Share

Bab 141

Penulis: Ipak Munthe
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Kamu mau makan sesuatu dulu?"

Nia tidak perduli dengan pertanyaan Dion, saat ini dirinya hanya memikirkan cara untuk bisa bangkit dan sukses dengan caranya sendiri.

Mungkin saja bisa membuat kue seperti apa yang dikatakan oleh Ibunya.

Nia ingin memiliki penghasilan sendiri dari pekerjaannya sendiri sehingga bisa membesarkan anak-anaknya tanpa mengikuti aturan orang lain.

"Nia," lagi-lagi Dion pun memangilnya, tapi sampai saat ini pun Nia memilih untuk tidak perduli.

Bahkan keduanya duduk tidak bersebelahan, Nia duduk di jok belakang. Semetara Dion yang mengemudi mobil.

Sesekali Dion melihat Nia dari pantulan kaca spion.

Sungguh sulit untuk mengajak wanita itu untuk berbicara saja, karena Nia tampak tidak peduli sama sekali.

"Nia, Mas masih suami mu!" Kata Dion yang mencoba untuk mengingatkan akan status keduanya.

"Sedang proses cerai, lagi pula aku tidak mau lagi bekerja untuk mu!" Jawab Nia.

Dion pun menepikan mobilnya, menatap Nia dari kaca spion mobil dengan tajam.

Nia pun memilih
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (5)
goodnovel comment avatar
Mimi Pakpahan
Nia maunya bicara baik2 lanjut
goodnovel comment avatar
Aerylindaeli
semangat kak thor
goodnovel comment avatar
Marianah
bagus nia biarkan dion merasakan bhmn rasanya dibuang begutu sj
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Istri Lugu Presdir Dingin   Bab 142

    "Nia!" Seru Dion baru menyadari bahwa Nia sudah pergi menumpangi ojek.Sayangnya Nia memilih untuk tidak perduli, karena saat ini dirinya hanya butuh ketenangan saja.Hingga akhirnya Nia pun meminta untuk berhenti, padahal belum juga sampai di rumah.Nia pun memilih untuk berada di luar sejenak, meluapkan air mata yang sebenarnya ingin mengalir keluar.Karena tidak ingin ibunya mendegar tangisannya jika menangis di rumah.Akhirnya kini Nia pun duduk di tepi danau buatan, di pinggang kota, kemudian menumpahkan segala kekesalan yang ada dengan air mata yang tertahan sejak tadi.Menangis dengan sebanyak-banyaknya untuk membuat perasaannya menjadi lebih baik.Punggungnya pun tampak bergetar hebat menahan rasa sesak di dada.Mengingat apa yang dikatakan oleh Dion barusan yang hanya memikirkan anaknya, lantas bagaimana dengan anak yang ada di rahimnya.Mengapa seakan tidak sama, bukankan Nia begitu tulus menyayangi Dila.Mengapa tidak dengan Dion, apakah Dion sudah lupa saat menidurinya.Ni

  • Istri Lugu Presdir Dingin   Bab 143

    Hari ini Nia merasa kesal karena pengadilan agama tidak bisa mengabulkan permohonan cerai. Sebab, dirinya yang sedang mengandung.Bahkan dirinya yang hanya dengan tangan kosong tidak mungkin bisa melawan Dion yang memiliki seorang pengacara hebat.Akhirnya Nia hanya bisa pulang dengan membawa kekesalannya.Tidak bisa bercerai dalam keadaan hamil, sementara Nia tidak ingin terikat pernikahan lagi dengan Dion.Nia ingin bahagia, rasanya sangat tidak nyaman dengan rumah tangga yang diawali karena keterpaksaan itu.Namun, lagi-lagi Nia terlalu lemah untuk itu. Sebab, Dion jelas menolak untuk bercerai, bahkan semua alasan yang diberikan oleh Nia tidak dapat membuat mereka bercerai dengan mudah, seperti apa yang diinginkan oleh Nia sendiri.Hingga akhirnya saat Nia duduk di halte menunggu bus. Namun, malah mobil Dion yang berhenti di hadapannya.Benar saja, sesaat kemudian Dion pun turun dan langsung menghampiri dirinya."Nia, ayo pulang," Dion pun langsung menarik tangannya, tanpa menunggu

  • Istri Lugu Presdir Dingin   Bab 144

    "Kamu kenapa?"Farah melihat wajah Nia yang begitu masam, hingga anaknya itu duduk di kursi meja makan.Kemudian terlihat meneguk mineral.Begitu juga dengan Farah yang duduk di kursi meja makan."Kenapa ya Bu, di mana-mana orang miskin selalu ditindas mulu?""Kenapa bicara begitu?""Mau cerai aja susahnya minta ampun, Nia cuma mau cerai tapi sulit banget. Bahkan Nia nggak bisa cerai!"Nia pun segera bangkit dari duduknya, kemudian berjalan menuju kamar Farah untuk melihat Zaki di sana.Tidur Zaki tampak begitu lelap, membuatnya pun segera kembali keluar dari kamar tersebut. Sebab, tak ingin membuat tidur Zaki terganggu."Bu, Nia ke pasar dulu ya. Mau bikin kue aja, susu Zaki juga udah tinggal sedikit.""Lho, kamu kan baru sampai. Istirahat dulu.""Nggak papa Bu, kebetulan cuacanya juga sedang bersahabat. Soalnya enggak panas-panasan banget.""Ya, sudah, hati-hati."Nia pun segera menuju pasar dengan menggunakan sepeda motornya. Namun, saat berada di lampu merah malah melihat seseoran

  • Istri Lugu Presdir Dingin   Bab 145

    Sore harinya Nia dan Asih pun kembali ke rumah setelah menitipkan kue buatan mereka pada warung-warung kecil.Sementara sisanya di jual sendiri, dengan cara menawarkan pada orang-orang yang ditemuinya.Hingga akhirnya kue buatan mereka hanya tersisa beberapa saja."Kalian sudah pulang?" Farah pun tersenyum melihat Asih dan Nia."Udah Bu."Nia dan Asih pun berjalan ke arah teras dan melihat Zaki yang sedang meminum susu di pelukan Farah."Zaki, udah bisa beli susu. Soalnya hari ini Ibu dan Tante Asih udah dapet duit," kata Nia yang berbicara pada anaknya."Ya sudah, sebaiknya kalian istirahat dulu. Sepertinya kalian sangat kelelahan sekali.""Asih masuk dulu ya, Bu," sambil melewati Farah, Asih masih sempat menoel pipi gembul Zaki.Semetara Farah tersenyum melihat wajah Asih dan Nia yang tampak penuh dengan semangat."Kalau lapar makan saja, Ibu sudah masak.""Iya Bu," jawab Asih dari dalam rumah.Hingga akhirnya Nia pun masuk ke dalam kamar mandi dan memandikan tubuhnya, setelah seles

  • Istri Lugu Presdir Dingin   Bab 146

    Nia pun merasa paginya jauh lebih segar dari pada sebelumnya, hingga pada pagi ini dirinya sangat bersemangat untuk membuat kue bersama dengan Asih.Belum lagi mendadak ada seorang wanita yang memesan kue dalam jumlah yang begitu banyak."Apa Ibu tadi sedang ada acara ya Nia?" Tanya Asih sambil membuat adonan."Nggak tahu juga, soalnya dia nggak bilang apa-apa selain pesan kue kita.""Gitu? Semoga aja ini awal yang baik untuk kedepannya, mana tahu bisa begini terus setiap harinya.""Iya benar sekali."Keduanya pun kembali membuat kue tanpa ingin memikirkan banyak hal, sebab yang terpenting untuk hari ini ada banyak pesanan kue yang diterimanya.Beberapa jam kemudian seorang wanita yang tak lain adalah si pemesan kue pun kembali untuk mengambil pesanannya."Apa pesanan saya sudah selesai?""Sudah, Bu." Nia pun memberikan kue yang sudah di bungkus dengan sebaik mungkin, hingga membatu memasukan ke dalam mobil wanita tersebut."Terima kasih. Dan, ini uangnya."Nia pun menerimanya dengan

  • Istri Lugu Presdir Dingin   Bab 147

    Nia duduk di samping Dion, jika saja bukan karena pintu pada bagian belakang tidak bisa di buka dia tidak akan mau duduk di depan.Ya, Dion yang melakukan itu semua. Membuat pintu pada bagian belakang tidak bisa di buka agar Nia duduk sampingnya.Ada-ada saja ulah Dion yang kini mendadak menjadi aneh.Tapi anehnya Dion malah tidak dapat fokus pada jalanan, sebab hanya fokus pada Nia yang malah semakin bertambah cantik di matanya.Bahkan membuatnya hampir saja menerobos lampu merah karena terlalu asik melihat wajah cantik Nia."Mas!" Seru Nia menunjuk arah depan, karena ada banyak kendaraan dari arah yang berlawanan.Dion mengerem mendadak, dirinya juga shock bukan main.Hingga suara klakson dari kendaraan lainnya terdengar, tentunya itu adalah luapan kekesalan pada Dion yang hampir membuat orang lain ikut kecelakaan."Maaf," Dion pun merasa tidak enak karena hampir saja membuat celaka."Tidak butuh, cepat! Itu sudah lampu hijau. Kenapa sih Mas? Kok aneh banget?" Tanya Nia yang kini ma

  • Istri Lugu Presdir Dingin   Bab 148

    Setelah satu jam berlalu Nia pun terbangun dari tidurnya, sementara Dila masih tampak begitu lelap dalam tidurnya."Bu, Nia pamit ya. Soalnya, kasihan Zaki di tinggal terus sama Ibu," pamit Nia."Begitu?" Bunga tampaknya bersedih saat Nia berpamitan pulang, tetapi bagaimana lagi. Apa lagi alasan Nia adalah anaknya, "ya sudah, hati-hati. Jaga juga cucu Ibu yang ini," Bunga pun mengusap perut Nia yang sudah mulai membuncit itu.Semetara Dion hanya melihat saja, tapi sebenarnya juga ingin mengelusnya.Hanya saja tidak berani, lagi pula sudah pasti di tolak nantinya."Iya Bu.""Kamu pulang dengan Dion kan?""Iya Ma," jawab Dion dengan cepat, bahkan langsung bangkit dari duduknya."Baguslah kalau begitu, karena Mama nggak mau lihat seorang suami yang tidak tahu diri. Apa lagi lepas tanggung jawab terhadap istri dan calon anaknya!" Kata Bunga menyindir Dion.Membuat Dion pun menunjukan wajah masamnya karena kesal pada Bunga."Mama, ngomongin Dion?" Tanya Dion."Ngomong tentang seorang pria,

  • Istri Lugu Presdir Dingin   Bab 149

    "Nia, tolong dengarkan Mas dulu. Jangan biasakan pergi begitu saja, Nia!" Nia pun memilih untuk masuk ke dalam rumah, tanpa perduli pada Dion yang terus saja memanggil namanya.Hingga akhirnya Dion pun memutuskan untuk menyusul masuk, Nia yang tidak menyangka ternyata sedang membuka pakaian.Bermaksud ingin mengganti dengan piama agar lebih nyaman.Namun, ternyata Dion sudah berdiri di ambang pintu kamar. Dengan refleks Nia pun berteriak.Aaaaa!Bertepatan dengan tetangga yang mengantarkan makanan yang sudah berdiri di ambang pintu masuk.Mendengar dengan jelas suara teriakan Nia, membuatnya panik dan langsung masuk ke dalam rumah tanpa ijin.Sebab, takut ada yang sedang butuh pertolongan di dalam sana."Kamu mau melecehkan aku!" seru Nia.Nia pun cepat-cepat memakai kembali pakaiannya, kemudian mengambil sapu yang kebetulan sedang berada di dekatnya.Kemudian memukuli Dion karena terlalu terkejut.Seketika Ainun, tetangga yang menyaksikan itu semua pun ikut panik dan berpikir jika D

Bab terbaru

  • Istri Lugu Presdir Dingin   TAMAT

    Satu Pesan dari Ibu[Kau tidak pulang? Jika tidak, Adinda akan menggantikan posisimu sebagai Presiden Direktur!] Membaca itu, Dimas segera mencengkram ponsel di tangannya.Sesaat kemudian ponsel itupun melayang dan berakhir hancur di lantai.Jika sebelumnya Laras mengancam akan menyumbangkan semua kekayaanya pada panti asuhan, maka kini Laras malah lebih gila lagi! Ibunya itu sampai mengatakan Adinda yang akan menggantikan posisinya.Ini gila!Dimas tidak habis pikir kenapa bisa Laras melakukan ini padanya.Dan jika Adinda yang menggantikan posisinya, itu akan jauh lebih membuatnya terhina di hadapan wanita jalang itu.Jelas tidak bisa dibiarkan!"Pak Presdir, Ibu Laras ingin berbicara," kata Gilang sambil memberikan ponsel di tangannya pada Dimas.Tentunya karena ponsel Dimas tak lagi bisa terhubung sebab sudah hancur berantakan di lantai."Katakan padanya saya akan pulang!" Dimas tak menerima ponsel yang diarahkan padanya.Dia menyambar jasnya dan langsung pergi.Jika bukan karen

  • Istri Lugu Presdir Dingin   Bab 479

    Setiap kisah dan waktu yang sudah terlewati tak akan bisa diulang kembali.Namun, semua kisah itu seakan lekat dalam ingatan tanpa bisa untuk terlupakan oleh ingatan.Aku Nia putri, menjalin kisah dengan takdir yang kujalani.Harapan ku hanya satu, bisa mendapatkan suatu harapan untuk bisa membuat ibu ku terus bersama ku setelah aku kehilangan ayah ku.Namun, siapa sangka bonus dari semua perjuangkan ku justru hal yang tak terduga.Justru kebahagiaan itu menghampiri ku.Dion seorang pria duda dengan satu anak dan usianya jauh lebih tua dari ku.Kami menjalin hubungan yang rumit karena sebuah alasan yang kuat namun penuh dengan air mata.Tujuan saling menguntungkan malah berakhir dengan saling mendapatkan kenyamanan.Tapi aku katakan aku bahagia.Awal kisah yang ku alami malah membawaku padanya.Meskipun banyak yang tidak aku inginkan dalam kisah ini.Tapi tetap saja aku tidak bisa bisa menolak takdir ku yang rumit itu.Terlepas dari itu semua aku adalah wanita penuh dengan kesalahan y

  • Istri Lugu Presdir Dingin   Bab 478

    Di tempat lainnya ada juga yang sedang berbahagia.Raya kembali melahirkan seorang anak laki-laki Dan kini anak itu diberi nama 'Raza' perpaduan antara nama Raya dan Reza.Itu adalah saran nama dari Dion.Reza dan Raya pun setuju saja."Itu nama dari, Opa Dion," kata Reza sambil tersenyum pada bayinya."Benar, dan ini adalah, Oma," Raya pun menunjuk Nia.Nia pun tersenyum karena merasa lucu, tapi bagaimana pun juga itu memang benar dan tidak masalah juga menjadi Oma diusia yang masih muda ini."Aduh, cucu Oma," Nia pun menggendong bayi lucu itu.Dia melihat wajah anak itu yang sangat mirip dengan Reza.Bahkan sedikit mirip dengan Zaki."Nia, berikan pada, Opanya," Dion pun menunjuk ke arah Chandra.Chandra pun tersenyum karena kini sudah memiliki seorang cucu."Bagaimana kalau berikan pada, Oma Kiara," celetuk Nia.Kiara yang dari tadi hanya diam pun seketika terkejut mendengar ucapan Nia."Ibu Nia, saya masih ting-ting. Saya masih mahasiswa, saya masih kecil, saya dipanggil, Kak Kia

  • Istri Lugu Presdir Dingin   Bab 477

    Beberapa bulan kemudian...Niko dan Ranti menyambut bahagia saat kelahiran putra mereka yang diberi nama 'Fatih Niko Adiguna'Sesuai dengan keinginan Niko, mereka hanya memiliki satu orang anak saja.Niko tidak ingin serakah, dia sudah merasa cukup dengan kehadiran seorang anak laki-laki untuk menjadi pewarisnya.Terlebih lagi tidak ingin melihat Ranti harus berada dalam sebuah keadaan yang menegangkan.Dia tak mau mengambil resiko.Meskipun keadaan rahim Ranti masih memungkinkan untuk mengandung lagi.Dia sangat mencintai istrinya dalam keadaan apapun.Menurutnya memiliki anak adalah sebuah hadiah.Tapi memiliki Ranti adalah anugerah.Jadi, dia sudah sangat bahagia dengan satu putra saja.Selebihnya dia menganggap anak Barra juga anaknya.Apa lagi Barra memiliki 3 orang anak, membuat Niko merasa anaknya sudah memiliki Kakak walaupun hanya sepupu saja."Wajahnya lebih mirip, Mama," kata Ranti.Dia pun melihat wajah Mama mertuanya dan lagi-lagi melihat wajah putranya.Putra kecil yang

  • Istri Lugu Presdir Dingin   Bab 476

    "Dokter Niko, lihat ini," Adam menunjuk layar monitor.Saat itu Niko pun melihat ke arah yang ditunjuk oleh Dokter Adam.Tapi Niko yang sedang tidak baik-baik saja tidak mengerti."Ada apa?" tanya Niko.Bodoh?Ya, Niko akan sangat bodoh jika sudah menyangkut tentang Ranti.Begitu juga dengan saat ini.Bahkan dia sendiri tidak dapat berpikir jernih, padahal Dokter Adam sudah menunjukkan dengan jelas.Namun, Niko masih bertanya.Dia butuh jawaban, sekaligus penjelasan yang pasti.Jangan memintanya untuk menyimpulkan sendiri, dia tidak bisa.Otaknya sedang sulit untuk bisa berpikir jernih."Tidak ada masalah dengan rahim istri anda, janinnya juga sudah berada di dalam rahim," terang Dokter Adam.Niko pun terkejut mendengarnya dia pun segera mendekat dan melihat dengan jelas."Ini keajaiban, Dokter Niko. Lihat ini," Dokter Adam pun kembali memperlihatkan bagian lainya, rasanya pemeriksaan sebelumnya dan saat ini jauh lebih baik."Apakah ini mungkin?" tanya Niko yang belum percaya."Iya, i

  • Istri Lugu Presdir Dingin   Bab 475

    "Aku pun akan mati, jika kamu mati," tambah Niko lagi.Ranti terdiam mendengar ucapan suaminya itu."Tapi aku akan tetap mempertahankan anak ku," kata Ranti dengan penuh keyakinan.Siapa pun ibu tak akan tega membunuh anaknya, begitu juga dengan Ranti."Vina, panggil, Dokter Winda!" pinta Niko.Untuk kaki ini dia tak bisa lagi untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut.Dia tidak memiliki keberanian untuk mengetahui keadaan Ranti saat ini.Dia butuh bantuan dokter lain untuk bisa membantunya, sedangkan Dokter Winda adalah dokter senior yang sudah banyak menangani pasien dan Niko sudah tak tahu dengan kehebatannya.Meskipun perasannya begitu was-was akan keadaan Ranti saat ini.Tapi jelas terlihat bahwa Ranti akan dengan kerasnya pendiriannya yang tak akan menggugurkan kandungannya."Selamat siang, anda memanggil saya, Dok?" Dokter Winda pun telah tiba seperti yang di sampaikan oleh Vina untuk segera menemui Niko.Niko pun mulai tersadar dari pikirannya yang kacau, sambil melihat wajah

  • Istri Lugu Presdir Dingin   Bab 474

    "Hamil?" Niko terdiam saat menyaksikan sendiri ada janin di rahim istrinya.Dia pun mengingat kembali saat itu Ranti menggodanya dan hal itu pun terjadi sebelum dia berpikir untuk membuat sel telurnya tidak bekerja.Bahkan saat itu tidak hanya satu kaki, namun berkali-kali.Lantas bagaimana ini?"Kamu ngomong apa tadi?" tanya Ranti yang mendengar ucapan Niko.Niko pun kini melihat Ranti dengan pikirannya yang kacau."Niko, aku hamil?" tanya Ranti memastikan, "berarti testpack yang aku gunakan tadi tidak keliru," tambah Ranti.Ranti terus saja tersenyum bahagia membayangkan sebentar lagi anak menjadi seorang ibu.Dia langsung saja memeluk Niko dengan penuh kebahagiaan.Tak tahu harus bagaimana untuk meluapkannya tapi Ranti benar-benar tidak akan pernah bisa melupakan saat ini."Tuh, kan, nggak perlu adopsi anak. Buktinya sekarang aku hamil, artinya kita akan jadi orang tua," Ranti semakin mempererat pelukannya.Begitu larut dalam kebahagiaan yang tak bisa teralihkan sama sekali.Kemud

  • Istri Lugu Presdir Dingin   Bab 473

    Beberapa hari kemudian.....Ranti menatap alat uji kehamilan di tangannya dengan malas.Entah sudah berapa kali dia menggunakannya demi mengetahui apakah ada janin yang tumbuh di rahimnya atau tidak.Mungkin saja ini sudah testpack yang ke 50.Dan hasilnya masih saja garis satu, sungguh membuatnya merasa sedih.Dia pun akhirnya segera menuju ranjang, hari ini dia sangat malas melakukan hal apapun.Sedangkan Niko sedang berada di rumah sakit.Dan seharusnya Ranti selalu mengantar makan siang untuk suaminya itu, sekaligus akan makan bersama-sama.Tapi dia pun malah tertidur pulas dan lupa untuk mengantarkan makanan siang untuk Niko.Hingga ponselnya pun berdering, tidurnya pun terusik dan dengan rasa malas menjawab panggilan itu."Halo," Ranti tak melihat terlebih dahulu nama siapa yang ada di layar ponselnya.Dia langsung saja menjawabnya."Sayang, kamu sudah di mana?" tanya Niko.Ranti pun baru tersadar jika yang menghubungi dirinya adalah Niko.Kemudian dia melihat jam dinding, dia p

  • Istri Lugu Presdir Dingin   Bab 472

    Keesokan harinya."Kamu nggak ke kantor?" Ranti melihat Niko tampak santai di atas ranjang sambil memeluk dirinya.Ini tidak biasanya terjadi, karena kebiasaan Niko jika pagi begini pergi bekerja."Aku mau di rumah aja sama kamu," jawab Niko."Kenapa begitu?""Libur untuk satu hari rasanya tidak salah," kata Niko lagi.Ranti pun mengangguk mengerti.Mungkin Niko juga kelelahan dan butuh waktu untuk beristirahat.Mengingat selama ini Niko selalu saja disibukkan dengan pekerjaan yang tidak ada habisnya."Ranti, bagaikan kalau kita mengadopsi anak."Deg!Jantung Ranti rasanya keluar dari dadanya.Dia begitu shock mendengar pertanyaan Niko barusan.Tunggu dulu.Itu pertanyaan atau pernyataan?Ranti tak pernah berpikir jika Niko akan berkata demikian.Apakah Niko sudah sangat ingin memiliki anak sehingga dia mengatakan demikian."Tapi aku juga bisa hamil, kenapa harus mengadopsi anak?" tanya Ranti yang bingung.Niko pun menutup matanya dia pun segera bangkit dari atas ranjangnya berjalan

DMCA.com Protection Status