"Apa yang kamu pikirkan, Xue? Bukankah kita keluarga? Kita tumbuh bersama, kamu tahu bagaimana aku. Kamu benar-benar terlalu berpikir berlebihan," kata Lou Jierui seraya terkekeh.Li Xue menatap mata Lou Jierui yang terlihat sangat tulus. Dia lalu menghela nafas panjang. Ya, Lou Jierui benar. Mereka adalah keluarga. Dan dia bersyukur memiliki keluarga seperti Lou Jierui yang selalu mendukungnya."Kalau begitu, aku akan merepotkanmu. Kami pergi sekarang," kata Li Xue."Berhati-hatilah," pesan Lou Jierui. "Aku tidak akan mengantarkanmu sampai ke belakang. Akan sangat mencurigakan bila seseorang melihat tuan rumah mengirim pelayan mereka pergi. Pergilah, kami akan menunggu kalian kembali ke sini."Li Xue mengangguk, dia melemparkan senyuman penuh rasa terima kasih kepada Lou Jierui. Setelah itu, dia keluar bersama istri dan anaknya yang mengikutinya di belakangnya. Ketiganya berjalan hingga kandang kuda di bagian belakang rumah. Seorang pemuda terlihat berdiri di samping gerbong. Dia t
"Ayah! Ibu! Kakak!" Li Mei berlari masuk ke dalam kediamannya seraya berteriak. Meskipun dia bukan pemilik asli tubuh ini, entah mengapa dia bisa merasakan perasaan rindu yang teramat sangat ketika mendengar bahwa keluarganya sudah tiba di rumah mereka. Seorang wanita berdiri seketika dari duduknya mendengar suara Li Mei. Air mata bahagia langsung membasahi pipinya ketika melihat sosok Li Mei yang berlari mendekat, "Meimei, Putriku!"Chou Xianlun memeluk Li Mei. Dia tidak bisa membendung tangisnya ketika akhirnya bisa merasakan hangat tubuh putrinya lagi.Li Mei juga tidak bisa menahan air matanya. Dia menangis seperti seorang anak kecil di dalam pelukan ibunya. Di kehidupan sebelumnya, dia kehilangan kedua orang tuanya ketika dia masih kecil. Kenangan tentang orang tuanya tidak banyak yang tersisa. Li Mei hanya bisa merasakan kasih sayang kakeknya.Kini, di dunia ini, dia memiliki seorang ayah, ibu bahkan seorang kakak yang sangat menyayanginya. Bagaimana mungkin dia tidak bahagia?
Li Mei berdiri bersama suami dan keluarganya di depan Restoran Malatang. Nuannuan, A Guo dan Xiaoma berdiri di belakang mereka. Pada mulanya, ketiganya menolak ikut ketika Li Mei mengajak mereka untuk makan siang bersama. Mereka tidak ingin mengganggu momen bahagia keluarga Li Mei. Namun Li Mei bersikeras agar mereka ikut. Pada akhirnya, mereka ikut dengan sedikit enggan.Li Xue, Chou Xianlun dan Li Jiang kembali menatap Li Mei dan Bai Changyi dengan tatapan bangga. Mereka sudah pernah mendengar dari Li Xue bagaimana kehidupan Li Mei dan Bai Changyi sebelumnya. Pasti sangat tidak mudah untuk bisa mencapai ke titik dimana mereka sekarang berada."Ayo kita masuk," ajak Li Mei seraya menggandeng Chou Xianlun dengan manja."Baiklah, baiklah," jawab Chou Xianlun.Mereka semua masuk dan segera seorang pelayan datang menghampiri mereka."Nyonya, ruangan pribadi telah disiapkan," kata pelayan itu penuh hormat."Terima kasih," jawab Li Mei seraya mengangguk. Mereka mengikuti pelayan itu menuj
Fu Xingshen menatap wajah Bai Changyi dan Bai Mulin secara bergantian. Setelah beberapa saat terdiam, dia akhirnya menghela nafas panjang."Apa kalian tahu kenapa Fu Yi terluka?" tanya Fu Xingshen.Bai Changyi dan Bai Mulin menggeleng, mereka tidak tahu. Yang mereka tahu, luka yang didapatkan oleh Fu Yi bukan luka yang diakibatkan karena latihan. Itu jelas luka yang disebabkan oleh pertarungan antara hidup dan mati."Satu bulan yang lalu, Istana Kekaisaran mengirim jatah senjata dan juga persediaan bahan makanan untuk Barak Kota Barat Laut. Rombongan pengirim seharusnya tiba kemarin, sayangnya tidak ada tanda-tanda kedatangan mereka hingga hari ini," kata Fu Xingshen. Dia berhenti sejenak sebelum kembali melanjutkan ceritanya. "Oleh karena itu aku mengirim Fu Yi dan 20 orang tentara untuk menemaninya. Bagaimanapun, kali ini pengiriman dilakukan melalui jalur Gunung Huangye.""Gunung Huangye? Bukankah itu terlalu berbahaya? Mengapa mereka tidak mengirim melalui jalur Gunung Heian?" tan
Bai Changyi menoleh, namun semuanya sudah terlambat. Kepalanya tiba-tiba saja sudah dihantam oleh sebuah tongkat besi. Seketika pandangannya menjadi gelap dan tubuhnya ambruk ke atas tanah."Kakak!" Bai Mulin memucat ketika melihat pemandangan di depan matanya.Shen Nan, salah satu anggota Tentara Emas, mengguncang bahunya untuk kembali menyadarkannya, "Mulin! Sadarlah! Ayo bunuh kelima orang yang tersisa!"Bai Mulin kembali tersadar dan menyerbu dengan membabi buta. Meskipun lima orang pria berbaju hitam memiliki keahlian yang sangat baik, namun mereka kalah dalam hal jumlah dari pasukan Tentara Emas. Empat orang dengan segera tergeletak dengan tubuh bersimbah darah. Hanya satu orang yang terlihat seperti pemimpin mereka bersandar di sebuah pohon besar dengan tubuh penuh luka. Pria itu melihat ke arah Bai Mulin dengan tatapan penuh kebencian.Bai Mulin mendekat, lalu bertanya dengan nada yang dingin, "siapa yang mengirimmu? Siapa tuanmu? Aku tahu kalian bukan sekelompok bandit gunun
Fu Xingshen menatap wajah pucat Bai Chengxi dengan linglung. Dia segera tersadar dan mengangguk ketika melihat berapa seriusnya Bai Chengxi.Bai Chengxi mengeluarkan sebuah kotak kayu. Kotak kayu itu terlihat sangat sederhana, tidak ada ukiran apapun di atasnya. Dia lalu menyerahkan kotak kayu itu kepada Fu Xingshen."Jenderal Besar Fu, sebelum Kakakku, Bai Ho meninggal dunia, dia menyerahkan kotak ini kepadaku. Dia berkata aku harus memberikannya kepada Bai Changyi saat dia berusia 19 tahun. Namun maafkan kecerobohanku. Karena banyaknya yang terjadi di keluarga satu tahun belakangan ini, aku telah melupakan kotak ini," jelas Bai Chengxi.Fu Xingshen menerima kotak itu lalu menggenggamnya dengan kuat. Kecurigaan di dalam hatinya semakin kuat. Mengapa Bai Changyi memiliki tanda lahir yang dimiliki anaknya? Mengapa Bai Chengxi memberinya sebuah kotak yang harus diterima Bai Changyi?"Apakah kamu yakin aku boleh membukanya?" tanya Fu Xingshen ragu."Tentu. Ini juga ada hubungannya dengan
Fu Xing Shen melipat kertas surat di tangannya dengan gemetar. Jantungnya berdegup kencang. Matanya memanas ketika dia menoleh ke arah Bai Changyi.Saat bayi, Fu Xingshen dan istrinya belum memberi Bai Changyi nama. Mereka memanggilnya dengan sebutan Haohao Kecil. Mereka berpikir untuk memberinya nama resmi ketika dia berusia satu tahun. Suasana di dalam ruangan begitu sunyi. Li Mei, Fu Xingshen dan Bai Chengxi merasakan perasaan yang begitu rumit. Sedangkan Li Xue dan Bai Mulin terlihat bingung.Apa yang sebenarnya terjadi?"Xingshen, apa yang terjadi?" tanya Li Xue memberanikan dirinya untuk bertanya.Fu Xingshen menoleh dan menatap Li Xue. Kedua matanya terlihat sangat merah dan air mata hampir jatuh dari sudut matanya."Xue, aku selalu mengatakan kepadamu kalau aku yakin anakku masih selamat dan hidup di luar sama bukan?" tanya Fu Xingshen. Li Xue mengangguk. Ya, Fu Xingshen selal
"Jenderal Besar Fu." Li Mei menyapa Fu Xingshen yang baru saja keluar dari ruang kerjanya. Dia segera bergegas ke dapur dan memasakkan bubur untuk Bai Changyi ketika dia mendengar dari A Guo kalau suaminya telah sadar.Fu Xingshen menatap Li Mei dan melihat semangkuk bubur yang dibawanya, "apa itu untuk Changyi?""Ya," jawab Li Mei.Fu Xingshen membuka mulutnya, lalu menutupnya kembali. Dia terlihat sedikit ragu."Jenderal Besar Fu, apa ada masalah?" tanya Li Mei khawatir. Fu Xingshen menggeleng pelan, "tidak. Tapi … aku baru saja memberi tahu Changyi perihal dirinya dan menunjukkan surat Bai Ho kepadanya. Sepertinya dia sangat terkejut."Li Mei terdiam ketika mendengar apa yang dikatakan Fu Xingshen. Bagaimana mungkin Bai Changyi tidak terkejut? Selama 20 tahun dia selalu menyangka Bai Ho dan Peiyu adalah orang tuanya. Sekarang tiba-tiba dia mengetahui bahwa dia bukan anak mereka dan bukan seseorang yang bermarga Bai. Semua orang pasti akan terkejut ketika mengetahuinya."Li Mei," p
"Apa yang kamu maksud dengan 'ini'?" tanya Fu Lian santai."Lian'er, kamu tahu apa maksudku," jawab Wang Gongfai kesal. "Kabar sebesar ini, bagaimana aku tidak bisa mengetahuinya?"Fu Lian akhirnya berhenti berpura-pura. Dia menatap Wang Gongfai dengan wajah cemberut, "kamu sudah tahu aku menginginkan ini sejak lama, mengapa kamu tidak bisa mendukungku?"Wang Gongfai terpana dengan perkataan Fu Lian. Calon istrinya akan pergi untuk berperang, bagaimana dia akan mendukungnya?"Apa kamu bodoh? Bagaimana aku bisa melepaskanmu untuk pergi berperang?" tanya Wang Gongfai dengan 2 alis terangkat."Apa yang kamu khawatirkan? Semuanya akan baik-baik saja," kata Fu Lian mencoba menenangkannya."Lian'er." Wang Gongfai menarik tangan Fu Lian dan menariknya menjauh. Dia tidak ingin mereka menjadi pusat perhatian para pengawal yang ada di sekitar.Dun Ming berlari mengikuti di belakang mereka. Dia tidak menyangka Wang Gongfai akan berhenti tiba-tiba hingga membuatnya menabraknya."Yang Mulia, maafka
"Apa benar kamu Pangeran Pertama?" tanya Fu Lian ragu."Tentu saja! Untuk apa aku berbohong?" celetuk Wang Gongfai kesal.Fu Lian menatap Wang Gongfai selama beberapa saat lalu menganggukkan kepalanya, "baiklah. Aku akan mengantarmu.""Bagus, bagus," kata Wang Gongfai senang. Dia lalu berjalan di samping Fu Lian dan mengikuti langkahnya. Dia berkali-kali mencuri pandang ke arah Fu Lian."Berhenti menatapku," kata Fu Lian kesal.Wang Gongfai hanya menggaruk pelan kepalanya yang tidak terasa gatal. Dia hanya mengagumi kecantikan Fu Lian, mengapa dia harus merasa terganggu?Sesosok tubuh besar berwarna putih tiba-tiba mendarat di depan keduanya. Senyuman mengembang di wajah Fu Lian sedangkan Wang Gongfai tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya."Xiao Lang!" Fu Lian bergegas menubruk tubuh besar Xiao Lang."Wow! Apakah dia benar-benar Xiao Lang?" Wang Gongfai merasa sangat k
Kediaman Adipati Qiang terlihat begitu meriah hari ini. Beberapa tamu undangan berjalan memasuki kediaman Adipati Qiang dengan pakaian terbaiknya.Li Mei terlihat cantik dengan balutan hanfu berwarna biru tua. Tidak jauh darinya, terlihat Fu Changyi yang menggunakan baju dengan warna senada. Fu Xingshen yang berada di sebelah Fu Changyi juga terlihat menggunakan baju berwarna biru gelap. Ketiganya terlihat sibuk menyambut para tamu.Hari ini mereka sedang merayakan hari ulang tahun Fu Lian dan Fu Huanran yang ke-10. Tidak ada seorangpun tamu yang tidak datang. Mereka semua ingin menjalin hubungan yang baik dengan keluarga Adipati Qiang.Tiba-tiba, Li Mei melihat Nuannuan berjalan dengan panik ke arahnya. Dia segera menoleh ke beberapa orang tamu wanita yang sedang mengelilinginya, "Nyonya-nyonya, maafkan aku. Aku harus pergi untuk melihat persiapan Putriku.""Tidak apa-apa, kamu tidak perlu tergesa-gesa," kata Nyonya Lin, istri Perdana Menteri Yan."Kami tahu betapa repotnya mempersia
8 orang preman mengelilingi 3 orang anak kecil. Fu Huanran merasa sangat ketakutan, dia hampir menangis.Fu Lian menggertakkan giginya, "minggir! Apa kalian tidak takut seseorang akan datang dan menghukum kalian?"Kedelapan preman itu saling memandang ketika mendengar perkataan Fu Lian lalu tertawa terbahak-bahak. Setelah beberapa saat, Erzhu berkata pada mereka, "siapa yang akan menemukan kami? Tidak akan ada yang tahu!"Tiba-tiba Fu Lian menerjang ke arah Erzhu. Dia mengangkat kakinya tinggi lalu menendang tepat di titik vital Erzhu.Kedua mata Erzhu membola sempurna saat suara lengkingan terdengar dari mulutnya, "ah!"Ketujuh orang lainnya langsung memegangi alat vital mereka masing-masing dan menatap Erzhu dengan ngeri. Mereka yakin itu pasti sangat menyakitkan. Atau bahkan mungkin, hancur? Baiklah, sepertinya mereka harus membuat acara perpisahan yang layak untuk masa depan Erzhu yang baru saja hilang."Anak kecil brengsek!" Dafu, yang sebelumnya dipanggil dengan sebutan kakak ke
"Aku sudah kenyang!" kata Fu Lian. Dia mendorong mangkuknya yang sudah kosong menjauh."Aku juga sudah selesai," kata Fu Huanran. "Kalau begitu ayo kita pulang."Ketiganya meninggalkan meja dan pergi menghampiri Ming Feng, "Paman Ming, kami sudah selesai." Setelah itu, Fu Lian mengeluarkan. 1 tael perak lalu memberikannya kepada Ming Feng."Sudah selesai? Apa kalian akan langsung pulang?" tanya Ming Feng khawatir. Dia melihat ke arah jalanan tapi tidak bisa menemukan Ming Shao."Ya, Paman. Kamu tidak perlu khawatir," kata Fu Lian seraya tersenyum manis."Tunggu sebentar, biar aku memberimu kembaliannya," kata Ming Feng. Dia berencana mengulur-ngulur waktu hingga seseorang dari kediaman Adipati Qiang datang."Tidak perlu. Paman bisa menyimpannya," kata Fu Lian. Dia segera berbalik lalu menyeret kedua saudaranya pergi."Ah, ah, bagaimana bisa seperti itu?" tanya Ming Feng panik. Dia hendak mengejar ketiga anak itu, namun sayangnya mereka terlalu gesit. "Celaka! Celaka! Mereka tidak perg
"Haohao! Haohao!" Suara bisikan dari balik bebatuan taman mengusik Fu Hao. Anak laki-laki berusia 3 tahun itu menoleh dan melihat kedua kakak kembarnya sedang bersembunyi di antara bebatuan. Setelah beberapa saat, Fu Hao berjalan menghampiri keduanya."Ada apa?" tanya Fu Hao datar.Fu Lian segera menariknya untuk bersembunyi di balik bebatuan. Dia menatap buku-buku yang ada di tangan Fu Hao, "apa yang akan kamu lakukan dengan buku-buku membosankan itu?"Tentu saja pergi belajar. Bukankan Guru Jiang akan segera datang?" tanya Fu Hao tanpa berekpresi.Fu Lian menghela nafas panjang, "untuk apa kita pergi belajar? Aku sangat bosan. Lebih baik kita pergi berjalan-jalan!"Fu Huanran terlihat gelisah ketika mendengar perkataan Fu Lian. Ini bukan pertama kalinya saudara kembarnya mengajaknya untuk bolos belajar. Fu Lian selalu suka menyeret Fu Huanran dan Fu Hao pergi bermain di area perkotaan atau pegunungan untuk mencari buah-buahan liar."Lian'er, kalau Ibu mengetahuinya, dia akan memukul
Fu Xingshen menghentikan langkahnya ketika dia sudah berada di dekat Wang Minghao. Saat ini, para pejabat menutup mulut mereka. Tidak ada seorangpun yang berani berbicara. Siapa yang berani mengatakan sesuatu ketika lawan mereka sudah dipastikan unggul?Wang Minghao terjatuh duduk di singgasananya. Tubuhnya bergetar hebat karena kemarahan dan juga ketakutan.Wan Rong menoleh dan menatap Wang Shimin dengan penuh kebencian, "Shimin, kenapa kamu melakukan hal ini?""Ha! Ha! Ha! Permaisuri Wan, apakah kamu bertanya karena tidak tahu, atau kamu berpura-pura tidak tahu?" tanya Wang Shimin dingin. Dia berjalan pelan ke arah Wang Minghao dan bertanya dengan wajah datar, "Ayah, apakah kamu juga tidak mengetahuinya?"Wang Minghao tidak menjawab, dia hanya menyipitkannya matanya saat menatap Wang Shimin."Baiklah, baiklah. Aku tidak akan bermain tebak-tebakan lagi. Aku akan menjelaskan semuanya," kata Wang Shimin. Dia lalu menambahkan, "setidaknya kalian bisa mengetahui alasan kalian mati."Wajah
Fu Xingshen melihat kembang api yang meledak di udara. Tangannya tanpa sadar menggenggam erat pedang yang ada di pinggangnya. Setelah itu Fu Xingshen dan Fu Yi menaiki kuda mereka masing-masing. Melihat pemimpin mereka sudah bersiap, para tentara memegang senjata mereka, bersiap untuk menyerbu masuk ke dalam Ibukota Kekaisaran."Maju!" perintah Fu Xingshen dingin.Fu Yi mengangkat sebuah kembang api dan menembakkannya ke udara. Fu Xingshen membagi tentara menjadi 4 kelompok. Masing-masing kelompok menunggu di kegelapan hutan di 4 penjuru mata angin. Begitu melihat sinyal kedua ditembakkan, para tentara merangsek masuk ke dalam Ibukota Kekaisaran. Suasana Ibukota tiba-tiba menjadi gempar. Melihat banyaknya tentara yang membawa senjata masuk ke dalam kota, para penduduk berhamburan masuk ke dalam rumah mereka dengan panik. Mereka semua ketakutan dan mengunci rumah mereka dari dalam. Beberapa bahkan bersembunyi di kolong-kolong tempat tidur, berharap nyawa mereka akan selamat.Tidak ber
"Benar-benar tidak bisa dimaafkan!" Suara marah Wang Minghao menggelegar di dalam aula.Aula seketika dipenuhi dengan suara orang-orang yang berlutut beserta teriakan. "Yang Mulia, tolong jaga kesehatan Anda!"Wang Minghao tidak marah karena seseorang ingin mencelakai Li Mei, dia marah karena orang-orang itu telah merusak rencananya. Setelah beberapa saat, dia akhirnya berhasil mengendalikan emosinya."Kembali duduk."Setelah semua orang kembali duduk, Wang Minghao menoleh kepada Li Xue dan berkata, "Tabib Li, ada sesuatu yang ingin aku katakan kepadamu malam ini." "Yang Mulia, Hamba siap mendengarkan, " jawab Li Xue."Aku telah menurunkan Dekrit Pernikahan sebelumnya untuk Li Mei dan Putra Mahkota. Namun hal itu gagal karena Nona Li menghilang. Oleh karena itu posisi Putri Mahkota aku serahkan kepada Xiang Qian," kata Wang Minghao.Wajah Xiang Qian berubah suram. Perkataan Kaisar Xing