Share

Bab 349

Penulis: Ipak Munthe
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Asih pun terbangun dari tidurnya, dia melihat tak ada Barra di sampingnya.

Tetapi, telinganya mendengar suara gemericik air dari arah kamar mandi.

Dia pun yakin jika Barra ada di dalam kamar mandi.

Sesaat pintu kamar mandi pun terbuka, dia pun memejamkan matanya karena tidak tahu harus berhadapan dengan Barra di pagi ini seperti apa.

Perlahan Asih pun mengintip dan melihat Barra tengah berpakaian.

Rasanya sangat menegangkan sekali jika harus kembali mengingatnya.

Tapi Asih pun tak menampik jika dia terpesona dengan keindahan tubuh Barra yang tampak begitu berkarisma.

Mengapa dia baru menyadari setelah banyaknya masalah yang berlalu, tapi itu tidak masalah.

Lebih baik terlambat menyadari dari pada tidak pernah sadar sama sekali.

"Asih," Barra pun berjalan ke arah ranjang.

Dan saat itu Asih pun kembali menutup matanya, dia pun kembali berpura-pura tidur agar tidak merasa malu.

"Sepertinya, dia sangat lelap," kata Barra lagi, sebab Asih tak juga bangun dari tidurnya.

Dan alasan Barra mem
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (7)
goodnovel comment avatar
Yen Anton
semakin adik ceritanya
goodnovel comment avatar
Restoe Boemi
nia sudah tertular dion dan dila kayaknya.. senang ngerjain orang
goodnovel comment avatar
Luthfiya Rahmi
lanjut Thor
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Istri Lugu Presdir Dingin   Bab 350

    "Aku mau ke toko, soalnya hari ini karyawan gajian. Kasihan mereka kalau harus di tunda," kata Asih yang langsung bangkit dari duduknya."Kalau kamu nggak kuat aku aja yang ke toko," kata Nia."Aku nggak papa," kata Asih lagi."Mana tahu kamu susah jalan," ujar Nia sambil mengejek Asih."Apaan sih!" Asih pun memilih untuk segera pergi dari sana, karena jika terus berada di sana tentunya dia akan semakin pusing mendengar ejekan Nia.Hingga kini Asih pun turun dari ojek yang mengantar dirinya sampai di toko kue.Dia langsung saja di sambut oleh Nilam, sedangkan masalah tanda merah itu sudah tersamarkan dengan foundation."Mbak Asih, kirain bakalan telat gajian," kata Nilam yang kini duduk di kursi yang saling berhadapan dengan Asih.Asih pun melihat Nilam, "Nggak, aku ingat, kok," kata Asih sambil membuka brangkas."Mana tahu, soalnya udah di tungguin dari pada sama yang lainya. Mereka juga sedih kalau gajian di tunda.""Nggak, aku nggak akan menundanya. Tenang aja, ini buktinya aku di

  • Istri Lugu Presdir Dingin   Bab 351

    Asih pun terkejut melihat Barra yang turun dari mobilnya, Asih yang sedang berdiri di depan toko sambil tersenyum ramah pada pelanggan yang berdatangan pun bingung.Sebab, ini belum waktunya toko tutup. Dan dia pun belum ingin pulang ke rumah.Sebab, Asih pun sadar diri. Dia hanya karyawan, meskipun adalah orang kepercayaan Nia tapi bukan berarti bisa datang dan pergi sesukanya, dia tidak mau memanfaatkan kenaikan Nia terhadap dirinya.Lagi pula dia butuh uang untuk Ibu dan adiknya di kampung halaman."Kamu jemput aku?" tanya Asih.Dijawab dengan anggukan kepala oleh Barra."Tapi, aku baru akan pulang 2 jam lagi," kata Asih lagi."Ya, aku akan menunggumu," Barra pun seketika mendudukkan dirinya pada kursi.Asih pun terdiam sambil melihat Barra yang sudah duduk di kursi.Menurutnya itu terlalu aneh, lagi pula tidak mungkin juga Barra mau menunggu hingga 2 jam lamanya bukan?Aneh saja rasanya, tapi kita lihat saja nanti. Apakah benar Barra mau menunggu selama itu.Dan Asih yakin situ ti

  • Istri Lugu Presdir Dingin   Bab 352

    "Mama, ingin kita menginap di rumahnya. Malam ini," kata Barra.Asih yang masih begitu larut dalam pikirannya tidak mendengar apa yang dikatakan oleh Barra sama sekali.Sepertinya dia masih memikirkan nominal rupiah yang masuk pada akun rekening bank miliknya."Asih!""Hah, iya. Kenapa?" Asih pun tampak terkejut saat mendengar suara Barra yang sedikit meninggi.Dirinya benar-benar bingung dengan Barra, mengapa bisa memanggilnya demikian."Kamu memikirkan sesuatu," tebak Barra, karena terlihat jelas Asih sedang tidak fokus."Iya, aku bingung. Kayaknya ada yang salah transfer uang ke rekening aku. Mana jumlahnya tidak sedikit," jelas Asih."Berapa?""Rp.300. 000. 000.""Itu gaji suami mu, artinya sudah masuk ke rekening mu," jelas Barra."Gaji suami?" Asih yang semakin bingung mendengar penjelasan Barra barusan."Jangan bilang, kamu lupa, sudah punya suami. Ingat juga, kamu sedang hamil!" papar Barra.Asih pun terdiam sejenak sambil terus saja menatap wajah Barra.Hingga dia pun akhirny

  • Istri Lugu Presdir Dingin   Bab 353

    "Dasar aneh!" Asih pun memukul lengan Nilam, menurutnya Nilam sangat menjengkelkan sampai detik ini."Mbak Asih, apaansih. Perasaan sensitif aja, tapi maklumlah, namanya Bumil," celetuk Nilam sambil mengusap lengannya yang dipukul oleh Asih."Nggak jelas banget deh, ngaur!" omel Asih."Nilam, kapan, bisa dapat jodoh sebaik, Mas Barra. Coba aja ada pasti, Nilam bahagia sekali," kata Nilam lagi dengan bibirnya yang terus saja tersenyum."Dasar gila!"Asih pun kini berjalan ke arah Barra, dia mengantarkan beberapa roti yang menurutnya cukup lezat untuk di nikmati oleh Barra bersama dengan kopi hangat buatnya tadi."Terima kasih," kata Barra sambil tersenyum pada Asih."Bayar, ya, pakai duit, Mas. Bukan pakai terima kasih," ujar Asih.Barra pun tersenyum mendengar apa yang dikatakan oleh Asih."Malah senyum, bayar. Ini bukan toko kue milik istri mu, ini toko kue milik, Ibu Nia Putri, sudah baca nama toko kuenya, 'kan?" tanya Asih lagi."Kalau kamu, Mas bisa bikin toko kue punya kamu. Sekal

  • Istri Lugu Presdir Dingin   Bab 354

    "Kalian berdua sudah sampai, Bunda sudah masak makanan banyak sekali."Tias tersenyum bahagia menyambut kedatangan Asih dan juga Barra, apa lagi Barra sudah mengatakan lewat sambungan telepon seluler tentang kehamilan Asih.Tentu saja Tias semakin kegirangan dan tak ingin melewati momen seperti ini."Bunda, apa kabar?" tanya Asih."Kabar baik dan sangat baik, apa lagi sebentar lagi, Bunda akan punya cucu," ujar Tias.Asih pun melirik Barra, karena dia bingung dari mana Tias tahu dengan kehamilannya.Tapi sudahlah, tidak perlu juga di perpanjang. Karena, sudah pasti Barra yang memberitahukan semua itu.Dan sepertinya juga itu bukan satu hal yang besar untuk di permasalahkan. "Ayo, duduk. Kita makan dulu, takutnya kamu masuk angin. Kasihan juga cucu, Bunda."Asih sangat terharu akan sikap Tias yang begitu baik padanya, sungguh membuatnya merasa nyaman."Ayo makan, Ranti juga ikut bantuin, Bunda masak. Nggak di makan ya, kecewa dong," kata Ranti ikut menimpali."Terima kasih," Asih pun

  • Istri Lugu Presdir Dingin   Bab 355

    Sambil rebahan di ranjang, Asih pun mengirimkan pesan pada Nia.Dia memberitahu bahwa saat ini tidak pulang ke rumah, melainkan pulang ke rumah orang tua Barra.[Nia, malam ini aku nginep di rumah, mertua] Asih.Ting!Nia pun melihat ponselnya dan membaca pesan yang dikirimkan oleh Asih padanya.Dia pun tersenyum sambil jari-jarinya bergerak untuk mengetik pesan balasan.[Cie, yang udah punya mertua] Nia.Dion bingung melihat wajah istrinya yang menurunnya menimbulkan tanya.Membuatnya pun segera mengambil alih ponsel yang ada di tangan istrinya tersebut."Mas!" Nia yang kesal pun mencoba untuk kembali merebut ponselnya.Tapi Dion pun menjauhkannya dari Nia agar tak bisa direbut oleh Nia dengan mudahnya, sebelum dia tahu isi pesan yang membuat istrinya senyum-senyum sendiri."Kirim pesan sama siapa kamu? Kenapa senyum-senyum sendiri?" "Sama, Asih. Mas, itu aja kok marah," kata Nia.Nia pun kembali mencoba untuk merebut ponselnya, tapi lagi-lagi Dion pun menjauhkan dirinya."Dengan, A

  • Istri Lugu Presdir Dingin   Bab 356

    "Ya, ampun. Ini perut kok mules banget, udah berapa kali coba aku bolak-balik toilet. Pasti gara-gara makan pedes banget tadi siang," Ranti pun memegang perutnya yang terasa tidak nyaman.Dari tadi dia terus saja keluar masuk kamar mandi untuk buang air."Aduh, ini kok mules lagi," baru saja dia keluar dari kamar mandi, bahkan masih berdiri di depan pintu, tetapi kini sudah kembali masuk lagi dan buang air.Begitulah terus berulang kali, dan membuatnya cukup kelelahan.Tapi kini dia pun mulai merasa lebih baik, dia pun kembali ke ruang keluarga.Dimana sebelumnya Ranti sedang menonton televisi, bahkan televisi dalam keadaan menyala dia tinggalkan, sebab buru-buru ke kamar mandi.Apa lagi jika duduk dengan ditemani teh hangat, pasti bisa membuatnya menjadi sedikit membaik."Pasti, film kesayangan aku udah selesai," kesal Ranti.Tapi saat dia sampai di ruang televisi, mendadak langkah kakinya terhenti.Dia pun gemetaran seperti orang yang sedang shock berat, bahkan untuk berbicara saja

  • Istri Lugu Presdir Dingin   Bab 357

    Asih masih saja berdiri di sana, tidak ada yang dia lakukan selain berdiri dan memegang dadanya yang berdebar tiada henti-hentinya itu."Jangan, tolong tenang," Asih pun bingung harus bagaimana lagi, sedangkan dia juga belum ingin keluar."Asih, buka kuncinya. Aku ingin melihat apakah kamu baik-baik saja, karena kamu sudah terlalu lama di dalam sana," kata Barra.Dia terus saja meminta Asih untuk membuka pintu kamar mandi, tapi entah bagaimana pula Asih tak juga membuka pintunya.Sungguh membuat Barra semakin merasa panik saja."Aku nggak papa," jawab Asih lagi dari dalam sana."Kamu buka pintunya, atau. Mas, dobrak!"Asih pun menegang saat mendengar apa yang dikatakan oleh Barra.Apakah pria itu serius ataupun hanya sekedar mengancam saja?Tapi, Asih masih saja berada pada tempatnya tanpa ingin berpindah sama sekali."Baiklah, aku hitung sampai tiga. Aku tidak main-main!"Sejenak Barra menunggu Asih untuk membuka pintu, tetapi tak juga di buka.Akhirnya Barra pun memutuskan untuk ben

Bab terbaru

  • Istri Lugu Presdir Dingin   TAMAT

    Satu Pesan dari Ibu[Kau tidak pulang? Jika tidak, Adinda akan menggantikan posisimu sebagai Presiden Direktur!] Membaca itu, Dimas segera mencengkram ponsel di tangannya.Sesaat kemudian ponsel itupun melayang dan berakhir hancur di lantai.Jika sebelumnya Laras mengancam akan menyumbangkan semua kekayaanya pada panti asuhan, maka kini Laras malah lebih gila lagi! Ibunya itu sampai mengatakan Adinda yang akan menggantikan posisinya.Ini gila!Dimas tidak habis pikir kenapa bisa Laras melakukan ini padanya.Dan jika Adinda yang menggantikan posisinya, itu akan jauh lebih membuatnya terhina di hadapan wanita jalang itu.Jelas tidak bisa dibiarkan!"Pak Presdir, Ibu Laras ingin berbicara," kata Gilang sambil memberikan ponsel di tangannya pada Dimas.Tentunya karena ponsel Dimas tak lagi bisa terhubung sebab sudah hancur berantakan di lantai."Katakan padanya saya akan pulang!" Dimas tak menerima ponsel yang diarahkan padanya.Dia menyambar jasnya dan langsung pergi.Jika bukan karen

  • Istri Lugu Presdir Dingin   Bab 479

    Setiap kisah dan waktu yang sudah terlewati tak akan bisa diulang kembali.Namun, semua kisah itu seakan lekat dalam ingatan tanpa bisa untuk terlupakan oleh ingatan.Aku Nia putri, menjalin kisah dengan takdir yang kujalani.Harapan ku hanya satu, bisa mendapatkan suatu harapan untuk bisa membuat ibu ku terus bersama ku setelah aku kehilangan ayah ku.Namun, siapa sangka bonus dari semua perjuangkan ku justru hal yang tak terduga.Justru kebahagiaan itu menghampiri ku.Dion seorang pria duda dengan satu anak dan usianya jauh lebih tua dari ku.Kami menjalin hubungan yang rumit karena sebuah alasan yang kuat namun penuh dengan air mata.Tujuan saling menguntungkan malah berakhir dengan saling mendapatkan kenyamanan.Tapi aku katakan aku bahagia.Awal kisah yang ku alami malah membawaku padanya.Meskipun banyak yang tidak aku inginkan dalam kisah ini.Tapi tetap saja aku tidak bisa bisa menolak takdir ku yang rumit itu.Terlepas dari itu semua aku adalah wanita penuh dengan kesalahan y

  • Istri Lugu Presdir Dingin   Bab 478

    Di tempat lainnya ada juga yang sedang berbahagia.Raya kembali melahirkan seorang anak laki-laki Dan kini anak itu diberi nama 'Raza' perpaduan antara nama Raya dan Reza.Itu adalah saran nama dari Dion.Reza dan Raya pun setuju saja."Itu nama dari, Opa Dion," kata Reza sambil tersenyum pada bayinya."Benar, dan ini adalah, Oma," Raya pun menunjuk Nia.Nia pun tersenyum karena merasa lucu, tapi bagaimana pun juga itu memang benar dan tidak masalah juga menjadi Oma diusia yang masih muda ini."Aduh, cucu Oma," Nia pun menggendong bayi lucu itu.Dia melihat wajah anak itu yang sangat mirip dengan Reza.Bahkan sedikit mirip dengan Zaki."Nia, berikan pada, Opanya," Dion pun menunjuk ke arah Chandra.Chandra pun tersenyum karena kini sudah memiliki seorang cucu."Bagaimana kalau berikan pada, Oma Kiara," celetuk Nia.Kiara yang dari tadi hanya diam pun seketika terkejut mendengar ucapan Nia."Ibu Nia, saya masih ting-ting. Saya masih mahasiswa, saya masih kecil, saya dipanggil, Kak Kia

  • Istri Lugu Presdir Dingin   Bab 477

    Beberapa bulan kemudian...Niko dan Ranti menyambut bahagia saat kelahiran putra mereka yang diberi nama 'Fatih Niko Adiguna'Sesuai dengan keinginan Niko, mereka hanya memiliki satu orang anak saja.Niko tidak ingin serakah, dia sudah merasa cukup dengan kehadiran seorang anak laki-laki untuk menjadi pewarisnya.Terlebih lagi tidak ingin melihat Ranti harus berada dalam sebuah keadaan yang menegangkan.Dia tak mau mengambil resiko.Meskipun keadaan rahim Ranti masih memungkinkan untuk mengandung lagi.Dia sangat mencintai istrinya dalam keadaan apapun.Menurutnya memiliki anak adalah sebuah hadiah.Tapi memiliki Ranti adalah anugerah.Jadi, dia sudah sangat bahagia dengan satu putra saja.Selebihnya dia menganggap anak Barra juga anaknya.Apa lagi Barra memiliki 3 orang anak, membuat Niko merasa anaknya sudah memiliki Kakak walaupun hanya sepupu saja."Wajahnya lebih mirip, Mama," kata Ranti.Dia pun melihat wajah Mama mertuanya dan lagi-lagi melihat wajah putranya.Putra kecil yang

  • Istri Lugu Presdir Dingin   Bab 476

    "Dokter Niko, lihat ini," Adam menunjuk layar monitor.Saat itu Niko pun melihat ke arah yang ditunjuk oleh Dokter Adam.Tapi Niko yang sedang tidak baik-baik saja tidak mengerti."Ada apa?" tanya Niko.Bodoh?Ya, Niko akan sangat bodoh jika sudah menyangkut tentang Ranti.Begitu juga dengan saat ini.Bahkan dia sendiri tidak dapat berpikir jernih, padahal Dokter Adam sudah menunjukkan dengan jelas.Namun, Niko masih bertanya.Dia butuh jawaban, sekaligus penjelasan yang pasti.Jangan memintanya untuk menyimpulkan sendiri, dia tidak bisa.Otaknya sedang sulit untuk bisa berpikir jernih."Tidak ada masalah dengan rahim istri anda, janinnya juga sudah berada di dalam rahim," terang Dokter Adam.Niko pun terkejut mendengarnya dia pun segera mendekat dan melihat dengan jelas."Ini keajaiban, Dokter Niko. Lihat ini," Dokter Adam pun kembali memperlihatkan bagian lainya, rasanya pemeriksaan sebelumnya dan saat ini jauh lebih baik."Apakah ini mungkin?" tanya Niko yang belum percaya."Iya, i

  • Istri Lugu Presdir Dingin   Bab 475

    "Aku pun akan mati, jika kamu mati," tambah Niko lagi.Ranti terdiam mendengar ucapan suaminya itu."Tapi aku akan tetap mempertahankan anak ku," kata Ranti dengan penuh keyakinan.Siapa pun ibu tak akan tega membunuh anaknya, begitu juga dengan Ranti."Vina, panggil, Dokter Winda!" pinta Niko.Untuk kaki ini dia tak bisa lagi untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut.Dia tidak memiliki keberanian untuk mengetahui keadaan Ranti saat ini.Dia butuh bantuan dokter lain untuk bisa membantunya, sedangkan Dokter Winda adalah dokter senior yang sudah banyak menangani pasien dan Niko sudah tak tahu dengan kehebatannya.Meskipun perasannya begitu was-was akan keadaan Ranti saat ini.Tapi jelas terlihat bahwa Ranti akan dengan kerasnya pendiriannya yang tak akan menggugurkan kandungannya."Selamat siang, anda memanggil saya, Dok?" Dokter Winda pun telah tiba seperti yang di sampaikan oleh Vina untuk segera menemui Niko.Niko pun mulai tersadar dari pikirannya yang kacau, sambil melihat wajah

  • Istri Lugu Presdir Dingin   Bab 474

    "Hamil?" Niko terdiam saat menyaksikan sendiri ada janin di rahim istrinya.Dia pun mengingat kembali saat itu Ranti menggodanya dan hal itu pun terjadi sebelum dia berpikir untuk membuat sel telurnya tidak bekerja.Bahkan saat itu tidak hanya satu kaki, namun berkali-kali.Lantas bagaimana ini?"Kamu ngomong apa tadi?" tanya Ranti yang mendengar ucapan Niko.Niko pun kini melihat Ranti dengan pikirannya yang kacau."Niko, aku hamil?" tanya Ranti memastikan, "berarti testpack yang aku gunakan tadi tidak keliru," tambah Ranti.Ranti terus saja tersenyum bahagia membayangkan sebentar lagi anak menjadi seorang ibu.Dia langsung saja memeluk Niko dengan penuh kebahagiaan.Tak tahu harus bagaimana untuk meluapkannya tapi Ranti benar-benar tidak akan pernah bisa melupakan saat ini."Tuh, kan, nggak perlu adopsi anak. Buktinya sekarang aku hamil, artinya kita akan jadi orang tua," Ranti semakin mempererat pelukannya.Begitu larut dalam kebahagiaan yang tak bisa teralihkan sama sekali.Kemud

  • Istri Lugu Presdir Dingin   Bab 473

    Beberapa hari kemudian.....Ranti menatap alat uji kehamilan di tangannya dengan malas.Entah sudah berapa kali dia menggunakannya demi mengetahui apakah ada janin yang tumbuh di rahimnya atau tidak.Mungkin saja ini sudah testpack yang ke 50.Dan hasilnya masih saja garis satu, sungguh membuatnya merasa sedih.Dia pun akhirnya segera menuju ranjang, hari ini dia sangat malas melakukan hal apapun.Sedangkan Niko sedang berada di rumah sakit.Dan seharusnya Ranti selalu mengantar makan siang untuk suaminya itu, sekaligus akan makan bersama-sama.Tapi dia pun malah tertidur pulas dan lupa untuk mengantarkan makanan siang untuk Niko.Hingga ponselnya pun berdering, tidurnya pun terusik dan dengan rasa malas menjawab panggilan itu."Halo," Ranti tak melihat terlebih dahulu nama siapa yang ada di layar ponselnya.Dia langsung saja menjawabnya."Sayang, kamu sudah di mana?" tanya Niko.Ranti pun baru tersadar jika yang menghubungi dirinya adalah Niko.Kemudian dia melihat jam dinding, dia p

  • Istri Lugu Presdir Dingin   Bab 472

    Keesokan harinya."Kamu nggak ke kantor?" Ranti melihat Niko tampak santai di atas ranjang sambil memeluk dirinya.Ini tidak biasanya terjadi, karena kebiasaan Niko jika pagi begini pergi bekerja."Aku mau di rumah aja sama kamu," jawab Niko."Kenapa begitu?""Libur untuk satu hari rasanya tidak salah," kata Niko lagi.Ranti pun mengangguk mengerti.Mungkin Niko juga kelelahan dan butuh waktu untuk beristirahat.Mengingat selama ini Niko selalu saja disibukkan dengan pekerjaan yang tidak ada habisnya."Ranti, bagaikan kalau kita mengadopsi anak."Deg!Jantung Ranti rasanya keluar dari dadanya.Dia begitu shock mendengar pertanyaan Niko barusan.Tunggu dulu.Itu pertanyaan atau pernyataan?Ranti tak pernah berpikir jika Niko akan berkata demikian.Apakah Niko sudah sangat ingin memiliki anak sehingga dia mengatakan demikian."Tapi aku juga bisa hamil, kenapa harus mengadopsi anak?" tanya Ranti yang bingung.Niko pun menutup matanya dia pun segera bangkit dari atas ranjangnya berjalan

DMCA.com Protection Status