Mata Nayla terbuka saat sinar mentari menyapa wajahnya. Gadis itu menggeliat, mengedarkan pandangan ke sekitar dan langsung mendapati ruangan asing yang tak ia kenali. Sedetik kemudian gadis itu akhirnya sadar di mana dia berada sekarang. Ya, Nayla mengingat semua kejadian yang terjadi padanya tadi malam. Gadis itu telah menyerahkan mahkota berharganya untuk dinikmati pria asing yang bahkan sampai detik ini belum Nayla ketahui namanya.
Tes!
Air mata Nayla menetes sebagai tanda penyesalan teramat dalam atas tindakannya semalam. Tapi nasi sudah menjadi bubur, Nayla tidak bisa menghapus apa yang sudah terjadi pada dirinya. Mau tidak mau Nayla harus menerima bahwa kini dirinya sudah tidak suci lagi.
"Sudah bangun," kata sebuah suara yang semalaman memuji serta mengeluark
Percobaan pertama gagal tapi tidak lantas membuat Ratu patah arang. Hari ini, dia akan kembali berjuang menarik perhatian Rezan. Walau kemungkinan berhasilnya hanya 10% tapi dia tetap semangat 45 demi uang lima miliar. Ketika gadis itu lelah dan ingin menyerah maka bayang-bayang segunung uang yang bisa menenggelamkannya berkelebat di kepala gadis itu. Ah, dia jadi tidak sabar untuk merealisasikan angannya itu. "Makan yang banyak, Tu, hari ini lo bakal perang lagi." Ratu menyendok dua centong nasi putih, ditambah ayam serundeng, tumis kangkung, dan sambal super pedas ulekannya. Menu makan siang yang luar biasa nikmat. Saat sedang asyik menikmati makan siangnya, Nayla keluar dari kamar dengan langkah tertatih, Ratu mengernyitkan dahi lalu menatap lekat adiknya itu yang kelihatan pucat. "Kamu sakit, Nay?" tanya Ratu setelah sang adik duduk di kursi yang berseberangan dengannya. "Ah, enggak Kak." "Wajah kamu pucat gitu, kita ke dokter, ya?"
“Sesil, apa maumu sebenarnya? Sudah berapa kali aku bilang, aku tidak mau ikut campur urusan keluargamu lagi!” tegas Rezan yang sudah lelah dengan desakan Sesilia untuk mengikuti semua keinginan wanita itu. “Keluargaku juga keluargamu, bodoh! Tolong Rezan, aku sedang tidak minat bertengkar denganmu hari ini. Pokoknya kamu harus datang ke acara ulang tahun kakek nanti, kakek yang memintanya langsung, loh. Sudah tiga bulan kamu tidak mengunjunginya. Dia selalu menanyakanmu, dia juga bilang kamu jarang menerima panggilannya, dasar cucu durhaka! Ibu pasti sedang menangis di atas melihat tingkah kurang ajarmu ini.” Rezan mendesah berat, dia baru pulang kerja, rasa lelah masih bergelayut pada tiap sendi tubuhnya dan keletihan itu semakin bertambah begitu mendapati kakak menyebalkannya ada di tempat yang seharusnya bisa menjadi pelepas semua keletihan itu. Haruskah Rezandra pindah apartemen lagi? Mentang-mentang suami Sesilia sedang di luar negeri, wanita satu ini teramat b
Beberapa saat sebelumnya ... Pesta ulang tahun kakek Rezan berlangsung meriah dan formal. Tamu yang hadir berasal dari kalangan pebisnis dan kerabat sang empunya hajat. Ratu mengenal kakek tua itu, beberapa kali ia sempat melihat potret sang kakek bertengger sebagai pebisnis tersohor yang diakui eksistensinya. Kalau tidak salah, orang tua itu juga masuk ke dalam jajaran 10 pengusaha terkaya di Indonesia. Entah urutan ke berapa, Ratu lupa. “Pantas saja mbak Sesil enggak ragu ngeluarin duit 500 juta buat gue, cucu sultan ternyata,” komentar Ratu sambil menyapu sekitar dengan pandangannya, mencari orang yang menyuruhnya datang ke tempat itu. Ratu tiba di sana sejak 15 menit lalu. Sesuai perintah, gadis itu datang dengan jemputan mewah yang diberikan Sesili
“Geo, malam ini kamu mau tidak menginap di rumah kakek?” tanya Restu pada cucunya, anak itu mendongak pada ibunya seperti meminta izin namun Sesil menggelengkan kepala tanda tidak boleh. “Maaf, Yah, Geo sudah janji mau pulang ke rumah orang tua mas Dirga,” balas Sesil dingin. Restu tampak kecewa namun ia berusaha untuk memakluminya. “Ya, sudah tidak apa-apa, lain kali saja.” Sesil tidak menjawab, ia mengalihkan pandangan ke arah pintu masuk dan bibir yang semula datar itu langsung mengembang begitu mendapati kehadiran adiknya di depan sana. “Akhirnya dia datang,” kata Sesil mengalihkan perhatian yang lain. Dermawan tersenyum lebar, ia menyambut Rezan dengan suka cita. Tangannya pria itu lentangkan—mengharapkan sebuah pelukan dari cucu kesayangannya. Pasangan cucu dan kakek itu pun akhirnya berpelukan, tidak lama namun cukup dalam. “Kamu semakin tinggi saja, Zan.” “Kakek semakin tua,” balas Rezan, pada dasarnya pria ini memang u
“Argh, sakit! Ih ... Rezan ... lepasin tanganku, ini menyakitkan tahu, aww!” Tubuh Ratu dihempas keras ke depan oleh Rezan. Saat ini mereka sedang berada di salah satu ruangan kosong di hotel—tempat pesta Dermawan diadakan. “Argh, kasar banget sih jadi cowok!” omel Ratu sambil mengelus pergelangan tangannya yang merah karena cengkeraman Rezan. “Dibayar berapa kamu sama Sesil?” todong Rezan menginterogasi dengan tatapan dingin dan menusuk. “Aku enggak ngerti maksud ucapan kamu.” “Enggak usah pura-pura bego, berapa Sesil bayar kamu, hah?” Ratu mendesah kesal, ia membenarkan rambutnya, menunduk sebenta
“Baik, aku akan menikah dengannya.” *** Mata Ratu mengerjap beberapa kali begitu ia mendapati respons aneh dari keluarga Rezan atas kehadirannya di rumah sultan itu. Ratu tidak tahu tepatnya atas nama siapa rumah ini berdiri, entah Dermawan, Rezan, Sesilia atau siapa pun, entah yang mana. Satu hal yang pasti rumah itu sangat mewah melebihi kediaman indahnya dulu. Ratu yang mengira riwayatnya akan tamat hari ini pun tampaknya sudah bisa bernapas sedikit lega. Dia gagal memulangkan namanya saja karena faktanya sekarang dia masih bisa menghirup udara. Masih bisa menikmati makanan lezat seharga gajinya selama satu bulan di kelab malam. Gadis itu kira, saat ia tiba di sana maka keluarga Rezan akan menghakiminya. Bagaimana pun mereka keluarga terpandang, video tidak pantas yang tersebar di internet pasti akan merusak dan menjadi aib bagi keluarga besar mereka. Tangan Ratu berkeringat, saking basahnya seakan dia bisa terpeleset jika berjalan di atas
“Lantas kenapa kakek mengajukan ide gila semacam itu, kenapa aku harus menikahi perempuan yang bahkan aku sendiri tidak kenal.” “Tidak ada salahnya menikahi gadis itu, Zan. Walau sedikit liar tapi sepertinya dia gadis baik dan lucu, kakek senang melihatnya. Lagi pula kakek rasa ide itu cukup bagus untuk meredakan pemberitaan di luar sana. Jika mereka tahu kamu akan menikah dengan Ratu, berita negatif tentangmu selama ini bisa hilang. Bukankah itu menguntungkan buat kamu?” Tidak, Rezan tidak mengerti dan tak habis pikir dengan jalan pikiran kakeknya. Saat ini, dalam dada pria itu tersimpan gejolak amarah yang membakar setiap sudut hatinya. Skandal menghebohkan yang saat ini viral sedikit banyak mengusik pikiran Rezan yang semula ingin mengabaikan berita itu. Semakin ia abai maka semakin ramai media menggoreng berita tersebu
Nayla merasa suasana kelasnya hari ini teras sedikit lebih ramai dan bergemuruh dibanding biasanya. Ia menaikkan satu alis sambil mengedarkan pandangan ke sekitar. Brenda dan Nicole belum tiba di sana, ia masih duduk sendiri di kursinya sambil memeriksa ulang jadwal dan menyiapkan tugas makalah yang akan dikumpulkan hari ini. Hari ini Nayla kebagian presentasi kelompok dengan Nicole dan Brenda, gadis itu harap kedua temannya sudah menguasai materi dan bisa memaparkan apa yang telah mereka kerjakan selama satu minggu ini dengan baik. Sebagai ketua kelompok, Nayla bisa dikategorikan baik karena tidak egois dan bersedia menerima pendapat juga saran dan masukan yang diberikan anggotanya. Nayla nyaman dengan kelompok mata kuliah kali ini, selain karena Nicole dan Brenda adalah kawan dekatnya, Nayla juga senang karena dua sahabatnya itu sangat kooperatif selama pengerjaan makalah berlangsung. Dari sekian banyak tugas yang diberikan dosen, tugas yang selalu membuat Nayla waswas dan
"Ayo dong, mana suara tepuk tangannya? Kok sepi sekali, ini bukan pemakaman, kan?" ujar wanita itu lagi.Kali ini tepuk tangan menggema di setiap penjuru ruangan. Para wartawan bahkan sampai gagal fokus karena tindakansavageRatu barusan."Teman-teman wartawan, kalian jangan bingung, ya. Tadi itu kalian semua kena prank dari kakek Dermawan. Dia sengaja mengumumkan suamiku mau bertunangan dengan Caralyn untuk memberi kejutan pada kalian semua dan juga masyarakat di luar sana. Seperti yang sudah kalian lihat, Caralyn ini adalah gadis baik yang bisa menerima pasangan apa adanya. Usia tak menghalangi cinta mereka, Caralyn sudah mantap untuk melangkah ke jenjang yang lebih serius bersama kakek Dermawan. Mari kita doakan semoga cinta mereka abadi selamanya, amin.""Aminnn," koor seluruh tamu yang datang sembari bertepuk tangan meriah."Woahh ... RATU ANAYASA, LO YANG TERBAIK!" teriak Surya di tempatnya sambil tepuk tangan keras-keras.
Seperti dugaan Rezan, kejanggalan sikap Dermawan pada akhirnya membawa prahara baru yang seharusnya tak pernah muncul dalam kehidupan rumah tangga pria itu. Caralyn, apa maksudnya semua ini? Kenapa pula tiba-tiba saja perempuan itu muncul di depannya. Lantas dikenalkan sebagai calon istri kedua Rezandra Mahadewa di depan seluruh tamu undangan yang hadir ke pesta ulang tahun Derma Group.Ratu bahkan sampai tak mengedip mendengar pengumuman itu. Rezan menatap nyalang kakeknya dengan rahang mengeras. Tidak pernah mereka duga, acara keluarga yang semula diprediksi akan berjalan dengan baik dan lancar justru berlangsung dengan penuh kejutan begini."Oh-My-God!Itu aki-aki t
Masih di hari yang sama pasca Rezan dan Ratu sukses bermesraan di kamar tanpa gangguan Reyandra, siangnya kediaman keluarga Dermawan kedatangan tamu yang cukup mengejutkan seisi rumah. Terutama Rezan dan Ratu, mereka tidak pernah menyangka momen mencengangkan ini akan menimpa mereka. Tak sedikit pun terbersit di kepala keduanya bahwa Dermawan kenal baik dengan kakek Caralyn. Ya, dokter cantik yang mendambakan suami Ratu itu ternyata cucu dari kenalan Dermawan. Seorang pengusaha perusahaan minyak bumi yang cukup terkenal di Timur Tengah sana.Kakek Caralyn sedang melakukan perjalanan bisnis ke Indonesia, dia mendapat kabar bahwa kawan lamanya sedang tidak sehat makanya dia datang untuk menjenguk. Rezan tidak tahu kalau kakeknya sudah mengatur janji dengan kakek Caralyn sejak pria tua itu masih di rumah sakit. Pikiran buruk Rezan terhadap sang kakek kembali menggeliat. Meskipun berdasarkan keterangan Caralyn dia datang ke sana tanpa disengaja namun tetap saja terasa janggal bag
Ratu baru merasakan indahnya penerimaan setelah penolakan panjang yang Dermawan lakukan. Pasca hari itu, segala sesuatunya membaik tanpa ia sangka. Sikap Dermawan pada Ratu sangat baik, bahkan mereka sangat akrab belakangan ini. Ya, tidak terasa hampir satu bulan sudah Rezan dan keluarga kecilnya berada di Jakarta. Cuti yang semula dijadwalkan hanya dua pekan, terpaksa diperpanjang atas permintaan Ratu. Kebetulan Rezan belum pernah menggunakan jatah cutinya sama sekali sehingga ia bisa mengambil cuti panjang kali ini.Kondisi kakek Dermawan pun berangsur membaik, operasinya berjalan lancar dan dia sudah kembali ke rumah sejak pekan lalu setelah hampir sebulan penuh menjalani perawatan intensif di rumah sakit. Selain menghabiskan waktu dengan keluarga suaminya, tak lupa Ratu pun meluangkan waktu untuk bertemu dengan Nayla, Geva, Genaya, dan Surya tentu saja. kurang lengkap rasanya kalau Ratu tidak bertemu dengan kawan gilanya, yang sekarang sudah agak sedikit waras. Masi
Ratu keluar dari ruang perawatan Dermawan dengan mata mengerjap beberapa kali. Perempuan itu tampak seperti orang bingung, Rezan yang sejak tadi harap-harap cemas lantas menghampiri sang istri. Dia menduga kakeknya kembali bicara yang tidak-tidak hingga membuat Ratu seperti itu."Kamu tidak apa-apa?" tanya Rezan cemas, dia sudah bertekad untuk kembali memboyong keluarganya ke New York. Negara ini memang sudah tidak cocok untuk keluarganya."Mas, aku mimpi enggak, sih?" tanya Ratu masih setengah sadar.Sontak kebingungan berpindah pada Rezan."Kakek berbicara hal yang buruk lagi padamu?"Ratu menggeleng sambil berujar, "Dia menerimaku, Mas."Ratu masih tidak percaya pada ucapannya sendiri. Rezan terkejut namun masih ingin menunggu kelanjutan cerita sang istri.Beberapa waktu lalu ..."Permisi Kek, ini aku,"
Rasanya seperti terkurung dalam ruangan yang menyatukan dua musuh bebuyutan. Keheningan yang tercipta terasa kian mencekam ketika hanya bunyi alat medis saja yang terdengar di sana. Sejak lima menit lalu Rezan diberi kesempatan untuk menghadap kakeknya lebih dulu. Tentu saja itu ide Sesilia, dalang di balik semua rencana konyol ini.Dermawan memperhatikan cucunya dari ranjang sambil berbaring. Rezan semakin tampan, tetap gagah dan berwibawa seperti biasanya. Tidak salah memang, darah Dermawan mengalir deras dalam diri Rezandra Mahadewa. Dia berhak menjadi pimpinan Derma Group, sayangnya pria itu tidak menyimpan ketertarikan pada dunia bisnis.Jauh di lubuk hati pria tua itu, dia sangat merindukan Rezan, ingin kembali akrab dan bercengkerama dengan hangat bersama sang cucu seperti dulu. Namun Rezan terlihat masih sangat marah padanya. Dia bahkan tak mengucapkan sepatah kata pun sejak memasuki ruang rawat kakeknya.“Sampai kapan kamu akan mendiamkan kakek se
Perdebatan panjang sudah dilalui, menghasilkan satu keputusan yang tak pernah Rezan sangka akan ia ambil. Pria itu dan keluarga kecilnya sudah tiba di Indonesia. Disambut hangat oleh Sesilia, Nayla, dan keluarga yang lain. Setelah mendapat penyambutan yang cukup spesial di bandara, Sesilia tidak langsung mengajak Rezan dan Ratu ke rumah sakit. Berdasarkan penjelasan wanita itu, kakek Dermawan sudah berhasil melewati masa kritisnya. Jadi mereka bisa menjenguk kakek Dermawan nanti. Kediaman megah Dermawan, tempat itulah yang dituju oleh Rezan sekarang. Di sana dia disambut dengan senyuman dan pelukan hangat Restu—sang ayah. Orang tua itu tak henti menciumi pipi Reyandra, cucu yang selama ini hanya bisa dia lihat via panggilan video, akhirnya kini sudah bisa dipeluk langsung. “Kakek jangan cium-cium telus, Leyan geli tahuuu,” protes anak itu cemberut, tak ayal semua orang tertawa karenanya. “Kakek rindu kamu, Sayang, wajar dong kalau kakek cium pipi kamu kayak t
“Mas, tolong dengarkan aku dulu, kita harus pulang malam ini juga,” bujuk Ratu, berusaha meyakinkan suaminya tentang semua rencana yang sudah dia atur.“Kamu tidak bisa seperti ini, Ratu, aku tidak mau pulang ke Indonesia. Bagaimana dengan pekerjaanku di sini?” keras Rezan.Sebenarnya dia tidak begitu memikirkan pekerjaan, yang menjadi pertimbangan utama pria itu adalah perasaan sang istri saat menghadap keluarganya nanti atau lebih tepatnya ketika menghadap Dermawan. Lagi pula Rezan tidak yakin kalau Dermawan benar-benar kritis. Bisa saja berita sakitnya Dermawan adalah skenario yang disusun Sesilia dan kakeknya agar Rezan luluh dan mau pulang. Ingat, Dermawan adalah orang berkuasa yang bisa melakukan apa pun yang dia mau. Berkaca pada pengalaman itu, wajar kalau Rezan meragukan kondisi kakeknya saat ini.“Aku sudah menghubungi atasanmu perkara masalah cuti ini, hanya sebentar Mas. Lagi pula kepala medik juga mengizinkan kamu untuk
Keesokan harinya, Sesilia memasuki ruangan pribadi kakek Dermawan. Pria tua itu memang menjalani perawatan di rumah saja dengan cara memanggil dokter ahli ke rumahnya setiap tiga kali seminggu. Kondisi kesehatan Dermawan memang menurun drastis seperti yang dikabarkan Sesilia kemarin pada adiknya. Dia sangat ingin bertemu dengan cucu dan cicit terkasihnya yang kini tinggal jauh dari jangkauannya. Namun, masih sulit bagi pria tua itu untuk menerima Ratu. Baginya, perempuan itulah yang telah menghancurkan keharmonisan hubungannya dengan Rezan.“Bagaimana Sesilia, apa sudah ada jawaban dari adikmu?”“Dia masih belum menyerah, Kek, entahlah aku harus membujuknya sampai kapan agar dia mau pulang dan menjenguk Kakek.”“Mungkin Kakek harus mati dulu baru dia akan berkunjung ke sini. Kakek sudah tidak punya apa-apa, memangnya salah kalau Kakek ingin bertemu dengan cucu dan cicit kesayangan Kakek?”Sesilia mengela napas berat, ia