Pintu ruang tidur Nathan pun tertutup rapat. Kini, tinggalah seorang Nathan yang mencoba meredakan amarahnya seorang diri."Sial! Apa yang sebenarnya Mom inginkan?! Apakah dia ingin memiliki seorang Cucu?!"Nathan berbalik menuju ranjang besar di mana seorang wanita yang baru saja dikenalnya bahkan dinikahinya sedang tertidur pulas. Ya, dia menatap Alicia lekat-lekat."Aku tidak menginginkan seorang anak darinya. Aku bahkan tidak mengenalnya dengan baik. Siapa wanita ini? Bagaimana bisa, Mom menginginkan keturunan dariku bersama wanita asing ini? Dan, lihat saja! Tidurnya sangat berisik!"Nathan mengacak-acak rambutnya yang hitam legam. Dia akhirnya memutuskan untuk tidur satu ranjang dengan Alicia."Kau masih saja wangi, Cia. Sebenarnya, siapa dirimu? Bisa-bisanya aku ketagihan ingin selalu berdekatan denganmu. Kau sungguh berhasil memikatku dengan aroma vanila di tubuhmu yang manis."Ada kekesalan juga rasa penasaran yang mendalam di hati Nathan. Usai mematikan lampu utama dan menya
Nathan terperangah mendengar ucapan Alicia. Dia terkekeh sambil membuka lilitan selimut pada tubuh sang istri. "Bisa-bisanya kau berkata Suamimu ini Otak mesum! Ha! Ha! Ha!" Nathan melemparkan selimut tadi ke sembarang tempat. Kemudian, dia merapatkan tubuhnya ke tubuh Alicia sehingga membuat wanita itu gelagapan. Kini, tubuh polos Alicia kembali terekspos, tentu saja membuat hasrat Nathan memuncak dan ingin segera dituntaskan. "Apa yang kau lakukan?!" Nathan mengangkat tubuh Alicia, lalu memasukkannya ke bathtub. Dia juga membuka keran air dan membiarkan bathtub terisi penuh. "Tentu saja mandi pagi bersama. Memangnya apalagi?" Nathan membuka piyamanya. Spontan membuat Alicia menutup kedua mata. "Aku akan memberitahumu bagaimana otak mesum Suamimu ini bekerja, Cutie Pie." Kini, tubuh polos keduanya saling berdekatan. Nathan menyerang Alicia dengan mengecup bibirnya beberapa saat sebelum akhirnya dia memberikan beberapa kecupan di sana-sini. "Oughhh, Nath. Jaーjangan sekarang, p
"Ingatlah, Cia! Aku adalah pemegang kekuasaan mutlak atas hidupmu selama 1 tahun ke depan. Paham?"Alicia menatap Nathan dengan jengah. Dia menghela napas panjang.Kemudian, Nathan kembali berkata, "Hanya 1 tahun. Setelah itu, kau dan aku tidak memiliki urusan lagi."***Tuk! Tuk! Tuk!Suara sepatu wanita terdengar dari arah tangga. Seorang wanita sedang menuruni tangga bersama Nathan. Ya, dia adalah Alicia. Dia tidak pergi bekerja sebagaimana biasanya.Oh, apakah Nathan akan membiarkan Alicia tetap bekerja di department store miliknya?"Tidak bisakah kau berjalan tanpa suara?"Nathan yang kesal mencoba menutup telinganya. Namun, Alicia justru memanfaatkan kesempatan ini untuk menyerang Nathan."Bukankah aku sudah katakan untuk sarapan di kamar saja? Kau tahu jika sekujur tubuhku sakit, bukan?"Ketika mereka tiba di anak tangga paling bawah, Alicia menatap Nathan sejenak.'Dia begitu menyebalkan,' keluh Alicia di dalam benaknya."Kau pikir, aku peduli?!"Usai memberikan tanggapan, Nat
Nathan membersihkan mulut dengan napkin yang sejak tadi berada di pangkuannya. Dia melirik Alicia.'Sebenarnya, apa yang direncanakan oleh Nathan? Untuk apa dia mengundang para wartawan? Ah, lebih baik aku kembali saja ke mansionnya,' pikir Alicia, dia menyusun rencana sambil tersenyum tipis. "Lucky, apakah kau membawanya?"Lucky mengangguk dan segera mengeluarkan sebuah kotak merah dari dalam sakunya. Dia memberikannya kepada sang majikan.'Apa? Membawa apa?' Alicia semakin penasaran. Dia terlonjak kaget ketika melihat benda mewah yang dikeluarkan dari dalam kotak merah tesebut."Cincin?!"Thomas sama terkejutnya seperti Alicia dan mungkin semua orang di ruang makan juga merasakan perasaan yang sama."Ya, seperti yang Papa lihat. Ini adalah cincin berlian. Lucky mencari yang sesuai dengan ukuran jari Alicia."Usai menjawab pertanyaan sang papa, Nathan lantas berdiri di samping kursi Alicia. "Ulurkan tangan kananmu!"Alicia tahu maksud Nathan. Pria itu akan menyematkan cincin terseb
Semua kamera mengarah kepada wanita cantik dengan warna mata coklat seperti rambutnya yang panjang tergerai. Wanita dengan alis tebal dan lesung pipi menambah kesan cantik pada dirinya. Dia adalah Alicia Wood. Seorang wanita berdarah Indonesia-Inggris yang duduk tenang di sisi kiri Nathan. Oh, siapa yang tahu isi hati dan pikiran wanita itu?Nathan memperlihatkan senyumnya kepada semua orang demi nama baiknya dan nama baik keluarga Czarford. Dia berseru di telinga Alicia, "Tersenyumlah, Cia!""Tuan Muda, apakah Anda baru saja tersenyum?" Lucky berbisik di telinga sang tuan.Nathan segera menjauhkan dirinya dari Alicia. Dia membalas ucapan Lucky, "Jika kau tahu, maka diamlah! Dan, berpura-pura saja tidak melihatnya!"Nathan tidak tahu bahwa kedua orang tuanya sedang memantau jalannya acara konferensi pers pagi ini dari lantai dua. "Thomas, apakah kau melihatnya?"Ainsley berdiri di samping Thomas melihat acara konferensi pers Nathan berlangsung. Keduanya berdiri di balkon ruang tidur
'Ingin rasanya aku memaki wartawan yang melemparkan pertanyaan!' maki Nathan di dalam hati. Dia menatap wartawan wanita sambil tersenyum tipis.Lain halnya dengan Alicia. Wanita itu memiliki pandangan berbeda tentang perikahannya dengan Nathan.'Hatiku sakit ketika mendengar pertanyaan wartawan tadi. Namun kenyataannya, aku dan Nathan memang hanyalah menikah kontrak. Jadi, aku tidak akan tersinggung dengan pertanyaan wartawan tersebut,' keluh Alicia. Meskipun hatinya teriris, dia tetap melemparkan senyum ke arah kamera. "Perkenalan saya dan Alicia memang sangat singkat. Namun ...."Nathan tidak tahu lagi ingin menjelaskan apa. Dia benar-benar tidak sempat membaca data diri Alicia."Tuan Muda, apakah Anda tidak ingat dengan apa yang sudah saya ceritakan tentang Nona Alicia? Katakan kepada mereka bahwa Anda dan Nona saling jatuh cinta pada pandangan pertama!"Lucky berbisik di daun telinga Nathan. Seketika itu juga, Nathan menjauhkan tubuhnya dari sang asisten. Dia melotot. "Dasar asi
"Nath, perlukah kita mengadakan pesta pernikahan seperti keinginaan Kakek?" Alicia bertanya kepada Nathan ketika keduanya telah pergi dari mansion utama. Keduanya kini berdiri tepat di depan pintu utama mansion Nathan. "Kau pikir, aku mau mengikuti pesta membosankan seperti itu?!" Nathan menatap Lucky yang sudah membukakan pintu untuk dirinya dan Alicia. Dia melangkah lebih dulu, lalu disusul oleh Alicia. "Kalau begitu, kau bisa membatalkannya, kan?!" Alicia menarik lengan jas nathan sehingga membuat pemiliknya merasa tidak senang. "Alicia Wood, kau tahu bahwa aku tidak suka bersentuhan dengan siapapun, bukan?!" Nathan menghempaskan tangan kanan Alicia dari jasnya. Kemudian, dia menatap Lucky yang hanya berdiri membatu. "Hei, asisten bodoh! Cepat bersihkan jas saya!" seru Nathan sambil menatap tajam ke arah Alicia. "Cih! Kau masih tidak berubah juga, Tuan Muda Nathan yang terhormat dan gila kebersihan! Padahal Anda sudah menghabiskan malam pengantin bersama saya! Bagaimana
Nathan mendengus. Tatapan mata tajamnya mengarah kepada Lucky. "Dasar asisten bodoh! Bisa-bisanya kau memberikan Tuanmu saran yang bodoh!" makinya.Meskipun Nathan memaki, dia tetap berjalan menghampiri Alicia. Melihat kelakuan Nathan, tentunya menggelikan bagi Lucky. Dia pun menahan tawa. "Pppfff!""Oh, astaga! Ekspresi macam apa itu, Cia! Berhentilah memasang ekspresi seperti itu! Aku akan memasangkan kalung itu di lehermu!"Alicia memang pandai meluluhkan hati Nathan dan membuat suaminya itu menuruti apapun keinginannya. Dia pun tersenyum penuh kemenangan. "Itulah suara hati seorang Istri, Suamiku. Semua Istri ingin diperlakukan dengan sangat baik oleh Suaminya.""Dasar wanita berisik! cepat berbalik!"Nathan segera memasangkan kalung berlian dengan liontin huruf N yang indah. Kalung ini sengaja dipesan oleh Ainsley. Karena sejujurnya, Nathan tidak peduli pada mahar pernikahannya. "Sudah selesai. Sekarang aku akan pergi bekerja. Ayo, Lucky!"Baru saja Nathan melangkahkan kakinya,