Sesuai rencana awal, agenda pertama pasangan romantis dokter dan istri manjanya itu dimulai dengan melakukan tur di Surfers Paradise. Mereka dan beberapa turis lainnya naik sebuah bus berwarna biru bergambar bebek yang dikenal dengan sebutan Aquaduck. Bus itu mengajak semua penumpang berkeliling di darat dan uniknya bus itu juga nantinya akan menyelam ke Broadwater. Momen ini adalah momen paling menyenangkan dan ditunggu-tunggu oleh para pengunjung, semua akan menyaksikan keindahan perairan Broadwater.
Ratu tampak antusias dengan kegiatan ini, senyumnya tak pernah pudar sepanjang mata memandang. Tangan kecilnya setia menggenggam tangan Rezan, pegangan itu tidak pernah terlepas kecuali di saat-saat tertentu saja. Cipratan air sedikit mengenai tubuh Ratu dan Rezan ketika duck dive ini berlangsung, mereka tidak terganggu atau risi, justru malah sangat menikmatinya. Ratu dan Rezan saling berbagi kebahagiaan dan tawa yang tulus lahir dari hati keduanya.
Selesai ber
“I love you,” bisik Ratu tulus, ia mengatakannya dengan suara sedikit bergetar dialiri rasa haru.Akhirnya Ratu menyerah, dia kalah pada kata hatinya dan tidak mau memendam perasaan ini lebih lama lagi. Terserah dengan apa yang akan terjadi nanti, yang jelas Rezan harus tahu perasaannya. Tubuh Rezan mematung, dia menurunkan tubuh istrinya lalu berbalik menatap Ratu serius. Dia sudah mengetahui tentang perasaan Ratu padanya dari Surya, tapi tetap saja, mendengar pernyataan cinta Ratu secara langsung membuat jantung Rezan berulah.“Maaf ya, Mas, aku terlalu jauh mendalami status kita. Seperti yang pernah kamu bilang, kamu bisa dengan mudah membuat perempuan mana saja jatuh cinta jika kamu ingin. Dan aku membenarkan hal itu sekarang, awalnya aku hanya ingin uang lima miliar, aku senang menjadi parasit dalam hidupmu karena semua keperluanku bisa dipenuhi dengan
“Lihat ke depan!” titah Brenda, Nicole menurut dan akhirnya ia melihat Nayla dan Geva yang sedang memesan es krim.“Nayla sama kak Geva?” bisik Nicole, Brenda mengangguk, lalu kedua gadis itu pindah ke tempat yang agak sulit dijangkau orang-orang.Geva dan Nayla duduk di sebuah meja yang dekat dengan dinding kaca setelah pesanan mereka diterima. Keduanya menikmati es krim itu, Nayla terlihat tidak canggung atau kikuk di hadapan senior yang pernah menjadi asisten dosen di kelasnya itu. Lebih dari itu, mereka bahkan sangat mesra dan berani saling menyuapi.“Kamu kayak bocah, makan es krim sampai belepotan gitu,” kata Geva seraya menghapus sisa es krim di sudut bibir Nayla.“Grogi mungkin dilihatin kakak terus,” balas Nayla, Geva tersenyum lalu mengelus puncak kepala g
“Huwekk ... huwekk ... arhhh, aku enggak mau naik wahana itu lagi. Serem banget sumpah, muter-muter enggak jelas, perut aku sampai mual.”Rezan menepuk-nepuk pundak istrinya dengan kekehan geli, bisa-bisanya Ratu mengomel demikian padahal tadi dia sendiri yang memaksa Rezan naik wahana ekstrem yang ada di Dreamworld.“Ayo lanjut, bukannya tadi kamu bilang mau naik roler coster juga?”“Mas gila?! Mau ngajak aku mati itu mah.”Ratu berjalan gontai menuju tempat duduk yang ada di sana, gadis itu menyandarkan kepalanya pada penyangga kursi. Dia kelelahan usai memuntahkan isi perutnya cukup banyak.“Saya sudah bilang kamu tidak akan kuat, ngeyel sih.”“Dulu pas aku naik di Dufan baik-baik aja kok, kenapa sekarang jadi parah gini?”“Faktor usia.”“Mas jangan ngada-ngada, orang aku masih muda, 27 itu masih ada di rentang usia emas wanita. E
Nayla baru tiba di gedung kampus sekitar pukul delapan pagi, ia sedang dalam perjalanan menuju kelas sebelum terlambat karena kurang dari 15 menit lagi biasanya sang dosen akan tiba. Dua sahabatnya sudah ada di kelas lebih dulu, gadis itu tersenyum senang lalu masuk dan berlari mendekati mereka. Nayla duduk di kursi biasa—tepat di sebelah Brenda.“Pagi Nda, pagi Cole,” sapa Nayla ramah sayangnya tak direspons dengan baik oleh dua sahabatnya terutama Brenda. Dua orang itu tampak sebal dan malas melihat Nayla.“Kalian berdua kenapa?” tanya Nayla yang tidak mengerti apa-apa, dia heran dengan alasan kedua temannya yang tiba-tiba seperti memusuhinya.“Cole, pindah ke belakang yuk!” ajak Brenda tak mengindahkan pertanyaan Nayla, Nicole hanya mengangguk lantas kedua orang itu beranjak. Nayla hendak menyusul mereka
“Sori ganggu waktu honeymoon lo, Zan, tapi ada informasi penting yang mesti gue sampaikan sama lo. Enggak bisa ditunda-tunda.”Rezan melihat kamar mandi masih tertutup, bunyi air masih mengucur deras di sana tanda proses mandi sang istri kemungkinan masih lama. Pria itu duduk di pinggir ranjang, memfokuskan perhatian pada obrolan Ronald yang katanya penting.“Tidak masalah, ada apa?”“Orang-orang suruhan gue udah menyelidiki masalah penculikan istri sama keponakan lo. Jadi orang gue ini punya kenalan di dalam penjara, informan utama yang menggali berita besar ini.”“Terus?”“Nah, berdasarkan keterangan informan itu, para pelaku yang menculik Ratu pernah cerita kalau orang yang nyuruh mereka bernama Bram
Nayla tidak bisa berkonsentrasi dengan tugas kuliahnya, laptop sudah menyala sejak satu jam lalu, lembar kerja pun sudah dibuka tapi hanya kertas putih yang terlihat. Tangan Nayla memang menyentuh keyboard tapi pikirannya sedang tidak ada di tempat. Dijauhi sahabat dekat adalah kiamat dalam ikatan persahabatan, Nayla salah, ya dia mengakuinya. Dia ingin menebus semua itu tapi Brenda dan Nicole seperti menutup mata dan telinga mereka. Enggan mendengar penjelasan apa pun dari Nayla. Bagaimana gadis itu tidak galau, semangat kuliahnya menurun, gairah belajar pun terkikis rasa sedih. Nayla tidak ingin melakukan apa-apa selain diam dan meratapi nasib persahabatannya yang nyaris hancur.Drrt ... drrt ...Pesan masuk dari Geva datang, tadi lelaki itu janji akan menemui Nayla dan menemani gadis itu. Nayla sudah senang mendengarnya, setidaknya bersama Geva dia bisa melupakan sejenak masalah Brenda dan Nicole.Kak Geva[Kiran, maaf, malam
“Maafin aku, Cole, hiks hiks maafin aku.”“Nay, kenapa kamu minta maaf?” tanya Nicole dengan suara lirih, matanya pun meneteskan air mata tanpa diperintah. Nicole sudah tahu jawaban dari pertanyaannya meski Nayla belum memastikan, hati Nicole sakit, kecewa, dan merasa kasihan pada Nayla.“Aku terjebak permainanku sendiri, Cole, hiks hiks. Semuanya udah hancur, aku enggak punya harga diri lagi hiks hiks.”“Nay ....”“Aku takut ... selama ini aku ketakutan kalian akan menjauhiku jika aku berkata yang sebenarnya. Makanya aku memutuskan diam, rupanya keputusan itu lebih salah, hiks hiks. Aku jadi semakin egois dan tanpa sadar malah menyakiti kalian terus-terusan. Maafin aku, Cole, maaf hiks hiks.”“Nayla, stop, janga
Semilir angin sore menerpa kulit Rezan dengan intensitas sedang, perjalanan menyenangkan yang sudah lama tidak ia lalui ini menjadi titik balik bagi pria itu. mereguk kenangan yang sempat ia cicipi semasa kuliah dulu bersama teman-temannya. Mereka suka bermain ke alam, berkemah dan bertualang seperti angin segar di tengah penatnya jadi mahasiswa kedokteran yang memiliki tugas segunung.Ini sore terakhir masa liburannya, Rezan menyempatkan mengunjungi sebuah tempat yang masih ada di daerah Gold Coast, Australia. Kali ini dia sendiri yang memilih setelah hari-hari kemarin selalu Ratu yang menjadi kompas hidup liburan mereka. pria itu tidak mengatakan apa-apa ketika menyewa mobil dan membawa istrinya ke tempat itu, padahal Ratu sudah berharap sang suami membawanya ke pusat perbelanjaan.Ada barang yang ingin dia beli untuk Nayla dan Surya, sayangnya Rezan tak mengabulkan permintaan itu dengan alasan oleh-oleh yang dibeli Ratu sebelumnya sudah lebih dari cukup. Bayangkan s
"Ayo dong, mana suara tepuk tangannya? Kok sepi sekali, ini bukan pemakaman, kan?" ujar wanita itu lagi.Kali ini tepuk tangan menggema di setiap penjuru ruangan. Para wartawan bahkan sampai gagal fokus karena tindakansavageRatu barusan."Teman-teman wartawan, kalian jangan bingung, ya. Tadi itu kalian semua kena prank dari kakek Dermawan. Dia sengaja mengumumkan suamiku mau bertunangan dengan Caralyn untuk memberi kejutan pada kalian semua dan juga masyarakat di luar sana. Seperti yang sudah kalian lihat, Caralyn ini adalah gadis baik yang bisa menerima pasangan apa adanya. Usia tak menghalangi cinta mereka, Caralyn sudah mantap untuk melangkah ke jenjang yang lebih serius bersama kakek Dermawan. Mari kita doakan semoga cinta mereka abadi selamanya, amin.""Aminnn," koor seluruh tamu yang datang sembari bertepuk tangan meriah."Woahh ... RATU ANAYASA, LO YANG TERBAIK!" teriak Surya di tempatnya sambil tepuk tangan keras-keras.
Seperti dugaan Rezan, kejanggalan sikap Dermawan pada akhirnya membawa prahara baru yang seharusnya tak pernah muncul dalam kehidupan rumah tangga pria itu. Caralyn, apa maksudnya semua ini? Kenapa pula tiba-tiba saja perempuan itu muncul di depannya. Lantas dikenalkan sebagai calon istri kedua Rezandra Mahadewa di depan seluruh tamu undangan yang hadir ke pesta ulang tahun Derma Group.Ratu bahkan sampai tak mengedip mendengar pengumuman itu. Rezan menatap nyalang kakeknya dengan rahang mengeras. Tidak pernah mereka duga, acara keluarga yang semula diprediksi akan berjalan dengan baik dan lancar justru berlangsung dengan penuh kejutan begini."Oh-My-God!Itu aki-aki t
Masih di hari yang sama pasca Rezan dan Ratu sukses bermesraan di kamar tanpa gangguan Reyandra, siangnya kediaman keluarga Dermawan kedatangan tamu yang cukup mengejutkan seisi rumah. Terutama Rezan dan Ratu, mereka tidak pernah menyangka momen mencengangkan ini akan menimpa mereka. Tak sedikit pun terbersit di kepala keduanya bahwa Dermawan kenal baik dengan kakek Caralyn. Ya, dokter cantik yang mendambakan suami Ratu itu ternyata cucu dari kenalan Dermawan. Seorang pengusaha perusahaan minyak bumi yang cukup terkenal di Timur Tengah sana.Kakek Caralyn sedang melakukan perjalanan bisnis ke Indonesia, dia mendapat kabar bahwa kawan lamanya sedang tidak sehat makanya dia datang untuk menjenguk. Rezan tidak tahu kalau kakeknya sudah mengatur janji dengan kakek Caralyn sejak pria tua itu masih di rumah sakit. Pikiran buruk Rezan terhadap sang kakek kembali menggeliat. Meskipun berdasarkan keterangan Caralyn dia datang ke sana tanpa disengaja namun tetap saja terasa janggal bag
Ratu baru merasakan indahnya penerimaan setelah penolakan panjang yang Dermawan lakukan. Pasca hari itu, segala sesuatunya membaik tanpa ia sangka. Sikap Dermawan pada Ratu sangat baik, bahkan mereka sangat akrab belakangan ini. Ya, tidak terasa hampir satu bulan sudah Rezan dan keluarga kecilnya berada di Jakarta. Cuti yang semula dijadwalkan hanya dua pekan, terpaksa diperpanjang atas permintaan Ratu. Kebetulan Rezan belum pernah menggunakan jatah cutinya sama sekali sehingga ia bisa mengambil cuti panjang kali ini.Kondisi kakek Dermawan pun berangsur membaik, operasinya berjalan lancar dan dia sudah kembali ke rumah sejak pekan lalu setelah hampir sebulan penuh menjalani perawatan intensif di rumah sakit. Selain menghabiskan waktu dengan keluarga suaminya, tak lupa Ratu pun meluangkan waktu untuk bertemu dengan Nayla, Geva, Genaya, dan Surya tentu saja. kurang lengkap rasanya kalau Ratu tidak bertemu dengan kawan gilanya, yang sekarang sudah agak sedikit waras. Masi
Ratu keluar dari ruang perawatan Dermawan dengan mata mengerjap beberapa kali. Perempuan itu tampak seperti orang bingung, Rezan yang sejak tadi harap-harap cemas lantas menghampiri sang istri. Dia menduga kakeknya kembali bicara yang tidak-tidak hingga membuat Ratu seperti itu."Kamu tidak apa-apa?" tanya Rezan cemas, dia sudah bertekad untuk kembali memboyong keluarganya ke New York. Negara ini memang sudah tidak cocok untuk keluarganya."Mas, aku mimpi enggak, sih?" tanya Ratu masih setengah sadar.Sontak kebingungan berpindah pada Rezan."Kakek berbicara hal yang buruk lagi padamu?"Ratu menggeleng sambil berujar, "Dia menerimaku, Mas."Ratu masih tidak percaya pada ucapannya sendiri. Rezan terkejut namun masih ingin menunggu kelanjutan cerita sang istri.Beberapa waktu lalu ..."Permisi Kek, ini aku,"
Rasanya seperti terkurung dalam ruangan yang menyatukan dua musuh bebuyutan. Keheningan yang tercipta terasa kian mencekam ketika hanya bunyi alat medis saja yang terdengar di sana. Sejak lima menit lalu Rezan diberi kesempatan untuk menghadap kakeknya lebih dulu. Tentu saja itu ide Sesilia, dalang di balik semua rencana konyol ini.Dermawan memperhatikan cucunya dari ranjang sambil berbaring. Rezan semakin tampan, tetap gagah dan berwibawa seperti biasanya. Tidak salah memang, darah Dermawan mengalir deras dalam diri Rezandra Mahadewa. Dia berhak menjadi pimpinan Derma Group, sayangnya pria itu tidak menyimpan ketertarikan pada dunia bisnis.Jauh di lubuk hati pria tua itu, dia sangat merindukan Rezan, ingin kembali akrab dan bercengkerama dengan hangat bersama sang cucu seperti dulu. Namun Rezan terlihat masih sangat marah padanya. Dia bahkan tak mengucapkan sepatah kata pun sejak memasuki ruang rawat kakeknya.“Sampai kapan kamu akan mendiamkan kakek se
Perdebatan panjang sudah dilalui, menghasilkan satu keputusan yang tak pernah Rezan sangka akan ia ambil. Pria itu dan keluarga kecilnya sudah tiba di Indonesia. Disambut hangat oleh Sesilia, Nayla, dan keluarga yang lain. Setelah mendapat penyambutan yang cukup spesial di bandara, Sesilia tidak langsung mengajak Rezan dan Ratu ke rumah sakit. Berdasarkan penjelasan wanita itu, kakek Dermawan sudah berhasil melewati masa kritisnya. Jadi mereka bisa menjenguk kakek Dermawan nanti. Kediaman megah Dermawan, tempat itulah yang dituju oleh Rezan sekarang. Di sana dia disambut dengan senyuman dan pelukan hangat Restu—sang ayah. Orang tua itu tak henti menciumi pipi Reyandra, cucu yang selama ini hanya bisa dia lihat via panggilan video, akhirnya kini sudah bisa dipeluk langsung. “Kakek jangan cium-cium telus, Leyan geli tahuuu,” protes anak itu cemberut, tak ayal semua orang tertawa karenanya. “Kakek rindu kamu, Sayang, wajar dong kalau kakek cium pipi kamu kayak t
“Mas, tolong dengarkan aku dulu, kita harus pulang malam ini juga,” bujuk Ratu, berusaha meyakinkan suaminya tentang semua rencana yang sudah dia atur.“Kamu tidak bisa seperti ini, Ratu, aku tidak mau pulang ke Indonesia. Bagaimana dengan pekerjaanku di sini?” keras Rezan.Sebenarnya dia tidak begitu memikirkan pekerjaan, yang menjadi pertimbangan utama pria itu adalah perasaan sang istri saat menghadap keluarganya nanti atau lebih tepatnya ketika menghadap Dermawan. Lagi pula Rezan tidak yakin kalau Dermawan benar-benar kritis. Bisa saja berita sakitnya Dermawan adalah skenario yang disusun Sesilia dan kakeknya agar Rezan luluh dan mau pulang. Ingat, Dermawan adalah orang berkuasa yang bisa melakukan apa pun yang dia mau. Berkaca pada pengalaman itu, wajar kalau Rezan meragukan kondisi kakeknya saat ini.“Aku sudah menghubungi atasanmu perkara masalah cuti ini, hanya sebentar Mas. Lagi pula kepala medik juga mengizinkan kamu untuk
Keesokan harinya, Sesilia memasuki ruangan pribadi kakek Dermawan. Pria tua itu memang menjalani perawatan di rumah saja dengan cara memanggil dokter ahli ke rumahnya setiap tiga kali seminggu. Kondisi kesehatan Dermawan memang menurun drastis seperti yang dikabarkan Sesilia kemarin pada adiknya. Dia sangat ingin bertemu dengan cucu dan cicit terkasihnya yang kini tinggal jauh dari jangkauannya. Namun, masih sulit bagi pria tua itu untuk menerima Ratu. Baginya, perempuan itulah yang telah menghancurkan keharmonisan hubungannya dengan Rezan.“Bagaimana Sesilia, apa sudah ada jawaban dari adikmu?”“Dia masih belum menyerah, Kek, entahlah aku harus membujuknya sampai kapan agar dia mau pulang dan menjenguk Kakek.”“Mungkin Kakek harus mati dulu baru dia akan berkunjung ke sini. Kakek sudah tidak punya apa-apa, memangnya salah kalau Kakek ingin bertemu dengan cucu dan cicit kesayangan Kakek?”Sesilia mengela napas berat, ia