"TIDAK!!!! KUMOHON JANGAN SAKITI KAKEKKU!!!"
Navier terus meracau dan berteriak. Di rumah sakit, dia terus menangis dan tenang ketika dokter menyuntiknya dengan obat penenang.
Usai kediaman mereka diserang, Navier kembali mengalami trauma.
Kurangnya persiapan pengawalan membuat mereka terlambat mengghadang, dan berakhir dengan kekalahan.
"Kau ini sudah lumpuh, menyusahkan pula!" ucap Cassandra dengan ketus.
Wanita itu berniat mengunjungi Navier di ruang rawatnya. Dan, hattinya meradang ketika melihat Navier yang histeris.
"Untung saja putraku sedang ke lluar negeri!" sambungnya. Dia menghampiri Navier yang masih menangis dan sesekali berteriak.
"Kau iini selalu menyusahkan!"
Navier bukannya tak paham dengan apa yang dikatakan ibu mertuanya. Namun, bayang-bayang malam kelam itu selalu menghantuinya, mengakibatkan dia selalu histeris.
"Menantu kita sedang membutkan dukungan, bukan makian seperti itu, cassy," tegur Louis.
Jadi, apa yang kau dapatkan?" Edgar menyilangkan kakinya, menatap angkuh pada orang yang datang dengan menundukkan kepala. Sudah beberapa waktu mood-nya memburuk. Dan itu, akibat dari keadaan Navier yang belum juga membaik. Fisiknya mungkin baik-baik saja, tetapi tidak dengan mental. Navier seperti orang gila, itu yang dikatakan ibunya. Ditambang keadaan yang enggan menerima makanan, membuat kondisinya memburuk. "Saya kesulitan melacak siapa otak dari penyerangan malam itu, Tua. Tapi yang pasti, salah satu musuh Tuan James-lah akar masalahnya." "Tidak ada yang lain?" "Tidak ada pergerakan yang mencurigakan." "Aneh." Edgar kemudian menopang dagu dengan tangannya. Berpikir, kalau ada lagi hal ganjil. Mempunyai musuh itu adalah hal wajar untuk seorang seperti James. Namun, siapa dia, itu yang menjadi masalah. Kebanyakan musuh akan menunjukkan diri secara terang-terangan. Berbeda dengan hal ini. "Selain musu
"Aku takut, Edd." Navier menggenggam erat tangan Edgar.Setelah permintaa Luois, Navier menangis keras. Dia yang belum siap harus dihadapkan kenyataan jika pernikahan mereka harus berhasil.Sejujurnya Navier masih takut.Ikatan mereka boleh saja kuat, tetapi untuk menerima Edgar secara penuh, dia sama sekali belum memiliki persiapan apa pun."Mereka tak akan melukaimu, Sayang. Mereka hanya akan memeriksamu. Lagi pula, bukan hanya kau yang akan diperiksa, tapi aku juga. Kita akan baik-baik saja.""Tapi bagaimana jika hasilnya tidak sesuai harapan kita? Apa kau akan meninggalkanku seperti yang lainnya?" Navier menatap wajah Edgar.Menunggu dokter bersiap itu terasa menyakitkan untuk Navier.Sebelum memiliki anak, mereka diharuskan menjalani tes terlebih dahulu. Apakah mereka dalam kondisi yang baik untuk melakukan pembuahan."Apa pun hasilnya, kita akan menerimanya," jawab Edgar mantap.Dia sama sekali tidak meragukan Navi
"Silakan, hasilnya sudah keluar dan kalian bisa melihatnya di mana saja. Dan sebelumnya, aku ingin mengatakan untukmu, Nav. Selamat atas pernikahanmu. Aku adalah teman lama Elle, ibumu. Dan kau, bisa memanggilku Uncle, Paman, atau ... Dad, mungkin," ucap Eris sambil tersenyum dan menyerahkan map berisi hasil pemeriksaan mereka."Terima kasih, Paman. Begitu sajakah aku memanggil? Boleh?" Navier bertanya.Dia merasa sungkan jika harus memanggil Dad. Karena jujur aja, baru kali ini Navier bertemu dengannya.Diminta memanggil dengan panggilan akrab itu tentu tidak nyaman, apalagi oleh orang yang baru ditemui."Tak apa. Aku bisa melihat diri Elle di dalam dirimu, Nav. Jangan sungkan padaku, karena kau sudah kuanggap sebagai anakku sendiri," pinta Eris."Kita pulang!"Edgar yang merasakan ketidaknyamanan dari istrinya, segera mengambil langkah untuk membawa Navier pergi. Dan Navier, hanya bisa menurut saja."Ingat, jangan sungan padaku, ya,
"Untuk sementara, kita akan pergi ke kediaman kakek, ya," pinta Edgar. Dia menggenggam lembut tangan Navier. Selesai dari kediaman utama keluarga Xavier, Edgar langsung mengambil uang tunai yang bisa dia dapatkan. Benar saja, ayahnya langsung memblokir setelah itu. Beruntung, mereka kini memiliki uang tunai yang cukup untuk hidup beberapa waktu ke depan Keluarga Wyatt mungkin sudah bangkrut, tetapi kediaman utama masih tersisa. "Kakekku, bagaimana dengan beliau?" tanya Navier. "Akan ada kakekku yang mengurusnya. Mereka teman lama, jadi tak mungkin mengkhianati satu sama lain. Setelah Dad memberi syarat itu, Kakek langsung mengambil alih pengobatan Kakek James. Jadi, kau tenang saja. Hanya saja, kakek tidak bisa melindungi kita. Dad akan bertindak brutal jika itu menyangkut Mom. Keinginan itu pasti dari Mom. Aku yakin itu," tutur Edgar. Dirinya tahu jika sang ayah pasti tidak akan tega berbuat demikian padanya. Itulah kenapa
Sudah satu tahun Edgar membawa Navier menghilang. Perusahaan Wyatt sudah tidak terendus lagi keberadaannya.Baik Cassandra maupun Lissa, tidak ada yg berhasil menemukannya. Dan Luois pun tak mengeluarkan suara apa pun untuk itu.Dari ketiga orang itu, mereka mencurigai Jonathan. Pria tua itu hanya diam dan menjalani hidup seperti biasa.Padahal, Edgar adalah cucu tersayangnya."Ayah, aku ingin langsung saja. Ayah tidak menyembunyikan Edgar, kan?" tanya Luois.Dia dan sang istri langsung mendatangi Jonathan di kantornya. Seperti biasa, pria itu hanya berkutat dengan berkas-berkas yang menumpuk."Katakan padaku bukti apa yang kau punya untuk menuduhku!? Kau tahu dengan pasti jika aku hanya duduk diam dan perusahaan kita!"Luois terdiam.Ayahnya memang hanya sibuk mengurus perusahaan mereka, tetapi siapa yang tahu bagaimana sepak terjangnya di luar sana?"Tidak bisa menjawab, kan?" tambah Jonathan.
"James, kapan kau akan sadar," tanya Jonathan. Dia memegang tangan James yang terkulai lemas. Sudah satu tahun sejak kejadian itu, keadaan James belum membaik sama sekali. "Cucu kita belum menampakkan diri lagi. Aku lelah ... aku ingin istirahat," keluh Jonathan. Hanya pada James dia mengeluhkan semuanya. Tentang sang anak yang lebih condong ke cucunya, dan musuh yang mulai menampakan diri secara terang-terangan. "Tuan, pabrik kita di daerah timur terbakar. Tak hanya itu, jejak mereka terlihat nyata. Sepertinya mereka tidak menghilangkan barang bukti sama sekali. Hanya media massa yang mereka bungkam." Salah satu orang kepercayaannya melapor. Untungnya, pabrik yang terbakar adalah yang tidak terlalu fatal. Dan lokasinya, berada di pinggiran hutan, jauh dari pemukiman. Sepertinya mereka memang ingin menunjukkan diri lebih nyata lagi. "Mereka kali ini meninggalkan pesan, Tuan," tambahnya lagi, "mereka ingin bertemu
"Kau tidak apa-apa?" tanya Edgar.dia mendorong pelan kursi roda yang dipakai Navier. Kini, mereka tengah berjalan-jalan ke kebun belakang.Kebun yang berisi tanaman buah anggur nan lebat."Aku selalu baik. Kau saja yang selalu khawatir."Navier membuang muka ke samping. Dia terlalu malu karena Edgar memperlakukannya dengan lembut.Padahal, dia tahu jika bersama anak buahnya, Edgar tidak pernah seperti itu."Aku mengkhawatirkanmu dan anak kita," bisik Edgar.Pipi Navier memerah. "Aku baik-baik saja. Kau tidak perlu berlebihan.""Tidak jika untuk kalian berdua."Setelah memilih pergi karena tidak mau dinikahkan dengan Lissa, Edgar membawa Navier pergi ke tempat yang jauh.Tempat yang sudah dia rencanakan sejak jauh-jauh hari.Di mana dia bisa bersembunyi dari semuanya.Tak hanya itu, mereka juga memalsukan identitas, hingga tidak ada satu pun yang bisa melacak keberadaannya.
"Maaf, sekilas memang berkas ini terlihat asli, tetapi kami tidak bisa memprosesnya karena palsu!" Tubuh Fernand merasa lemas karenanya. Berkas yang dia bawa ternyata palsu, padahal tadi dia pikir berkas itu adalah asli. Sebab, dia sudah menelitinya secara sempurna. "Apa yang kau teliti jika berkas ini palsu! Ini asli, dan aku bisa menjamin hal itu!" Fernand masih tetap kukuh dengan pendiriannya. Berkas yang dia bawa harus asli! Harus, karena dia sudah melihatnya berkali-kali dan memastikannya dengan sempurna. "Kami memiliki indikasi sendiri untuk melihat keaslian dan keabsahan berkas yang kami keluarkan, Tuan. Dan berkas yang Anda miliki adalah palsu, benar adanya. Kami mengatakan hal ini bukan tanpa bukti, karena dari setiap berkas, kami hanya memiliki satu ciri khusus yang tidak bisa ditiru atau dipalsukan," tutur manager bank itu. Wajah Fernand merah padam. Dia sudah membuat Jonathan sekarat dan meninggalkannya begitu saja. Mungkin, Jonathan sudah meninggal di gudang tempat di