Share

Bagian 48

Penulis: Nay Azzikra
last update Terakhir Diperbarui: 2022-06-12 19:09:35

"Ayah, bolehkah aku tidur sama Ayah?" tanya Aira berdiri di samping ranjang tempat Iyan berbaring.

Iyan yang masih bermain benda pipih di tangannya menoleh dan menarik bibir sehingga membentuk lengkungan. "Boleh, dong," ujarnya seraya memindahkan tubuh, menepi pada sisi ranjang untuk memberikan tempat bagi putrinya.

Setelahnya, secepat kilat, Aira berbaring di samping Iyan. Tubuhnya terlentang, menatap langit-langit kamar yang warna catnya sudah usang.

"Kamu mikir apa?" tanya Agam diikuti dengan gerakan memiringkan tubuh menghadap anak semata wayangnya. Tangannya terulur merapikan anak rambut Aira yang berserakan.

"Aku sudah dengar, Ayah bicara apa sama Mbah. Ayah mau mengirim aku ke pondok, 'kan?" tanya Aira dengan tanpa ada nada sedih.

Iyan tidak menjawab pertanyaan sangat putri. Ada yang mencekat di tenggorokan.

"Ayah tidak bermaksud apa-apa, Aira. Ayah hanya ingin, Aira bisa mengaji. Aira dididik jadi anak baik dan sholehah yang bisa mendoakan Ibu. Ayah tidak bisa mengajari
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (7)
goodnovel comment avatar
Heni Hendrayani
gadis kecil yg mau berubah ke jalan yg lebh baik dia berani melakukan sesuatu yg baik berharap agar bs mendoakan ibu nya yg telah tiada terus apa khabr dengn nenek dan kakek nya yg tak pernh mau berubah...
goodnovel comment avatar
ardy75
aira,gadis kecil korban dr kepicikan pr ortu.dlm usianya yg msh dini hrs menanggung beban kesalahan dr klrg nya,sebuah kepahitan hdp hrs di jlni krn kepicikan iyan. semoga ada keajaiban dr allah utk kebahagiaan aira,gadis kecil yg menderita lahir & bathin.
goodnovel comment avatar
Mom L_Dza
kasian Aira berpisah dari keluarga.. tapi emang sesih dan sakit.. tapi kalau mondok adalah proses untuk menjadikan diri bakal lebih baik lagi kenapa tidak
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Istri Lima Belas Ribu   ENDING

    "Sudah siap semuanya?" tanya Iyan di suatu malam kalau melihat Aira memasukkan jilbab terakhir ke dalam tas besar. "Sudah, Ayah," jawab Aira sambil menoleh pada ayahnya yang menampakkan raut wajah sedih. "Jangan nangis di sana ya, Ra?" pesan Iyan lagi. Satu jarinya menyeka sudut mata yang basah. "Tidak. Ayah yang nangis itu," canda Aira "Maafkan Ayah, tidak bisa memasukkan kamu ke pondok modern, ya? Kasur lantainya sudah Ayah siapkan buat tidur Aira di sana. Ayah juga sudah menyiapkan selimut baru. Dan ...." "Ayah, itu semua sudah cukup. Aku sudah memasukkan baju-baju yang panjang yang dikasih ibunya Mbak Dinta." Iyan semakin merasakan sesak dalam dada. Anaknya begitu bahagia hanya memakai baju bekas. "Maafkan Ayah ya, Aira?" "Maafkan Aku, Ayah. Karena aku nakal, Ayah jadi seperti ini. Aku janji, setelah pulang dari pondok, aku akan menjadi anak yang baik," janji Aira. Iyan melangkah menuju posisi dimana Aira berdiri. Tas besar sudah ada di atas ranjang dan siap untuk diangkut

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-14
  • Istri Lima Belas Ribu   SEASON 4 PART 1

    SEASON 4 ISTRI LIMA BELAS RIBU Part 1 Aira menatap bilik kamar yang terdapat banyak barang. Lemari kayu berjajar di pinggir tembok yang bercat putih usang. Nyali menciut seketika karena sadar akan menghadapi sebuah kehidupan yang jauh berbeda dengan kehidupannya yang dulu. Ia tidak tahu sebelumnya, seperti apakah hari-hari yang dijalani para santri di pondok. Terlebih saat usianya masih sekecil itu. “Kamu akan tinggal di sini mulai sekarang,” kata Agam berbisik di telinga Aira. Iyan memindai seluruh isi kamar. Ada beberapa kasur lantai yang dilipat. Lemari berjajar dengan tembok di sebelah atasnya digunakan untuk menggantung baju dan beberapa bantal yang ditumpuk. Tidak ada santri di sana karena pagi hari, yang sekolah sudah berangkat. Yang tidak sekolah sedang melakukan kegiatan mengaji. Pondok pesantren yang akan ditempati Aira berbasis salaf. Namun, pengurus dan pemilik pondok pesantren juga menerima santri yang sekolah. “Setelah ini kita akan ke sekolah kamu yang baru,” kata

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-01
  • Istri Lima Belas Ribu   Part 2

    Part 2 “Aira sudah ada di pondok. Kamu harus membuka kembali lembaran hidup. Cari istri dan kerja yang benar. Tapi, carilah istri yang bisa menerima Aira sebagai anakmu,” kata Agam. Iyan diam, tetapi otaknya mencoba mencerna apa yang disampaikan oleh sang kakak. Sampai di rumah, Iyan mendapati Nusri sedang menangisi Aira. Pun dengan Hanif yang memandangi terus wajah cucunya yang ada di foto. “Dia tidak menangis?” tanya Nusri. “Tidak. Doakan saja semoga bahagia,” jawab Agam seraya duduk bersandar pada kursi karena kelelahan. “Apa yang akan kamu lakukan setelah ini?” tanya Agam. “Aku belum kepikiran, Mas. Aku masih memikirkan Aira. Dia harus hidup tanpa siapapun di sana. Aku menyesal sudah membawanya ke pondok,” kata Iyan lalu terisak. “Jangan sesali! Karena Aira harus diberi pendidikan yang lebih baik. Di sini, dia hanya akan menjadi masalah bagi orang sekeliling karena sifatnya yang terkadang mau menang sendiri. Apa yang terjadi sama Aira, marilah kita jadikan sebagai pelajaran

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-02
  • Istri Lima Belas Ribu   Part 3

    Part 3“Jangan sembarangan ambil piring! Kamu gak bawa piring juga?” bentak Cika saat Aira hendak makan makanan yang dibeli di luar bersama Aini. Saat itu, Aini dipanggil oleh pengurus pondok.Aira menggeleng pelan.Cika memutar bola mata kesal. “Kamu ini kesini niat apa sih? Kenapa ini gak bawa, itu gak bawa. Ibu kamu mengurusi kamu gak?” bentak Cika lagi. “Kamu mau seenaknya saja memakai barang orang. Dipikirnya semua ini gratis disediakan pondok. Gak punya sopan santun banget sih main ambil tanpa izin dan permisi? Punya adab atau tidak?”Mata Aira merah. Antara ingin melawan dan juga takut. Ia menoleh mencari dimana Aini berada tetapi gadis itu tidak ada.Aira membanting piring yang berbahan seng itu ke lantai. Sifat ingin menang sendirinya datang lagi karena perlakuan dari Cika.“Eh, malah dibanting lagi. Ambil!” teriak Cika.“Ambil sendiri! Aku tidak suka dibentak-bentak,” teriak Aira. Ia lalu keluar kamar pondok dan duduk di teras seorang diri.Cika yang tidak terima dibentak a

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-04
  • Istri Lima Belas Ribu   Part 4

    Part 4Aini membelai lembut punggung Aira. Ia menangis dan mengusap air matanya menggunakan lengan baju yang kebesaran.“Cika, dia anak baru. Seharusnya kamu bisa mengayomi dia. Seharusnya kamu nasehati saja. Tidak perlu mengajaknya berkelahi,” kata Ustadzah. “Kamu kenapa masih suka membuat onar?”“Saya tidak suka barang-barang saya diambil. Saya tidak suka kalau ada orang asing seenaknya saja memakai barang saya,” ujar Cika tidak suka. “Dan saya tidak mau dia ada di kamar saya,” katanya lagi.“Kalau begitu, kamu pindah kamar.” Ustadzah memutuskan demikian.“Tidak bisa begitu, Ustadzah! Saya yang lama. Kenapa harus mengalah dengan anak yang baru? Tidak! Saya tidak mau pindah!” tolak Cika.“Kalau begitu, jangan bikin ulah lagi! Sekarang, kamu minta maaf sama Aira!”“Tidak mau. Dia yang sudah mengambil piring saya, kenapa saya yang minta maaf? Dia dong, yang minta maaf?”“Tapi kamu yang menyerang dia dulu, Cika.”“Tidak mau. Dia yang harus minta maaf dulu sama saya.”Aini merasa kepalan

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-04
  • Istri Lima Belas Ribu   Part 5

    Part 5Aira sudah memakai baju lengkap. Beberapa anak yang hendak sekolah juga memakai baju yang sama. Lagi-lagi, Aini harus merasa kasihan dengan anak itu. Aira memakai baju yang agak besar juga.“Apa itu juga punya Mbak Dinta?” tanya AIni penasaran.“Iya,” jawab Aira pelan sambil memakai sepatu.Cika yang belum mau masuk ke kamarnya lewat dan berbisik dengan teman yang bersamanya. “Idih, Mbak Aini sudah kayak ibunya Aira saja, ya? Lebay banget gak sih?” bisiknya.“Iya. Berlebihan sekali.”Mereka memandang sinis pada Aira yang duduk di pinggiran teras bilik sambil memakai sepatu.“Ingat, Aira! Jangan apa?” tanya Aini.“Jangan nakal.”“Kalau kamu nakal, Mbak Aini gak mau lagi berteman sama kamu,” pesan Aini.“Iya, Mbak.”“Kalau dinakali harus apa?” tanya Aini lagi.“Harus diam.”“Bagus! Sekarang, kenalan sama teman-teman yang akan sekolah ya? Mereka adalah saudara kamu di sini,” kata Aini lagi lalu memanggil beberapa anak yang akan pergi ke sekolah.Mereka diminta mengajak Aira berang

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-05
  • Istri Lima Belas Ribu   Part 6

    Part 6Hari itu, Aira sudah mulai mengikuti kegiatan mengaji di pondok. Cika masih tidak mau kembali ke kamar mereka.“Kamu kenapa sih tidak pernah mau tadarus, Cika?” tanya Aini saat Cika hanya asyik menggambar.“Males,” jawabnya singkat.“Terus kamu kesini mau apa? Dua tahun di pondok, kamu belum apa-apa. Kamu ngaji kitab ya cuma berangkat saja. Tidak paham dengan apa yang disampaikan ustadz. Sholat masih bolong-bolong. Kamu anggap apa pondok ini? Tempat mengungsi dari orang tuamu?” tanya Aini kesal.Setiap kali dinasehati demikian, Cika selalu pergi.Hari-hari telah berjalan normal. Aira mulai bisa beradaptasi dengan lingkungan pondok. Ia mulai mengaji dan sedikit demi sedikit beberapa anak mau berteman dengannya. Aini terus mengawasi perkembangan emosional Aira.Banyak yang Aini ajarkan. Mulai dari doa-doa, cara-cara sholat yang benar, dan juga cara beradab dan bertingkah laku saat masuk ke rumah Kyai. Anak-anak lain sampai menyebut kalau Aini pantas sebagai ibu Aira. Entah kenapa

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-06
  • Istri Lima Belas Ribu   Part 7

    Part 7 Sejak melihat Aira tempo hari, Han jadi berulang kali datang ke pondok. Setelah hari Jumat itu, ia kembali datang tiga hari setelahnya, lalu empat hari setelah itu, tiga hari setelahnya lagi. Ada saja alasan Han untuk mengunjungi Cika. Pada kedatangan pertama setelah melihat Aira, Han hanya menemui Cika seperti biasa saja. Ia beralasan jika mau mengabarkan ibunya sakit. Lalu bertanya pada anak keduanya itu menginginkan apa. “Mama sakit apa, Yah?” tanya Cika. “Mama agak pusing kepalanya,” jawab Han. “Kebanyakan mabok sih, jadi sakit kepala. Gak inget sama anaknya di sini. Gak pernah mengunjungi sama sekali. Aku ini anak kandung apa anak tiri sih, Yah? Atau, Mama sengaja membuang aku kemari agar bebas mabuk-mabukan ya?” tanya Cika. “Jangan seperti itu! Mama hanya ingin kamu bisa mengaji. Gak kayak Mama yang gak bisa apa-apa akhirnya punya pergaulan bebas seperti itu.” “Dan Ayah hanya diam saja tidak melarang dan menasehati Mama begitu?” tanya Cika memojokkan. Ia ingat bena

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-07

Bab terbaru

  • Istri Lima Belas Ribu   Ending

    Part 11 POV Dania (Ending) Lelah hati tatkala harus menghadapi banyak hal. Akhirnya aku menyerah pada keadaan. Aku tidak akan memaksakan takdir apapun sekarang. Selalu bertemu dengan orang-orang yang membuat hati ini sakit hati, membuatku semakin sadar kalau hanya keluarga Laura saja yang baik padaku. Melihat penghianatan Nindi dan juga sikap Cika yang masih dingin dan membenciku, membuat hati ini sudah memutuskan. Aku akan menghilang dari hidup orang-orang yang mengenalku. Untuk apa mempedulikan Cika yang sangat membenciku? Baginya, Ines adalah ibunya. Setelah Nindi keluar dari rumah, Laura menelpon malam-malam dan menangis. Ia mengatakan kalau pacarnya ternyata selingkuh dan dia seorang diri. Laura menanyakan perkembangan hubunganku dengan Cika, dan aku menjawab apa adanya. “Cika tidak akan pernah bisa menerimaku. Itu kenyataannya,” jawabku sudah pasrah dengan keadaan. “Dania, aku minta maaf, bisakah kamu kembali kesini? Hidup bersamaku dan aku menarik semua ucapanku kemarin,” p

  • Istri Lima Belas Ribu   Part 10

    Part 10Tiga hari tinggal bersama, dia tetap masih diam. Makananku tetap disiapkan, tetapi menunggu aku keluar untuk makan sendiri. Dia sama sekali tidak seperti dulu yang memanggilku, menyiapkan baju ganti dan segala keperluanku. Akhirnya, pagi ini kuberanikan diri untuk mengajaknya berbicara.“Apa aku akan diusir seperti Nindi?” tanyaku pelan. Dia yang lagi-lagi berkutat dengan laptop--mengangkat wajah.“Pilihlah mana dari milikku yang akan kamu ambil, Cika! Sisanya, bila kamu tidak mau, maka akan kujual. Kamu bisa gunakan untuk keperluan hidupmu. Itu jika kamu mau,” jawabnya tanpa ekspresi ramah.Aku memainkan jari jemariku. Bingung hendak menjawab apa. Ponselnya berdering dan dia langsung mengangkatnya. Aku masih berdiri mendengarkan dia berbicara dengan orang yang kukira ada di luar negeri.Meski sudah lama tidak pernah belajar bahasa asing lagi, tetapi aku tahu apa arti dari ucapan yang disampaikan seseorang dari seberang telepon sana. Speaker ponsel yang dihidupkan membuatku bi

  • Istri Lima Belas Ribu   Part 9

    Part 9“Mbak Dania, aku minta maaf, Mbak, aku akui memang salah dan aku akan meminta dia untuk keluar dari rumah Mbak Dania asalkan Mbak Dania masih mengizinkan aku untuk tetap di sini. Aku akan menjaga Cika, Mbak, aku janji,” kata Nindi sambil bersimpuh dan memegang kaki dia.“Aku sudah tidak butuh siapapun lagi, Nindi. Aku akan membiarkan orang-orang yang hanya memanfaatkanku dan juga orang-orang yang tidak menyukaiku untuk pergi dari hidupku. Aku tidak akan memaksakan takdir bahagia bersamaku, jadi, kamu tidak perlu bersimpuh meminta, karena aku sudah akan menghapusmu dari daftar orang-orang yang kukenal,” jawab dia santai.Seketika aku memandang wajah cantik itu. Ada sebuah perasaan terluka di sana. Jika dia benar-benar tidak mau lagi mengurusku, maka, siapa yang akan mengurusku lagi? Tiba-tiba saja ketakutan besar menguasai hati.Wajah itu, dia tidak mau melihat padaku. Padahal, aku berharap itu.Nindi masih bersimpuh sambil menangis.“Dimana mobilku, Nindi?” tanya dia datar.“Ee

  • Istri Lima Belas Ribu   Part 8

    Part 8POV CikaAku memilih masuk dan duduk di atas hamparan pasir meski terik matahari terasa sangat menyengat di kulit. Benar-benar bingung hendak minta tolong dan mengadu pada siapa, maka kuputuskan untuk menangis seorang diri.“Ya Allah, kirimkan bantuan untukku. Ya Allah, ampuni aku jika aku selama ini nakal dan banyak dosa. Ya Allah, aku janji, jika aku mendapatkan pertolongan untuk masalahku ini, aku akan kembali sholat seperti saat di pondok dulu. Jika ada orang yang menolongku, maka aku akan menjadikannya sahabat,” ucapku sambil menangis.Lama aku berada dalam posisi ini, hingga leher terasa pegal, lalu aku mengangkat kepala. Saat menoleh, ternyata ada seseorang yang duduk di sebelahku dan dia melakukan hal yang sama.Menatapku.Deg.Jantungku berpacu lebih cepat tatkala mendengar orang itu memanggil namaku. Dia sosok yang kurindu, tetapi juga kubenci.“Kenapa kamu berpanas-panasan sendirian di sini?” ucapnya sambil berteriak.Aku diam, enggan menjawab. Teringat olehku Nindi

  • Istri Lima Belas Ribu   Part 7

    Part 7POV DaniaAku menatap tubuh Nyonya dan Tuan yang terbujur kaku di rumah sakit dengan darah bersimbah di sekujur tubuh mereka–dengan hati yang sangat hancur.Baru sebentar kembali bekerja bersama mereka yang sudah kuanggap seperti keluarga sendiri, tetapi harus merasakan sakitnya kehilangan. Nyonya dan Tuan tewas dalam kecelakaan tunggal. Mobil yang mereka tumpangi menabrak sebuah pohon dan nyawa mereka langsung hilang di tempat itu juga.Tak tahu lagi harus berusaha tegar seperti apa. Karena mereka berdua adalah keluarga yang kumiliki saat ini dan kenapa takdir selalu tidak berpihak padaku?Mayat Nyonya dan Tuan dimakamkan dua hari kemudian setelah berbagai prosesi keagamaan mereka berdua berlangsung. Kini, saat semua pelayat pergi, aku hanya berdua saja dengan anak semata wayang Nyonya yang berusia dua puluh tahun.“Aku akan melanjutkan kuliah di negara sebelah. Kamu jika masih mau di sini, maka harus mencari pekerjaan lain. Karena aku sudah tidak bisa membayarmu. Rumahku aka

  • Istri Lima Belas Ribu   Part 6

    Part 6POV CIKAAku menatap rumah besar itu, mungkin untuk yang terakhir kalinya. Meski keberadaanku tidak diakui di sini, tetapi nyatanya, belasan tahun diriku hidup di sana.Walaupun tanpa kenangan indah, tetapi aku bisa melakukan apapun di rumah itu. Kini, aku harus melangkah pergi untuk yang terakhir kalinya. Hati benar-benar sadar, jika memang diri ini tiada lagi diharapkan oleh mereka. Kehadiranku di rumah itu hanya untuk mengukir kisah sedih.Hari ini aku pergi dengan naik taksi. Pulangnya, memilih berjalan menyusuri jalanan komplek perumahan elit yang semuanya memiliki pagar yang tinggi. Sengaja memilih berjalan kaki, hanya sekadar ingin menikmati rasa yang sangat menyesakkan dalam dada ini. Rencananya, nanti akan pulang dengan naik bus. Di dekat gerbang perumahan ini ada sebuah halte.Langkah kaki ini berjalan lambat. Aku sadar kini aku sudah benar-benar sendiri, dan sebentar lagi, bisa saja harus tiba-tiba hidup dengan sosok yangtidak kukenal sama sekali. Aku Cika, harus ber

  • Istri Lima Belas Ribu   Part 5

    Part 5Sebuah ketukan di luar pintu kamar membuat Cika beranjak dari tempat tidurnya. Ia yang sudah setengah mengantuk terpaksa bangun untuk menemui orang yang sudah pasti itu Nindi. Dengan memicingkan mata, Cika menatap perempuan yang masih lajang itu yang sudah siap dengan koper besar.“Mbak Nindi mau pergi?” Seketika mata Cika yang semula setengah mengantuk terbuka sempurna.“Iya,” jawab Nindi singkat dan ragu.Napas Cika mulai narik turun. Antara takut dan kaget.“Mbak Nindi, aku sama siapa di sini?” tanya Cika mulai menampakkan ketakutannya.“Sudah saatnya kamu belajar hidup mandiri , Cika. Tidak mungkin aku akan terus bersama dengan kamu. Ibu kamu saja sudah pergi. Dan keluarga kamu saja sudah tidak memperdulikan keberadaanmu lagi. Masa aku yang bukan siapa-siapa kamu harus bertahan di sini? Aku punya impian untuk menikah, aku punya keluarga yang harus aku rawat. Jadi, aku akan pergi sekarang dan mulai saat ini, kamu hidup di sini sendiri,” jelas Cika.“Mbak Nindi, tidak bisakah

  • Istri Lima Belas Ribu   Dania Part 4

    Part 4 Cika merasa sangat kesepian dengan hidup yang dijalani saat ini. Bingung karena setiap hari yang dilakukan hanyalah makan dan tidur saja. Hendak keluar untuk sekadar mencari kesenangan bersama teman-temannya pun susah dilakukan karena rumah yang ditempatinya saat ini cukup jauh dengan rumah kawan semasa ia sekolah. Bermain ponsel juga membuat kepalanya pusing. Nindi juga lebih banyak menghabiskan waktu di kantor. Jika malam minggu tiba, gadis yang sudah dewasa itu akan keluar bersama dengan sang kekasih dan pulang jika sudah dini hari saat Cika sudah terlelap dalam mimpi. Dua bulan sudah dilalui Cika hidup seorang diri di rumah besar peninggalan Dania. Di suatu pagi, Cika yang baru saja bangun menemui Nindi yang tengah sarapan pagi. Dengan langkah berat dan kepala tertunduk berjalan pelan menghampiri Nindi yang sedang sarapan. “Kenapa?” tanya Nindi saat Cika sudah sampai di hadapannya. “Pembantu yang katanya mau datang itu, apa tidak ada kabarnya?” tanya Cika ragu. Sikap ke

  • Istri Lima Belas Ribu   Dania Part 3

    Part 3Langit mulai gelap. Tidak ada bintang satupun di sana. Aku mulai menoleh ke kanan dan kiri mencari sebuah tumpangan yang bisa membawaku pulang. Entah pulang kemana. Dalam keadaan bimbang, aku membuka ponsel. Ternyata Rindi menelpon banyak ke nomorku. Ia juga berkirim pesan. Aku membukanya, tetapi hanya di bagian akhir yang kubaca.[Kamu kemana saja?][Kenapa belum pulang?][Cika, balas pesanku!][Cika, kamu kemana? Cepat pulang]Aku takut, tetapi tidak mungkin aku mengatakan kalau saat ini sedang di bandara. Akhirnya, aku memilih mencari taksi dengan berjalan keluar bandara. Tidak ada tempat lagi untuk pulang selain rumah Dania dan aku berharap Rindi sedang menungguku di sana. Aku sangat takut.Seketika bernapas lega saat kulihat Rindi tengah menungguku dengan cemas. “Dari mana saja kamu?” tanyanya cemas dengan wajah marah.Kali ini aku tidak akan melawannya. Dia satu-satunya orang yang masih peduli berada di sisiku. Aku diam sambil memainkan ujung kuku.“Cika, kamu dari mana?”

DMCA.com Protection Status