Lucas mendesah frustasi sambil menatap ke arah jendela luas di depannya. Ia tak tahu jika sekarang Chiara ada di balik pintu kamar dan sedang menguping pembicaraannya bersama pihak rumah sakit."Siapa bendahara rumah sakit? Aku ingin bicara padanya. Waktu aku ke sana dan menyuruh kau menekan wali dari si pasien, aku sudah mentransfer uang," sengit Lucas. Ia tak ingin membahas masalah yang sudah lumayan lama itu.Mata Chiara membelalak lebar. Apa maksud Lucas menekan wali dari Olivia Palmer adalah dirinya?Chiara kemudian teringat hari dimana rumah sakit menghubunginya dan menekan biaya yang cukup besar hingga mau tak mau membuatnya mencari Lucas lagi. Hari itu ia memohon-mohon serta mengesampingkan harga diri demi kontrak yang pernah ditawarkan oleh pria dingin tersebut. Chiara juga ingat, Lucas sempat bersikap sombong dengan mengatakan bahwa kesempatannya sudah habis.Jadi selama ini Lucas sengaja mempermainkannya?Lalu kedua mata Chiara berkaca-kaca dan merebak begitu saja. Pembuluh
Chiara termangu, seketika dunianya berhenti begitu saja. Dadanya sesak, ia segera meraup udara sebanyak-banyaknya.Chiara menggeleng. Mengingat potong demi potong momen dimana Lucas mengganti namanya menjadi Lala Cordelia Esme. Juga saat pria itu sering menyebut nama Lala ketika terlelap."Tidak… tidak mungkin." Chiara mengatupkan bibirnya rapat. Jadi, wanita yang selama ini dicintai oleh Lucas adalah kembarannya sendiri?Tapi bagaimana mungkin ia tak tahu jika punya kembaran. Selama ini ia terlalu bahagia dengan kehidupannya bersama Ernest dan Olivia. Apakah mereka sengaja menyembunyikan kenyataan ini darinya?Chiara menutup mulutnya dengan sebelah tangan. Mendelik mengamati sosok gadis yang ada di dalam foto. Siapa lagi yang bisa ia tanyai soal ini? Air mata Chiara merembes lagi. Ia sedih, tapi juga kecewa.Baik Lala, Olivia dan Ernest sudah tidak ada lagi di dunia. Lalu, kedua orang di foto sebelumnya itu siapa?Tangan Chiara bergerak lincah membuka halaman sebelumnya. Mengamati du
"Siapa?" Chiara mencoba bertanya. Ia agak bingung ketika menyaksikan Zyan yang justru terkejut dan termenung selama sepersekian detik.Zyan menoleh ke arah Chiara, lalu menunjuk sebuah pintu tertutup di sana. "Chiara, kau sembunyi dulu."Chiara mengerjapkan mata. Siapa yang datang hingga ia harus bersembunyi? Tapi semakin ke sini bel apartemen Zyan berbunyi semakin sering. Sepertinya orang itu tak sabaran.Mau tak mau, Chiara kemudian menuntun langkahnya ke tempat yang ditunjuk Zyan. Chiara membuka pintu lantas menyelinap di sana.Sebelum membuka pintu, Zyan menarik napas panjang. Ia mulai menarik kenop, lalu muncul seorang wanita dewasa berambut panjang cokelat bergelombang."Hai, Sayang…" ujar si wanita langsung berhambur memeluk Zyan.Zyan panik, sesekali matanya melirik ke arah kamar. Ia segera melepas pelukan sang wanita."Kenapa kau ada di sini?!" desis Zyan protes.Wanita itu tetap bergelayut manja. Ia kembali memeluk dan mencumbu mesra Zyan. Zyan tak sabar, lalu mengurai dekap
"Eh?"Zyan tertawa lalu mengubah tampangnya menjadi lebih serius dari yang tadi. Wajahnya semakin mendekat. Ia mengamati Chiara yang mengerjap."Atau… jangan-jangan kau masih terbayang-bayang oleh badanku yang seksi ya?"Chiara buru-buru melambaikan tangannya. "Eh, bukan." Wajahnya langsung memerah menahan malu. "Aku hanya kepikiran ternyata kau bisa memasak, ya?"Sontak Zyan menegakkan tubuhnya lagi. Kini bahunya bergetar karena terbahak-bahak. Tawanya semakin menjadi-jadi."Kau meremehkanku, huh?" Zyan mengangkat alis. Tatapannya tajam, namun lebih hangat dibanding sebelumnya."Bukan begitu—""Iya, aku bisa masak. Aku jauh dari rumah, tidak ada pelayan yang mengurusku. Jadi aku harus bisa melakukan apapun sendiri," jawab Zyan lugas.Chiara manggut-manggut. Teringat bahwa Zyan sengaja dibuang dari keluarga Knight. Entah apa yang menyebabkannya. Chiara merasa tak perlu tahu lebih jauh. Ia hanya orang luar yang sementara waktu terkontrak oleh Lucas. Meskipun itu semua gara-gara campur
Chiara berusaha menarik lengan Zyan dan menjauhkan dari pria yang sudah terjerembap di lantai restoran. Namun tubuh Zyan membelot ingin menuntaskan pukulannya untuk pria yang sudah membuat masalah dengannya."Zyan, tunggu! Jangan memukulinya lagi!" cegah Chiara setengah memekik. Kini seluruh perhatian tertuju kepada mereka. Bahkan beberapa ponsel terpasang untuk merekam kejadian tersebut."Tidak bisa, Chiara! Dia harus segera diberi pelajaran!" tegas Zyan bersikukuh untuk tetap menghajar si pria.Chiara mendengus, lantas menarik lengan Zyan lebih kuat lagi. "Tidak. Aku tahu kau tidak sejahat dan seburuk itu, Zyan."Tatapan Chiara tegas dan seakan dapat menghunus tengkorak Zyan hingga dapat memengaruhi pola pikir pria tersebut. Kedua bahu Zyan akhirnya menurun. Ia mengikuti Chiara yang kini sudah menggandeng tangannya dan pergi dari tempat makan itu.Keduanya lalu berjalan dan kembali menuju apartemen milik Zyan. Tanpa mereka sadari sepasang mata telah mengawasi keduanya dari dalam mob
Tubuh Chiara membeku seketika. Bahkan tatapannya juga terpaku pada kedua mata hazel Zyan. Menilik kesungguhan hati pria tersebut.Chiara membuka mulut, lalu buru-buru mengatupkannya lagi. Ia menggerakkan kedua tangannya gugup. Bingung apa yang harus ia lakukan detik ini juga."Chiara…"Zyan memanggilnya lembut lagi. Semakin mempersulit kedudukan Chiara. Sejujurnya bukan berarti ia tak menyukai Zyan. Pria itu lumayan tampan, maskulin dan baik. Setidaknya Chiara mulai menyukai Zyan sebagai teman. Sementara hatinya sudah terlanjur terpaut pada pria lain."Zyan." Chiara mau tak mau bergerak canggung mendekat. "Maaf, aku belum bisa."Zyan menautkan alis. "Maksudnya?""Aku belum bisa menerima rasa sukamu itu, Zyan. Kau tahu aku sudah menikah dengan Lucas." Chiara berhasil menelan ludahnya."Aku tidak peduli statusmu, Chiara." Tatapan Zyan dalam, seakan sanggup membuka paksa isi hati Chiara yang sebenarnya. Chiara buru-buru menggeleng untuk menghindari mata Zyan."Kau tak boleh seperti itu,
Zyan langsung menegakkan badan. Kedua alisnya tertaut secara sempurna. "Apa?! Mereka hanya nikah kontrak?"Poppy merespon dengan anggukan satu kali. Ia lebih memilih menikmati koktail yang rasanya langsung pecah secara nikmat di permukaan lidahnya."Yang benar saja kau?!" Zyan protes, tak memercayainya.Poppy meletakkan gelasnya dengan sedikit kesal. Setelah itu ia menatap Zyan sambil melipat tangan dan menyilangkan kaki."Kau tidak percaya padaku?""Memang kau punya bukti?"Poppy tergelak. Lalu memiringkan senyumnya. "Aku lihat dengan mata kepala sendiri, Sayang. Kontak Lala diberi nama 'istri kontrakku' oleh Lucas. Menurutmu itu apa?" Poppy mengangkat kedua bahunya.Zyan tertegun. Apa ini sebenarnya? Pertama, kenapa gadis bernama Lala justru mengaku bernama Chiara padanya. Dan kedua, Chiara ternyata hanya istri kontrak Lucas?Ada yang tidak beres. Zyan menggosok janggut yang menghiasi dagunya. Tampak berpikir keras. Kenapa sesuatu yang seharusnya sederhana justru menjadi semakin kom
Poppy menyipitkan mata dan mengatupkan bibir rapat-rapat sambil menekuk dahi. Setelah itu segera menutup kembali pintu lemari yang telah ia buka. Poppy tersenyum tipis membelakangi Zyan.Setelahnya ia memutar badan dan melebarkan senyumnya. "Sudah! Akhirnya ketemu juga jam tanganku, Sayang!" serunya riang."Syukurlah, ya sudah sekarang kau harus segera pulang. Aku tidak mau jika kau sampai ketahuan di sini." Zyan mendorong tubuh Poppy agar keluar dari sana.Poppy mendesah. Ia sempat melirik ke arah lemari tadi untuk yang terakhir kali. Begitu berada di luar, Poppy lekas menyambar tas jinjing miliknya."Sayang, nanti malam kita bertemu lagi, yuk. Kau harus membalas budi karena aku telah membawa informasi penting itu tadi padamu," tandas Poppy bergelayut manja di lengan kekar Zyan.Zyan melipat dahi sambil menggaruk kepala. "Ok, nanti akan kupertimbangkan.""Eits, no…" Tepat di depan wajah Zyan, Poppy menggerakkan telunjuknya sembari menggeleng. "Itu wajib. Kau harus datang. Lagian, aku