"Apakah ada aroma shampo?" tanya Niko sambil duduk di kursi meja makan untuk sarapan pagi bersama dengan yang lainya.Niko duduk bersebelahan dengan Chandra, dia menggoda seorang duda yang sempat membahas perihal shampo saat kejadian malam tadi.Kata itulah yang dikatakan oleh Chandra padanya.Dan Niko yang lebih dulu memanas-manasi Chandra.Sedangkan yang dimaksud oleh Niko memilih untuk diam, Chandra diam sambil menikmati sarapan pagi dengan sepotong roti di temani secangkir teh hangat.Chandra memilih untuk tidak perduli dengan ucapan Niko yang selalu saja aneh itu."Ayo semuanya sarapan," Bunga pun meletakkan nasi goreng buatannya pada meja.Dia tersenyum puas melihat makanan buatan yang sudah tersaji di atas meja makan."Mama, masak nasi goreng?" tanya Nia yang baru saja ikut bergabung."Pagi ini ada, Ranti yang membantu, Mama. Jadi, rasanya pasti lebih nikmat juga," Bunga pun tersenyum pada Ranti yang berdiri tak jauh darinya.Sedangkan Ranti juga membalas senyuman tersebut, han
Ranti semakin merasa tidak nyaman saja, bahkan untuk sekedar bersantai sendiri tanpa ada Niko pun begitu menyulitkan sekali.Sebelumnya dia juga terpaksa harus ikut menginap di rumah keluarga Nia, dan saat ini dia lagi-lagi harus ikut dengan Niko.Padahal Ranti ingin bersantai di rumah saja, karena dia juga sangat lelah jika terus diajak bergadang oleh Niko karena menuntaskan malam-malam hangat.Melelahkan sekali tentunya."Dok, aku tinggal di rumah saja. Aku butuh waktu untuk beristirahat, aku juga ingin bersantai," protes Ranti."Panggil, Akang!" kata Niko sambil tersenyum pada Ranti.Dia bahkan tak perduli dengan keluh kesah istrinya tersebut.Sedangkan Ranti yang merasa tak dihiraukan pun memilih untuk melihat ke arah luar.Dia pun memutuskan untuk menutup mata saja, karena perjalanan menuju tempat tujuan mereka masih butuh waktu tempuh sekitar dua jam lagi.Niko pun kembali berfokus pada jalanan, sebenarnya yang pergi bukan hanya dirinya saja.Tetapi juga yang lainya.Ini adalah
"Kau mengatakan aku korslet?" tanya Niko yang tiba-tiba muncul di belakang Dion.Dion pun menoleh ke arah Niko."Kok ada di sini?" tanya Nia yang kebingungan.Sedangkan Dion hanya santai saja, dia tak perduli sejak kapan pun Niko berada di sana.Karena pria itu memang lebih cocok di abaikan menurut Dion."Tidak usah banyak bicara, kau memang sangat kurang ajar!" Niko pun melempar Dion dengan tanah.Dion yang kesal pun mengambil tanah juga dan melempar pada Niko sebagai balasan.Hanya saja lemparan Dion jauh lebih banyak dari pada Niko sebelumnya.Niko tertawa terbahak-bahak karena melihat Dion yang kesal akan dirinya, meskipun kini tubuhnya sudah terkenal tanah akibat ulah Dion."Kau mau lagi?" Dion pun kembali melempar tanah ke arah wajah Niko.Dia membalas dengan sangat brutal, bahkan sampai membuat Niko terlungkup di tanah.Hingga wajah pria itu pun kini sudah tertutup oleh lumpur dan Dion pun tersenyum puas melihatnya."Ahahahhaha," Dion tertawa melihat wajah Niko saat ini.Kapan
"Aduh," Niko pun meringis merasakan sakit pada bagian wajahnya.Membuat Ranti pun berusaha untuk tidak membuat Niko lebih kesakitan lagi saat dia sedang mengompres lebam pada wajah Niko.Sebenarnya itu bukanlah satu masalah, lagi pula itu terjadi karena dia dengan sengaja menyerahkan diri.Tanpa perlawanan yang berarti.Demi mendapatkan perhatian dari Ranti.Sepertinya yang dia lakukan benar sang menguntungkan, lihat saja bisa diobati oleh Ranti.Niko pun tersenyum penuh kemenangan."Kalian seperti anak-anak saja," kata Ranti mengingat kejadian barusan.Meskipun awalnya Ranti juga sedikit takut, sebab belum pernah melihat hal seperti ini sebelumnya.Tapi Niko memilih untuk tersenyum sambil terus melihat wajah Ranti.Dia merasa perasaannya menjadi tengang saat ini.Wanita yang kini menjadi istrinya itu memang sangat baik, jangankan saat kini mereka sudah memiliki hubungan yang baik.Sebelumnya saja Ranti tetap perduli padanya saat sedang sakit, padahal waktu itu hubungannya dengan Niko
"Kamu apaan sih? Malu tau kalau kelihatan begini di hadapan yang lain!"Ranti tengah mengolesi bagian tengkuknya dengan foundation untuk menutupi benda berwarna merah keunguan yang cukup banyak di sana.Siapa lagi penyebabnya jika bukan Niko.Dia sudah menduga jika ini akan terjadi, justru itu dia menolak.Tapi kenyataannya walaupun menolak tetapi tidak juga Niko mengerti.Bahkan dia tetap bisa masuk ke kamar mandi dengan caranya sendiri dan Ranti pun akhirnya hanya bisa pasrah saja."Sekarang kamu bilang begitu, tadi kamu juga membiarkan," jawab Niko.Niko duduk santai sambil memainkan ponselnya dan melihat apakah ada pesan yang masuk.Dia juga tak terpancing emosi sama sekali saat Ranti terus saja mengomel dari tadi padanya tanya hentinya."Terpaksa!" kesal Ranti sambil terus melihat wajahnya pada pantulan cermin, memastikan apakah semuanya sudah tertutup."Terpaksa?" Niko tersenyum menggoda Ranti."Iya, memang!" jawab Ranti dengan ketus.Niko pun tertawa kecil mendengar jawaban Ran
"Ini dia pengantin barunya, ayo kita makan," Bunga pun tersenyum saat melihat Ranti dan Niko yang kini sudah bergabung dengan yang lainya."Lama sekali, hanya menunggu orang seperti mu saja aku harus kelaparan dulu!" kesal Dion.Ranti merasa tak enak hati.Tapi tidak dengan Niko yang hal seperti ini sudah biasa bagi mereka."Sudah-sudah, sebaiknya duduk dan kita makan malam," Bunga pun tersenyum pada Ranti sambil menunjuk kursi."Maaf, ya, Tante," kata Ranti merasa tak enak hati."Itu tidak masalah, lagi pula kalau mereka bicara begitu tidak usah dimasukkan ke dalam hati. Itu hanya omongan mereka saja," jelas Bunga."Iya, mereka memang begitu. Ayo kita makan," Nia juga ikut menimpali, karena memang begitu adanya jika para pria itu sudah berkumpul."Hay," Ranti pun tersenyum menyapa baby Dirga yang duduk di pangkuanku Nia.Wajah bocah itu tampak sangat lucu dan juga mengemaskan."Hay, juga, Tante," Nia pun tersenyum sambil berbicara seakan anaknya yang menyapa Ranti."Bolehkah aku meng
Ada rasa yang tak dapat hanya diungkapkan dengan kata-kata saja, karena sejatinya perasaan yang sudah tumbuh mekar di dada tanpa bisa untuk di cegah.Aku yang kini bahagia karena cinta yang nyata dan tak sanggup untuk melepaskan lagiAku yang telah hancur berantakan dalam kelukakaan hati yang teramat sangat dalam.Namun, saat aku benar-benar tidak bisa untuk bangkit tapi cinta pun hadir.Dia datang diwaktu yang tepat untuk menyembuhkan luka yang begitu dalam.Luka sayatan penuh dengan kesakitan yang tidak ada tandingannya.Namun, lagi-lagi cinta mu begitu dahsyat. Dalam hitungan waktu aku kini mampu untuk berdiri tegak dan meraih manis madu cinta.Seakan tak ingin layu di genggaman aku pun tidak akan memberikan siapapun masuk ke dalam kehidupan indah ini.Cukup hanya aku dan dia saja yang tinggal di dalam istana cinta kami berdua.Tanpa yang lain.Tidak ada celah untuk orang asing bisa masuk ke dalamnya, karena cintaku padanya tak akan pernah bisa goyah bagaimana pun keadaannya.Aku y
"Om Niko, kenapa ada malam?"Niko terus saja dibuat pusing dengan pertanyaan Dila yang yak ada habisnya.Bahkan belum juga satu pertanyaan terjawab sudah lagi ada pertanyaan lainya."Terus bukan kok cuman bersinar di malam hari? Mataharinya kemana? Kok bisa hilang?"Dila terus melihat Niko, karena satupun pertanyaannya belum mendapat jawaban sama sekali.Apakah Dila pusing karena belum mendapatkan jawaban?Tentu.Tapi Niko lebih pusing."Om Niko, jawab dong. Kok cuman diam?" kesal Dila."Jawab," kata Ranti pada Niko.Ranti masih memangku baby Dirga tapi Zaki juga duduk di sampingnya."Karena mereka sedang berantem, coba kalau akur. Sudah pasti selalu bertemu," jawab Niko.Tapi Ranti yang menahan tawa saat mendengar penjelasan Niko barusan.Mungkin suaminya itu bingung bagaimana cara tepatnya untuk menjawab dengan baik dan tak lagi membuat bocah itu bertanya dan lebih membuatnya semakin pusing."O, jadi kalau mereka pernah damai?" tanya Dila lagi.Glek!Niko pun sampai meneguk saliva m
Satu Pesan dari Ibu[Kau tidak pulang? Jika tidak, Adinda akan menggantikan posisimu sebagai Presiden Direktur!] Membaca itu, Dimas segera mencengkram ponsel di tangannya.Sesaat kemudian ponsel itupun melayang dan berakhir hancur di lantai.Jika sebelumnya Laras mengancam akan menyumbangkan semua kekayaanya pada panti asuhan, maka kini Laras malah lebih gila lagi! Ibunya itu sampai mengatakan Adinda yang akan menggantikan posisinya.Ini gila!Dimas tidak habis pikir kenapa bisa Laras melakukan ini padanya.Dan jika Adinda yang menggantikan posisinya, itu akan jauh lebih membuatnya terhina di hadapan wanita jalang itu.Jelas tidak bisa dibiarkan!"Pak Presdir, Ibu Laras ingin berbicara," kata Gilang sambil memberikan ponsel di tangannya pada Dimas.Tentunya karena ponsel Dimas tak lagi bisa terhubung sebab sudah hancur berantakan di lantai."Katakan padanya saya akan pulang!" Dimas tak menerima ponsel yang diarahkan padanya.Dia menyambar jasnya dan langsung pergi.Jika bukan karen
Setiap kisah dan waktu yang sudah terlewati tak akan bisa diulang kembali.Namun, semua kisah itu seakan lekat dalam ingatan tanpa bisa untuk terlupakan oleh ingatan.Aku Nia putri, menjalin kisah dengan takdir yang kujalani.Harapan ku hanya satu, bisa mendapatkan suatu harapan untuk bisa membuat ibu ku terus bersama ku setelah aku kehilangan ayah ku.Namun, siapa sangka bonus dari semua perjuangkan ku justru hal yang tak terduga.Justru kebahagiaan itu menghampiri ku.Dion seorang pria duda dengan satu anak dan usianya jauh lebih tua dari ku.Kami menjalin hubungan yang rumit karena sebuah alasan yang kuat namun penuh dengan air mata.Tujuan saling menguntungkan malah berakhir dengan saling mendapatkan kenyamanan.Tapi aku katakan aku bahagia.Awal kisah yang ku alami malah membawaku padanya.Meskipun banyak yang tidak aku inginkan dalam kisah ini.Tapi tetap saja aku tidak bisa bisa menolak takdir ku yang rumit itu.Terlepas dari itu semua aku adalah wanita penuh dengan kesalahan y
Di tempat lainnya ada juga yang sedang berbahagia.Raya kembali melahirkan seorang anak laki-laki Dan kini anak itu diberi nama 'Raza' perpaduan antara nama Raya dan Reza.Itu adalah saran nama dari Dion.Reza dan Raya pun setuju saja."Itu nama dari, Opa Dion," kata Reza sambil tersenyum pada bayinya."Benar, dan ini adalah, Oma," Raya pun menunjuk Nia.Nia pun tersenyum karena merasa lucu, tapi bagaimana pun juga itu memang benar dan tidak masalah juga menjadi Oma diusia yang masih muda ini."Aduh, cucu Oma," Nia pun menggendong bayi lucu itu.Dia melihat wajah anak itu yang sangat mirip dengan Reza.Bahkan sedikit mirip dengan Zaki."Nia, berikan pada, Opanya," Dion pun menunjuk ke arah Chandra.Chandra pun tersenyum karena kini sudah memiliki seorang cucu."Bagaimana kalau berikan pada, Oma Kiara," celetuk Nia.Kiara yang dari tadi hanya diam pun seketika terkejut mendengar ucapan Nia."Ibu Nia, saya masih ting-ting. Saya masih mahasiswa, saya masih kecil, saya dipanggil, Kak Kia
Beberapa bulan kemudian...Niko dan Ranti menyambut bahagia saat kelahiran putra mereka yang diberi nama 'Fatih Niko Adiguna'Sesuai dengan keinginan Niko, mereka hanya memiliki satu orang anak saja.Niko tidak ingin serakah, dia sudah merasa cukup dengan kehadiran seorang anak laki-laki untuk menjadi pewarisnya.Terlebih lagi tidak ingin melihat Ranti harus berada dalam sebuah keadaan yang menegangkan.Dia tak mau mengambil resiko.Meskipun keadaan rahim Ranti masih memungkinkan untuk mengandung lagi.Dia sangat mencintai istrinya dalam keadaan apapun.Menurutnya memiliki anak adalah sebuah hadiah.Tapi memiliki Ranti adalah anugerah.Jadi, dia sudah sangat bahagia dengan satu putra saja.Selebihnya dia menganggap anak Barra juga anaknya.Apa lagi Barra memiliki 3 orang anak, membuat Niko merasa anaknya sudah memiliki Kakak walaupun hanya sepupu saja."Wajahnya lebih mirip, Mama," kata Ranti.Dia pun melihat wajah Mama mertuanya dan lagi-lagi melihat wajah putranya.Putra kecil yang
"Dokter Niko, lihat ini," Adam menunjuk layar monitor.Saat itu Niko pun melihat ke arah yang ditunjuk oleh Dokter Adam.Tapi Niko yang sedang tidak baik-baik saja tidak mengerti."Ada apa?" tanya Niko.Bodoh?Ya, Niko akan sangat bodoh jika sudah menyangkut tentang Ranti.Begitu juga dengan saat ini.Bahkan dia sendiri tidak dapat berpikir jernih, padahal Dokter Adam sudah menunjukkan dengan jelas.Namun, Niko masih bertanya.Dia butuh jawaban, sekaligus penjelasan yang pasti.Jangan memintanya untuk menyimpulkan sendiri, dia tidak bisa.Otaknya sedang sulit untuk bisa berpikir jernih."Tidak ada masalah dengan rahim istri anda, janinnya juga sudah berada di dalam rahim," terang Dokter Adam.Niko pun terkejut mendengarnya dia pun segera mendekat dan melihat dengan jelas."Ini keajaiban, Dokter Niko. Lihat ini," Dokter Adam pun kembali memperlihatkan bagian lainya, rasanya pemeriksaan sebelumnya dan saat ini jauh lebih baik."Apakah ini mungkin?" tanya Niko yang belum percaya."Iya, i
"Aku pun akan mati, jika kamu mati," tambah Niko lagi.Ranti terdiam mendengar ucapan suaminya itu."Tapi aku akan tetap mempertahankan anak ku," kata Ranti dengan penuh keyakinan.Siapa pun ibu tak akan tega membunuh anaknya, begitu juga dengan Ranti."Vina, panggil, Dokter Winda!" pinta Niko.Untuk kaki ini dia tak bisa lagi untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut.Dia tidak memiliki keberanian untuk mengetahui keadaan Ranti saat ini.Dia butuh bantuan dokter lain untuk bisa membantunya, sedangkan Dokter Winda adalah dokter senior yang sudah banyak menangani pasien dan Niko sudah tak tahu dengan kehebatannya.Meskipun perasannya begitu was-was akan keadaan Ranti saat ini.Tapi jelas terlihat bahwa Ranti akan dengan kerasnya pendiriannya yang tak akan menggugurkan kandungannya."Selamat siang, anda memanggil saya, Dok?" Dokter Winda pun telah tiba seperti yang di sampaikan oleh Vina untuk segera menemui Niko.Niko pun mulai tersadar dari pikirannya yang kacau, sambil melihat wajah
"Hamil?" Niko terdiam saat menyaksikan sendiri ada janin di rahim istrinya.Dia pun mengingat kembali saat itu Ranti menggodanya dan hal itu pun terjadi sebelum dia berpikir untuk membuat sel telurnya tidak bekerja.Bahkan saat itu tidak hanya satu kaki, namun berkali-kali.Lantas bagaimana ini?"Kamu ngomong apa tadi?" tanya Ranti yang mendengar ucapan Niko.Niko pun kini melihat Ranti dengan pikirannya yang kacau."Niko, aku hamil?" tanya Ranti memastikan, "berarti testpack yang aku gunakan tadi tidak keliru," tambah Ranti.Ranti terus saja tersenyum bahagia membayangkan sebentar lagi anak menjadi seorang ibu.Dia langsung saja memeluk Niko dengan penuh kebahagiaan.Tak tahu harus bagaimana untuk meluapkannya tapi Ranti benar-benar tidak akan pernah bisa melupakan saat ini."Tuh, kan, nggak perlu adopsi anak. Buktinya sekarang aku hamil, artinya kita akan jadi orang tua," Ranti semakin mempererat pelukannya.Begitu larut dalam kebahagiaan yang tak bisa teralihkan sama sekali.Kemud
Beberapa hari kemudian.....Ranti menatap alat uji kehamilan di tangannya dengan malas.Entah sudah berapa kali dia menggunakannya demi mengetahui apakah ada janin yang tumbuh di rahimnya atau tidak.Mungkin saja ini sudah testpack yang ke 50.Dan hasilnya masih saja garis satu, sungguh membuatnya merasa sedih.Dia pun akhirnya segera menuju ranjang, hari ini dia sangat malas melakukan hal apapun.Sedangkan Niko sedang berada di rumah sakit.Dan seharusnya Ranti selalu mengantar makan siang untuk suaminya itu, sekaligus akan makan bersama-sama.Tapi dia pun malah tertidur pulas dan lupa untuk mengantarkan makanan siang untuk Niko.Hingga ponselnya pun berdering, tidurnya pun terusik dan dengan rasa malas menjawab panggilan itu."Halo," Ranti tak melihat terlebih dahulu nama siapa yang ada di layar ponselnya.Dia langsung saja menjawabnya."Sayang, kamu sudah di mana?" tanya Niko.Ranti pun baru tersadar jika yang menghubungi dirinya adalah Niko.Kemudian dia melihat jam dinding, dia p
Keesokan harinya."Kamu nggak ke kantor?" Ranti melihat Niko tampak santai di atas ranjang sambil memeluk dirinya.Ini tidak biasanya terjadi, karena kebiasaan Niko jika pagi begini pergi bekerja."Aku mau di rumah aja sama kamu," jawab Niko."Kenapa begitu?""Libur untuk satu hari rasanya tidak salah," kata Niko lagi.Ranti pun mengangguk mengerti.Mungkin Niko juga kelelahan dan butuh waktu untuk beristirahat.Mengingat selama ini Niko selalu saja disibukkan dengan pekerjaan yang tidak ada habisnya."Ranti, bagaikan kalau kita mengadopsi anak."Deg!Jantung Ranti rasanya keluar dari dadanya.Dia begitu shock mendengar pertanyaan Niko barusan.Tunggu dulu.Itu pertanyaan atau pernyataan?Ranti tak pernah berpikir jika Niko akan berkata demikian.Apakah Niko sudah sangat ingin memiliki anak sehingga dia mengatakan demikian."Tapi aku juga bisa hamil, kenapa harus mengadopsi anak?" tanya Ranti yang bingung.Niko pun menutup matanya dia pun segera bangkit dari atas ranjangnya berjalan