Home / Romansa / Istri Kontrak Sang Miliarder / Chapter 70 - Tempat Beristirahat

Share

Chapter 70 - Tempat Beristirahat

Author: LazuardiBianca
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Sayang."

Riley membuka pintu kamar, melongokkan kepalanya ke dalam lalu kembali menutup dengan wajah resah.

Ia telah memeriksa setiap sudut rumah namun tak juga menemukan istrinya. Seharusnya, Megan tiba lebih cepat darinya. Mereka punya janji makan malam bersama dan Megan bilang dia akan pulang lebih awal untuk bersiap-siap.

Riley mengeluarkan ponselnya, menekan angka satu disana.

'Mailbox?' batinnya gelisah. Keningnya berkerut dalam karena hanya mendengar suara operator saat menghubungi nomor ponsel Megan.

Riley beralih ke laman kontak, mencari nama 'Adik galak!' dalam daftar kontak.

"Apa?"

Riley tersenyum maklum. Kini dia tak lagi mempermasalahkan setiap kali mendengar suara ketus Baron saat bicara dengannya.

"Apa Megan bersamamu?" tanya Riley. Mengatur nada suaranya sebaik mungkin.

"Megan?"

"Ya, katanya dia akan pulang lebih cepat tapi—"

"Megan udah pulang dari tiga jam yang lalu."

Intonasi suara Baron turun, terdengar gelisah.

"Apa dia—"

"Kenapa? Apa dia mengatakan padamu akan m
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Istri Kontrak Sang Miliarder    Chapter 71 - Ledakan Gairah (18+)

    "Hmm." Erang Megan sambil mengeliat resah. Ia membuka matanya dan mendapati sekitarnya gelap gulita. "Sialan, aku ketiduran disini!" Jeritnya panik.Megan buru-buru bangkit, mengeluarkan ponsel dari sakunya untuk menghidupkan senter."Haduhhh, bisa-bisanya ketiduran," keluhnya. "Gawat ini mah!""Bu, Megan pulang dulu ya," pamitnya pada nisan Ibu panti dan bergegas pergi."Malam-malam di tempat seperti ini mengerikan," desahnya sambil merapatkan jaket ke tubuhnya. Angin yang berhembus membuat tubuhnya mengigil kedinginan. Megan mempercepat langkahnya, melangkah hati-hati agar tidak tersandung tepian dari petak kuburan yang berjejer rapi. Penerangan dari senter ponsel tak banyak membantu, malah menambah kesan suram dari cahaya kuning yang temaram.[Srrrkkk ... Srrrkkk ...]'Apaan tuh?'Suara gesekan langkah asing membuat tubuh Megan seketika membeku. Ia mengarahkan ponselnya ke segala arah untuk mengantisipasi serangan dari mahkluk tak kasat mata."Megan ..."Sayup-sayup terdengar sua

  • Istri Kontrak Sang Miliarder    Chapter 72 - Masa Lalu Kelam

    "Awas aja kalau kamu masih ngatain aku bangkotan," kecam Zian setelah mobil parkir di depan pintu pagar rumah Nesa."Ya ... Ya, Pak tua," olok Nesa sambil buru-buru melepaskan seltbelt agar bisa secepat mungkin melarikan diri dari amukan Zian.Dia keluar dan membanting pintu Crossover kesayangan sang sutradara hingga membuat pria itu menjerit panik."Nesa, sialan!" Umpatnya. "Haduh ... Kasihan kamu Betty," keluhnya sambil menggosok kemudi mobil dengan penuh kasih sayang.Nesa tertawa puas dan segera melambaikan tangannya. "Bos, jangan lupa. Besok kita ada jadwal syuting, jangan telat," serunya mengingatkan sebelum menghilang dari balik pintu masuk rumahnya.Zian mengabaikan apapun, ia terlalu sibuk mengelus mobil kesayangannya."Hei, Nesa! Kamu pulang malam lagi?"Suara bentakan yang terdengar sayup-sayup, akhirnya mengusik perhatian Zian. Dia mengerutkan kening sambil menajamkan indera pendengarannya."Berikan aku uang."Begitu yakin dengan apa yang didengarnya, Zian segera keluar dar

  • Istri Kontrak Sang Miliarder    Chapter 73 - Merajut Luka

    "Tidak." Tolak Zian lantang.Ia menentang keras niat Nesa untuk mencabut aduan atas apa yang dilakukan kakak tirinya. "Ini udah yang ke sekian kalinya. Kamu nggak boleh terus-terusan memaafkan bajingan itu. Nanti dia semakin—""Zian, hentikan." Megan yang baru memasuki ruang interogasi segera menghampiri Nesa. Ia memeluk tubuh kurus yang hanya terpekur sedih menatap lantai."Sayang, aku akan bicara dengan polisi yang menangani kasus ini dulu," ucap Riley. Ia harus memastikan apa yang sedang terjadi sebelum memutuskan jalur yang akan diambil untuk menangani kasus ini.Megan mengangguk kecil pada suaminya lalu kembali mengalihkan pandangannya pada Zian."Tapi Meg—""Cukup," tegasnya pada Zian yang terus saja merongrong wanita malang itu. "Kita harus menghormati keputusan Nesa. Dia punya pertimbangan sendiri.""Meg, aku takut," rintih Nesa tertahan airmata. "Aku takut—"Megan menghela napas perlahan. "Aku tahu."Ia menepuk pundak Nesa perlahan, membiarkan wanita muda itu menangis tanpa

  • Istri Kontrak Sang Miliarder    Chapter 74 - Alasan

    "Ukh." Megan kembali berlari dengan terburu-buru ke toilet untuk ke sekian kalinya. Dibelakangnya, Riley menyusul dengan wajah cemas."Sayang, kita ke rumah sakit ya," ajak Riley sembari menepuk pelan punggung istrinya.Hatinya benar-benar tak tenang melihat Megan terus saja mual dan muntah sepanjang semalam hingga hari ini.Megan melambaikan tangannya. "Nggak, Rey. Hari ini aku harus ke lokasi syuting. Ada beberapa adegan yang harus di revisi.""Kenapa tidak minta kru lain yang melakukannya?""Nggak bisa, Rey. Ini adegan puncak dalam film ini. Aku nggak mau ada kesalahan yang membuat film ini menjadi tidak menarik," ujar Megan sambil mengosok perutnya yang kembali bergejolak.Ia menyambut tangan Riley yang hendak memapahnya kembali ke ruang tengah. Entah mengapa, suasana hatinya menjadi lebih baik setiap kali berada dalam jarak yang sangat dekat dengan suaminya. Megan memeluk pinggang Riley lalu menyandarkan kepalanya di dada berotot itu, mencari posisi yang membuatnya nyaman."Kamu

  • Istri Kontrak Sang Miliarder    Chapter 75 - Kegelisahan Daniel

    "Nih, kamu pasti melewatkan sarapan lagi 'kan?"Baron meletakkan piring berisi sandwich tuna mayo kesukaan Megan dan secangkir kopi."Emm," erang Megan sambil menutup hidungnya. Seakan ada bau menyengat yang mengusik indera penciumannya."Apa ini?"Baron mengerutkan keningnya, bingung melihat tingkah ajaib sahabatnya. "Tentu saja sandwich, seperti biasa. Emangnya kenapa?""Ukh!" Megan menutup hidung dan mulutnya rapat-rapat dengan kedua tangan."Jauhkan dariku!" Teriaknya histeris."Apaan sih, Meg? Jangan aneh-aneh deh. Ini kan sandwich kesukaan kamu," sergah Baron kesal. Ia merasa tersinggung karena Megan menolak apa yang ia buat dengan ketulusan."Jauhkan aja, Baron. Aku mual," keluh Megan setengah merengek.Baron berdecih kesal dan kembali mengangkat nampan yang sebelumnya dibawa."Eh, kopinya nggak usah," tahan Megan cepat."Loh, tadi katanya nggak mau. Mual …" ujar Baron."Sandwichnya aja." "Dasar plin-plan," sindir Baron lalu kembali menaruh cangkir kopi dan membawa nampan dan

  • Istri Kontrak Sang Miliarder    Chapter 76 - Kabar Gembira

    "Pak, ini laporan tahunan. Saya sudah menyiapkan draf pajak untuk tahun ini dan mengajukannya pada tim legal."Irene meletakkan map yang dibawanya di atas meja kerja presiden direktur.Riley mengangkat kepalanya lalu mengangguk singkat dan kembali memusatkan perhatiannya pada ponsel."Maaf, Pak Riley. Apa ada yang menganggu pikiran anda?" tanya Irene. Sejak tadi, ia memperhatikan atasannya tidak fokus dalam bekerja dan tak melepaskan pandangannya dari layar ponsel.Riley mengulas senyum tipis. "Apa terlihat jelas?"Irene balas tersenyum sambil mengangguk kecil. "Kalau boleh saya tahu, hmn … Apa yang anda pikirkan? Atau Pak Riley sakit?"Riley menggeleng cepat. "Tidak, saya baik-baik saja. Saya hanya sedang memikirkan Megan.""Oh. Apa Bu Megan sakit?" "Ya. Dari semalam istri saya terus saja mual dan muntah. Saya khawatir dengan kondisinya," desah Riley.Irene menautkan alisnya. "Mual dan muntah?" Ulangnya."Ya. Kasihan melihatnya, bahkan dia tidak bisa tidur dengan nyenyak semalaman.

  • Istri Kontrak Sang Miliarder    Chapter 77 - Penyesalan Yang Terlambat

    Baron mendekati meja dan meletakkan nampan berisi secangkir kopi dan piring penuh dengan Madeline yang baru saja keluar dari oven. Ia mengalihkan pandangannya pada pria yang tengah membantu karyawan cafe mengangkat kotak besar, memindahkannya ke gudang.Allen mengenakan kemeja yang dikeluarkan dari celana dan menggulung lengannya hingga sebatas siku. Pria itu tampak santai dan tak henti tertawa menanggapi lelucon para karyawan lain.Tak seorangpun bakal tahu, bahwa pria tampan itu adalah pengacara yang sehari-harinya mengenakan setelan jas resmi."Ini kopi ku?"Baron mengangguk. "Ya.""Terima kasih." Allen menarik kursi dan duduk di samping Baron."Kamu ingin aku tambahkan es?" Baron heran karena Allen memilih kopi hangat di cuaca panas seperti ini."Bukankah penat setelah bekerja keras? Aku bisa membuatkanmu lemon squash," tawarnya.Allen mengibaskan tangannya. "Tidak usah. Gigi ku sensitif jadi aku tidak bisa minum yang terlalu panas dan dingin.""Hmm." Baron mengangguk paham.Allen

  • Istri Kontrak Sang Miliarder    Chapter 78 - Sang Mantan

    "Oh, ada tamu toh." Charles senior meletakkan keranjang buah yang dibawanya ke atas meja dan menyerahkan buket bunga ke pangkuan Megan."Selamat, Nak. Rey bilang kamu hamil. Sebentar lagi, pria tua ini akan menjadi seorang kakek," serunya bangga."Char—les," gumam Yasmine dengan suara tercekat di tenggorokan."Oh, kamu?" Charles terdiam sesaat untuk mengingat wajah yang tak asing baginya."Yasmine 'kan?" tebaknya.Yasmine menatap wajah itu nanar, wajah yang paling dibencinya. Wajah dari pria yang telah menghancurkan hidupnya."Sudah lama sekali kita tidak bertemu. Apa kabar?" Charles mengulurkan tangannya untuk menyambut wanita tercantik di eranya."Apa hubunganmu dengan Megan?" Sentak Yasmine.Charles menatap wanita itu dan beralih pada Megan. Sekian detik ia kembali menatap Yasmine tajam. "Di menantuku. Istri Riley, putraku."Kaki Yasmine bergetar, nyaris kehilangan keseimbangan. Ia berpegang di lengan Daniel."Menantu?" Ulangnya dengan suara bergetar."Mama kenapa?" tanya Daniel b

Latest chapter

  • Istri Kontrak Sang Miliarder    Chapter 125 - Epilog

    "Megan!"Zian berteriak nyaring. Dia tengah susah payah memegangi background agar tak terhempas angin kencang yang mengarah dari blower besar yang diletakkan di depan model."Kamu kejam," desisnya nelangsa.Megan terkekeh-kekeh sambil mengibaskan tangannya."Jangan cengeng," balasnya tanpa mengindahkan protes Zian.Baron yang tengah melakukan pose di tengah set up pantry dengan background puluhan jenis tanaman—sambil memegang moca pot, harus mengencangkan otot pipinya agar tidak tertawa keras ataupun melayangkan protes yang sama nyaringnya kepada Megan."Ok, cut." Suara teriakan yang menandakan pengambilan satu scene telah selesai, sukses membuat Baron dan Zian kompak mendesah lega."Baron, kita istirahat dulu ya," ujar wanita yang memegang kamera.Baron mengangguk cepat dan buru-buru merenggangkan tubuhnya dan berjalan keluar dari set. Dibelakangnya, Zian melakukan hal yang sama dan segera mengejar langkah kru lainnya."Megan, kita kesini mau liburan loh. Ini malah tiba-tiba jadi suka

  • Istri Kontrak Sang Miliarder    Chapter 124 - Akhir, Namun Tak Pernah Berakhir

    "Rey, apa kamu marah karena aku menolak permintaan Papa untuk mengadakan ulang pesta pernikahan kita?"Megan memainkan jemarinya di atas gelembung sabun yang menutupi permukaan air."Ah." Pekik Megan kaget karena tiba-tiba tubuhnya di tarik ke belakang hingga punggungnya menempel di dada bidang suaminya."Katakan alasannya, kenapa aku harus marah?" bisik Riley tepat telinga istrinya.Tubuh Megan mengelijang, ia bergelung di dada suaminya. "Aku takut, kamu berpikir bahwa aku terlalu egois karena memutuskan untuk menolak permintaan Papa tanpa berdiskusi denganmu," sesalnya.Riley menciumi pundak Megan. "Boleh aku tahu, apa alasan sebenarnya kamu menolak?""Aku hanya tidak ingin media terlalu menyorot pernikahan kita, terlebih anak-anak. Tidak ada orang lain yang boleh menyentuh milikku." Tutur Megan sambil mengosok buku-buku jari suaminya."Menjadi posesif, hmm?' goda Riley."Tidak boleh?"Riley tak berkata apapun, ia hanya mencium kening Megan lamat-lamat."Hmm. Rey, itu … ahhh." Megan

  • Istri Kontrak Sang Miliarder    Chapter 123 - Drama Pernikahan

    "Hufff … sedikit lagi, Sayang."Zian menopangkan kedua tungkai Nesa ke pundak lalu mendorong gerakan pinggulnya lebih dalam dan keras."Cepat! A—acara udah mau di mulai," teriak Nesa panik."Sedikit lagi. Aku hampir nyampe," racau Zian. Ia menyibak gaun yang dikenakan Nesa untuk memberi akses lebih dalam baginya. Zian mempercepat gerakannya, mendorong lebih untuk menembus kedalaman menuju dasar."Akh, Zian! Terlalu cepat." Protes Nesa saat Zian bergerak maju mundur dengan tempo cepat tanpa memberinya kesempatan untuk bernapas."Sayang, di luar atau da—dalam?" Napas Zian tersengal hingga membuat kalimatnya terputus-putus."Dalam aja," lenguh Nesa. "Jangan mengotori gaunnya." Pesannya sebelum mengepalkan tangannya, mencengkram pinggiran sofa dengan erat."Ah … Zian, a—aku …" Nesa menjerit nyaring kala menjemput puncak pelepasannya."Akh … ah." Zian mengikuti jejak istrinya. Melepaskan sentakan beserta tembakan kuat ke dalam rahim dan perlahan menarik keluar miliknya.Zian bangkit untuk

  • Istri Kontrak Sang Miliarder    Chapter 122 - Mengiklaskan Masa Lalu

    Megan keluar dari kamarnya dengan wajah cerah. Ia menyibakkan rambut sebahunya yang mengayun lembut setelah keramas untuk yang kedua kalinya. Langkahnya masih sedikit terseok-seok akibat pertempuran semalam. Riley benar-benar mengamuk, bagai kuda liar melampiaskan seluruh hasratnya yang telah lama tertunda. Megan meraih kenop pintu, kamar si kembar. Bibirnya mengurai senyum geli melihat kumpulan orang yang tidur, saling berhimpitan di ranjang sempit.Semalam, para sahabat menginap di ruangan si kembar sedangkan para bayi tidur terpisah di kamar tamu bersama kakeknya."Baron." Panggilnya sambil mencolek pipi pria imut yang memeluk erat lengan kekasihnya."Hmm." Erang Baron pelan."Udah pagi."Baron mengeliat pelan. "Hmm." Balasnya dan kembali menyandarkan kepalanya di dada Allen. "Lima menit lagi."Megan tersenyum kecil lalu beralih pada Nesa yang merebahkan kepalanya di paha suaminya."Bangunlah. Bukankah kalian harus ke lokasi syuting hari ini?" Megan mengelus pipi Nesa yang pucat

  • Istri Kontrak Sang Miliarder    Chapter 121 - Gairah Cinta Yang Meluap

    Baron dan Zian berjingkrak perlahan, mengendap-endap bagai maling jemuran yang tengah menyortir tali jemuran targetnya."Di mana mereka?" Bisik Zian.Baron menggeleng. Ia telah menyusuri hampir seluruh rumah tapi tak juga menemukan jejak Megan dan suaminya.Keduanya menghilang bagai di telan bumi setelah menyerahkan si kembar di bawah pengawasan para kakek dan nenek."Apa mereka ke hotel?" Celetuk Zian."Masa sih? Niat banget," balas Baron ragu."Mereka 'kan udah lama nggak make out. Pasti bakal semalaman bertempur."Baron menegakkan tubuhnya, lelah mengintai. Ia memutar pinggulnya ke kiri dan kanan untuk merenggangkan tubuh."Dah ah, nggak asyik." Keluhnya. "Masuk yuk, lapar."Zian mengikuti jejaknya. "Ya udah deh. Aku juga mau nemanin Nesa bobok."Baron mengerlingkan matanya. "Cie … udah punya temen bobok," godanya.Zian melayangkan tangannya untuk mengeplak kepala Baron, tapi pria imut itu dengan cepat berkelit."Kamu butuh seribu tahun lagi untuk menyentuh ku," ledek Baron."Awas a

  • Istri Kontrak Sang Miliarder    Chapter 120 - Kebahagiaan Yang Tertunda

    "Ku harap hasilnya baik." Gumam Edbert sambil terkekeh. Menertawakan kebodohan yang tengah dilakukannya.Edbert membuka amplop yang diterimanya dari dokter Brown, ia mengeluarkan dua lembar kertas dari dalam sana dan mulai membaca setiap baris kalimat yang tercetak di kertas."Tentu saja baik, Pak. Apakah itu DNA putri anda? Karena 99%, DNA nya cocok dengan milik anda," ujar sang dokter yang seketika membuat dunia Edbert terguncang."Cocok? Maksud mu?" Edbert mengabaikan kertas yang hendak ia buka dan lebih tertarik untuk memandang sang dokter. Mencari kebenaran akan apa yang baru saja ia dengar."Ya. Dari sampel darah yang anda berikan, kami memastikan bahwa DNA itu adalah putri kandung anda.""Anda yakin dokter Brown?" "Seratus persen yakin." Ucap sang dokter tegas.Edbert memegangi kepalanya yang tiba-tiba terasa panas dan berat. "Anakku? Putriku?" Gumamnya sedih."Apa ada masalah, Pak Edbert?"Edbert melambaikan tangannya. "Tidak, tidak ada yang salah. Justru ini kabar yang sanga

  • Istri Kontrak Sang Miliarder    Chapter 119 - Tabir Kebenaran

    "Pergilah," usir Riley."Rey, mari kita bicara dengan kepala dingin," ajak Zian. Ia maju beberapa langkah mendekati Riley."Lebih baik kalian pergi. Aku tidak ingin bertindak kasar," ucap Riley lalu berbalik kembali masuk ke dalam rumah."Rey!"Baron berusaha maju tapi para pengawal yang berjaga segera menghentikan langkahnya."Sialan," umpat Baron sambil menendang pot disampingnya hingga terguling menjauh."Jangan sakiti dirimu, Baron," tahan Allen yang menarik Baron ke sisinya."Apa yang harus kita lakukan sekarang? Riley tidak akan mau mendengar siapapun lagi," desah Zian. Ia mengacak rambutnya lalu meremas gemas."Bagaimana dengan Papanya? Kita bisa minta Jenderal itu untuk menemui Riley dan bicara padanya." Usul Nesa."Jangan gila!" Sergah Baron cepat. "Riley sudah lama memutuskan hubungannya dengan Papanya. Lagian, siapa yang masih mau berurusan dengan sumber masalah."Zian mengangguk setuju. "Baron benar. Untuk saat ini Riley tidak akan mau mendengarkan orang lain, terutama Papa

  • Istri Kontrak Sang Miliarder    Chapter 118 - Solusi

    Megan mengangkat Ayanna dan meletakkannya dalam pelukan Riley. Kemudian beralih pada Anthea yang kembali menangis."Sabar, Sayang. Gantian sama Kakak ya," hibur Megan."Ayanna dan Anthea," gumam Riley. "Nama yang bagus.""Artinya bunga. Mereka adalah bunga dihidup kita Rey."Riley terharu saat Ayanna menatapnya dengan mata kecil yang mengemaskan sambil tersenyum senang."Rey, gantian sama Anthea. Biar Ayanna menyusu dulu." Megan meletakkan Anthea kembali ke dalam box dan beralih pada Ayanna.Riley tersenyum senang melihat Anthea tersenyum padanya dan menyerahkan tangannya. Meminta untuk digendong."Apa aku boleh mengendongnya?"Megan mengangguk. "Anthea baru selesai menyusu, jadi tepuk punggungnya dengan lembut agar dia sendawa.""Baiklah." Riley merebahkan Anthea di dadanya dan menepuk lembut punggungnya."Apa mereka hanya menyusu?" "Terkadang aku memberi mereka susu formula tapi itu jarang terjadi hanya pada kondisi darurat," sahut Megan. Ia berkonsentrasi menyusu si sulung yang ta

  • Istri Kontrak Sang Miliarder    Chapter 117 - Salam Perkenalan

    "Rey, sakit." Teriak Megan saat Riley menariknya denga paksa untuk masuk ke kamar.Tubuh Megan dihempaskan dengan kasar ke atas ranjang."Sakit," ringis Megan. Dia memijat pergelangan tangannya yang merah akibat cengkraman tangan Riley yang terlalu kuat hingga meninggalkan cetakan ruas jarinya. Megan beringsut mundur saat Riley menarik kursi dan duduk dihadapannya."Kenapa? Kamu takut padaku?" Tukas Riley sengit.Megan tak berusaha untuk mengelak tudingan Riley. Ia hanya diam, menutup rapat-rapat mulutnya."Apa maksud semua ini?" Riley melemparkan lembaran kertas yang dibawanya ke atas ranjang."Cerai? Kamu minta cerai?" Suara Riley bergetar saat mengucapkan kata cerai. Ia tak menyangka, Megan akan sejauh ini menyiksanya.Megan melirik kertas yang dikirimkannya ke kantor Riley melalui kurir pagi ini."I—iya, Rey. Kamu hanya perlu menandatangani surat itu dan aku akan mengurus semuanya sampai sidang perceraian kita selesai," tutur Megan terbata.Riley mengacak rambutnya geram akan

DMCA.com Protection Status