Share

Part 6

Author: Nay Azzikra
last update Last Updated: 2023-03-06 23:17:03

Part 6

Hari itu, Aira sudah mulai mengikuti kegiatan mengaji di pondok. Cika masih tidak mau kembali ke kamar mereka.

“Kamu kenapa sih tidak pernah mau tadarus, Cika?” tanya Aini saat Cika hanya asyik menggambar.

“Males,” jawabnya singkat.

“Terus kamu kesini mau apa? Dua tahun di pondok, kamu belum apa-apa. Kamu ngaji kitab ya cuma berangkat saja. Tidak paham dengan apa yang disampaikan ustadz. Sholat masih bolong-bolong. Kamu anggap apa pondok ini? Tempat mengungsi dari orang tuamu?” tanya Aini kesal.

Setiap kali dinasehati demikian, Cika selalu pergi.

Hari-hari telah berjalan normal. Aira mulai bisa beradaptasi dengan lingkungan pondok. Ia mulai mengaji dan sedikit demi sedikit beberapa anak mau berteman dengannya. Aini terus mengawasi perkembangan emosional Aira.

Banyak yang Aini ajarkan. Mulai dari doa-doa, cara-cara sholat yang benar, dan juga cara beradab dan bertingkah laku saat masuk ke rumah Kyai. Anak-anak lain sampai menyebut kalau Aini pantas sebagai ibu Aira. Entah kenapa
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Revania Miracle
Semangat Aira , teruslah belajar jadi anak baik ya dan nanti kamu akan jadi anak sholehah yg disayangi semua orang
goodnovel comment avatar
Bunda Widi
lanjut Thor ...
goodnovel comment avatar
Dewi Kurniasih
semangat Aira smoga jadi anak sholehah
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Istri Lima Belas Ribu   Part 7

    Part 7 Sejak melihat Aira tempo hari, Han jadi berulang kali datang ke pondok. Setelah hari Jumat itu, ia kembali datang tiga hari setelahnya, lalu empat hari setelah itu, tiga hari setelahnya lagi. Ada saja alasan Han untuk mengunjungi Cika. Pada kedatangan pertama setelah melihat Aira, Han hanya menemui Cika seperti biasa saja. Ia beralasan jika mau mengabarkan ibunya sakit. Lalu bertanya pada anak keduanya itu menginginkan apa. “Mama sakit apa, Yah?” tanya Cika. “Mama agak pusing kepalanya,” jawab Han. “Kebanyakan mabok sih, jadi sakit kepala. Gak inget sama anaknya di sini. Gak pernah mengunjungi sama sekali. Aku ini anak kandung apa anak tiri sih, Yah? Atau, Mama sengaja membuang aku kemari agar bebas mabuk-mabukan ya?” tanya Cika. “Jangan seperti itu! Mama hanya ingin kamu bisa mengaji. Gak kayak Mama yang gak bisa apa-apa akhirnya punya pergaulan bebas seperti itu.” “Dan Ayah hanya diam saja tidak melarang dan menasehati Mama begitu?” tanya Cika memojokkan. Ia ingat bena

    Last Updated : 2023-03-07
  • Istri Lima Belas Ribu   Part 8

    Part 8“Ayah pulang, ya?” kata Han putus asa padahal ingin sekali bertemu dengan Aira.“Ayah benar-benar ingin bertemu Aira?” tanya Cika tiba-tiba.“Iya. Kenapa?”“Aku akan mengabulkannya jika Ayah mengabulkan keinginan aku,” kata Cika.“Apa itu?” tanya Han penasaran juga tertarik.“Aku mau Mama kesini jenguk aku. Maka aku akan memperbolehkan Ayah bertemu dengan Aira.” Sebuah penawaran yang terasa sulit bagi Han. Lelaki itu mengusap kepala Cika berkali-kali. "Harus itu syaratnya?" tanyanya. "Iya.Ahrus itu syaratnya. Karena aku ingin sekali dijenguk Mama. Maka, aku rela. mengorbankan perasaanku demi itu.""Emangnya apa yang membuat kamu membenci Aira?" tanya Han. "Apa yang membuat Ayah menyukai dia?""Tidak ada alasan untuk suka seseorang, Cika," kata Han. "Haruskah hanya aku yang mempunyai alasan untuk membenci? Sementara Ayah tidak punya alasan kenapa menyukai Aira? Satu lagi. Kenapa Mama benci sama aku, Yah? Berikan alasannya!""Mama tidak membenci kamu, Cika.""Jelas Mama membe

    Last Updated : 2023-03-08
  • Istri Lima Belas Ribu   Part 9

    Part 9Semenjak permintaan Han pada Cika, gadis itu lebih pendiam dari biasanya. Perilaku yang jahil, usil dan nakal menurun drastis. Saat melihat Aira, gadis itu terkadang merasa iri karena tidak bisa mendapatkan kasih sayang dari teman-teman sekitar seperti Aira.Genap empat puluh hari sudah Aira berada di pondok pesantren. Ia sudah bisa beradaptasi dan memiliki teman. Perilaku mau menang sendiri perlahan hilang. Membuat Aini tersenyum lega karena suatu hari nanti saat waktunya ia pulang, sudah bisa meninggalkan gadis itu seorang diri.“Kamu sudah bahagia dan betah di sini Aira?” tanya Aini.“Iya, aku sangat betah karena ada Mbak Aini. Aku senang karena bisa kenal dengan Mbak Aini dan teman-teman yang lain,” katanya terlihat bahagia.Aini merahasiakan jika beberapa bulan lagi ia akan pulang dan tidak akan kembali ke pesantren lagi. Biar saja di saat ia pulang, Aira akan tahu.Setiap hari, Aira sudah melakukan aktivitas seperti biasanya. Mengaji, hafalan, lalu juga mengerjakan tugas

    Last Updated : 2023-03-10
  • Istri Lima Belas Ribu   Part 10

    Part 10“Assalamualaikum, Mbak Rahma,” ucap Aira saat sampai pintu dapur.“Waalaikumsalam, Aira. Kenapa?”“Mbak Rahma, apa belum ada panggilan untuk aku?” tanya Aira penasaran.“Lhah, tadi diumumkan di pengeras suara ‘kan? Nama Aira sudah dipanggil apa belum?”“Belum dipanggil. Tapi aku takut yang panggil salah nama. Atau kelewat.”Rahma tertawa kecil. “Tidak akan, Aira. Mereka tidak akan salah panggil nama,” jawabnya.“Mbak Rahma, tolong tanyakan ke sana. Barangkali memang ada ayahku dan tidak tahu caranya memanggil aku.”Rahma ingin tertawa melihat kelucuan Aira, tetapi urung karena tersadar, gadis kecil di hadapannya sedang bersedih menunggu kehadiran orang tuanya. “Baik, Mbak Rahma tanyakan ya? Aira tunggu di sini,” katanya lalu pergi.Rahma sebenarnya tahu jika hal itu tidak akan mungkin salah, tetapi demi membuat Aira senang, ia melakukannya.“Bagaimana, Mbak Rahma?” tanya Aira saat melihat gadis yang memakai sarung batik itu kembali.“Belum ada. Mungkin masih di perjalanan. Jad

    Last Updated : 2023-03-10
  • Istri Lima Belas Ribu   Part 11

    Part 11 Iyan menatap gerobak mie ayam yang isinya masih selalu penuh setiap harinya. Setelah berdebat panjang tempo hari, akhirnya ia pergi merantau ke sebuah tempat yang jauh dari rumahnya. Berjarak lima kabupaten dari tempat tinggalnya, Iyan merantau dengan berbekal nekat. Seminggu setelah Aira pergi ke pesantren. Dengan mengontrak sebuah rumah kecil yang hanya berisi kamar, satu ruang tamu dan satu kamar mandi, ia mencoba hidup merantau di daerah orang. “Aku harus punya uang dalam satu bulan setidaknya tiga juta, agar bisa pulang menjenguk Aira,” kata Iyan di malam pertama ia merantau. Memilih berhijrah karena Iyan ingin melupakan semua yang terjadi dan menimpa hidupnya. Dengan berkeliling kompleks perumahan mewah, Iyan membunyikan mangkok menggunakan sendok. Berharap jia setiap harinya bisa mendapatkan keuntungan. Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Iyan melah setiap harinya harus membawa sebagian besar bahan-bahan yang dijualnya. Hingga pada hari dimana seharu

    Last Updated : 2023-03-11
  • Istri Lima Belas Ribu   Part 12

    Part 12“Aku tidak mau pegang uang itu Mbak Aini,” kata Aira setelah sampai di pondok.“Kenapa? Ini uang kamu lho ….”Aira menggeleng. “Aku takut sama ayahnya Cika. Aku tidak mau menerima uang itu. Aku tidak mau memegang uang itu. biar Mbak Aini saja yang pegang.”Aini paham apa yang dirasakan Aira. Ia lalu mencari amplop pada bagian atas lemari masing-masing santri karena dirinya tidak punya benda itu. Niatnya hanya menyimpan uang milik Aira dan akan memberikan jika gadis kecil itu membutuhkan uang. Bagaimanapun, uang itu adalah milik Aira.Lemari di pondok hanya memiliki panjang rata-rata satu meter. Biasanya digunakan untuk menaruh benda-benda seperti buku dan kitab. Tanpa sengaja Aini menjatuhkan sebuah buku dari atas lemari Cika. Terlihat sebuah foto seorang perempuan yang cantik jatuh. Aini gegas memasukkan uang Aira ke dalam lemari dan menata buku Cika yang jatuh.Ada beberapa foto ternyata. Dan Aini melihat sebuah tulisan di balik foto wanita cantik tersebut.Mama, aku ingin d

    Last Updated : 2023-03-12
  • Istri Lima Belas Ribu   Part 13

    Part 13Cika adalah gadis nakal yang melindungi dirinya sendiri. Memilih diam dan membalut lukanya dalam keheningan. Tak jarang terbangun tengah malam hanya ingin meratapi nasib tanpa ada yang tahu. Menangis sambil memeluk boneka kesayangan pemberian dari pembantu yang merawatnya dulu.Iya, hanya sebuah boneka saja, ia dapatkan dari seorang pembantu. Berkali-kali mengurai kenangan yang dilewati semasa masih kecil hingga dewasa, tetap tidak ia temukan Ines ada di sana. Sosok yang dipanggil mama sejak dirinya bisa berbicara itu, tetap diam. Seingat Cika belum pernah sekalipun Ines memanggil Namanya, menyuruh makan atau apapun.Pernah suatu ketika, saat ulang tahun Kevin, kakak semata wayangnya yang dirayakan secara besar-besaran dan mewah, Cika meminta hal yang sama terhadap Ines. Bukan makian, buka juga hardikan, tetapi perempuan itu tidak mau mendengar atau menanggapi sama sekali. Rasanya, ia memang hadir dalam keluarga itu karena tidak dibutuhkan sama sekali.Saat itulah, Siti, pemb

    Last Updated : 2023-03-13
  • Istri Lima Belas Ribu   Part 14

    Part 14“Kamu punya teman curhat sejak dulu?”“Tidak.”“Kenapa?”“Aku malu bercerita.”“Jangan malu bercerita asalkan pada orang yang tepat,” kata Aini lagi.“Aku belum menemukannya.”“Kamu boleh cerita sekarang,” bujuk Aini. “Pada aku. Dan aku janji tidak akan memberitahu pada siapapun,” janji Aini.Cika menangis dan mulai bercerita. Aini pura-pura terkejut agar Cika tidak marah kalau ia sudah melihat tulisan ungkapan hatinya.“Kenapa dia membenciku?” tanya Cika.Aini diam. Memikirkan apa yang tepat untuk dikatakan. Itu masalah yang serius. Masalah keluarga Cika. Namun, ia kasihan pada Cika yang tidak pernah tahu apa alasan ibunya demikian.Mereka sama-sama diam, menikmati sinar rembulan yang berjalan semakin ke tengah. Angina malam berdesir halus menerpa wajah keduanya.Aini seharusnya tidak perlu masuk terlalu jauh pada kehidupan Aira dan Cika. Ia semestinya abai dengan apa yang menimpa kedua anak itu. Namun, hatinya begitu sakit mendapati kenyataan jika teman-teman kecilnya itu me

    Last Updated : 2023-03-13

Latest chapter

  • Istri Lima Belas Ribu   Ending

    Part 11 POV Dania (Ending) Lelah hati tatkala harus menghadapi banyak hal. Akhirnya aku menyerah pada keadaan. Aku tidak akan memaksakan takdir apapun sekarang. Selalu bertemu dengan orang-orang yang membuat hati ini sakit hati, membuatku semakin sadar kalau hanya keluarga Laura saja yang baik padaku. Melihat penghianatan Nindi dan juga sikap Cika yang masih dingin dan membenciku, membuat hati ini sudah memutuskan. Aku akan menghilang dari hidup orang-orang yang mengenalku. Untuk apa mempedulikan Cika yang sangat membenciku? Baginya, Ines adalah ibunya. Setelah Nindi keluar dari rumah, Laura menelpon malam-malam dan menangis. Ia mengatakan kalau pacarnya ternyata selingkuh dan dia seorang diri. Laura menanyakan perkembangan hubunganku dengan Cika, dan aku menjawab apa adanya. “Cika tidak akan pernah bisa menerimaku. Itu kenyataannya,” jawabku sudah pasrah dengan keadaan. “Dania, aku minta maaf, bisakah kamu kembali kesini? Hidup bersamaku dan aku menarik semua ucapanku kemarin,” p

  • Istri Lima Belas Ribu   Part 10

    Part 10Tiga hari tinggal bersama, dia tetap masih diam. Makananku tetap disiapkan, tetapi menunggu aku keluar untuk makan sendiri. Dia sama sekali tidak seperti dulu yang memanggilku, menyiapkan baju ganti dan segala keperluanku. Akhirnya, pagi ini kuberanikan diri untuk mengajaknya berbicara.“Apa aku akan diusir seperti Nindi?” tanyaku pelan. Dia yang lagi-lagi berkutat dengan laptop--mengangkat wajah.“Pilihlah mana dari milikku yang akan kamu ambil, Cika! Sisanya, bila kamu tidak mau, maka akan kujual. Kamu bisa gunakan untuk keperluan hidupmu. Itu jika kamu mau,” jawabnya tanpa ekspresi ramah.Aku memainkan jari jemariku. Bingung hendak menjawab apa. Ponselnya berdering dan dia langsung mengangkatnya. Aku masih berdiri mendengarkan dia berbicara dengan orang yang kukira ada di luar negeri.Meski sudah lama tidak pernah belajar bahasa asing lagi, tetapi aku tahu apa arti dari ucapan yang disampaikan seseorang dari seberang telepon sana. Speaker ponsel yang dihidupkan membuatku bi

  • Istri Lima Belas Ribu   Part 9

    Part 9“Mbak Dania, aku minta maaf, Mbak, aku akui memang salah dan aku akan meminta dia untuk keluar dari rumah Mbak Dania asalkan Mbak Dania masih mengizinkan aku untuk tetap di sini. Aku akan menjaga Cika, Mbak, aku janji,” kata Nindi sambil bersimpuh dan memegang kaki dia.“Aku sudah tidak butuh siapapun lagi, Nindi. Aku akan membiarkan orang-orang yang hanya memanfaatkanku dan juga orang-orang yang tidak menyukaiku untuk pergi dari hidupku. Aku tidak akan memaksakan takdir bahagia bersamaku, jadi, kamu tidak perlu bersimpuh meminta, karena aku sudah akan menghapusmu dari daftar orang-orang yang kukenal,” jawab dia santai.Seketika aku memandang wajah cantik itu. Ada sebuah perasaan terluka di sana. Jika dia benar-benar tidak mau lagi mengurusku, maka, siapa yang akan mengurusku lagi? Tiba-tiba saja ketakutan besar menguasai hati.Wajah itu, dia tidak mau melihat padaku. Padahal, aku berharap itu.Nindi masih bersimpuh sambil menangis.“Dimana mobilku, Nindi?” tanya dia datar.“Ee

  • Istri Lima Belas Ribu   Part 8

    Part 8POV CikaAku memilih masuk dan duduk di atas hamparan pasir meski terik matahari terasa sangat menyengat di kulit. Benar-benar bingung hendak minta tolong dan mengadu pada siapa, maka kuputuskan untuk menangis seorang diri.“Ya Allah, kirimkan bantuan untukku. Ya Allah, ampuni aku jika aku selama ini nakal dan banyak dosa. Ya Allah, aku janji, jika aku mendapatkan pertolongan untuk masalahku ini, aku akan kembali sholat seperti saat di pondok dulu. Jika ada orang yang menolongku, maka aku akan menjadikannya sahabat,” ucapku sambil menangis.Lama aku berada dalam posisi ini, hingga leher terasa pegal, lalu aku mengangkat kepala. Saat menoleh, ternyata ada seseorang yang duduk di sebelahku dan dia melakukan hal yang sama.Menatapku.Deg.Jantungku berpacu lebih cepat tatkala mendengar orang itu memanggil namaku. Dia sosok yang kurindu, tetapi juga kubenci.“Kenapa kamu berpanas-panasan sendirian di sini?” ucapnya sambil berteriak.Aku diam, enggan menjawab. Teringat olehku Nindi

  • Istri Lima Belas Ribu   Part 7

    Part 7POV DaniaAku menatap tubuh Nyonya dan Tuan yang terbujur kaku di rumah sakit dengan darah bersimbah di sekujur tubuh mereka–dengan hati yang sangat hancur.Baru sebentar kembali bekerja bersama mereka yang sudah kuanggap seperti keluarga sendiri, tetapi harus merasakan sakitnya kehilangan. Nyonya dan Tuan tewas dalam kecelakaan tunggal. Mobil yang mereka tumpangi menabrak sebuah pohon dan nyawa mereka langsung hilang di tempat itu juga.Tak tahu lagi harus berusaha tegar seperti apa. Karena mereka berdua adalah keluarga yang kumiliki saat ini dan kenapa takdir selalu tidak berpihak padaku?Mayat Nyonya dan Tuan dimakamkan dua hari kemudian setelah berbagai prosesi keagamaan mereka berdua berlangsung. Kini, saat semua pelayat pergi, aku hanya berdua saja dengan anak semata wayang Nyonya yang berusia dua puluh tahun.“Aku akan melanjutkan kuliah di negara sebelah. Kamu jika masih mau di sini, maka harus mencari pekerjaan lain. Karena aku sudah tidak bisa membayarmu. Rumahku aka

  • Istri Lima Belas Ribu   Part 6

    Part 6POV CIKAAku menatap rumah besar itu, mungkin untuk yang terakhir kalinya. Meski keberadaanku tidak diakui di sini, tetapi nyatanya, belasan tahun diriku hidup di sana.Walaupun tanpa kenangan indah, tetapi aku bisa melakukan apapun di rumah itu. Kini, aku harus melangkah pergi untuk yang terakhir kalinya. Hati benar-benar sadar, jika memang diri ini tiada lagi diharapkan oleh mereka. Kehadiranku di rumah itu hanya untuk mengukir kisah sedih.Hari ini aku pergi dengan naik taksi. Pulangnya, memilih berjalan menyusuri jalanan komplek perumahan elit yang semuanya memiliki pagar yang tinggi. Sengaja memilih berjalan kaki, hanya sekadar ingin menikmati rasa yang sangat menyesakkan dalam dada ini. Rencananya, nanti akan pulang dengan naik bus. Di dekat gerbang perumahan ini ada sebuah halte.Langkah kaki ini berjalan lambat. Aku sadar kini aku sudah benar-benar sendiri, dan sebentar lagi, bisa saja harus tiba-tiba hidup dengan sosok yangtidak kukenal sama sekali. Aku Cika, harus ber

  • Istri Lima Belas Ribu   Part 5

    Part 5Sebuah ketukan di luar pintu kamar membuat Cika beranjak dari tempat tidurnya. Ia yang sudah setengah mengantuk terpaksa bangun untuk menemui orang yang sudah pasti itu Nindi. Dengan memicingkan mata, Cika menatap perempuan yang masih lajang itu yang sudah siap dengan koper besar.“Mbak Nindi mau pergi?” Seketika mata Cika yang semula setengah mengantuk terbuka sempurna.“Iya,” jawab Nindi singkat dan ragu.Napas Cika mulai narik turun. Antara takut dan kaget.“Mbak Nindi, aku sama siapa di sini?” tanya Cika mulai menampakkan ketakutannya.“Sudah saatnya kamu belajar hidup mandiri , Cika. Tidak mungkin aku akan terus bersama dengan kamu. Ibu kamu saja sudah pergi. Dan keluarga kamu saja sudah tidak memperdulikan keberadaanmu lagi. Masa aku yang bukan siapa-siapa kamu harus bertahan di sini? Aku punya impian untuk menikah, aku punya keluarga yang harus aku rawat. Jadi, aku akan pergi sekarang dan mulai saat ini, kamu hidup di sini sendiri,” jelas Cika.“Mbak Nindi, tidak bisakah

  • Istri Lima Belas Ribu   Dania Part 4

    Part 4 Cika merasa sangat kesepian dengan hidup yang dijalani saat ini. Bingung karena setiap hari yang dilakukan hanyalah makan dan tidur saja. Hendak keluar untuk sekadar mencari kesenangan bersama teman-temannya pun susah dilakukan karena rumah yang ditempatinya saat ini cukup jauh dengan rumah kawan semasa ia sekolah. Bermain ponsel juga membuat kepalanya pusing. Nindi juga lebih banyak menghabiskan waktu di kantor. Jika malam minggu tiba, gadis yang sudah dewasa itu akan keluar bersama dengan sang kekasih dan pulang jika sudah dini hari saat Cika sudah terlelap dalam mimpi. Dua bulan sudah dilalui Cika hidup seorang diri di rumah besar peninggalan Dania. Di suatu pagi, Cika yang baru saja bangun menemui Nindi yang tengah sarapan pagi. Dengan langkah berat dan kepala tertunduk berjalan pelan menghampiri Nindi yang sedang sarapan. “Kenapa?” tanya Nindi saat Cika sudah sampai di hadapannya. “Pembantu yang katanya mau datang itu, apa tidak ada kabarnya?” tanya Cika ragu. Sikap ke

  • Istri Lima Belas Ribu   Dania Part 3

    Part 3Langit mulai gelap. Tidak ada bintang satupun di sana. Aku mulai menoleh ke kanan dan kiri mencari sebuah tumpangan yang bisa membawaku pulang. Entah pulang kemana. Dalam keadaan bimbang, aku membuka ponsel. Ternyata Rindi menelpon banyak ke nomorku. Ia juga berkirim pesan. Aku membukanya, tetapi hanya di bagian akhir yang kubaca.[Kamu kemana saja?][Kenapa belum pulang?][Cika, balas pesanku!][Cika, kamu kemana? Cepat pulang]Aku takut, tetapi tidak mungkin aku mengatakan kalau saat ini sedang di bandara. Akhirnya, aku memilih mencari taksi dengan berjalan keluar bandara. Tidak ada tempat lagi untuk pulang selain rumah Dania dan aku berharap Rindi sedang menungguku di sana. Aku sangat takut.Seketika bernapas lega saat kulihat Rindi tengah menungguku dengan cemas. “Dari mana saja kamu?” tanyanya cemas dengan wajah marah.Kali ini aku tidak akan melawannya. Dia satu-satunya orang yang masih peduli berada di sisiku. Aku diam sambil memainkan ujung kuku.“Cika, kamu dari mana?”

DMCA.com Protection Status