak untuk masa depan Erzhu yang baru saja hilang."Anak kecil brengsek!" Dafu, yang sebelumnya dipanggil dengan sebutan kakak ke
"Aku sudah kenyang!" kata Fu Lian. Dia mendorong mangkuknya yang sudah kosong menjauh."Aku juga sudah selesai," kata Fu Huanran. "Kalau begitu ayo kita pulang."Ketiganya meninggalkan meja dan pergi menghampiri Ming Feng, "Paman Ming, kami sudah selesai." Setelah itu, Fu Lian mengeluarkan. 1 tael perak lalu memberikannya kepada Ming Feng."Sudah selesai? Apa kalian akan langsung pulang?" tanya Ming Feng khawatir. Dia melihat ke arah jalanan tapi tidak bisa menemukan Ming Shao."Ya, Paman. Kamu tidak perlu khawatir," kata Fu Lian seraya tersenyum manis."Tunggu sebentar, biar aku memberimu kembaliannya," kata Ming Feng. Dia berencana mengulur-ngulur waktu hingga seseorang dari kediaman Adipati Qiang datang."Tidak perlu. Paman bisa menyimpannya," kata Fu Lian. Dia segera berbalik lalu menyeret kedua saudaranya pergi."Ah, ah, bagaimana bisa seperti itu?" tanya Ming Feng panik. Dia hendak mengejar ketiga anak itu, namun sayangnya mereka terlalu gesit. "Celaka! Celaka! Mereka tidak perg
"Haohao! Haohao!" Suara bisikan dari balik bebatuan taman mengusik Fu Hao. Anak laki-laki berusia 3 tahun itu menoleh dan melihat kedua kakak kembarnya sedang bersembunyi di antara bebatuan. Setelah beberapa saat, Fu Hao berjalan menghampiri keduanya."Ada apa?" tanya Fu Hao datar.Fu Lian segera menariknya untuk bersembunyi di balik bebatuan. Dia menatap buku-buku yang ada di tangan Fu Hao, "apa yang akan kamu lakukan dengan buku-buku membosankan itu?"Tentu saja pergi belajar. Bukankan Guru Jiang akan segera datang?" tanya Fu Hao tanpa berekpresi.Fu Lian menghela nafas panjang, "untuk apa kita pergi belajar? Aku sangat bosan. Lebih baik kita pergi berjalan-jalan!"Fu Huanran terlihat gelisah ketika mendengar perkataan Fu Lian. Ini bukan pertama kalinya saudara kembarnya mengajaknya untuk bolos belajar. Fu Lian selalu suka menyeret Fu Huanran dan Fu Hao pergi bermain di area perkotaan atau pegunungan untuk mencari buah-buahan liar."Lian'er, kalau Ibu mengetahuinya, dia akan memukul
Fu Xingshen menghentikan langkahnya ketika dia sudah berada di dekat Wang Minghao. Saat ini, para pejabat menutup mulut mereka. Tidak ada seorangpun yang berani berbicara. Siapa yang berani mengatakan sesuatu ketika lawan mereka sudah dipastikan unggul?Wang Minghao terjatuh duduk di singgasananya. Tubuhnya bergetar hebat karena kemarahan dan juga ketakutan.Wan Rong menoleh dan menatap Wang Shimin dengan penuh kebencian, "Shimin, kenapa kamu melakukan hal ini?""Ha! Ha! Ha! Permaisuri Wan, apakah kamu bertanya karena tidak tahu, atau kamu berpura-pura tidak tahu?" tanya Wang Shimin dingin. Dia berjalan pelan ke arah Wang Minghao dan bertanya dengan wajah datar, "Ayah, apakah kamu juga tidak mengetahuinya?"Wang Minghao tidak menjawab, dia hanya menyipitkannya matanya saat menatap Wang Shimin."Baiklah, baiklah. Aku tidak akan bermain tebak-tebakan lagi. Aku akan menjelaskan semuanya," kata Wang Shimin. Dia lalu menambahkan, "setidaknya kalian bisa mengetahui alasan kalian mati."Wajah
Fu Xingshen melihat kembang api yang meledak di udara. Tangannya tanpa sadar menggenggam erat pedang yang ada di pinggangnya. Setelah itu Fu Xingshen dan Fu Yi menaiki kuda mereka masing-masing. Melihat pemimpin mereka sudah bersiap, para tentara memegang senjata mereka, bersiap untuk menyerbu masuk ke dalam Ibukota Kekaisaran."Maju!" perintah Fu Xingshen dingin.Fu Yi mengangkat sebuah kembang api dan menembakkannya ke udara. Fu Xingshen membagi tentara menjadi 4 kelompok. Masing-masing kelompok menunggu di kegelapan hutan di 4 penjuru mata angin. Begitu melihat sinyal kedua ditembakkan, para tentara merangsek masuk ke dalam Ibukota Kekaisaran. Suasana Ibukota tiba-tiba menjadi gempar. Melihat banyaknya tentara yang membawa senjata masuk ke dalam kota, para penduduk berhamburan masuk ke dalam rumah mereka dengan panik. Mereka semua ketakutan dan mengunci rumah mereka dari dalam. Beberapa bahkan bersembunyi di kolong-kolong tempat tidur, berharap nyawa mereka akan selamat.Tidak ber
"Benar-benar tidak bisa dimaafkan!" Suara marah Wang Minghao menggelegar di dalam aula.Aula seketika dipenuhi dengan suara orang-orang yang berlutut beserta teriakan. "Yang Mulia, tolong jaga kesehatan Anda!"Wang Minghao tidak marah karena seseorang ingin mencelakai Li Mei, dia marah karena orang-orang itu telah merusak rencananya. Setelah beberapa saat, dia akhirnya berhasil mengendalikan emosinya."Kembali duduk."Setelah semua orang kembali duduk, Wang Minghao menoleh kepada Li Xue dan berkata, "Tabib Li, ada sesuatu yang ingin aku katakan kepadamu malam ini." "Yang Mulia, Hamba siap mendengarkan, " jawab Li Xue."Aku telah menurunkan Dekrit Pernikahan sebelumnya untuk Li Mei dan Putra Mahkota. Namun hal itu gagal karena Nona Li menghilang. Oleh karena itu posisi Putri Mahkota aku serahkan kepada Xiang Qian," kata Wang Minghao.Wajah Xiang Qian berubah suram. Perkataan Kaisar Xing