“Jadi itu artinya proposal aku untuk bersenang-senang dengan wanita lain kamu acc, iya kan sayang?”
“Sebenarnya tujuan kamu nikahin aku apa si Mas? Apa sih yang salah dengan otak kamu itu?”
“Kamu masih aja nanya, Lea sayaaang. Alasan aku nikahin kamu itu karena belas kasihan! Ya siapa coba yang nggak iba ngelihat anak yatim piatu, sebatang kara aku kasihan lihat hidupmu yang menyedihkan jadi dari pada membiarkan kamu hidup luntang-lantung di jalan kan enaknya aku nikahin aja dapat pahala karena menyelamatkan anak yatim piatu, ya kan?” jelasnya, dengan penuh kesombongan.
“Cu-man karena kasihan Mas?” tanyanya gemetar.
“Ya terus apa lagi? Oh, aku tau kamu pasti pengen aku jawab karena aku cinta sama kamu kan? Maaf ya, aku orangnya jujur jadi nggak bisa bohongin kamu dengan kata-kata itu.” Ia tersenyum lebar penuh dengan rasa percaya diri.
“Makasi Mas, setidaknya sekarang aku tau alasan kenapa kamu kayak gini ke aku. Bahkan semua yang telah aku lakuin ke kamu udah nggak ada artinya di mata kamu!”
“Maksud kamu apa? Lagaknya berasa paling penting banget dalam hidup aku!”
Aleana mendengus, “Hah, kamu lupa ya Mas dengan posisimu sekarang itu karena apa? Dulu aku nggak pernah nuntut apa-apa ke kamu, ngelola keuangan kamu dengan baik dan berusaha jadi istri yang selalu support dan doain kamu terus, aku kira semua itu cukup buat kamu cinta sama aku,” tuturnya lesu.
“Oh, itu doang? Tapi kamu juga jangan lupa! Aku yang pontang-panting kerja, itu semua karena berkat kegigihan aku dan kerja keras aku … nggak ada itu istilah aku begini karena kamu! Semua kemewahan yang kamu rasain sekarang itu ya karena hasil keringat aku sendiri jangan ngaku-ngaku kamu! Emang pernah kamu doa terus ke luar uang atau kamu support aku terus tiba-tiba muncul mobil gitu, nggak ada kan? Makanya jangan mimpi!” Alex terus saja menyombongkan dirinya.
“Astaga Mas! Hati-hati kamu kalau bicara, ingat ya! Itu semua hanya titipan dan kapan pun Tuhan bisa ambil dan menjatuhkan derajat kamu, jangan sampai segitu sombongnya kamu! Apa lagi kamu memperlakukan istri kamu kayak gini, Tuhan nggak pernah seneng lihat hal yang seperti ini Mas.”
“Heh, tau apa kamu tentang Tuhan? Lama-lama kamu makin nggak jelas! Gini ni kalau kebanyakan mimpi. Udah lah nggak ada gunanya aku debat sama kamu, aku capek!” Alex pergi begitu saja tanpa rasa bersalah sedikit pun.
***
“Ma, Mama tau nggak keadaan Khanya sekarang? Sedih banget Ma. Hari ini Khanya nggak sekolah Ma kata bu Dewi, Khanya pergi ke psikolog dengan papanya terus pas Putri tanya kenapa? Kata bu Dewi orang yang ke psikolog itu kejiwaannya lagi terganggu, kasian Khanya Ma pasti itu semua karena masalah orang tuanya pisah.”
“Stop! Mama minta tolong jangan ceritain masalah Khanya lagi ke Mama!” Aleana merasa gelisah setelah Putri menceritakan keadaan temannya itu.
“Mama kenapa?” Putri bingung.
“Mama capek sayang! Kamu ada tugas sekolah? Kerjain tugasnya ya!” Aleana mencoba mengalihkan perhatian Putri.
“Hmm, iya Ma. Maaf.”
Gadis itu merasa bersalah karena melihat ibunya sedikit berbeda dari biasanya.
“Putri! Tumben kamu di sini?” Alex baru saja pulang kerja, ia melihat Putri hanya duduk termenung di depan teras.
“Putri lagi nggak enak perasaannya Pa,” ucapnya, ia menyangga dagunya dengan kedua tangan.
“Tumben? Biasanya kalau lagi bad mood udah cerita ke Mama.”
“Hmm, tadi sih iya tapi … kayaknya Mama lagi nggak enak perasaannya juga soalnya tadi aku cerita soal Khanya di sekolah Mama kayak nggak suka gitu dengernya,” jelasnya lesu.
Alex tersenyum tipis, “Oh, karena itu. Khanya yang orang tuanya cerai itu ya?”
Kepala Putri yang tadinya menunduk lantas mendongak menoleh wajah Alex karena gadis itu merasa di dengarkan. “Iya Pa, kasian kan!”
“Iya ya, kasian banget ya.” Alex menyimpan tasnya di meja dan beralih menemani Putri duduk di teras, ini adalah kesempatan yang baik untuknya merebut simpati Putri-anaknya.
“Sekarang Khanya di ajak ke psikolog sama papanya Pa, kata bu Dewi karena kejiwaannya lagi terganggu, serem kan! Ini pasti karena orang tuanya pisah soalnya sebelum itu Khanya baik-baik aja dan ceria beda sama yang sekarang kebanyakan murung.”
Alex mengangkat lengannya dan merangkul Putri, “Ya begitulah kalau orang tua berpisah pasti yang paling sedih adalah anaknya, seperti Khanya itu pasti sekarang dia masih terpukul dengan keadaan yang seperti itu.”
“Hmm, ngomong-ngomong Papa sama Mama nggak bakalan ngebiarin hal itu terjadi dengan Putri kan Pa?”
Alex tersenyum tipis ….
*
“Halo sayang, kamu cantik banget sih malam ini!” serunya, pada wanita yang ada di video call. “Heran deh makin hari kamu kok makin cantik sih? Tapi kok yang di sebelah aku ini makin hari makin kucel ya!” sindirnya pada Aleana yang tengah berbaring di sebelahnya.
Alex semakin terang-terangan perihal hubungannya dengan wanita lain bahkan kini pria berengsek itu tak segan-segan melakukannya langsung di depan mata kepala Aleana. Tubuh Aleana bergeming, tangannya yang gemetar itu lekas menarik selimut menutupi seluruh tubuhnya, kedua tangannya menutup kedua telingannya ia muak mendengarkan percakapan Alex dengan wanita penggoda itu yang sangat menjijikkan.
“Good night sayang! Aku mau tidur dulu ya, I love you!” ucap Alex mengakhiri panggilan.
Alex meletakkan gawainya dan beralih menoleh ke arah Aleana, tangan Alex yang kekar itu menarik selimut Aleana.
“Apa-apaan sih kamu Mas!” Ia sangat marah.
“Kamu sebelum tidur emangnya nggak mau ngobrol dulu sama suami kamu?” Alex memulai omong kosongnya.
“Belum puas kamu mempermainkan aku Mas? Kamu nggak bisa tenang kalau sehari aja nggak usah ngusik kehidupan aku?” Aleana mulai meradang.
Alex menempelkan jari telunjuknya di bibirnya, “Stsss, jangan keras-keras nanti di denger Putri lo!”
Aleana memalingkan wajahnya lantas tubuhnya di ajak bergeser membelakangi Alex, ditariknya lagi selimut itu menutupi tubuhnya.
“Tadi anak kamu cerita tentang si Khanya sahabatnya itu, kelihatannya Putri iba banget karena orang tua Khanya cerai dan anak kesayangan kamu itu nanya ke aku katanya gini, Mama sama Papa nggak bakalan ngebiarin aku kayak Khanya kan?” Tangan kanan Alex melesat membalikkan tubuh Aleana yang sedang terbaring membelakanginya, ia mendekap tubuh Aleana dengan erat dan mendekatkannya ke tubuhnya yang sedikit kekar itu.
“Lepas Mas!” Aleana memberontak mencoba melepaskan dekapan Alex yang sangat kuat, namun tubuhnya yang lemah itu tak mampu melawan kekuatan pegangan Alex yang lebih kuat darinya.
“Stsss, aku bilang jangan keras-keras nanti di denger sama anak kamu! Sini sayang, kamu mau tahu jawaban apa yang suami kamu berikan atas pertanyaan polos anak kesayangan kamu itu?”
Bersambung …
Hai readers >3 Sehat selalu ya! Jangan lupa untuk memberikan kritik dan saran di kolom komentar :) Terima kasih :) Happy reading love >3
“Stsss, aku bilang jangan keras-keras nanti didenger sama anak kamu! Sini sayang, kamu mau tahu jawaban apa yang suami kamu berikan atas pertanyaan polos anak kesayangan kamu itu?” Tubuh Aleana bergeming, ia pasrah karena tak bisa melawan Alex. “Aku jawab ke Putri gini, Papa sama Mama adalah orang tua yang harmonis jadi mana mungkin kita bakalan ngebiarin kamu seperti Khanya temanmu itu. Haha, gimana jawaban aku bagus kan sayang?” Alex kali ini benar-benar keterlaluan, pria berengsek itu berani memainkan perasaan anaknya sendiri. “Keterlaluan kamu Mas! Itu anak kamu, tega kamu mainin perasaannya Putri?” Aleana sangat geram. “Akan lebih menyakitkan lagi kalau aku ngomong yang sebenarnya! Aku ini baik jadi aku mau bantu kamu buat nyenengin anak kita, emang salahnya di mana?” “Kamu pikir ini lelucon Mas? Ini masalah mental Putri! Papa macam apa kamu!” “Udahlah Lea! Kamu nikmatin aja sandiwara ini, lagian nggak ada ruginya kan? Bayangin kalau kamu memilih ninggalin aku pa
“Ma, Mbak Lea Ma! Dia bentak aku.” Kanjeng yang mendengar teriakan Salsabila bergegas menghampirinya. “Ada apa sih ribut-ribut?” “Ini Ma, Mbak Lea marahin aku cuma gara-gara pakaian doang!” “Nggak gitu maksud Lea Ma, Bila kan udah gede masa baju aja harus banget aku yang ngangkatin, kan Mama sendiri tadi yang nyuruh aku ke luar buat beli obat. Lagian Bila di rumah kan!” “Ya tapi kamu nggak punya hak untuk bentak-bentak anak saya! Ingat ya Lea, kamu harus tau diri kalau bukan karena anak saya kamu udah jadi gelandangan!” “Mau sampai kapan Mama hina aku terus? Aku di sini jadi menantu Ma bukan pembantu!” “Oh belum puas kamu bentak anak saya dan sekarang kamu mau ngelawan saya juga!” “Aku heran sama kalian, hati kalian di mana sih? Sampai tega memperlakukan manusia seperti ini.” “Banyak omong kamu ya!” Kanjeng mengambil pakaian yang basah tadi dan menyerahkannya kembali pada Aleana. “Kamu ambil ini dan keringkan sekarang!” Rahang Aleana mengeras dan na
“GILA KAMU YA!” “Tutup mulut kamu! Ingat ya Lea, kamu itu nggak punya hak untuk mengeluarkan makianmu itu di rumah ini,” tegasnya. “Kenapa Mas? Aku masih istri sah kamu! Wajar kalau aku marah karena kamu lebih memilih membiayai wanita lain ketimbang istri kamu sendiri,” protesnya. “Wajar kamu bilang? Ngaca kamu woi ngaca! Apa yang perlu aku biayai dari wanita seperti kamu? Kamu nggak pernah pintar ngerawat diri, kulit kusam, penampilan acak-acakan. Gimana suaminya mau betah kalau kayak gini!” hinanya pada Aleana. “Terus menurut kamu selingkuh itu adalah pilihan yang tepat?” tanyanya kesal. Napasnya menggebu, bola matanya memerah. “Oh jelas, wanita di luar sana masih banyak yang lebih cantik, fresh! Jadi mata aku nggak suntuk kalau lihat wajahnya, nggak seperti kamu mata aku yang tadinya capek habis kerja malah tambah capek lihat muka kucelmu ini!” “Ingat umur Mas! Kamu itu udah punya anak perempuan, kamu emang nggak mikir bagaimana perasaannya anak perempuan kamu, kalau sampai
“Putri benci sama Papa, aku bakalan aduin semuanya ke Mama!”“Dasar anak nggak tau di didik! Kamu anak kecil nggak usah ikutan ngatur masalah orang tua!” Alex masih tetap saja kekeh dengan pendiriannya meskipun anak yang ada di hadapannya itu sudah berlinang air mata.Mata gadis itu melirik tajam ke arah Zahra si perempuan penggoda yang merebut ayahnya, “Kamu! Kamu buta ya nggak bisa lihat Papa aku udah punya istri?”Zahra memandang Putri sinis dengan tangan yang masih mengelus-elus pipi, sekejap pandangannya beralih menatap Alex dengan tatapan sedih.“Putri cukup! Kamu nggak pantes ngomong seperti itu!” Alex meradang.“Emang kenapa Pa, kalau Putri nggak pantes ngomong kayak gini? Terus menurut Papa apa yang Papa lakuin ini udah bener?” tanyanya dengan mata yang sudah berair.“Kamu anak kecil tau apa? Nggak usah kamu sok-sokan mau ngurusin hidup Papa!”Putri menatap Alex dalam, “Pantesan Papa ngelakuin ini, karena emang dasarnya Papa nggak pernah peduli dengan keluarga kita kan? Terle
“Mama jujur ke Putri sekarang! Jangan bilang kalau Mama udah tau semuanya?” Aleana terdiam, tubuhnya kembali mematung dengan tatapan kosong. “Ma, jawab Ma! Mama selama ini bohongin Putri kan?” Tangan Putri mengguncang tubuh Aleana. “Maafin Mama Nak, maafin Mama.” Akhirnya ia mengeluarkan sepatah kata. Putri sontak langsung memeluk erat tubuh Aleana yang sudah tak berdaya itu. Tangis mereka pun pecah. “Mama kenapa nggak pernah cerita ke Putri? Mama kenapa harus bohongin aku?” “Mama sayang sama kamu Nak, Mama takut kamu sedih.” “Tapi Ma, kalau hanya Mama yang ngerasain sedih itu nggak adil buat Putri. Sekarang Putri paham, kenapa Mama selama ini sering nangis pasti karena Papa kan?” Aleana balik mendekap tubuh Putri dengan erat, ia mencium kepala anaknya dengan berlinang air mata. “Mama nggak papa, asal Mama bisa lihat anak Mama bahagia itu sudah lebih dari cukup,” tegasnya. “Nggak! Ini nggak adil untuk Mama, bukan hanya aku yang pantas bahagia Ma tapi Mama juga!” b
Alex melemparkan tatapan tajam ke arah Aleana. Alex mendengus, “Heh, bagus. Kamu memang nggak pantes jadi istri aku! Mulai sekarang angkat kaki dari rumah ini dan ingat! Jangan pernah berani membawa secuil pun harta benda dari rumah ini karena semuanya yang ada di sini adalah hasil dari kerja kerasku!” Tangan Aleana lantas menyeka air matanya, tatapan wanita itu berubah penuh dengan rasa dendam, “Aku nggak akan pernah ngarepin seperser pun dari kamu Mas!” “Cuihh! Sombong kamu! Anak yatim piatu gelandangan kayak kamu bisa apa? Paling-paling hidupmu jadi pengemis di jalanan, ingat ya Lea! Kalau bukan karena aku kamu nggak akan pernah ngerasain yang namanya hidup enak,” pungkasnya sombong. Aleana tak menggubris sedikit pun hinaan Alex, wanita itu langsung berbalik badan menuju kamar untuk mengemasi semua pakaiannya. “Putri sayang, kamu tinggal di sini sama Oma ya!” bujuk wanita tua itu. “Kamu boleh pilih, mau tinggal di sini atau mau jadi gelandangan seperti Mama kamu?”
“Maksud bapak? Apa bapak akan menjual perusahaan ini kepada orang lain?” “Tentu saja tidak, sejak awal saya juga sudah mengatakan bahwa posisi saya di sini hanya sebagai pemimpin sementara karena ada yang lebih berhak dari pada saya. Kebingungan-kebingungan kalian akan segera terjawab besok, pada intinya saya sudah menyampaikan hal ini kepada kalian sebelum kalian semua menyambut era baru kepemimpinan. Saya kira hanya itu saja, kalian bisa beraktivitas kembali sesuai tugasnya masing-masing, terima kasih.” Semuanya pun bubar dengan membawa rasa penasaran. Sementara itu, Alex yang baru saja selamat dari kemalangan kehilangan pekerjaan, langsung menghampiri David hendak ingin memuaskan rasa penasarannya kepada sesosok yang baru saja menyelamatkan dirinya. “Pak David! Maaf, apa saya bisa bertemu dengan seseorang yang bapak ceritakan ke saya?” Wajah David langsung berubah menjadi sangat tertarik dengan permintaan Alex. “Ada urusan apa kamu?” tanyanya ketus. “Maaf pak, saya
*** “HAHHHHHH! SIALAN!” pekiknya, ia menghamburkan seluruh benda yang ada di kamarnya. “Alexxx!” teriak Kanjeng, yang melihat anaknya membabi buta. “Kurang ajar kamu Lea! Kamu pasti sengaja mempermalukan saya!” ucapnya dengan napas yang menggebu. “Alex kamu kenapa?” Kanjeng kebingungan. “Wanita itu Ma, wanita itu sudah menghina Alex!” “Siapa maksud kamu? Tenang dulu!” “Lea Ma, Lea ternyata pemilik perusahaan tempat aku kerja.” “APA?” Kanjeng shock. “Iya, Ma dia … dia ternyata anak tunggal dari pemilik perusahaan itu.” “Kamu bohong kan? Nggak mungkin lah, secara dia kan sebatang kara yang asal-usulnya aja nggak jelas. Kenapa tiba-tiba dia jadi pemilik perusahaan itu?” ucapnya semakin kebingungan. “Ini bener Ma, Alex juga bingung awalnya. Dia pasti mau balas dendam sama aku!” ucapnya ketakutan. “Aku nggak bakalan biarin semua ini terjadi! Nggak … nggak bakalan! Alex mulai gelisah. “Tenang Alex, tenang! Aleana nggak mungkin mau balas dendam, kamu tau kan dia seperti apa? Pasti
“Apa? Dia lagi?” Ekpresi Aleana yang sangat terkejut seperti itu mengundang banyak tanya di benak Putri-anaknya. “Eeee, emangnya kenapa Ma?” tanyanya ragu. “Aduh, sayang! Kamu ngapain masih mau dianterin sama om-om itu? Kan Mama udah bilang ke kamu kalau kamu harus hati-hati sama orang asing!” “Hmm, orang asing? Tapi kan Ma dia ayahnya temen aku di tempat les, jadi om itu kan bukan orang asing karena Putri tau!” bantahnya. Aleana memegang kepalanya dengan kedua tangan. “Mama kenapa sih? Hari ini aneh banget, kan buktinya Putri nggak kenapa-napa Ma … itu artinya om itu orang baik!” kekehnya. “Putri sayangnya Mama. Dengerin Mama baik-baik ya Nak, Mama cuma mau kamu aman dan kenapa Mama nggak setuju kalau kamu deket-deket sama om-om itu karena hari ini dia udah buat Mama kesel! Dan dari cara dia memperlakukan Mama tadi itu sudah menunjukkan kalau dia itu bukan orang baik!” jelasnya kembali berusaha meyakinkan. Alis Putri bertaut, bib
*** Wanita 35 tahun itu berjalan dengan badan sedikit tegap dan pandangan lurus ke depan, sementara di sisi sebelah kanan Aleana tampak David yang setia menemani adik tak sedarahnya itu. “Semua urusan di kantor tadi aman kan, kak?” “Aman kamu tenang aja, ada aku di sini!” “Hah, untunglah! Maaf ya Lea nggak bisa balik lagi ke kantor tadi, soalnya acara sekolahnya Putri selesainya lama nggak seperti yang aku bayangin di awal,” keluhnya. “Kamu santai aja, aku masih bisa handle semuanya kok. Urusan seperti ini hanya masalah kecil buat aku!” tukasnya santai. Aleana tetap fokus dengan langkahnya namun matanya terpatri dengan layar gawainya, sembari tangan kanannya memegang minuman soda kaleng yang telah diteguknya setengah. KLENTENG! Gubrakkk! [wanita itu bertabrakan dengan seorang pria yang mengakibatkan minuman yang ada digenggamannya tumpah mengenai bajunya]. “Awww!” Baju Aleana basah terkena tumpahan minuman soda yang dibawanya. “Kalau jalan bisa pakai ma
“Awas ya kamu Lea! Jadi begini cara main kamu, kamu pikir aku takut dengan cara licik kamu ini! Tunggu pembalasan aku, bahkan kalau bisa kamu harus ngerasain rasa sakit lebih dari apa yang aku rasain sekarang!” ucapnya penuh amarah. Ia menarik jas berwarna hitam dan mengenakannya, lelaki itu bercermin untuk memastikan apa yang dikenakannya telah rapi. Ia telah nampak kemas dengan kemeja biru dan jas hitam serta sepatu hitam andalannya. “Kamu mau ke mana Alex?” tanya Kanjeng yang keheranan dengan penampilan putranya yang sudah rapi. “Alex mau ke luar sebentar, di rumah sumpek!” sindirnya pada Salsabila yang tengah duduk santai di sofa sembari menggeser-geser layar gawainya. “Palingan mau cari mangsa baru Ma atau nggak mau cari selingkuhannya si Zahra itu!” balasnya sinis. “Nih, ini nih yang bikin sumpek, ada mulut yang kurang di sekolahin kalau ngomong! Gini ni akibatnya dimanjain mulu, udah tua bukannya nyari pasangan! Jadi perawan tua juga lu!” Alex tak mau kalah. “S
TOK! TOK! TOK! “Iya sabar!” “Permisi!” “Duh, siapa sih? Nggak sabaran banget!” Salsabila ngedumel emosi. KREKKK! [pintu dibuka] “Mbak Lea! E … mbak ngapain ke sini?” tanyanya terheran. “Mbak mau nyari mas Alex, ada?” “Ada urusan apa ya?” “Kamu nggak perlu tau, mbak urusannya sama mas Alex bukan sama kamu!” ucapnya datar. “Ow nggak bisa dong mbak, aku kan adiknya mas Alex jadi aku berhak tau dong!” kekehnya. “Bila, udah ya! Mbak lagi nggak mau ribut sama kamu, mbak tanya sekali lagi mas Alex ada di rumah nggak?” Salsabila menarik napas dalam, “Hah, iya ada!” Aleana kembali melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah neraka itu, pandangannya beredar memerhatikan suasana yang sudah cukup lama ia tinggalkan. Kini tiap hirupan napasnya di rumah itu terasa sedikit lega tidak seperti sebelumnya yang penuh dengan kesesakan. “Mas … Mas Alex! Ada yang nyariin tuh,” panggilnya. “Siapa?” “Turun aja kenapa, banyak nanyak!” Alex yang masih asyik menggosok-gosok
PYANG! [suara barang-barang pecah] “Alex! Apa-apaan kamu,” tegur Kanjeng, yang keheranan melihat anaknya membabi buta. “Mama nggak usah ikut campur!” teriaknya kesal. “Ini jadi urusan Mama karena kamu masih anak Mama! Kalau kamu marah dan kesal bicara, jangan main rusakin barang kayak gini!” protesnya mulai tersulut emosi. “Ini semua gara-gara anak Mama yang manja itu, coba aja dia nggak ngasi rencana konyol seperti itu pasti semuanya masih baik-baik saja dan Alex tidak akan menanggung malu seperti ini serta kehilangan segalanya,” keluhnya. “Maksud kamu Bila?” “Iya, siapa lagi kalau bukan dia! Asal Mama tau ya, harga diri Alex sudah jatuh sejatuh-jatuhnya di hadapan semua orang, karena Aleana dan asisten keparatnya si David itu! Itu semua nggak bakalan pernah terjadi kalau anak manja Mama itu nggak ngasi ide konyol murahan!” “Ehmm,” Salsabila berdeham. Ia rupanya sedari tadi sudah berada di balik pintu mendengar semuanya. “Ini ni biang keroknya! Kamu harus tanggung jawab Bila!”
DEG!!! Menghadapi sikap Putri Aleana tiba-tiba kikuk, pernyataan anaknya membuat dirinya kehabisan kata-kata. “A e … ngobrolnya nanti aja ya sayang, kamu kan mau ke sekolah nanti telat lo,” kilahnya. Ia berusaha mengalihkan pembicaraan. “Hmm, iya deh Ma.” Pertanyaan Putri yang menyinggung soal pasangan kepada dirinya membuat wanita 35 tahun itu gelagapan, pasalnya pertanyaan tersebut dilontarkan oleh anak usia 15 tahun dan itu anak kandungnya sendiri. Aleana hanya terkejut mendengarnya karena hal itu menjadi sebuah pembicaraan yang tabu ketika yang menyatakan bukan orang yang seharusnya. “Bi, semua persiapan sekolah Putri udah kan?” “Udah bu, semuanya sudah saya siapin.” “Oke, makasi ya bi.” Putri sudah kemas dengan pakaian sekolahnya dan siap untuk berangkat ke sekolah. “Ayo sayang. Bi Aya nitip rumah ya, saya sama Putri berangkat dulu.” “Iya bu, siap.” “Pamit dulu sayang sama bi Aya,” titahnya. Putri meraih tangan bi Aya untuk bersalama
Alex mengangkat tangan kanannya ke udara seraya menampar Aleana namun, sebelum tangan lelaki licik itu menyentuh Aleana tangan David melesat cepat mencekal Alex. “Jauhkan tangan kotor kamu itu dari adik saya!” “Wanita sialan! Apa maksud kamu melakukan ini semua?” Aleana hanya membalas senyum kepuasan di wajahnya. “Kamu … kamu akan membayar mahal atas apa yang telah kamu lakukan Lea!” Alex sangat marah. Lelaki berengsek itu sedang menikmati sensasi marah yang meluap dan juga rasa malu yang tertahankan di waktu yang bersamaan, pasalnya baru saja video perselingkuhannya dengan Zahra di kantor telah ditayangkan di hadapan seluruh undangan yang datang pada pesta itu. Di sisi lain di pojok ruangan sedang ada Zahra yang menangis karena merasa malu. Alex mendengus, rahangnya mengeras dan matanya memerah. Lelaki itu melangkah menuju Zahra meraih tangan wanita itu dan berniat mengajaknya segera pergi meninggalkan pesta yang telah menjatuhkan harga diri mereka berdua
“Bu-bukan gitu Lea.”“Jadi? Gimana? Semua keputusan ada di tangan Mas, pikirkan ini baik-baik Mas.” Alex terdiam, ia tampak menimbang keputusan. “A-aku setuju, tapi setelah aku melakukan ini kamu percaya kan sama aku?” tanyanya kembali ragu. “Itu tergantung bagaimana sikap kamu Mas, buktikan dulu omongan kamu.” “O-oke, aku bakalan buktiin ke kamu kalau aku bener-bener serius ingin menebus semua kesalahan aku,” tegasnya. Alex berusaha meyakinkan Aleana kembali. “Bagus kalau memang begitu.” Alex kali ini akan menghadapi situasi yang sangat sulit, begitu saja ia langsung setuju dengan permintaan Aleana. “Kamu disuruh ngapain sama si nenek lampir itu Mas?” “E-enggak ada,” kilahnya. “Nggak ada tapi kok muka kamu panik gitu!” ucap Zahra curiga. “Kamu nyembunyiin sesuatu ya dari aku?” Alex mendengus, “Hah, nanti kalau aku cerita kamu marah!” keluhnya. “Ya, apa dulu Mas, belum juga cerita!” “Ja-jadi gini, besok akan diadakan pesta untuk rekan-rekan kerja di
*** “Zahra! Apa-apaan kamu, bukannya kemarin saya sudah pesan untuk melakukan pencatatan surat masuk dan surat ke luar!” Aleana meradang. “Ma-maaf bu, itu sudah saya lakukan dan pencatatan tersebut kemarin saya sudah cek,” jelasnya. “Terus kenapa masih ada surat masuk yang tertinggal? Dan ini tanggal pengiriman sudah dua hari yang lalu.” “Tapi saya sudah cek kemarin bu dan memang tidak ada.” Zahra berusaha membela dirinya. “Jadi maksud kamu saya yang salah?” Zahra tertunduk. “Ma-maaf bu, saya yang salah. Lain kali saya akan lebih berhati-hati,” jawabnya terpaksa. “Ingat ya, ini kesalahan fatal yang pertama kamu lakukan. Kamu bisa bayangkan kalau surat penting ini hilang atau tercecer, sudah barang pasti kalau kamu yang akan menanggung resikonya, karena hal fatal seperti ini bisa mengancam kerugian untuk perusahaan ini, paham kamu!” “Ba-baik bu. Tapi maaf sebelumnya kalau saya lancang … bukannya saya sudah mengatakan bahwa alangkah baiknya jika pekerjaan seperti ini