Hendy langsung menjawab, “Kak, ini barang bagus. Kakak harus memanfaatkan kesempatan ini!”Adam terlihat hening sejenak sambil berpikir keras. Dia terlihat sedikit tertarik karena tidak menyangka akan ada kejadian seperti ini. Dia menggosok kedua tangannya sambil berkata, “Eum … memangnya aku ada kesayangan apa?”Sebenarnya dia hanya sedang memikirkan pilihan apa yang harus dia ambil. Adam memang memiliki satu kesayangan tetapi dia tidak ingin membiarkan kesayangannya ini turun tangan untuk menyelesaikan masalah ini.“Kak, bukannya Kakak ada seekor elang? Kakak bisa membiarkan elang itu turun tangan,” ujar Hendy.Mendengar ucapan tersebut, ekspresi Adam langsung berubah keruh. Dia berkata pada Hendy, “Jangan pakai cara ini, dia itu kesayanganku, aku nggak akan membiarkan dia turun tangan!”“Kak, demi burung ini sebaiknya Kakak memikirkannya lagi,” kata Hendy mencoba membujuk.Adam mendengus sinis dan berkata, “Baiklah, kali ini aku akan membantumu. Tapi nggak peduli berhasil atau nggak
Toby tidak menyangka ternyata elang laut tersebut sedang menyerang dirinya. Dia yakin elang ini pasti mendapat instruksi dari seseorang. Jika tidak, dia juga tidak mungkin langsung menjadikan Toby sebagai target sasarannya.Weston dibuat tercengang di tempat, dia terkejut hingga tidak sanggup mengeluarkan suara sedikit pun. Hingga pada akhirnya dia hanya bisa berkata, “Pak Toby, hati-hati! Elang ini adalah peliharaan dari Adam, dia sangat buas!”Toby tidak tahu siapa Adam yang disebut oleh Weston, tetapi yang pasti dia yakin kalau elang ini adalah milik keluarga Kingdom.Dia tidak menyangka ternyata keluarga Kingdom akan menjadikannya target sasaran dalam waktu yang begitu singkat. Toby tidak merasa gusar dan panik karena dia harus menaklukkan elang ini terlebih dahulu.Elang laut tersebut kembali menyerang Toby, tetapi lelaki itu berhasil menghindarinya. Sofa yang ada di samping Toby robek karena cakaran tajam elang tersebut. Dengan refleks Toby mengambil gelas dan melemparkan gelas t
Awalnya Weston masih tampak sedikit ragu. Akan tetapi ketika pintu telah dibuka, dia terkejut melihat orang yang berdiri di depan pintu adalah Adam. Toby ini benar-benar hebat, dia bahkan bisa menebak masalah seperti ini dengan begitu rinci. Adam berdiri di depan pintu dan menatap Weston dengan dingin sambil berkata, “Bagaimana dengan elang aku?” Weston tidak menjawab apa pun dan hanya memberikan jalan untuk Adam berjalan masuk. Dia melirik Toby sekilas dan beralih pada elang yang sedang tidak sadarkan diri. Saat dia menemukan elang itu, wajahnya mendadak menggelap. Dia mengira elang miliknya sudah mati sehingga telapak tangannya terkepal erat dan matanya mengeluarkan bara api. “Sebenarnya apa yang terjadi?! Kenapa kalian membunuh elang peliharaanku?!” tanya Adam dengan suara dingin. “Elang peliharaan kamu menyerangku, jadi masuk akal kalau aku membunuh dia. Ini sebagai bentuk perlindungan diriku,” jawab Toby dengan tidak kalah dingin. Untuk sesaat Adam tidak bersuara dan tidak be
Toby hanya menggelengkan kepalanya saja karena merasa Adam tidak akan kapok kalau belum tahu akibatnya. Kenapa harus sampai di saat seperti ini dia baru ingat untuk memohon ampun? “Sudah, kamu jangan basa-basi denganku. Memangnya aku nggak tahu dengan apa yang kamu pikirkan? Aku beri tahu, aku nggak akan membiarkanmu hidup enak!” ujar Toby. Emosi Adam nyaris meledak di detik itu juga. Pemuda di depannya ini benar-benar tidak menghargainya dan tidak menganggapnya sama sekali. Akan tetapi, dirinya sudah jatuh di tangan Toby sehingga dia hanya bisa bersikap mengalah. “Kamu mau apa? Aku akan menyetujui semua permintaanmu.” “Mulai saat ini, kamu jangan ikut campur urusan ini! Kalau nggak, aku akan membuat elang-mu pingsan lagi dan tidak sadarkan diri selamanya!” ujar Toby penuh nada ancaman. Dia tidak takut dengan lawannya karena dia hanya ingin membiarkan lelaki itu memikirkannya baik-baik. Adam mempertimbangkan bahwa elang kesayangannya yang paling hebat saja tidak berhasil, memangny
Albern menghentikan kegiatannya memukul samsaknya. Saat dia memutar tubuhnya, sesuatu yang terdapat di dalam samsak itu jatuh ke lantai. Ternyata yang ada di dalam sana adalah kepingan besi!Saat Hendy melihat besi yang berjatuhan ke lantai itu, tubuhnya tanpa sadar bergetar sesaat. Benar-benar menakutkan sekali! Dia tidak pernah menyangka kakaknya yang ketiga ini begitu hebat.Kalau bukan dia lihat dengan mata kepalanya sendiri, dia bahkan tidak sanggup memercayainya. Hendy menelan air liurnya tanpa sadar dan tidak berani bertemu langsung dengan pandangan kakaknya itu karena takut orang di depannya ini akan menelannya hidup-hidup.Dengan nada sinis Albern berkata, “Ada apa kamu mencariku?”“Kak, sebenarnya aku mencari Kakak juga bukan karena ada masalah besar. Hanya ada satu hal yang ingin aku sampaikan. Katanya sekarang keluarga Kingdom sedang mencari calon penerus dan menurutku Kakak yang paling cocok,” ujar Hendy dengan jujur.Dia memutuskan untuk tidak langsung ke inti permasalaha
Pemikiran Albern terlalu polos sehingga dia tidak merasakan kecurigaan bahwa dirinya tengah dipermainkan. Justru sebaliknya, dia merasa Hendy mendukungnya dengan tulus dan sepenuh hati.“Sebenarnya apa yang kamu alami? Bilang saja sama Kakak, biar Kakak bantu kamu selesaikan,” ujar Albern lagi sambil menatap Hendy. Dia sangat menghargai adiknya ini karena dia mendukung dirinya.Albern juga tahu kalau salah satu hal penting dalam hal ini. Kalau dia membantu Hendy, kemungkinan adiknya akan merasa berterima kasih dengan dirinya dan hal itu membuat Albern merasa antusias.Ketika Hendy mendengarkan kalimat tersebut, rasa bahagia menyerang dirinya dalam hati. Dia tahu lelaki di depannya ini sudah tersentuh. Hendy bersorak dalam hati dengan puas.Hendy mulai melancarkan aksinya dan menceritakan seluruh kejadian yang terjadi. Ekspresi Albern berubah dingin setelah mendengar cerita tersebut. Dia tidak menyangka akan ada kejadian seperti ini. Hal ini membuat emosinya menggelegak hingga ke ubun-u
Weston berkata dengan terkejut, “Pak Toby, apakah Bapak sedang bercanda? Aku justru berharap mereka datang lebih lama lagi.”Toby tidak ada niat untuk berbasa-basi dengan lelaki itu, dengan cepat dia berkata, “Aku tahu apa yang kamu pikirkan. Tetapi untuk saat ini, lebih baik kamu jangan mencoba membohongiku, nggak akan mempan.”Weston mendadak terdiam dan tidak tahu harus berkata apa.“Kak Albern, orang itu lumayan hebat. Bahkan elang milik Kak Adam saja kalah,” ujar Hendy lagi.“Cih! Kamu lagi membandingkan aku dengan orang itu?!” tanya Albern dengan wajah menggelap. Sikap Hendy bukannya sedang memperingatinya, melainkan sedang memancing emosinya.Albern paling tidak suka dengan Adam dan juga Hendy, terutama elang milik Adam. Dia nyaris tidak pernah menganggap peliharaan lelaki itu, Sedangkan sekarang Hendy justru sedang membandingkan dirinya dengan elang itu. Bukankah adiknya ini sedang sengaja melakukannya?!Mendadak Hendy menyadari dirinya baru saja salah berbicara. Dengan cepat d
Kalau terjadi pada orang lain, kemungkinan mereka sudah kabur karena ketakutan. Hendy mengepalkan tangannya dan mengeluarkan suara-suara nyaring. Dia tahu jika tidak memberikan Toby pelajaran, kemungkinan lelaki itu tidak akan tahu diri.Bagi Toby, pukulan Albern yang tidak bisa dihindari oleh semua orang itu justru terlihat sangat lambat di matanya. Saat Albern sadar pukulannya tidak terkena sasaran, ekspresinya terlihat penuh emosi.Dia melayangkan pukulan lagi ke arah Toby karena ingin mendapatkan kembali harga dirinya. Akan tetapi Toby hanya tertawa tanpa berbicara apa pun. Dia hanya menatap Albern seperti orang bodoh yang terlihat konyol.Pukulan-pukulan Albern tidak ada yang tepat dan membuat raut wajah lelaki itu semakin keruh. Dia malu hingga rasanya ingin menyembunyikan diri di dalam perut bumi. Hendy yang melihat kejadian tersebut mendadak diserang perasaan tidak enak. Sepertinya kakaknya ini juga bukan lawan setimpal untuk Toby.Pemikiran yang baru beberapa detik melintas d