Prak!
Ponsel yang dipegang Rezan tiba-tiba jatuh, ia masih di rumah sakit, baru selesai melaksanakan operasi yang berjalan dengan lancar. Kondisi pasien sudah kembali stabil pasca kritis beberapa jam lalu. Niatnya mengeluarkan ponsel adalah untuk menghubungi Ratu dan Geo, perasaannya mendadak tidak enak setelah kejadian ponsel jatuh itu.
“Operasinya sudah selesai kenapa Anda tegangnya sekarang, Dok?” tanya Arif yang mengambil ponsel seniornya itu dan langsung disodorkan pada Rezan.
“Thanks, Rif,” kata Rezan singkat, ia segera menghubungi nomor istrinya namun ponsel Ratu tidak aktif.
Rezan menghubungi Ratu hingga lima kali, tak kunjung membuahkan hasil ak
“Sial, sudah babak belur masih saja bisa melawan. Kuat juga ternyata si jalang ini.”“Perempuan seperti ini memang menyusahkan tapi sungguh menggiurkan untuk diajak bersenang-senang. Lihatlah, buah dadanya indah sekali, sepertinya nyaman kalau kita mainkan sebentar.”Kedua tangan Ratu terikat ke belakang, pakaian bagian atas sudah disobek oleh para penjahat itu. Ada dua orang yang sedang mengerjai Ratu sekarang, sisanya berjaga di luar ruangan. Dua pria itu sangat antusias mengelilingi Ratu dan tidak memedulikan Geo yang tersekap di belakang mereka. Sampai-sampai kedua orang itu tidak sadar jika anak itu sedang terlibat panggilan dengan seseorang di luar sana.Seorang pria jongkok di depan Ratu, membelai pipi gadis itu yang sudah penuh luka. Binar berahi muncul di manik pria itu, ia menyerang Ratu dengan cepat, ingin mendaratkan bibirnya di bibir Ratu namun Ratu menghindar. Pergerakan Ratu licin seperti belut, tenaga gadis itu seakan tida
Suasana duka menyelimuti keluarga korban pembunuhan, jasadnya ditemukan beberapa saat setelah penyergapan yang dilakukan Rezan dan pihak kepolisian. Tangis kesedihan terus mengalun, menyesaki pendengaran Rezan yang juga turut hadir di sana. Tidak ada yang menyangka bahwa kemarin adalah hari terakhir keluarga bersua dengan pak Husen. Pria paruh baya itu resmi ditetapkan sebagai korban pembunuhan. Para pelaku sudah diamankan polisi, ya, kumpulan penjahat yang menculik Ratu dan Geo sebelumnya sempat menjegal pak Husen di tengah perjalanan.Sopir itu digorok karena berusaha melawan, setelah dibunuh mayatnya dibuang begitu saja di tempat pembuangan sampah yang tak jauh dari gudang kosong—tempat Ratu disekap. Sesilia sangat terpukul mengetahui kejadian itu, dia menjadwalkan pulang lebih awal karena insiden tersebut. Perempuan itu sangat khawatir pada putranya yang juga menjadi
Seminggu berlalu, keadaan Ratu semakin mengkhawatirkan. Fisiknya memang sehat tapi mental gadis itu sepertinya terganggu. Dia jadi lebih banyak diam ketika di apartemen, jarang berinteraksi kalau bukan Rezan yang bertanya duluan. Tidak ada lagi Ratu cerewet yang hobi ngomel-ngomel. Tidak ada lagi Ratu centil yang hobi menggoda Rezan ketika pulang kerja. Tidak ada lagi Ratu manja yang suka menyindirnya kikir karena tak kunjung diberikan apa yang dia mau.Sempat suatu kali, Rezan menyuruh Ratu untuk membeli apa pun yang dia mau namun perempuan itu menolaknya mentah-mentah. Dia bilang sedang tidak butuh apa-apa dan tidak ingin ke mana-mana. Berbagai hal sudah Rezan lakukan demi mengembalikan Ratu pada dirinya yang dulu.“Bagaimana Surya, apa dia mau berbicara denganmu?”Surya menggeleng lemas, “Maaf, Dok, saya tidak berhasil membujuknya bicara. Dia hanya mengatakan mau sendiri dan tidak ingin ditemani siapa pun.”“Dia bahkan men
Surya sudah pergi sejak sore tadi tapi hingga malam hari ucapan terakhirnya terus terngiang-ngiang di kepala Rezan. Pria itu tidak ingin mengambil pusing, hanya saja hati dan pikirannya terus menerus menariknya untuk tenggelam di sana. Dalam ruang yang penuh tanda tanya. Benarkah Ratu mencintainya? Bisakah Rezan menjadi seseorang yang Surya harapkan? Pria itu ingin menemukan jawabannya sendiri, ingin memastikan dengan hatinya apakah ia benar-benar bisa memberi limpahan kasih untuk istrinya dengan tulus?Tangan Rezan berhasil membuka pintu kamar Ratu, gadis itu sedang duduk di depan meja rias dan dia terlihat kaget mendapati kehadiran suaminya. Ruangan itu sudah agak gelap, lampu utama telah dimatikan, hanya lampu meja saja yang masih menyala.“Dokter?” cicit Ratu memastikan, jantungnya berdegup—khawatir jika sosok yang sedang mendekatinya sekarang bukanlah Rezan.“Mm,” sahut Rezan, Ratu mengembuskan napas lega. Rezan semakin mendeka
Peraduan panas telah disepakati kedua penikmatnya. Mereka tanggalkan semua keraguan dan ketakutan yang sempat menyesaki hati beberapa saat lalu. Tidak ada satu pun yang tahu alasan Rezan menolak Ratu selama ini adalah karena ia selalu dibayang-bayangi adegan tak senonoh Laras dan ayahnya.Dia tidak ingin tidur bersama Ratu atau wanita mana pun karena setiap dia melihat adegan ranjang maka yang terlintas di benaknya hanya Laras dan sang ayah. Sungguh, itu memuakkan, demikianlah sumber dari segala penolakan Rezan terhadap upaya gila-gilaan Ratu selama ini.Nafsunya tiba-tiba turun,mooduntuk bercinta hilang dan akhirnya tindakan itu menyulut emosi Ratu dari waktu ke waktu. Rezan sering berlaga seolah-olah dirinya memang tidak menginginkan perempuan mungil itu. Padahal ... ya, tidak mungkin bukan, Rezan berani mencium perempuan lebih dulu jika tidak ada perasaan apa-apa atau rasa ketertarikan sedikit pun.Ratu menjerit kesakitan ketika Rezan men
Pagi menyapa dan sejoli itu masih bergulung ria dalam selimut tebal sambil saling memeluk. Rezan bangun lebih dulu, mengadaptasikan pandangan lantas ia memandang turun pada sang istri yang masih terlelap. Pria itu sedikit menarik ujung bibirnya ketika mengingat apa yang telah mereka lakukan semalaman. Wajar jika Ratu kelelahan, perempuan itu menjadi tumbal sang suami yang telah berpuasa cukup lama melawan berahi.Ini gila, betapa Rezan tenggelam dalam pesona keindahan yang bahkan selama ini sering Ratu suguhkan padanya. Pria itu terlalu bodoh karena berusaha menutup mata, kini ia tak akan lagi menyia-nyiakan kesempatan. Terserah orang mau menamai perasaan Rezan dengan diksi yang mana, satu hal yang pasti Rezan mulai melampaui kata nyaman ketika bersama Ratu.Bibir Rezan lancar mengecup bibir sang istri yang masih terlelap, ia kemudian bangkit perlahan dari tempat tidur. Malam indah sudah berlalu, saatnya kembali menatap kehidupan nyata. Rezan akan bersiap untuk berangk
“Luka Anda sudah membaik, minggu depan kita bisa membuka jahitannya. Jangan lupa lakukan peregangan setiap hari, sedikit saja, itu bagus untuk progres penyembuhan luka Anda.”“Baik Dok, terima kasih atas sarannya. Saya merasa hari ini dokter berbeda sekali,” ungkap seorang Ibu yang merupakan pasien Rezan, sudah tiga minggu lebih ibu itu rutin mengunjungi dokternya satu minggu sekali. Seingatnya Rezan yang biasa adalah dokter yang tegas, bicara seperlunya, dan terkesan dingin sekali.“Berbeda bagaimana, Bu?” heran Rezan karena ia tak merasakan keanehan apa pun.“Dokter terlihat lebih ceria dan sering senyum, tampan sekali Dok.”“Anda bisa saja, Bu, saya merasa biasa saja.”“Tidak, Dok, saya melihat perbedaannya. Senang rasanya melihat dokter Rezan sebaik ini, Anda lebih tampan jika sering tersenyum. Maaf kalau saya lancang, apa dokter sudah menikah?”“Iya, saya suda
Ratu mengantar Sesilia dan Geo ke depan pintu unit apartemennya setelah kurang lebih empat jam mereka mengobrolkan banyak hal. Mulai dari kasus penculikan minggu lalu, kondisi kesehatan Geo, perubahan sikap Rezan, bahkan sampai berita tentang Laras yang baru melahirkan tak luput menjadi bahan obrolan.Sesilia terpaksa pamit karena ada hal lain yang mesti ia urus hari ini. Padahal dia masih betah bercengkerama dengan adik ipar bayarannya itu. Kalau boleh jujur, meski awalnya memang Sesilia membayar Ratu demi menggoda Rezan namun lama kelamaan Sesilia merasa Ratu benar-benar cocok untuk menjadi pendamping adiknya.Mendengar keberhasilan Ratu dalam menggoyahkan hati Rezan membuat Sesilia sangat senang. Akhirnya dia bisa benar-benar lega karena ternyata adiknya masih normal. Rezan bukan gay seperti yang dibicarakan orang-orang. Sesil tidak perlu merasa bersalah kepada mendiang ibunya atas kasus selera sang adik yang melenceng. Ia juga tidak perlu membenci Rezan atas
"Ayo dong, mana suara tepuk tangannya? Kok sepi sekali, ini bukan pemakaman, kan?" ujar wanita itu lagi.Kali ini tepuk tangan menggema di setiap penjuru ruangan. Para wartawan bahkan sampai gagal fokus karena tindakansavageRatu barusan."Teman-teman wartawan, kalian jangan bingung, ya. Tadi itu kalian semua kena prank dari kakek Dermawan. Dia sengaja mengumumkan suamiku mau bertunangan dengan Caralyn untuk memberi kejutan pada kalian semua dan juga masyarakat di luar sana. Seperti yang sudah kalian lihat, Caralyn ini adalah gadis baik yang bisa menerima pasangan apa adanya. Usia tak menghalangi cinta mereka, Caralyn sudah mantap untuk melangkah ke jenjang yang lebih serius bersama kakek Dermawan. Mari kita doakan semoga cinta mereka abadi selamanya, amin.""Aminnn," koor seluruh tamu yang datang sembari bertepuk tangan meriah."Woahh ... RATU ANAYASA, LO YANG TERBAIK!" teriak Surya di tempatnya sambil tepuk tangan keras-keras.
Seperti dugaan Rezan, kejanggalan sikap Dermawan pada akhirnya membawa prahara baru yang seharusnya tak pernah muncul dalam kehidupan rumah tangga pria itu. Caralyn, apa maksudnya semua ini? Kenapa pula tiba-tiba saja perempuan itu muncul di depannya. Lantas dikenalkan sebagai calon istri kedua Rezandra Mahadewa di depan seluruh tamu undangan yang hadir ke pesta ulang tahun Derma Group.Ratu bahkan sampai tak mengedip mendengar pengumuman itu. Rezan menatap nyalang kakeknya dengan rahang mengeras. Tidak pernah mereka duga, acara keluarga yang semula diprediksi akan berjalan dengan baik dan lancar justru berlangsung dengan penuh kejutan begini."Oh-My-God!Itu aki-aki t
Masih di hari yang sama pasca Rezan dan Ratu sukses bermesraan di kamar tanpa gangguan Reyandra, siangnya kediaman keluarga Dermawan kedatangan tamu yang cukup mengejutkan seisi rumah. Terutama Rezan dan Ratu, mereka tidak pernah menyangka momen mencengangkan ini akan menimpa mereka. Tak sedikit pun terbersit di kepala keduanya bahwa Dermawan kenal baik dengan kakek Caralyn. Ya, dokter cantik yang mendambakan suami Ratu itu ternyata cucu dari kenalan Dermawan. Seorang pengusaha perusahaan minyak bumi yang cukup terkenal di Timur Tengah sana.Kakek Caralyn sedang melakukan perjalanan bisnis ke Indonesia, dia mendapat kabar bahwa kawan lamanya sedang tidak sehat makanya dia datang untuk menjenguk. Rezan tidak tahu kalau kakeknya sudah mengatur janji dengan kakek Caralyn sejak pria tua itu masih di rumah sakit. Pikiran buruk Rezan terhadap sang kakek kembali menggeliat. Meskipun berdasarkan keterangan Caralyn dia datang ke sana tanpa disengaja namun tetap saja terasa janggal bag
Ratu baru merasakan indahnya penerimaan setelah penolakan panjang yang Dermawan lakukan. Pasca hari itu, segala sesuatunya membaik tanpa ia sangka. Sikap Dermawan pada Ratu sangat baik, bahkan mereka sangat akrab belakangan ini. Ya, tidak terasa hampir satu bulan sudah Rezan dan keluarga kecilnya berada di Jakarta. Cuti yang semula dijadwalkan hanya dua pekan, terpaksa diperpanjang atas permintaan Ratu. Kebetulan Rezan belum pernah menggunakan jatah cutinya sama sekali sehingga ia bisa mengambil cuti panjang kali ini.Kondisi kakek Dermawan pun berangsur membaik, operasinya berjalan lancar dan dia sudah kembali ke rumah sejak pekan lalu setelah hampir sebulan penuh menjalani perawatan intensif di rumah sakit. Selain menghabiskan waktu dengan keluarga suaminya, tak lupa Ratu pun meluangkan waktu untuk bertemu dengan Nayla, Geva, Genaya, dan Surya tentu saja. kurang lengkap rasanya kalau Ratu tidak bertemu dengan kawan gilanya, yang sekarang sudah agak sedikit waras. Masi
Ratu keluar dari ruang perawatan Dermawan dengan mata mengerjap beberapa kali. Perempuan itu tampak seperti orang bingung, Rezan yang sejak tadi harap-harap cemas lantas menghampiri sang istri. Dia menduga kakeknya kembali bicara yang tidak-tidak hingga membuat Ratu seperti itu."Kamu tidak apa-apa?" tanya Rezan cemas, dia sudah bertekad untuk kembali memboyong keluarganya ke New York. Negara ini memang sudah tidak cocok untuk keluarganya."Mas, aku mimpi enggak, sih?" tanya Ratu masih setengah sadar.Sontak kebingungan berpindah pada Rezan."Kakek berbicara hal yang buruk lagi padamu?"Ratu menggeleng sambil berujar, "Dia menerimaku, Mas."Ratu masih tidak percaya pada ucapannya sendiri. Rezan terkejut namun masih ingin menunggu kelanjutan cerita sang istri.Beberapa waktu lalu ..."Permisi Kek, ini aku,"
Rasanya seperti terkurung dalam ruangan yang menyatukan dua musuh bebuyutan. Keheningan yang tercipta terasa kian mencekam ketika hanya bunyi alat medis saja yang terdengar di sana. Sejak lima menit lalu Rezan diberi kesempatan untuk menghadap kakeknya lebih dulu. Tentu saja itu ide Sesilia, dalang di balik semua rencana konyol ini.Dermawan memperhatikan cucunya dari ranjang sambil berbaring. Rezan semakin tampan, tetap gagah dan berwibawa seperti biasanya. Tidak salah memang, darah Dermawan mengalir deras dalam diri Rezandra Mahadewa. Dia berhak menjadi pimpinan Derma Group, sayangnya pria itu tidak menyimpan ketertarikan pada dunia bisnis.Jauh di lubuk hati pria tua itu, dia sangat merindukan Rezan, ingin kembali akrab dan bercengkerama dengan hangat bersama sang cucu seperti dulu. Namun Rezan terlihat masih sangat marah padanya. Dia bahkan tak mengucapkan sepatah kata pun sejak memasuki ruang rawat kakeknya.“Sampai kapan kamu akan mendiamkan kakek se
Perdebatan panjang sudah dilalui, menghasilkan satu keputusan yang tak pernah Rezan sangka akan ia ambil. Pria itu dan keluarga kecilnya sudah tiba di Indonesia. Disambut hangat oleh Sesilia, Nayla, dan keluarga yang lain. Setelah mendapat penyambutan yang cukup spesial di bandara, Sesilia tidak langsung mengajak Rezan dan Ratu ke rumah sakit. Berdasarkan penjelasan wanita itu, kakek Dermawan sudah berhasil melewati masa kritisnya. Jadi mereka bisa menjenguk kakek Dermawan nanti. Kediaman megah Dermawan, tempat itulah yang dituju oleh Rezan sekarang. Di sana dia disambut dengan senyuman dan pelukan hangat Restu—sang ayah. Orang tua itu tak henti menciumi pipi Reyandra, cucu yang selama ini hanya bisa dia lihat via panggilan video, akhirnya kini sudah bisa dipeluk langsung. “Kakek jangan cium-cium telus, Leyan geli tahuuu,” protes anak itu cemberut, tak ayal semua orang tertawa karenanya. “Kakek rindu kamu, Sayang, wajar dong kalau kakek cium pipi kamu kayak t
“Mas, tolong dengarkan aku dulu, kita harus pulang malam ini juga,” bujuk Ratu, berusaha meyakinkan suaminya tentang semua rencana yang sudah dia atur.“Kamu tidak bisa seperti ini, Ratu, aku tidak mau pulang ke Indonesia. Bagaimana dengan pekerjaanku di sini?” keras Rezan.Sebenarnya dia tidak begitu memikirkan pekerjaan, yang menjadi pertimbangan utama pria itu adalah perasaan sang istri saat menghadap keluarganya nanti atau lebih tepatnya ketika menghadap Dermawan. Lagi pula Rezan tidak yakin kalau Dermawan benar-benar kritis. Bisa saja berita sakitnya Dermawan adalah skenario yang disusun Sesilia dan kakeknya agar Rezan luluh dan mau pulang. Ingat, Dermawan adalah orang berkuasa yang bisa melakukan apa pun yang dia mau. Berkaca pada pengalaman itu, wajar kalau Rezan meragukan kondisi kakeknya saat ini.“Aku sudah menghubungi atasanmu perkara masalah cuti ini, hanya sebentar Mas. Lagi pula kepala medik juga mengizinkan kamu untuk
Keesokan harinya, Sesilia memasuki ruangan pribadi kakek Dermawan. Pria tua itu memang menjalani perawatan di rumah saja dengan cara memanggil dokter ahli ke rumahnya setiap tiga kali seminggu. Kondisi kesehatan Dermawan memang menurun drastis seperti yang dikabarkan Sesilia kemarin pada adiknya. Dia sangat ingin bertemu dengan cucu dan cicit terkasihnya yang kini tinggal jauh dari jangkauannya. Namun, masih sulit bagi pria tua itu untuk menerima Ratu. Baginya, perempuan itulah yang telah menghancurkan keharmonisan hubungannya dengan Rezan.“Bagaimana Sesilia, apa sudah ada jawaban dari adikmu?”“Dia masih belum menyerah, Kek, entahlah aku harus membujuknya sampai kapan agar dia mau pulang dan menjenguk Kakek.”“Mungkin Kakek harus mati dulu baru dia akan berkunjung ke sini. Kakek sudah tidak punya apa-apa, memangnya salah kalau Kakek ingin bertemu dengan cucu dan cicit kesayangan Kakek?”Sesilia mengela napas berat, ia